SUMMER BREEZE CHAPTER 2

Author : Mhelyndz @MhelyndzVIP

Editing : @ssintokkiYasinta ana

summer breeze daragon

Cast :

Sandara Park
Kwon Jiyong
Lee Dong Hae
Kim Jaejong
Park Bom

Author POV

Setiap orang pernah merasakan cinta, entah sekedar cinta sesaat ataupun cinta yang benar-benar tulus dari dalam hati. Setiap orang juga pernah merasakan hati berdebar keras dan wajah yang berubah merona. Tapi di kehidupan nyata cinta tak selamanya indah, tak selamanya berakhir dengan keindahan, dan tak selamanya berakhir dengan akhir yang bahagia.
Tapi bagaimanapun wujud cinta entah menyakitkan atau tidak, cinta selalu bisa membuat setiap hati seseorang yang dingin menjadi hangat. Setiap orang yang sedih bisa bahagia.

Dara POV

Aku mengusap nisan bertuliskan nama Kim Jaejong. Sudah hampir 2 tahun sejak kematian Jaejong. Namja yang benar-benar ku cintai, yang mengajarkanku apa itu cinta yang tulus dan juga mengajariku cara mencintai tanpa harus mengharapkan imbalan. Sekarang pun aku masih mencintaimu Jaejong, selalu ada tempat khusus di hatiku hanya untukmu. Tapi aku juga membuka hatiku untuk cinta yang baru. Aku tak mau terus terpuruk dalam kepedihan cinta karena ditinggalkan olehmu. Bukankah kau yang mengajarkan itu Jaejong??meskipun begitu rasanya masih sulit menerima namja lain saat ini.
Jaejong ah, aku harap kau bahagia di langit sana.

***

aku berlari cepat menuju kampusku, aku sudah hampir terlambat, dan jika aku terlambat lagi di pelajaran musikku, aku pasti tak akan di ijinkan mengikuti ujian oleh miss stevani yang cantik nan galak itu. Aku berlari menyebrangi jalan, tak sadar kalau lampu penyebrang sudah berubah warna menjadi merah. Saat aku sadar aku melihat sebuah motor tengah melaju kencang menuju ke arahku.
“!!!” semuanya gelap. Aku hanya merasakan tengah berada di tempat yang empuk, hidungku mencium wangi parfum, wangi yang mengingatkanku dengan Jaejong. Apa aku sudah mati??
“ya ! Dara ah?! Are u ok??” pekik seorang namja di telingaku.
Perlahan aku membuka kedua mataku, aku tengah berada di atas tubuh seseorang. Bukan Jaejong. Aku tak kenal orang ini, tapi bagaimana dia tau namaku??aku bangun dari atas tubuhnya.
“kau tidak apa-apa??” namja itu mengibaskan telapak tangannya di depan mataku. Sekilas aku melihatnya, raut wajahnya tegas dan terlihat manly tapi entah kenapa auranya terlihat manly sekaligus kekanak-kanakan seperti Jaejong. Wajahnya familiar tapi aku tak ingat dimana aku pernah melihatnya.
“ya, waeyo?!” ujarnya lagi. Aku segera sadar dan bangkit berdiri, namja itu ikut berdiri juga.
“bagaimana kau tau nama ku??” tanyaku bingung. Dia menggerling ke arah gantungan tas ku yang bertuliskan namaku.
“Kwon Jiyong imnida, apa kau tidak apa-apa??” Tanya nya lagi, aku menggeleng pelan kepada penyelamatku. Dia tersenyum kemudian membereskan buku ku yang berserakan dan memberikannya kepadaku.
“lain kali hati-hatilah” ujarnya memamerkan senyum manis di wajah tampannya itu, membuatku sedikit terpesona. Belum sempat aku mengucapkan terima kasih dia sudah berbalik hendak pergi.
“Jiyong ah, gomawo” pekikku. Jiyong terus berjalan tanpa berbalik, dia mengangkat tangannya ke atas seperti berdadah padaku. Aku tersenyum kepada orang yang baru ku kenal itu, sekilas aku melihat ada bercak darah di pergelangan tangannya, apa karena menolongku??
Tapi aku yang terburu-buru tak bisa merawat lukanya. Aku berlari lagi menuju kampus berharap aku belum terlambat. Kalau aku bertemu dengannya lagi, aku akan sangat berterima kasih kepadanya.

***

aku memasuki kelas, Park Bom teman yang selalu setia menemaniku sejak Jaejong meninggal mengacungkan tangannya tinggi-tinggi memanggilku. Aku segera menuju bangku ku tepat di belakangnya.
“Dara ah, untung saja miss stevani hari ini tak datang” ujarnya. Aku menautkan alisku bingung, masalahnya hanya keajaiban yang bisa membuat guru perfeksionis itu absen kelas, bahkan hujan badai pun tak mampu menghalanginya mengajar di kelasnya.
“aiissh, kau lupa??” Bom seperti bisa membaca ekspresi kebingunganku.
“hari ini kita kedatangan orang penting yang akan berbagi ilmu musiknya, 6 bulan yang lalu dia baru saja kembali dari amerika, kau tau siapa yang akan mengajar??” Tanya Bom seraya menaikkan alisnya naik turun. aku menggeleng pelan, Bom mengerucutkan bibirnya menandakan kalau dia kembali bete dengan sifat ‘cuek’ ku terhadap lingkungan sekitar.
“ya ! Jiyong komposer muda tampan itu akan mengajar kita hari ini, dan ku dengar dia sendiri yang menawarkan diri mengajar disini setelah sempat sekali menolak, entah apa yang membuatnya berubah pikiran” jelas Bom dengan semangat menggebu-gebu.
“tapi gossip yang beredar, Jiyong menerima tawaran itu karena orang yang dia suka ada di kampus ini, beruntungnya yeoja itu” tambah Bom sedikit sedih karena gossip itu, sepertinya Bom menyukai namja itu. Aku hanya tersenyum simpul karena tak mengenal orang yang di maksud Bom.
“ya ! jangan bilang kau tak kenal Jiyong??namja tampan yang menerima banyak penghargaan musik, dia jago membuat lagu, suaranya pun bagus, dan ku dengar bahkan banyak produser yang ingin bekerja sama tapi dia menolaknya, meskipun sayangnya ku dengar sifat Jiyong kurang bersahabat??” Bom terus berbicara tanpa bisa di rem, aku hanya mendengarkan seperti biasa seraya mengangguk-anggukan kepala ku sok mengerti.
“aiisshh pabbo nya aku memiliki teman yang benar-benar kuper sampai tidak tau siapa itu Jiyong, meskipun dia tidak memiliki album tapi Jiyong itu pianist sekaligus pencipta lagu berbakat” omel Bom lagi, seakan tak lelah terus menceramahiku. Aku lebih memilih membuka buku sastra romance milikku, membaca buku ini selalu mengingatkanku pada Jaejong. Mengingat namanya mampu membuatku kembali ke masa lalu, saat Jaejong masih ada di sisiku.
“ya ! Dara ah !!” pekik seorang namja kencang sampai aku terlonjak dari lamunanku. Aku menoleh ke arah Bom menatapku seraya menunjuk ke arah depan kelas, wajahnya menyiratkan keingin tahuan yang dalam. Aku menoleh ke arah yang ditunjuk Bom.
“mwo??kau?! Jiyong ah ! mau apa kau kesini?!” pekikku tak kalah kaget melihat namja yang berdiri di hadapanku, dia adalah namja yang tadi menolongku, apa dia datang untuk meminta pertanggung jawaban ku?tapi bukannya tadi dia justru pergi begitu saja. Sekilas ku lihat tangannya terbungkus oleh sebuah sapu tangan berwarna pink persis seperti milikku, dengan refleks aku mengecek isi tas ku begitu pun dengan baju ku dan ternyata sapu tanganku tak ada.
“apa kau datang untuk meminta pertanggung jawabanku??” aku memicingkan mata, sedikit jengah karena menjadi pusat perhatian semua teman sekelasku.
“tanggung jawab??kau kenal dengan Jiyong??” bisik Bom takjub.
“mwo??” aku tersentak kaget.
“aniyo, dasar yeoja aneh” ucap Jiyong tertawa menanggapi perkataanku tadi.
“annyeong Jiyong imnida” ujarnya lantang kepada seluruh penghuni kelas, dia sekilas menggerling ke arahku, tapi aku hanya bisa terpaku menatapnya, jadi dia orang yang dimaksud Bom??
“aku akan menjadi tutor kalian di pelajaran miss stevani hingga beberapa hari ke depan, mohon kerja samanya” wajahnya berubah serius. Aku benar-benar tak menyangka kalau namja itu adalah Jiyong, pantas saja aku familiar dengan wajahnya, tapi ku rasa aku pernah melihatnya di tempat lain. Sudahlah lebih baik aku berkonsentrasi memperhatikan apa yang di ajarkan Jiyong, aku pun tak menggubris Bom yang sangat penasaran karena aku mengenal Jiyong.

***

Aku membalikan halaman demi halaman buku musik yang tadi ku pinjam di perpustakaan. Buku yang dianjurkan Jiyong untuk kami baca. Saat ini aku ada di tempat favoriteku, di sudut taman kampus, tempat yang dulu sering ku datangi bersama Jaejong, sekaligus tempatku menyendiri hampir dua tahun belakangan ini. Sebenarnya tadi aku ingin menemui Jiyong setelah dia selesai mengajar, tapi Jiyong sudah terlebih dulu keluar kelas membuatku sedikit kecewa.
“hey sexy, crack, crack, crack,” tiba-tiba handphoneku berbunyi menandakan ada sms masuk. Pasti itu dari Bom, aku tadi memang meninggalkannya pergi ke taman ini untuk menghindari pertanyaannya seputar Jiyong

From: Bom
Ya ! Dara ah, dimana kau seharian ini??menghilang seperti biasa, aku sudah pulang duluan karena umma ku menelpon, cepatlah kau pulang sepertinya akan turun hujan, nanti malam ku telpon kau, ceritakan hubungan mu dengan Jiyong ^^

Aku tersenyum membaca sms Bom, dia sepertinya masih penasaran kenapa Jiyong bisa mengenalku, padahal aku dan Jiyong tak memiliki hubungan apa-apa. Aku memasukkan handphoneku ke dalam tas, mengangkat wajahku menatap langit yang sudah berwarna merah senja, sudah lama sekali aku di taman ini. Membaca buku disini memang mebuatku lupa waktu. Tiba-tiba setetes air jatuh tepat dihidungku, diikuti beberapa tetes laiinnya.
“aiissshh !” gusarku lalu terburu-buru merapikan buku-buku ku, karena tetesan hujan semakin banyak. Tapi tiba-tiba tetesan hujan itu berhenti mengenai tubuhku, aku mendongakan wajahku ke atas.
“Jiyong??” ucapku sedikit terpana melihat namja yang sedang memayungiku.
“ayo ku antar kau pulang” ucapnya diikuti senyum dibibirnya. Sekali lagi namja itu menolongku, padahal kami baru bertemu hari ini tapi sudah dua kali dia menolongku.
“bagaimana kau tau aku disini??” tanyaku bingung, tak banyak mahasiswa di kampus ini yang mengetahui keberadaan taman ini, karena letak taman ini memang tertutupi semak belukar.
“mwo??” Jiyong terlihat kaget tapi lagi-lagi dia tersenyum manis.
“aku tadi sedang jalan-jalan tak sengaja melihatmu disini” ujarnya, aku baru mau melontarkan pertanyaan lagi tapi Jiyong sudah lebih dulu menarikku pergi.
“kkaja, bisa-bisa kau basah”
Aku dan Jiyong berlari menerobos hujan, sekilas bau Jiyong tercium dan lagi-lagi bau parfum yang mirip dengan parfum Jaejong tercium, mungkin selera mereka sama. Jiyong menyuruhku masuk ke dalam mobil silver miliknya, dia sendiri langsung masuk ke kursi pengemudi. Di dalam mobil Jiyong mengelap tubuhku dengan jaketnya yang berada di kursi belakang. Dia terlihat mengkhawatirkanku padahal kami baru bertemu hari ini, mungkin dia memang namja yang baik.
“ya ! Jiyong ah, kapan kau mengambil sapu tanganku??” ujarku saat aku melihat lukanya yang terbalut sapu tanganku tadi. Balutannya berantakan mebuatku dengan refleks menarik tangannya dan membetulkan sapu tangan itu, Jiyong hanya terdiam menatapku dengan pandangan mata lembut, sedikit membuatku salah tingkah.
“mwo??apa kau ingin ini dikembalikan??”Jiyong seperti ingin melepaskan sapu tangan itu tapi aku segera menahannya dan merapikan ikatannya perlahan, membuat Jiyong terdiam dan menatapku sendu.
“anii, mana mungkin aku begitu, kau kan sudah menolongku” aku memanyunkan bibirku sedikit.
“lagipula kau kan sudah menolongku dua kali hari ini” tambahku membuat senyum Jiyong mengembang.
“ya, jangan ada yang ketiga kali, kau ini ceroboh sekali menjadi yeoja” gerutunya lalu mencubit pipiku pelan. Membuatku tersentak kaget. Dan entah kenapa jantungku tiba-tiba bergemuruh karena itu. Dia yang menyadari perubahan wajahku langsung melepaskan cubitannya.
“ya ! Jiyong ah seenaknya saja kau mencubit pipiku” gerutuku seraya mengelus pipiku. Wajah Jiyong tersenyum kembali.
“ahh, miane, baiklah ku traktir kau minum segelas cokelat hangat, bukankah kau menyukainya??” Tanya Jiyong lagi, membuatku sedikit bingung karena Jiyong bisa menebak minuman favoriteku, tapi tanpa basa-basi aku langsung menyetujuinya.
“ne,, aku mau dua gelas” ujarku tersenyum. Jiyongpun ikut tersenyum lalu menjalankan mobilnya keluar dari arena kampus.

***

“apa kau dijemput lagi oleh Jiyong??” ujar Bom kepadaku, aku hanya tersenyum dan mengangguk kepadanya. Bom memutar bola matanya perlahan.
“aiisshh, kau membuatku iri. Apa kalian sudah jadian?? dia sudah tak lagi menggantikan miss stevani menjadi tutor, tapi hampir setiap hari selama sebulan ini dia selalu menjemputmu, sifatnya terhadapmu pun sangat baik tidak seperti sikapnya kepada mahasiswa lain di kampus ini yang dingin dan terkesan tidak peduli” Bom berceletoh lagi mengungkapkan keheranannya terhadap hubunganku dan Jiyong. Aku pun sebenarnya sedikit bingung dengan sikap Jiyong terhadapku, Jiyongi sangat baik terhadapku. Dia benar-benar penolongku setiap aku mendapatkan kesulitan. Saat nilai ujianku mengalami kemunduran, dia mengajariku belajar meski aku tau jadwalnya sangat sibuk. Begitupun saat aku mengalami masalah dengan salah seorang dosen, dia membelaku habis-habisan meski saat itu dia hanya tutor di kampus ini. Jiyongi juga selalu mengantarku pulang, menemaniku mencari buku atau membeli dvd, dan kadang-kadang dia hanya menemaniku menghabiskan sore seraya minum cokelat hangat di kafe favoriteku.
“ya ! kenapa kau terdiam Dara ah??apa kau masih memikirkan Jaejong??” Tanya Bom lagi, membuatku tersadar dari lamunanku. Jaejong?? Nama itu kembali teringat, saat bersama Jiyong aku hampir selalu melupakan nama Jaejong. Apa Jiyong telah mengisi kekosongan hatiku setelah Jaejong pergi??
“anii, aku tak memikirkan Jaejong dan lagi aku dan Jiyong tidak jadian” ujarku kepada Bom. Bom memicingkan matanya kepadaku.
“ya ! apa kau menyukai Jiyong??” bisik Bom seraya menatap mataku lekat-lekat. Mukaku langsung memerah karena itu. Pertanyaan yang sampai saat ini, aku sendiri pun tak tau jawabannya.
“entahlah, aku tak tau bagaimana perasaanku padanya” ucapku pelan. Bom sepertinya tidak puas dengan jawabanku, dia mendekatkan wajahnya lagi kepadaku, membuatku kembali tersudut dengan pertanyaan sahabatku ini.
“!!!” klakson mobil terdengar, aku mengangkat wajahku dan melihat Jiyong tersenyum lebar seraya melambai dari kaca mobilnya yang terbuka. Aku menarik napas lega karena tak perlu menjawab pertanyaan Bom.
“baiklah Bom, aku pergi dulu” pamitku kepadanya lalu buru-buru berbalik pergi.
“ya ! Dara ah, aiisshh kau ini” Bom masih menggerutu di belakangku, tapi aku terus berlari menuju mobil Jiyong seraya berdadah ria kepadanya. Akhirnya Bom hanya tersenyum dan membalas ber dadah kepadaku.
Aku membuka mobil pelan, wajah teduh itu kembali terlihat tersenyum terhadapku. Membuat perasaanku tenang dan hangat.
“bagaimana harimu??” Tanya Jiyong kepadaku seraya mengusap kepalaku lembut. Pertanyaan yang selalu iya tanyakan. Jiyong lalu memberikanku sebungkus gulali berwarna pink, dia memang selalu membelikanku gulali atau sebatang cokelat setiap kami bertemu. Sifatnya yang seperti ini sekali lagi mengingatkanku kepada Jaejong, Jaejong juga dulu selalu membelikanku sesuatu yang manis-manis karena aku menyukainya. Aku membuka gulali itu bersemangat lalu memakannya pelan-pelan.
“menyenangkan seperti biasa oppa” ucapku, masih saja kaku pada kata terakhir. Jiyong memang memintaku memanggilnya oppa dan aku pun tak keberatan.
“baikla, oppa traktir kau minum cokelat hangat, sudah seminggu ini aku tak bisa menemanimu” ujarnya kepadaku, aku tersenyum senang mendengarnya. Memang sudah seminggu ini Jiyong hanya menjemput dan mengantarku pulang saja. Sepertinya kegiatannya sebagai komposer akhir-akhir ini sangat sibuk. Tapi aku sangat senang karena dia masih menyempatkan waktu menjemputku. Padahal sampai saat ini aku belum jadian. Entah bagaimana perasaanku padanya dan perasaanya terhadapku. Yang aku tau, aku merasa bahagia bersama Jiyong.
“ne oppa” sahutku. Aku melirik ke arah dvd player di mobilnya, lalu menakan tombol play seperti byasa. Alunan lagu yang sangat ku kenal terdengar.

If only I could clean out my heart
Including every dust of memories with you
You’re like a severe addiction
Is my head broken?
Is my heart drunk?
Unsteadily I search and all I can find
Is my world where you used to live

“oppa??da eum nal??” ujarku tak menyangka kalau Jiyong juga menyukai lagu itu. Aku pertama kali mengetahui lagu ini dari Jaejong, Jaejong sangat menyukai lagu ini. Jaejong pernah bilang kalau penyanyi dan pencipta lagu ini masih muda dan sangat kharismatik sehingga dia sangat mengaguminya.
“kau menyukainya??” Tanya Jiyong tiba-tiba, seperti terlihat kaget mengetahui aku tau lagu itu. Aku menoleh ke arahnya yang tengah tersenyum. Tiba-tiba aku teringat ucapan Bom yang mengatakan kalau Jiyong adalah seorang composer, dan entah kenapa tiba-tiba aku merasa kalau suara si penyanyi sangat mirip dengan suara Jiyong.
“ini lagumu??” ucapku hampir terdengar seperti bergumam.
“ne, kau tau??” tanyanya pelan. Aku mengangguk pelan.
“ini lagu favorite Jaejong” kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku tanpa bisa ku tahan. Wajah Jiyong tiba-tiba tersentak mendengar nama Jaejong ku sebut.
“Jaejong itu mantan kekasihku” lanjutku tanpa Jiyong pinta.
“kau pasti sangat mencintainya??” Tanya Jiyong lagi. Aku tersenyum menatap Jiyong dan mengangguk. Terlihat Jiyong menarik napas dalam-dalam, kemudian dia menatapku seraya tersenyum. Entah kenapa senyumnya terlihat sedikit dipaksakan.
“lalu kenapa kalian berpisah??” tanyanya.
“dia sudah meninggal” ujarku pelan. Jiyong tersentak kaget, dia memandangku lembut. Tangan kirinya yang tak memegang kemudi menggenggam tanganku lembut, mungkin berusaha menenangkanku.
“miane” ujarnya pelan.
“gwenchana, kejadian itu sudah hampir dua tahun yang lalu”
“tapi kau sepertinya tak pernah bisa melupakannya??” Tanya Jiyong lagi. Aku tersenyum menatap Jiyong lembut.
“tak ada yang perlu dilupakan, bukankah selalu ada tempat khusus untuk menyimpan setiap kenangan yang baik??”
Jiyong balas menatapku, sorot matanya datar dan ‘dalam’. Sorot mata yang tak bisa ku tebak. Bagaimana perasaan Jiyong terhadapku sekarang?apa dia cemburu mendengarnya??aissh, apa yang ku pikirkan?diantara kami tak ada hubungan apa-apa, mana mungkin Jiyong cemburu.
“kkaja Dara, kita sudah sampai” ujar Jiyong tiba-tiba. Dan ternyata kami memang sudah sampai di kafe favorite ku ini. Jiyong menggandeng tanganku seperti biasa saat kami akan masuk kafe. Pelayan kafe tersenyum melihat kami dan segera menyiapkan pesanan tanpa kami minta. Jiyong menggandengku masuk ke sudut kafe lalu berbelok ke luar jendela besar. Ada 6 meja yang tersusun acak di balkon belakang kafe itu. Aku memang selalu meminum cokelat di salah satu meja di luar sini. Saat pertama kali ke kafe ini Jiyong sedikit mengagetkanku karena dia juga mengetahui tempat favoriteku ini. Padahal sejak pertama kali aku datang ke kafe ini bersama Jaejong aku tak pernah melihat Jiyong sebelumnya. Mungkin aku tak pernah memperhatikan sekitar saat kesini sampai-sampai tak pernah melihat Jiyong ada di kafe ini.
Kami duduk di salah satu meja di sudut, dari sini kami bisa melihat kea rah taman kafe yang sangat terawat. Aku mengangkat wajahku melihat langit cerah yang sudah mulai sore ini. Saat ini memang sudah hampir masuk musim panas. Semilir anginnya sangat menghangatkan.
“high high I’m so high. Fly fly touch the sky,,” handphone di tasku tiba-tiba berbunyi, tanda ada telepon masuk. Terburu-buru aku mengambilnya, takut kalau itu umma ku yang menelpon. Tapi peganganku mengendor hingga handphone ku itu terjatuh ke kolong meja, nada telpon itu berhenti terdengar. Jiyong menunduk mengambilnya untukku.
“sepertinya handphone mu tak apa-apa” ujarnya seraya mengamati handphoneku lekat-lekat. Aku menarik napas lega. Tapi tiba-tiba Jiyong terdiam menatap layer hape ku. Aku menautkan alisku bingung.
“Jaejong” ujarnya pelan. Aku tambah bingung melihatnya tapi kemudian aku tersadar apa maksudnya. Wallpaper di handphoneku memang tak pernah berubah hampir dua tahun ini, selalu diisi oleh foto Jaejong. Ku ambil handphoneku terburu-buru dari tangan Jiyong.
“ternyata kau memang tak pernah melupakannya” gumam Jiyong pelan. Namja itu tiba-tiba menunduk seperti memikirkan sesuatu, membuatku sangat bingung. Aku mencoba mengajaknya berbicara, tapi Jiyong tetap tak bersemangat. Dia hanya menjawab ya atau tidak membuatku jadi tidak enak hati.
Akhirnya aku memintanya mengantarku pulang, dan Jiyongpun hanya mengikuti saja kemauanku tanpa menolak. Dia membayar bill lalu bangkit berdiri menuju mobil, tangannya tak lagi menggenggam tanganku seperti tadi. Apa Jiyong marah padaku??
“oppa, ada apa denganmu??” tanyaku lembut saat di dalam mobil.
“anii” ujarnya. Kemudian mengemudikan mobilnya cepat menuju rumahku, selama diperjalanan kami hanya terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku sangat tak suka Jiyong mendiamiku seperti ini, kalau dia tak suka karena wallpaper itu aku bisa menggantinya, toh aku memang sudah menyimpan perasaanku rapat-rapat pada Jaejong. Sudah merelakan namja itu pergi dari sisiku. Itu semua pun karena Jiyong.
“oppa, gomawo sudah mengantarku” ujarku saat kami sudah tiba di depan rumahku.
“ne” jawab Jiyong singkat. Baru saja aku ingin keluar dari mobil, tapi tiba-tiba Jiyong memegang tanganku, dia mendekatkan wajahnya kepadaku seperti hendak menciumku tapi tiba-tiba niat itu diurungkannya. Aku semakin bingung dengan tingkah Jiyong sore ini.
“wae oppa??apa kau marah terhadapku??” tanyaku pelan.
“anii, aku hanya merasa kalau apa yang ku lakukan salah” ujarnya pelan, aku tak mengerti maksud perkataan Jiyong.
“ahh miane, cepatlah kau masuk hari sudah semakin malam” ujar Jiyong. Akhirnya aku hanya mengikuti perintahnya. Jiyong lalu memacu mobilnya cepat, aku menatap kepergian mobilnya sampai mobil itu menghilang di tikungan ujung rumahku. Sikap Jiyong malam ini sedikit aneh, apa dia marah karena wallpaper itu??

***

“ya ! oppa, mau kemana kita sekarang??” tanyaku kepada Jiyong. Tadi Jiyong menjemputku di kampus tiba-tiba, dia sepertinya tidak marah lagi karena kejadian semalam, membuatku kembali lega. Jiyong mengajakku pergi jalan-jalan mengunjungi sebuah pasar seni, Jiyong bilang dia ingin mencari sesuatu, kami juga sempat makan es krim bersama seraya mengelilingi sebuah taman dengan sepeda. Jiyong juga membelikanku sebungkus gulali yang biasa dia belikan karena aku memang menyukai gulali. Aku sangat bahagia seharian ini bersamanya, sepertinya Jiyong sudah melupakan masalah semalam. Aku sampai tak bisa tidur memikirkan bagaimana sikap Jiyong terhadapku hari ini. Ternyata sikapnya tetap saja hangat dan perhatian. Tanpa sadar sepertinya aku mulai menyukai Jiyong, meski aku belum tau bagaimana perasaan Jiyong kepadaku yang sebenarnya. saat jam menunjukan pukul 4 sore tiba-tiba Jiyong bilang ingin mengajakku melihat sunset, aku hanya mengangguk bersemangat menyetujuinya. Aku juga sangat menyukai sunset.
“tunggu saja nanti, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang pasti sangat kau suka” ujar Jiyong tersenyum lalu mengusap kepalaku saat aku menanyakan tujuan kami pergi. Aku tersenyum kepadanya. Tak lama Jiyong memberhentikan mobilnya di tempat yang sangat ku kenal. Jantungku bergemuruh kencang, aku memegang dadaku berusaha menguasai perasaanku. Aku tak pernah ke tempat ini sejak 2 tahun yang lalu.
Aku melangkah pelan mengikuti Jiyong yang ada di depanku, tangan Jiyong kembali menggenggam tanganku. Kami sudah tiba di daerah pantai, tapi pantai ini adalah pantai tempatku dan Jaejong terakhir bertemu, tempat Jaejong menghembuskan napas terakhirnya di pelukanku. Kenapa Jiyong harus membawaku ke pantai ini??rasa rinduku kepada Jaejong sedikit menguak, bukan karena aku masih terlalu mencintainya tapi aku hanya masih merasa sedikit sesak bila mengingat kejadian itu.
“wae??” Tanya Jiyong pelan. Aku berusaha tersenyum seraya menggeleng pelan.
“aku hanya teringat sesuatu” ujarku.
“mwo??teringat apa??”Tanya Jiyong pelan. Aku menggeleng, tak ingin menceritakan masalah Jaejong kepadanya. Tak ingin Jiyong kembali marah seperti semalam. Tapi Jiyong menatapku lekat-lekat membuatku susah untuk berbohong dan menatap matanya. Aku menunduk perlahan.
“aku teringat tentang Jaejong” ucapku lagi. Genggaman tangan Jiyong terlepas dariku. Aku mengangkat wajahku menatapnya, aku tersentak kaget melihat raut wajah Jiyong Wajahnya datar dan dingin, wajah yang tak pernah Jiyong tampilkan di hadapanku. Perlahan rasa takut menghantuiku, aku takut Jiyong meninggalkanku disini, seperti Jaejong yang dulu juga meninggalkanku di pantai ini. Dadaku kembali sesak, aku menyukai Jiyong dan sepertinya aku juga mulai mencintai namja itu. Tapi apa aku haru kehilangan orang yang aku cintai sekali lagi??tempat ini membuatku takut, karena di tempat inilah dulu aku kehilangan orang yang sangat ku cintai.
“Jiyongi ah, aku menyukaimu” ujarku tiba-tiba tanpa bisa ku tahan, perasaan takut akan kehilangan Jiyong merasukiku sehingga aku tak bias lagi membohongi perasaanku. aku genggam tangan Jiyong kembali, lebih erat dari sebelumnya.
“Dara ah, miane” gumam Jiyong, namja itu berusaha melepaskan genggaman tanganku. Aku mengangkat wajahku menatapnya, apa dia memang tidak mencintaiku??jadi apa arti perhatiannya selama ini?apa dia hanya menganggapku adiknya?tidak lebih.
“ini salah Dara ah,tidak benar, aku tak seharusnya seperti ini” gumam Jiyong lagi, wajahnya menatapku sendu, Jiyong terlihat sangat tak menyukai kata-katanya barusan.
“apa maksudmu??” Tanyaku tak mengerti.
“miane, kau tak boleh mencintaiku dan aku tak seharusnya mencintaimu” tambahnya. Jiyong menutup wajahnya dengan tangan kanannya.
“Jiyong ah, waeyo?kenapa kau berubah seperti ini?aku tak mengerti, apa karena Jaejong??” ujarku parau, rasa takut akan kehilangan Jiyong kembali menguak. Wajah Jiyong tersentak kaget saat aku mengucapkan nama Jaejong, jadi benar ini karena Jaejong??
“miane, lebih baik kita tidak usah bertemu lagi Dara”ucap Jiyong lagi. Mataku memanas, baru saja hari ini aku sangat bahagia karena aku menyadari kalau aku menyukainya bahkan mencintai Jiyong. Bahagia karena Jiyong tidak marah lagi karena kejadian Jaejong kemarin tapi kenapa tiba-tiba sekali Jiyong bilang kalau dia tak bisa menerimaku dan tidak ingin bertemu lagi denganku.
“JiyongJiyong ah” gumamku. Air mataku tiba-tiba turun. Aku sangat takut tempat ini akan memisahkanku lagi dengan orang yang aku cintai. Apa aku dan Jiyong sudah tidak bisa bersama lagi?aku masih ingin bersamanya meski hanya sebagai teman. Tangan Jiyong tiba-tiba menghapus air mataku, tapi percuma air mataku terus turun tanpa bisa ku tahan.
“miane” ujar Jiyong lagi, lalu tiba-tiba Jiyong mendekatkan wajahnya ke keningku, dia mengecup keningku lembut.
“lebih baik ku antar kau pulang” ujarnya akhirnya.
Aku menggeleng kuat-kuat tak ingin pulang. Aku tak mau Jiyong meninggalkanku.
“tolong jangan membuat semua ini sulit Dara ah” pinta Jiyong. Raut wajahnya terlihat lelah. Apa ini semua membuatnya lelah??apa bersamaku tidak membuatnya bahagia sampai Jiyong ingin meninggalkanku?jadi selama ini hanya aku yang bahagia karena banyak hal yang Jiyong lakukan untukku, tapi di mata Jiyong aku menyulitkannya??tanpa bisa ku control kakiku mengikuti Jiyong berjalan pulang. Apa aku akan kehilangan namja yang ku sayang lagi untuk ketiga kalinya.

***

Semilir angin di awal musim panas berhembus menerpa tubuhku, tapi hangatnya masih tak bisa menutupi hati yang dingin ini. Sudah hampir sebulan aku tak pernah bertemu dengan Jiyong, namja itu menghilang begitu saja seperti ucapannya untuk tak pernah bertemu denganku. Jiyong pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun saat terakhir dia mengantarku pulang. Terakhir aku hanya melihatnya di televisi dalam sebuah wawancara, tapi melihatnya saat itu membuatku sangat bahagia karena mengetahui namja yang ku saying ternyata baik-baik saja saat tak bersamaku. Dan kini hanya ada aku disini, kembali sendiri duduk di bangku taman, tak ada yang menemani dan kembali larut dalam kesedihan karena cinta. Tak ada Jaejong atau Jiyong di sisiku sekarang. Apa sekarang aku masih bisa percaya apa itu cinta lagi?apa aku masih bisa percaya kata-kata Jaejong untuk percaya pada cinta??
“high high I’m so high. Fly fly touch the sky..” handphoneku kembali berbunyi, ku lirik sekilas ke arah layarnya.

Calling..
Bom..

Sahabatku yang satu itu kembali mengkhawatirkanku. Apa aku terlihat sangat menyedihkan sampai Bom terlihat sangat mengkhawatirkanku??sahabatku itu berusaha meyakinkanku untuk bangkit, meyakinkanku kalau tak Cuma Jiyong dan Jaejong namja yang ada di dunia ini. Aku tau maksud baik sahabatku tapi entah kenapa hati ini masih saja kembali membeku entah untuk yang keberapa kalinya.
“Dara ah” ucap seorang namja memanggilku, suara namja yang sangat ku kenal. Aku menoleh ke arah sumber suara.
“Donghae??” gumamku pelan. Dia adalah mantan kekasihku dulu, namja yang meninggalkanku dan lebih memilih yeoja lain yang baru di kenalnya. Namja yang membuat aku membenci cinta, namja yang membuat aku tak percaya pada cinta. Sampai Jaejong datang dan mengajarkanku apa itu cinta, Jaejong… aku sangat merindukanmu saat ini.
“Dara ah??” ujar Donghae lagi.
Aku mengangkat wajahku, menatap Donghae dengan tatapan penuh emosi. Mau apa namja itu sekarang?setelah meninggalkanku tanpa kabar, tiba-tiba namja itu muncul disini. Padahal sudah 3 tahun kami tak bertemu.
“wae kau disini??apa kau baik-baik saja??” ujarnya kepadaku.
“mau apa kau??” suaraku naik beberapa oktaf dan terdengar parau.
“Dara ah, bogoshipo” raut wajah Donghae seperti ingin menangis. Apa maksudnya?setelah meninggalkanku dulu dan menghilang selama 3 tahun ini tiba-tiba dia datang dan bilang kalau dia merindukanku?? Dadaku bergolak menahan semua emosi yang memang sejak dulu selalu ku tahan saat Donghae meninggalkanku dan memintaku untuk melupakannya.
“Dara ah” ucapnya lagi, Aku membuang mukaku lalu bangkit berdiri. Merapikan semua buku ku dan bersiap pergi. Tapi Donghae tiba-tiba mencekal tanganku. Namja itu menatap mataku lembut, tatapannya berbeda dari saat dia meninggalkanku, tatapannya lembut seperti saat kami masih bersama. Donghae langsung memelukku erat, aku berusaha melepaskan pelukannya tapi Donghae malah semakin mempererat pelukannya.
“mianhe” ujarnya di telingaku.

***

TBC

<<back   next>>

Note: Jika ada kesalahan ketik, harap memberi tahu ya,, 🙂

27 thoughts on “SUMMER BREEZE CHAPTER 2

  1. Jiyong kenaal dara dan jaejoong dari mana???
    Penasaran
    Apa coba maksudnya jiyong deketin dara kalau ternyata dia ninggalin dara juga
    Donghae balik lagi???
    Aigoo…satu datang,satu pergi,trus dateng lagi
    Rumit rumit rumit

Leave a comment