[Finalis FF] – With You

Author :: Jeni_Jenay / @Jeni_Jenay

Main cast :: Kwon Jiyong

Sandara Park

Other cast :: Dong Youngbae and other

 

Genre :: Romance, Angst

Length :: Oneshot

Rating :: PG-13

 

________________________________________________________

Seoul, 2003

[Jiyong’s Pov]

Aku berjalan kearah papan pengumuman melihat hasil tes masuk ke universitas ini.

“Hmm, mana namaku?” Gumamku sendiri, kebingungan mencari letak namaku. Aku terus mencari sampai ke kertas terakhir. Mana namaku??? Apa aku tidak diterima??

“Aaaaaa, namaku!!” Seruku girang sambil menunjuk-nunjuk namaku sendiri. Aku diterimaaa!!! Ya, aku mendaftar ke universitas Seoul National University dengan kemungkinan 15% diterima. Alasanku mendaftar disini adalah ketika aku tau kampus ini memang menjadi kampus idaman bagi semua pelajar. Bukannya mau merendah,  tak salahkan kalau aku putus asa duluan jika aku tidak diterima. Alasan lainnya adalah ada seorang yeoja[1] yang aku sukai juga bersekolah dikampus ini. Dia sunbae[2] ku waktu aku masih dibangku SMA dulu. Sudah 3 tahun aku menyukainya dan selama 3 tahun itu juga aku tak berani menyampaikannya, hingga saatnya dia lulus, perasaanku pun masih belum bisa tersampaikan. Itu yang membuatku bersikeras untuk masuk ke universitas ini. Walaupun kemungkinannya sedikit, tetapi akhirnya aku diterima!! Sebuah anugerah untuk bisa mempertemukanku dengan sunbae ku itu.  Aku tak akan menyiakannya lagi, aku harus bisa mengungkapkan perasaanku kepadanya!!

“Hooyyy jiyong. Kau diterima??” Tanya youngbae menepuk pundakku. Aku menoleh dan memperlihatkan senyum lebarku.

“Woaaa, kita satu sekolah lagi boyy!!” Youngbae memukul lenganku pelan. Aku tertawa. Youngbae adalah sahabatku, dari SD, SMP, SMA bahkan sampai sekarang kami selalu satu sekolah. Dia juga yang membantuku untuk bisa dekat dengan sunbae ku itu, tapi lagi-lagi aku gagal. Aku terlalu malu dan takut, malu untuk dekat dengannya karena aku hanya seorang hoobae[3] dan takut jika dia sudah mempunyai namjachingu[4]. Tetapi, lagi-lagi youngbae selalu memberikan semangat padaku. Memang, aku tidak mendengar sunbae ku itu mempunyai namjachingu, tapi kan bisa saja dia menyembunyikannya karena takut ada gosip aneh menyebar tentang dirinya. Ya, dia sunbae yang terkenal waktu aku masih SMA dulu, semua namja[5]selalu berlomba untuk mendapatkan hatinya. Itu yang membuatku mundur terlebih dahulu, sudah pasti aku akan ditolak mentah-mentah jika aku menyatakan cinta padanya. Bahkan ketua tim basket saja dia tolak, yang nyata-nyatanya memiliki


[1] perempuan

[2] senior

[3] junior

[4] pacar

[5] Laki-laki

_______________________________

banyak fans. Apalagi aku yang waktu itu masih duduk dikelas 10 dan dia dikelas 12. Mungkin dia akan menertawakan aku yang sudah menyukainya.

“Hey, ayo kita liat ruang kita dimana. Jangan melamun terus.” Youngbae merangkulku dan mengajakku mencari ruangan kami.

“Ngomong-ngomong, apa menurutmu dia masih disini?” Tanyaku saat kami mengelilingi kampus.

“Siapa yang kau sebut ‘dia’? Apakah sunbae yang kau sukai itu?” Youngbae berhenti dan membaca kertas nama yang diletakkan didepan pintu kelas.

“Kelasku disini.” Sambungnya sambil menunjuk kelas 1-3.

“Hmm, apa dia masih disini?” Tanyaku lagi, kini lebih pelan. Apa masih dia bersekolah dikampus ini. Sudah 2 tahun aku tak mendengar kabarnya, terakhir yang ku tau dia masuk ke universitas ini.

“Nanti kita cari tau, carilah kelasmu.” Balasnya sambil sedikit mendorongku. Aku berjalan pelan sambil membaca kertas nama disetiap kelas yang aku lewati, berusaha mencari namaku. Lagi-lagi dan lagi-lagi namaku selalu diakhir, namaku dikertas kelas 1-12. Kelas terakhir dari semua kelas. Hah!! Sangat susah memang masuk ke universitas ini sampai-sampai namaku selalu berada diurutan terakhir, yah walaupun tidak terlalu akhir.

Aku berlari menuju kampus. Aish, jam berapa ini? Jangan sampai aku telat dihari pertamaku berkuliah. Tapi itu hanya keinginanku, karena aku sudah terlambat hampir setengah jam. Aaaaaaa!! God! Please help me!!!

BRUKKK!!!

“Ahh, mianhae[1].” Seorang yeoja berjongkok mengambil buku-bukunya yang terjatuh. Aku ikutan berjongkok membantunya memungut buku-bukunya.

“Mianhae.” Katanya terus menunduk. Aku memberikan beberapa buku padanya.

“It’s okey, aku tidak apa-apa.” Aku tersenyum kearahnya. Dia mendongkak dan menatapku. Aku terkejut, jantungku hampir lari dari tempatnya. Diaa???

“Kau kenapa?” Youngbae menatapku bingung. Aku tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi pagi, saat aku bertemu dengannya. Aku bertemu dengan sunbaeku!!! Aaaaaaaa, bahagianya bahkan


[1] maaf

_______________________________

omelan dosen yang memarahiku karena terlambat terdengar seperti kicauan merdu burung dipagi hari.

“Heyy, heey, kau kenapa jiyong-ah??” Tanya youngbae lagi sambil mengguncangkan tubuhku. Aku menatapnya dengan pancaran mata yang bahagia. Aku seperti menemukan sebagian hidupku yang telah hilang. Oke! Itu berlebihan!

“Aku bertemu dengannya!!” Seruku girang sambil menggoyang-goyangkan lengan youngbae.

“Heyyy heeyy stop. Aku tidak bisa makan.” Geramnya sambil menyipitkan mata kearahku. Aku tersenyum lebar kearahnya.

“Dengan sunbaemu? Ahh, mungkin kalian jodoh. Takdir mempertemukan kalian kembali.” Youngbae sedikit terkekeh sambil memakan makanannya. Semoga takdir akan mempersatukan kami!! Semoga dan semoga!!

Seoul, 2004

Lagi dan lagi!!! Aku tak sempat menyatakan cintaku padanya!! Arghhh!!! Bahkan ini terulang kembali sama seperti disaat SMA dulu, di detik-detik kelulusannya aku malah bersembunyi takut bertemu dengannya. Aku terlalu dikendalikan oleh pikiranku. Dan apa yang aku dapatkan sekarang?? Dia akan pergi lagi sebelum tau apa yang aku rasakan. Aku ingin menyatakannya tapi entah mengapa aku malah bersembunyi terlalu malu bertemu dengannya. Bagaimana ini sekarang??? Bahkan youngbae mengatakan bahwa aku pengecut, terlalu takut memberitahukan perasaanku kepadanya. Youngbae benar ya dia benar, aku memang pengecut. Dan apa sekarang? Aku hanya bisa melihatnya pergi meninggalkanku dan perasaanku. Lagi dan lagi!!!

Seoul, January 2007

Akhirnya aku lulus dari universitas ini, youngbae sudah terlebih dahulu lulus daripada aku. Jelas saja, dia lebih pintar dan rajin dibanding aku. Aku sering bolos dan dihukum. Aku seperti sudah tidak memiliki semangat hidup. Semenjak orangtua ku pergi meniggalkanku untuk selamanya. Aku merasa putus asa, apalagi waktu itu aku masih duduk dibangku SMP. Aku sempat melakukan percobaan bunuh diri, tapi bodohnya percobaanku diketahui oleh youngbae. Semenjak itu aku tinggal bersama youngbae dan keluarganya. 2 tahun tinggal bersama mereka aku mencoba untuk mencari pekerjaan dan kontrakan sendiri. Waktu itu umurku sudah beranjak 16 tahun, sudah lumayan dewasa untuk tinggal sendiri. Keluargaku entah hilang kemana, mereka seperti tidak mengurusku bahkan ketika orangtuaku meninggal tak satupun dari mereka yang menjengukku. Sungguh mengerikan!

Aku mulai menemukan kembali hidupku ketika aku bertemu dengannya, ya bertemu dengan sunbaeku. Walaupun hanya bisa menatap dan mengaguminya dari kejauhan itu sudah cukup memberikan cahaya bagi kehidupanku. Setiap aku melihatnya tersenyum aku seperti menemukan titik terang dikehidupanku yang kelam selama ini. Dialah penyemangat hidupku, dan pada akhirnya aku harus merelakan dia pergi dari kehidupanku setelah dia lulus. Dan semenjak itu hidupku kembali datar kalau bukan youngbae, youngbae selalu memberikanku semangat dan berkata bahwa aku akan bertemu dengan penerangku suatu saat nanti. Benar saja, akhirnya aku bertemu dengannya lagi setelah 2 tahun lamanya aku menunggu. Aku bertemu dengannya lagi. Bertemu dengan penerang hidupku. Entah perasaan apa yang aku rasakan, aku merasa hidup kembali dari kematianku. Aku merasa dunia seperti memihakku. Ahh, sungguh indahnya dunia saat aku melihatnya. Dan lagi, aku harus kehilangannya. Aku begitu bodoh dan pengecut. Sekarang, aku tidak tau dimana dia berada. Mungkin dia sudah melanjutkan kuliahnya di luar negeri dan takkan kembali. Mendapatkan pasangannya dan hidup bahagia disana, tanpa tau perasaanku. Aku mahkluk yang menyedihkan memang.

Plaakk!!

Seseorang menampar pipiku pelan.

“Jangan melamun.” Serunya sambil memberikan segelas cokelat padaku.

“Aku dengar dia sekarang sedang bekerja dirumah sakit.” Siapa lagi kalau bukan youngbae. Dia memang teman setiaku. Selalu memberiku semangat disaat aku lemah.

“Tapi aku tidak tau dirumah sakit apa.” Sambungnya setelah beberapa lama terdiam. Aku menatapnya datar.

“Sudahlah, aku gamau terlalu berharap lagi. Sudah 2 kali aku gagal ga bisa menyampaikan perasaanku.” Gumamku pelan tak bersemangat.

“Jangan putus asa boy! Aku tau kau bisa, dan pasti bisa!” Youngbae menepuk-nepuk pundakku berusaha menyemangatiku. Aku tersenyum kecut kearahnya.

“Lusa aku akan pergi ke New York, melanjutkan studyku.” Youngbae menunduk mengaduk-aduk coklat yang ada dimeja. Aku menatapnya kaget. Lusa???

“Kau bahkan tak bilang akan pergi ke luar negeri.” Kataku sedikit terkejut. Youngbae menatapku dengan pandangan sedih.

“Aku tak kuat harus bilang padamu. Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku.” Balasnya sambil tersenyum sedih. Sepertinya dia sangat sedih jika harus berpisah denganku.

“Jika itu yang terbaik untukmu, aku akan selalu mendukungmu.” Aku tersenyum menyemangatinya.

“Berjanjilah kita akan sama-sama memberikan kabar.” Youngbae menatapku dan tak lama tertawa. Aku ikutan tertawa melihat ekspersinya.

4 days later.

Youngbae telah meninggalkan korea dan juga aku. Sekarang apa yang harus kulakukan? Aku sudah berhenti dari kerjaku semenjak lulus kuliah. Aku ingin mengistirahatkan pikiranku. Terlintas kembali pikiran konyolku, yaitu melakukan percobaan bunuh diri. Plaak! Aku menampar pelan pipiku. Jiyong bodoh!! Hidup bukan hanya untuk mati! Ingat itu jiyong!!

Entah apa yang merasuki pikiranku, dan pada akhirnya aku melakukan percobaan ini dimalam hari, disaat semua orang sudah terlelap dan sibuk dengan dunia mimpinya masing-masing. Aku mengambil beberapa pil yang aku tak ketahui kegunaannya apa. Terlintas kembali masa-masa dimana aku sudah benar-benar down, 5 tahun lalu. Aku selalu menghabiskan waktuku dengan meminum alcohol, setiap hari alcohol tak pernah lepas dari genggamanku. Bahkan lebih dari 20 botol aku meninumnya perhari. Bodoh memang, padahal itu detik-detik aku akan menghadapi ujian akhir sekolah. Aku sempat berpikir tidak lulus dan aku akan mengakhiri hidupku dengan gantung diri. Tapi nasib berkata lain, aku lulus. Itu sebuah keajaiban untukku. Dan sekarang?? Aku tak mau gagal lagi dalam percobaan ini, youngbae sudah tiada disini, membuat peluangku untuk mati semakin besar. Aku meneguk beberapa pil lagi.

Tok tok tok!!!

Aisshh siapa lagi yang mau mengusikku!! Tak kuhiraukan dan tetap meneguk pil-pil itu, aku ingin mati sekarang!!!

BRAAAAAAKKKK!!!

Aku terkejut, polisi datang dan langsung menyergapku.

“Berhenti melakukan percobaan bunuh diri Mr. Kwon!” Darimana polisi-polisi ini tau?? Aku langsung dibawa kekantor polisi dengan tuduhan melakukan percobaan bunuh diri. Aneh, darimana mereka tau???

“Seseorang menelpon kami dan menyuruh kami untuk datang ke kediaman anda.” Salah satu polisi berbicara seakan tau apa yang aku ingin tanyakan daritadi. Tapi, siapa???

“Mr. Dong Youngbae memberikan alamat anda pada kami.” Youngbaee??? Bagaimana??? Aku langsung mengecek handphoneku dan mendapati 12 pesan, semua dari youngbae. Pesan terakhir yang aku baca :

 

Jika kau tidak membalas pesanku yang ini, berarti kau telah melakukan percobaan bodoh itu lagi!!

Youngbae

Betapa pintarnya youngbae, aku benar-benar tidak bisa membodohinya ternyata.

“Kami akan membawamu kepusat rehabilitasi.” Pusat rehabilitasi?? Bodoh!! Apa-apaan mereka ini. Entah mengapa aku merasa pusing dan pandanganku mulai kabur. Akhirnya semua gelap!

“Jiyong-ssi.” Aku mendengar seseorang memanggil namaku. Suaranya sangat lembut. Perlahan kubuka mataku dan mendapati ruangan serba putih. Aku dimana?? Aaaaaaaa,, entah kenapa aku teringat dengan pusat rehabilitasi!!!

“Anda sedang dirawat dirumah sakit.” Aku menoleh kesumber suara. Tuhan!! Lagi-lagi jantungku ingin meloncat pergi dari tempatnya. Diaaa!!! Sunbae!!!!

“Kau harus dirawat dulu disini jiyong-ssi.” Katanya lembut, dia tau namaku!! Aaaaaaaa, aku merasa menjadi orang yang paling bahagia didunia ini. Stop! Lagi-lagi ini berlebihan -_- .

“Sunbae.” Panggilku saat dia hendak keluar. Siapa namanya?? Bahkan aku lupa namanya. Namanya terlalu berharga untuk kuingat.

“Kau mengingatku?” Tanyanya, dia kembali menghampiriku. Membuat nafasku tercekat.

“Tentu, kau sunbaeku di SMA dan kita pernah satu kampus bersama.” Jawabku sedikit bergetar, aku terlalu gugup dan senang!!

“Bahkan waktu itu aku menabrakmu. Haha.” Dia tertawa. Ohh, dia mengingatnya ternyata!!

“Kau bekerja disini sunbae?” Tanyaku berusaha menahan kegrogianku.

“Stop memanggilku sunbae, apa kau tak tau namaku?” Tanyanya tak merespon pertanyaanku.

“Mianhae, dara noona[1].” Tuhaann!!! Aku berhasil menyebut namanya!!

“Aku yang akan merawatmu disini, keadaanmu sedang lemah.” Tak lama dara pergi meninggalkanku. Aku tak akan lemah noona jika kau yang merawatku.


[1] kakak

_______________________________

“Jiyong, kau sudah memakan makananmu?” Tanya dara saat memasuki kamarku. Aku melihatnya dan mengangguk senang. Bahkan aku tak merasa sakit sedikitpun saat menatap wajahnya yang lembut itu.

“Jangan lupa minum obatmu. Aku tak ingin sakitmu tambah parah.” Aaaa, ternyata dia begitu mengkhawatirkan aku. Aku mengangguk sekali lagi.

“Apa boleh aku jalan-jalan?” Tanyaku pelan, berharap dia memperbolehkannya sekaligus mau menemaniku.

“Tentu, aku akan menemanimu.” Jawabnya tersenyum sambil mempersiapkan kursi roda untukku. Ahhh!!! Apakah ini mimpi??? Aku akan berjalan berdua dengannya.. God! Thankyou very much!!!

“Jiyong, saatnya kembali keruangan.” Seru dara saat kami sudah 3 jam berkeliling dan berakhir dikursi taman.

“Baik noona.” Aku tersenyum kearahnya dan mengangguk.

“Jangan lupa makan, minum obatmu dan jangan terlalu sering berpikir keras. Apalagi bepikir bagaimana caranya untuk bunuh diri.” Kata dara panjang lebar saat kami sudah sampai keruanganku. Haha, mana mungkin aku melalukakan percobaan konyol itu lagi. Selama kau ada disini aku akan menghabiskan hidupku dengan penuh kebahagiaan.

“Tidur yang nyenyak jiyong.” Dara tersenyum dan berbalik pergi keluar dari ruanganku.

“Noona..” Aku memanggilnya disaat ia sudah memegang ganggang pintu. Dara berbalik menunggu ucapanku yang tergantung.

“Aku sayang padamu.” Dara hanya tersenyum menanggapi omonganku. Hah! Aku serius dara!!

“Aku juga sayang padamu jiyong.” Dan akhirnya dara keluar dari ruanganku. Aaaaaa, dia mengatakannya!!! Dia bilang dia juga sayang padaku!! Ohh tuhaan!! Aku harap ini nyata, malam ini aku pasti akan tidur senyenyak mungkin. Dara!!! Saranghae!!!!

“Noona, apa aku boleh jalan-jalan lagi?” Tanyaku saat dara memeriksa keadaanku.

“Setelah ini, oke!” Dara mengacungkan jempolnya kearahku. Aku mengangguk. Haha, aku seperti anak kecil yang sedang jatuh cinta.

“Noona, aku tak ingin memakai kursi roda.” Kataku saat aku melihat dara mempersiapkan kursi roda lagi untukku.

“Baiklah.” Balasnya tersenyum dan kembali menutup kursi roda itu.

“Oh iya, bisa kah kau memanggilku dengan sebutan dara saja, aku merasa sangat tua jika dipanggil noona.” Dara tertawa sesaat setelah menyelesaikan kalimatnya. Aku tertawa juga dan akhirnya mengangguk.

“Dara.” Panggilku saat kami telah sampai dibangku taman. Dara menoleh dan tersenyum.

“Aku ingin bilang sesuatu.” Sambungku, aku menatapnya lekat-lekat.

“Apa?” Tanyanya masih tersenyum. Ahh! Senyum ini benar-benar membuatku meleleh. Aku menarik nafas, mempersiapkan kalimatku. Huuuh, haahh, huuuh….

“Aku sudah menyukaimu sejak aku masuk SMA, aku menyimpan perasaan ini 7 tahun lamanya. Aku merasa bahagia jika aku melihatmu, aku merasa cahaya hidupku kembali saat aku melihatmu. Walaupun aku hanya bisa mengawasimu dari jauh tapi itu sudah membuat hatiku senang. Dara, saranghae.” Jelasku panjang lebar. Aku tak berani menatapnya lagi. Takut dengan ekspresi yang akan diperlihatkannya. Dara terdiam cukup lama dan tiba-tiba menatapku dengan mata lembutnya.

“Jiyong-ah, aku menunggumu menyatakan ini padaku, dan akhirnya kau mengatakannya juga. Aku senang kau akhirnya menyampaikan ini padaku.” Dara tersenyum dan memelukku. Dara memelukkuu!!!!

“Aku juga menyukaimu, aku yakin takdir akan mempertemukan kita lagi suatu saat nanti. Diam-diam aku juga sering memperhatikanmu saat kita masih satu sekolah, tapi aku tak berani menyampaikannya. Aku terlalu takut kau akan menolakku.” Sambungnya masih memelukku. Aku tak bermimpi kan?? Oh tuhaan!! Kau begitu baik kepadaku.

“Tapi, semuanya akan berubah.” Dara berucap pelan dari balik punggungku.

“Maksudmu?” Tanyaku bingung. Semua akan berubah dia bilang??

“Ah, bukan apa-apa. Saatnya istirahat jiyong.” Dara melepas pelukannya dan membimbingku kembali keruanganku.

“Besok kau sudah boleh pulang.” Dara tersenyum lebar, sepertinya dia senang aku akan pulang.

“Itu tandanya aku tak bisa bertemu denganmu lagi.” Balasku lesu, aku tak akan bertemu dengannya lagi jika aku pulang.

“Hm? Aku akan merawatmu meski kau sudah dirumah. Kau akan tinggal bersamaku nanti. Aku takut kau akan melakukan percobaan bodoh itu lagi.” Dara cemberut kearahku, aku tertawa. Tidak akan lagi dara!

“Waktunya tidurrr!! Goodnight jiyong-ah, saranghae.” Ucap dara malu-malu dan akhirnya keluar dari kamarku sebelum aku sempat membalas ucapannya. Haha, aku percaya kau sudah memberikan jalan yang terbaik untukku tuhan!

Seoul, January 2008

Sudah hampir  1 tahun aku tinggal bersama dara, selama 1 tahun itu juga dara selalu memberikan perhatiannya kepadaku, tiba saatnya aku untuk memintanya menjadi pendamping hidupku. Aku ingin menikahi dara, apalagi kami sudah berpacaran hampir  1 tahun. Aku sudah mengenalnya secara luar maupun dalam. Aku yakin, aku tak akan menyesal karena dialah penerang hidupku.

“Dara-ah.” Panggilku saat kami sedang berada dibalkon kamar dara. Walau bagaimana pun aku tidak mau satu kamar dulu dengan dara.

“Hmm.” Dara menoleh kearahku. Aku tersenyum dia membalas senyumanku.

Aku mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celanaku.

“Will you marry me?” Tanyaku sambil menatap matanya dalam. Dia terkejut dan tak lama tersenyum.

“Jiyong…” Dara langsung memelukku dan menangis didalam dekapanku. Mungkin dia terharu karena terlalu senang.

February 2008,

“Saya Kwon Jiyong menyambut engkau Sandara Park sebagai istriku, dan berjanji bahwa tetap setia kepadamu dalam susah maupun senang, saya akan memeliharamu dengan setia sebagaimana wajib diperbuat oleh seorang yang beriman kepada Tuhan.” Aku mengucapkan janji pernikahan kami didepan pastur dan tuhan. Aku melihat dara tersenyum kearahku.

“Saya Sandara Park menyambut engkau Kwon Jiyong sebagai suamiku, dan berjanji bahwa tetap setia kepadamu dalam susah maupun senang, saya akan memeliharamu dengan setia sebagaimana wajib diperbuat oleh seorang yang beriman kepada Tuhan.” Kini dara yang mengucapkan janji suci itu.

“Dengan nama Tuhan, kalian telah direstui oleh pernikahan yang suci ini. Silahkan cium mempelai wanitamu.” Kata pastur itu mengakhiri. Aku mendekatkan wajahku kearah dara, dara tersenyum dan menutup matanya. Bibir kami pun bertemu cukup lama. Tepuk tangan membahana digereja kecil ini. Aku tak menyangka akhirnya dara menjadi istriku. Benar-benar sebuah keajaiban untukku. Aku menciumnya lagi, dara hanya tersipu malu, pipinya terlihat memerah.

April 2008,

Aku duduk disofa ingin mengistirahatkan tubuhku. Tapi, aku merasa dadaku terasa sesak, tak seperti biasanya. Ada apa ini?

“Jiyong, kau sedang apa?” Kulihat dara menghampiriku dan membawa beberapa cemilan. Aku menggeleng pelan. Dadaku terasa sangat sesak, sampai-sampai aku tak bisa bernafas. Dara melihat keganjilanku.

“Jiyong, jiyong, kau baik-baik sajakan?” Tanyanya khawatir sambil memegang pipiku. Entah mengapa aku merasa sangat pusing dan akhirnya semua gelap.

“Dia butuh istirahat dara.” Aku mendengar seseorang sedang berbicara. Aku membuka mataku perlahan.

“Dara.” Panggilku pelan. Dara menoleh dan langsung memelukku.

“Kau sudah sadar?” Tanyanya, wajahnya terlihat sangat khawatir. Aku mengangguk dan tersenyum.

“Aku ingin duduk ditaman.” Aku menatap keluar jendela rumah. Dokter yang memeriksaku telah pergi.

“Baiklah, kalau itu maumu.” Dara membantuku berdiri dan berjalan ketaman belakang rumah.

“Jiyong…”

“Dara, jika seandainya aku pergi meninggalkanmu aku mohon jangan kau sia-siakan hidupmu. Teruskanlah hidupmu, raihlah cahaya penerangmu dan hilangkanlah semua kegelapan yang ada didalam dirimu. Aku tak ingin hidupmu hanya terbuang sia-sia.” Potongku cepat. Entah kenapa aku berkata seperti ini dengannya. Aku juga tidak tau.

[Dara’s Pov]

“Jiyooongg…”

“Aku sudah sangat bahagia sekarang, memilikimu adalah anugerah terindahku. Aku merasa hidupku yang tak berguna sudah tergantikkan dengan kebahagian saat bersamamu. Dara, aku mencintaimu sampai kapanpun. Selalu simpan namaku dihatimu meski kau sudah mendapatkan penggantiku nanti. Aku akan selalu tersenyum untukmu.” Tak lama aku mendapati jiyong bersandar dibahuku dengan lemasnya.

“Jiyongg!!!!! Jiyooooongggg!!!! Aku mohon!! Jiiiyooongggg!!” Aku menangis sejadinya, aku tak ingin dia meninggalkanku secepat ini. Aku mohon jiyong! Bangunlah!!! Jangan membuatku takut.. Jiyooooonnggg!!!

Flasback December 2007

“Jiyong memiliki penyakit mematikan. Entah sampai kapan dia akan bertahan hidup. Dia di diagnose mempunyai penyakit sirosis hati. Mungkin dulu dia terlalu banyak mengkonsumsi alcohol dalam jangka waktu yang lama. Aku sudah berusaha membantunya dara, tapi hanya keajaibanlah yang dapat merubahnya nanti. Kuatkanlah hatimu dara dan tabahkanlah dirimu. Aku tau kau bisa!”

Flashback December 2007 End.

[ Author’s Pov]

May 2012,

“Eomma, appa, aku ingin naik itu.” Seru yeoja kecil sambil menunjuk komedi putar dan menarik-narik tangan ayah dan ibunya.

“Iya iya, sabar sayang. Ayo kita kesana.” Balas eomma dari yeoja kecil itu dan berjalan kearah komedi putar bersama namja yang tak lain juga ayah dari yeoja kecil itu.

“Appa, eommaa.” Teriak yeoja kecil itu senang dari atas kuda yang sedang dinaikinya.

“Dara-ah, aku bahagia bisa memilikimu dan Yongra.” Namja itu mencium puncak kepala yeojanya sambil memperhatikan anaknya dari kejauhan.

“Aku juga bahagia jiyong, Tuhan bisa menyatukan kita.” Seketika dara langsung memeluk jiyong dan menangis dipelukannya.

“Yakinkanlah hati dan percayalah kita akan bersama, menjalani indahnya kehidupan. Janganlah menangis dan bersedih karena aku disini  dan akan selalu menemanimu sampai kapanpun..”

But if I let you go I will never know

What my life would be holding you close to me

Will I ever see you smiling back at me?

How will I know, if I let you go?

 

END

Maaf kalau banyak typo, maaf kalau ceritanya jelek. Masih banyak yang harus diperbaiki dari ff saya yang ini. Mohon diterima dengan tangan yang terbuka yah buat para admin :-). Terima kasih. Fighting to Daragon. Daragon is real !! 😀 *bow

Terima kasihh 😀

13 thoughts on “[Finalis FF] – With You

  1. Waaaah, kata siapa ceritanya jelek??? Bagus banget malah… Aku nangis waktu Dara meluk GD sambil nangis… Oh ya, GD gak mati ya??? Wah, seru deh…

Leave a comment