Dear Love [Chapter. 11]

o-matic

Dear love

By: Princess WG

Hello ~~~~ Ini jeni.. pengen nge-share cerita yang mungkin baru mungkin loh yaah.. hehe mungkin para readers udah pernah baca.. Karena suka sama cerita ini jadi Jeni ngubah cast (hanya cast, keaslian cerita tidak diubah) cast aslinya ke cast daragon.. Sebenernya udah ngubek-ngubek buat cari si Princess WG ini tapi ga ketemu sama akun resminya dia. Jadi buat princess WG kalo misalnya ngeliat cerita / ff  ini, saya Jeni minta izin yah buat ngerepost ceritanya dan ngubah castnya.. Terima kasih.. Cerita ini sepenuhnya milik Princess WG bukan punya Jeni loh yah.. Thanks! *bow

Cast : Sandara Park
Kwon Jiyong
Jessica Jung
Kim Jaejoong
and Find out for yourself ^.^

“Aku ada satu permintaan.” ujar Jiyong pelan.

“Izinkan aku menemuinya saat ini. Yang terakhir. Aku janji padamu, setelah ini aku akan memegang janjiku tidak akan lagi menampakkan diriku di depan kalian semua. Tidak juga pada Dara.”

Dengan berat hati Papa menyanggupinya. Dara dipindahkan ke kamar rawat inapnya. Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan menjenguknya karena ia masih dalam kondisi tidak sadar. Tapi Papa berhasil membujuk dokter untuk memperbolehkan Jiyong masuk ke dalam untuk melihatnya. Maka berdirilah Jiyong di situ dengan hati yang hancur, di depan Dara yang terbaring tak sadarkan diri dengan perban yang membalut kepalanya dan luka-luka lain di tubuhnya.

Jiyong menarik kursi dan duduk di samping Dara berbaring. Perlahanlahan diraihnya tangan mungil Dara dan digenggamnya dengan erat. Jiyong memandanginya dengan pilu. Hatinya teriris-iris menahan diri untuk tidak menangis. Tak ada satu katapun yang sanggup keluar dari bibirnya yang kelu. Ia hanya mampu mengutuk dirinya sendiri.

——-

Jiyong tertidur di sampingnya, seharian menjaganya. Saat pagi-pagi sekali, Jaejoong dan Jessica memasuki kamar Dara. Jaejoong kaget bukan main melihat Jiyong tertidur di sana. Ia segera menarik Jiyong, mengajaknya ribut.

“Apa yang kamu lakukan di sini! Kamu mau apa, hah!?”

“Jaejoong, sudahlah, jangan tambah-tambah masalah lagi di sini.” Jessica meleraikan mereka. Jaejoong menarik Jiyong keluar dari kamar. Jessica tidak mengikuti mereka, ia menutup pintu dan menghampiri Dara. Matanya menatap sayu pada Dara, bagaimanapun juga ia sangat menyayangi temannya itu. Ia menyesal dengan semua pertengkaran yang harus mereka lalui beberapa hari ini. Ia malu pada dirinya sendiri, pada semua perbuatannya yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa sekalipun memikirkan perasaan Dara. Ia sudah sadar ternyata sejak dulu Dara menyukai Jaejoong, tapi Dara selalu menyimpan perasaannya dalam-dalam, ia bahkan rela memberikan Jaejoong pada Jessica, tapi Jessica malah menyia-nyiakan pengorbanan Dara dengan menyukai cowo lain. Jessica menyesal tidak menyadarinya dari dulu, lebih menyesal lagi karena akibat perbuatannya itulah Dara harus berurusan dengan Jiyong.

Jessica menghapus semua lamunannya saat suara berisik Jaejoong dan Jiyong di luar kamar membuat Dara siuman perlahan-lahan. Tapi Jessica merasa lega, ia lekas mendekatinya,

“Dara….Kamu sudah sadar?”

“Di mana aku..” jawab Dara serak.

“Kamu ada di rumah sakit sekarang. Jangan banyak bergerak dulu, dokter bilang Kamu harus banyak-banyak istirahat.” Jessica tersenyum lembut,

“Kamu sangat beruntung, meskipun kepalamu harus banyak menerima jahitan tapi nyawamu selamat.” Dara berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Ia hanya ingat sebuah mobil melaju kencang ke arahnya dan menabraknya. Lalu ia tidak ingat apaapa lagi. Semakin ia memutar otaknya, kepalanya semakin berdenyut-denyut sakit.

Kemudian suara Jiyong menyadarkannya, ia menoleh ke samping, ke arah jendela kamarnya dan melihat Jiyong tengah bertengkar dengan Jaejoong di luar. Ia baru teringat dengan semuanya. Semua yang menyakitkan………..

“Kamu jangan muncul di depan kami lagi! Aku sudah dengar semuanya dari Papa Dara, Kamu bajingan brengsek! Hanya memacari Dara demi uangnya!!” Jaejoong membentur Jiyong ke tembok. Jiyong terhenyak saat ia melihat dari balik kaca, Dara sudah siuman. Hatinya merasa lega, tapi juga sakit karena di saat inilah ia harus semakin menghancurkan Dara. Tapi untuk yang terakhir kalinya.

“Memangnya kenapa kalau aku butuh uangnya?” Jiyong tertawa renyah, sebisa mungkin membunuh perasaan yang berkecamuk dalam hatinya. Ia ingin menerobos masuk ke dalam sana dan bilang pada Dara kalau ia sangat mencintainya, tapi ia tahu bagaimana pun ia sudah berjanji akan melepaskan Dara.

“Salah dia sendiri kenapa bisa sebodoh itu, mau aja ditipu. Sialan, kalau saja rencanaku ini tidak cepat terbongkar, aku bisa meraup keuntungan lebih banyak darinya!!”

“Kamu!!” Jaejoong marah besar melihat senyum Jiyong yang tanpa rasa bersalah.

“Dia terlalu naif, mungkin selama ini dia kira aku benar-benar menyukai dia, yang aku sukai itu hanya uangnya! Tidak masalah kalau dia tidak menyukaiku juga, toh aku berhasil memeras papanya habis-habisan.” Dara membekap mulutnya dengan tangan, menangis mendengar semua itu.

“Kenapa kamu sangat peduli dengan Dara? Kamu suka dia? Ya sudah, ambil saja sana. Aku tidak butuh dia lagi, yang penting kan aku sudah dapat uang banyak dari papanya.” Jiyong menertawai Jaejoong. Jessica keluar dari kamar,

“Jaejoong, bawa dia pergi dari sini! Dara tidak harus mendengar semuanya kan?! Cepat bawa dia pergi!”

“A..apa?” Jaejoong terperangah melihat ke dalam, Dara ternyata sudah mendengar pertengkaran mereka sejak tadi. Ia segera menarik kerah baju Jiyong untuk menyeretnya pergi dari situ, tapi Jiyong malah masuk ke dalam kamar, berdiri menantang di depan Dara.

“Dara, aku tidak bermaksud membuatmu sampai masuk rumah sakit begini. Tapi kuharap kamu tidak terlalu dendam padaku, aku juga berharap kamu bisa melupakan semuanya. Di antara kita tidak perlu ada yang disesali karena hubungan kita hanya dilandasi kebohongan belaka. Toh aku juga tidak pernah serius padamu, apalagi sampai mencintaimu, semua ucapanku itu hanya bohong. Sekarang kamu sudah tahu semuanya kan? Lupakan saja, anggap saja kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Begitu lebih baik. Kita bisa melanjutkan hidup kita masing-masing.” Jiyong bisa melihat dengan jelas air mata Dara yang mengalir karena semua ucapan kasarnya. Tapi ia mencoba berpura-pura tidak peduli. Tanpa perlu ditarik oleh Jaejoong,

Jiyong segera mengangkat kakinya pergi dari situ. Langkahnya terlihat mantap di koridor rumah sakit itu, meninggalkan mereka semua yang menatapnya dengan marah. Tapi bukan tatapan orang-orang itu yang mengoyakkan hati Jiyong, melainkan tatapan mata Dara saat ia mengucapkan semua kata-kata kejam itu. Gadis itu menangis. Ia berharap lebih baik ia buta sehingga tidak perlu melihat Dara menderita……. lebih baik ia tuli sehingga tidak perlu mendengarnya menangis…. lebih baik ia mati daripada membuatnya sedih……….

Lalu di tempat yang sepi itu, saat tak ada yang melihatnya lagi….. Jiyong jatuh berlutut di bawah.

Ia tak tahan lagi, ia pun meneteskan air mata. Menangis tanpa ada yang melihatnya. Hatinya menjerit-jerit penuh kesakitan.

Maafkan aku,….. aku telah melukaimu. Aku terlalu bersalah padamu, tidak seharusnya aku membawamu masuk ke dalam kehidupanku, dan aku pun tidak seharusnya masuk ke dalam kehidupanmu. Aku telah membohongimu, menyakitimu dan membuatmu jadi begini. Percayalah, sedikitpun aku tidak bermaksud melukaimu. Aku rela menanggung apapun seandainya itu bisa membuatmu lepas dari penderitaan ini.

Seandainya saja kamu tahu perasaanku. Aku tidak pura-pura baik padamu, aku memang mencintaimu. Aku tidak tahu apa kamu juga mencintaiku, tapi kamu selalu baik padaku, kamu selalu ada di sampingku meskipun kamu sudah tahu keadaanku yang sebenarnya, dan aku dengan bodohnya menghancurkan hatimu……… seharusnya aku tidak melakukan itu. Tapi aku terpaksa. Aku harus membuatmu melupakanku, aku harus melepaskanmu. Orang sepertiku tidak pantas bersamamu sedetikpun…….. Orang seperti aku hanya akan membuatmu menderita seperti ini. Papamu benar, semua orang benar, aku memang tidak pantas untukmu. Aku akan menjauh darimu, Dara, sebisa mungkin akan menghilang dari hidupmu hingga kamu tidak perlu lagi sakit hati. Kuharap kamu bisa mengerti. Kuharap Kamu tahu, aku memang mencintaimu.

Jiyong menangis di sana. Tidak ada seorang pun yang tahu betapa hancur hatinya saat ini…… Kalau ada orang yang paling menderita dalam semua kejadian ini, Jiyong-lah orangnya.

I would die for you, I would die for you

I’ve been dying just to feel you by my side, To know that you’re mine

I will cry for you, I will cry for you

I will wash away your pain with all my tears, And drown your fear

I will pray for you, I will pray for you

I will sell my soul for something pure and true

Someone like you, See your face every place that I walk in

Hear your voice every time I am talking, You will believe in me

And I will never be ignored, I will burn for you

Feel pain for you, I will twist the knife and bleed my aching heart

I’ll tear it apart, I will lie for you, I can steal for you

I will crawl on hands and knees until you see, You’re just like me

Violate all my love that I’m missing, Throw away all the pain that I’m living

You will believe in me, And I can never be ignored

I would die for you, I would kill for you, I will steal for you

I’d do time for you, I would wait for you, I’d make room for you

I’d sail ships for you, To be close to you, To be a part of you

‘Cause I believe in you, I believe in you, I would die for you

Come up to meet you, tell you I’m sorry, You don’t know how lovely you are

I had to find you, tell you I need you, And tell you I set you apart

Tell me your secrets, and nurse me your questions

Oh lets go back to the start

Running in circles, coming in tails, Heads on a science apart

Nobody said it was easy, It’s such a shame for us to part

Nobody said it was easy, No one ever said it would be this hard

Oh take me back to the start

***

Chaerin dan Bom langsung pergi menjenguk Dara begitu mereka pulang dari sekolah. Mereka hanya tahu Dara semalam ketabrak mobil, selebihnya mereka tidak tahu apa-apa.

Sesampai di kamar inap Dara, hanya ada Jessica dan Jaejoong yang menjenguk di sana. Chaerin langsung memeluk Dara,

“Dara….Kamu baik-baik saja kan? Aku hampir mati ketakutan mendengarmu ketabrak mobil.”

Bom meletakkan kantung plastiknya yang penuh dengan buah apel ke bawah ranjang, ia tersenyum malu-malu,

“Aku tidak tahu harus bawa apa ke sini, kata Chaerin lebih baik bawa apel….. tapi kurasa itu ide tolol, masa abis ketabrak mobil makan apel?”

“Tidak usah repot-repot begitu,” Dara terharu ,

“Kalian habis pulang sekolah ya? Gimana sekolah hari ini?”

”Tidak ada kejadian seru apa-apa, tuh si ketua Osis baru bikin peraturan aneh, tiap hari Jum’at-Sabtu kita boleh pake baju bebas sesuka hati kita. Si Bom kesenengan tuh!”

“Iya, Dara, jadi aku bisa bebas mau pake apa aja.” Bom terkikik lucu,

“Gak ada lagi deh yang larang-larang aku pake rok pendek.”

Mereka tertawa bersamaan. Jessica melirik Jaejoong, membisikkan sesuatu dan kemudian mereka berdua meninggalkan ruangan itu.

Jaejoong berjalan di depan Jessica, kemudian berhenti sebentar menoleh ke belakang,

“Mau bicara apa lagi?”

“Kamu masih marah padaku ya?”

“Kamu mau membicarakannya di saat-saat begini? Ayolah Jessica, aku sama sekali tidak berselera.” Jaejoong terlihat jengkel.

“Aku tahu kamu masih marah. Aku tidak menyalahkanmu.”

“Lalu maumu apa?”

”Sekarang kamu sudah tahu kan, Dara itu dari dulu selalu menyukaimu. Dia menyimpan semuanya demi aku.”

“Ya, aku tahu.”

”Lalu apa kamu…”

”Jessica!” Jaejoong memotongnya cepat,

“Sebenarnya apa inti dari pembicaraan ini? Tolong jangan bertele-tele.”

”Apa kamu juga punya perasaan yang sama pada Dara? Maksudku, setelah semua yang terjadi semalam…. Kamu kelihatannya sangat terpukul. Tadi saja kamu sampai bertengkar hebat dengan Jiyong. Aku pikir…. mungkin saja kamu juga punya perasaan khusus pada Dara.”

Jaejoong menatapnya tak percaya, ia tersenyum getir,

“Dia itu temanku, kalau ada sesuatu yang terjadi padanya tentu saja aku akan khawatir. Dan kalau dia sampai sakit hati gara-gara ulah cowo bajingan itu, tentu saja aku akan mencari perhitungan padanya! Kamu ini kenapa sih? Memangnya kamu tidak sedih melihat Dara disakiti seperti itu? Kalau kamu jadi aku, kamu pasti juga akan melakukan hal yang sama bukan ?!”

“Aku bukannya tidak sedih dengan keadaan Dara. Bagaimana mungkin aku bisa tidak sedih, Dara itu temanku sejak kecil! Apa yang kami miliki jauh lebih banyak dibandingkan kamu dan Dara!”

”Lalu apa intinya!!”

”Intinya, aku rasa kamu sebenarnya menyukai Dara!!” Bentak Jessica keras, bahunya turun naik menahan emosi.

Jaejoong menatapnya tajam, Jessica tidak mampu mengartikan arti dari tatapannya itu. Ia merasa tidak berkutik, takut untuk mendengar jawaban Jaejoong yang sesungguhnya.

“Akui saja, Jaejoong. Sungguh aku tidak keberatan kalau kamu bersama dengan Dara, aku hanya mau memastikan apa yang aku rasakan ini adalah benar.”

“Memangnya apa yang kamu rasakan?”

“Aku merasa…… Kamu-lah satu-satunya orang yang bisa menghapus luka di hatinya.”

“Itu yang kamu rasakan?”

“Ya.”

“Sungguh itu yang kamu rasakan, Jessica? Hanya itu?”

Jessica tidak menjawab. Kemudian Jaejoong mengangguk kecil di hadapannya, wajahnya menyiratkan kekecewaan yang mendalam,

“Baik, kamu mau tahu apa yang kurasakan, Jessica? Aku memang menyukai Dara, aku bahkan menyayangi dia melebihi diriku sendiri. Tapi orang yang aku cintai bukan dia!”

Jessica memejam mata saat Jaejoong melangkah pergi meninggalkannya.

Lagi-lagi aku telah membuatnya kecewa….

***

Sore itu Dara mengamati butiran-butiran hujan yang membasahi jendela kamar rumah sakitnya. Ia menerawang, melamun sambil menahan rasa sakit yang masih sedikit bersarang di kepalanya. Ia mendengar bunyi ketukan pintu dan tersenyum saat Jessica masuk.

“Kenapa masih ada di sini? Kamu belum pulang sejak tadi pagi?” Jessica duduk di sampingnya, menggerak-gerakkan tulang punggungnya,

“Iya nih capek, abis ini aku sudah mau pulang kok. Bagaimana keadaanmu sekarang?”

“Tidak mungkin kan, aku menjawab ‘aku sudah baikan’ ?” Dara menunduk sedih.

“Kamu masih sedih ya?”

“Kamu tahu, Jessica? Lebih baik kita terluka secara fisik daripada hati kita yang terluka, sakitnya tak akan hilang sampai kapanpun juga.”

“Tapi Dara, Kamu harus melupakan dia.”

“Bagaimana caranya? Bisakah Kamu beri tahu aku, bagaimana cara melupakan orang yang kita sayangi dan kita benci sekaligus? Orang yang telah membawa kita terbang tinggi, tapi juga mematahkan sayap kita dan menghempaskan kita ke tempat yang paling dalam? Orang yang telah menoreh cinta dan luka di hati kita di saat bersamaan?”

Jessica memeluk Dara sebelum gadis itu menangis lagi. Ia membelai pundaknya dengan lembut,

“Aku mengerti apa yang Kamu rasakan, Dara. Aku mengerti….. Ini semua salahku, secara tidak langsung aku-lah yang telah menyeretmu pada Jiyong.”

“Ini bukan salahmu.”

“Dara, aku menyesal atas semua perbuatan dan ucapanku tempo hari. Aku memang bukan teman yang baik. Kamu pantas marah padaku. Kamu memang benar, Jaejoong terlalu baik untuk orang semacam aku, dia sepantasnya denganmu.”

Dara melepaskan pelukannya, mengamatinya tajam,

“Apa maksudmu?”

“Pasti berat bagimu untuk selalu menyimpan perasaan pada Jaejoong selama ini. Aku memang tolol, baru sadar di saat-saat terakhir, pasti selama ini perbuatanku sudah banyak membuatmu kecewa. Seandainya aku tahu sejak dulu…… Kamu selalu baik dan perhatian pada Jaejoong bahkan melebihi rasa sayangku sendiri padanya. Sebenarnya Kamu-lah yang paling pantas mendampingi Jaejoong.”

“Jessica?”

“Dara, aku dan Jaejoong memang sudah putus, semua karena salahku, tapi aku tidak berharap apa-apa lagi dari hubungan kami. Aku mau merelakannya untukmu.”

“Jessica, Kamu salah…. aku…”

“Aku sama sekali tidak keberatan, Dara. Kalau memang Jaejoong bisa menyembuhkan semua luka di hatimu..”

”Jessica, aku tidak lagi mencintai Jaejoong.” jawab Dara tegas,

“Dan aku tidak mau merusak hubungan kalian. Apa Kamu tidak sadar, meskipun kalian sudah putus tapi Jaejoong masih sangat mencintaimu. Aku juga tidak mengerti bagaimana caranya aku bisa melupakan perasaanku pada Jaejoong, itu semua terjadi tanpa aku sadari.”

“Karena Jiyong?” Meski sakit tapi Dara mengangguk,

“Aku terlambat menyadarinya. Sekarang aku malah berharap aku tidak perlu menyadarinya sama sekali, agar aku tidak perlu menanggung semua ini. Bahkan kalau perlu aku tidak usah selamat dari kecelakaan ini, biar aku membawa mati semua luka ini. Aku memang bodoh, bodoh karena bisa jatuh cinta pada orang seperti itu, yang jelas-jelas hanya bermaksud memanfaatkanku.”

“Kita semua bodoh, Dara. Tak ada satupun dari kita yang terlalu pintar untuk menghindar dari cinta, karena pada akhirnya kita semua terluka.”

***

Butuh waktu sebulan bagi Dara untuk benar-benar memulihkan dirinya dari musibah ini. Perban yang membalut di kepalanya sudah boleh dilepas, dan dia pun sudah boleh meninggalkan rumah sakit. Setiap orang menyambutnya gembira. Tapi tidak bagi Dara. Dia tidak merasakan apa untungnya bisa sembuh dari luka fisik, karena sampai kapanpun juga ia tidak yakin apa luka di hatinya bisa disembuhkan. Meski ia sudah bisa pulang ke rumah dan menjalani semua aktivitas sehariharinya dengan normal kembali, tapi tetap saja ia merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Ada yang pergi dan meninggalkan kekosongan dalam hatinya. Ia merasa apa yang ada di sekelilingnya tidak sama lagi seperti dulu. Bahkan tawa dan senyumnya pun tidak sama lagi. Begitu banyak orang yang tanpa putus asa terus mencoba menghiburnya, menariknya keluar dari kesedihan itu. Tapi siasia saja, bukankah semua itu malah mebuat Dara semakin terpuruk? Ia tidak perlu perhatian extra dari mereka semua, juga tidak perlu dikasihani. Yang ia perlukan hanya waktu. Mungkin dengan waktu itu-lah, ia sanggup menyembuhkan lukanya sendiri. Dan mungkin, hanya dengan waktulah ia bisa melupakan Jiyong.

Dia telah membuatku hidup, tapi dia juga lah yang membuatku mati seketika. Dia yang telah membuka hatiku untuk cinta yang baru, tapi dia jugalah yang menutup pintu hatiku untuk kebahagiaan lain yang bisa kuraih. Aku tak akan bisa melupakan semua kenanganku bersamanya, tapi aku pun tak bisa melupakan sakit hati ini.

Aku tak tahu salahku di mana, mungkin aku memang terlalu naïf…. atau mungkin kesalahanku hanya satu, yaitu mencintai orang yang salah.

Dara tidak pernah menyadari, saat hari pertamanya kembali ke rumah, seseorang mengamatinya dari kejauhan. Saat ia turun dari mobil dan perlahan-lahan dibantu oleh Papanya masuk ke dalam rumah, ada seseorang yang berdiri di kejauhan sana, menahan diri untuk tidak menghampirinya. Menahan diri untuk tidak mencintainya lagi.

****

Beberapa hari menjelang ujian akhir………….

Dara mengamati brosur-brosur perguruan tinggi yang berjejer rapi di meja depan ruang BP. Murid-murid kelas 3 berbondong-bondong mengambilnya sambil terus berdebat universitas mana yang paling bagus. Ada yang sudah mantap dengan pilihannya, ada yang masih bingung dan berkonsultasi dengan guru, ada juga yang cuek bebek.

Jaejoong tersenyum melihat Dara datang,

“Buat apa liat-liat? Kan sudah pasti mau ke Inggris.”

“Kamu sendiri buat apa liat-liat? Bukannya waktu itu sudah beli formulir?”

”Aku berubah pikiran. Aku ingin kuliah di tempat yang aku mau, bukannya semata-mata pengen satu kampus lagi dengan Jessica.”

Ternyata Jaejoong sudah tidak berniat lagi satu kampus dengan Jessica. Sejak putus, hubungan mereka memang jadi agak dingin, ada kesan Jaejoong selalu menjauhi Jessica dan begitu pun sebaliknya. Karena kedua-duanya makhluk paling popular di sekolah ini, maka kabar putusnya mereka tentu saja langsung menyebar dengan versi yang berbeda-beda.

“Kamu jadi kuliah di Inggris?”

“Tidak ada sesuatu yang membuatku harus membatalkannya.” Dara tersenyum kecil.

“Aku akan kehilanganmu.”

“Aku juga.” Jaejoong mengerut kening sesaat, memberanikan diri untuk bertanya,

“Bagaimana keadaanmu sekarang, Dara?”

”Aku? Aku sudah pulih total, Kamu bisa lihat sendiri kan?”

“Iya,” Jaejoong tertawa kaku.

“Kalau yang kamu maksud itu hatiku, Kamu tahu sendiri aku tidak semudah itu pulih.”

TBC ^.^v

Chapter : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Makasih buat komennya, buat author cerita ini (Princess WG) seneng yah dengan komen kalian makasihhh ^_^v

dear love

39 thoughts on “Dear Love [Chapter. 11]

  1. I would die n will cry for u too jiyong only for u.suwer…Hikk hikk hikkksss…sedih.ikut nangis….
    kasihan jiyong…bnr bngt dsini mang yg pling trluka i2 si jiyong….
    Trus ni kapan mereka bakal ktemu lg…ayo thor buat mrk sgra ktemu…eh tp yg ngamati dara dr jauh i2 si jiyong kn????

  2. Mdh2an Dara bisa mengetahui apa yg sebenarnya terjadi 😀 jiyong bukan org seburuk pemikiran mreka 😀 Next 🙂 FF’a kerennn (y) Daebakk
    Tadi hampir mau nangis loch bca bagian Jiyong :’D

  3. Ya ampun kasian banget dara sm jiyong ny.. Mudah2an youngbae bisa ngejelasin yg sebenar ny semua ke dara,, tapi pasti msi lm lg ya kan..

Leave a comment