[Oneshoot] At The Haunted House

at the hounted house

At The Haunted House

.

Sandara Park ׀ Kwon Jiyong

.

Romance-Teen

QueenNda © 2014

 

…………………………………………..OoOoOOooo………………………………………….



.

Sandara Povs

“dan apa kau tahu Dee, kalau ternyata Seunghyun itu sangat romantis! Aku tidak sabar mengenalkannya padamu besok…”

Aku menghela nafasku, berat…

Hanya Seunghyun, Seunghyun daaaann Seunghyun yang dibicarakan Bommie sedari tadi, mulai masuk sekolah, jam istirahat, keluar dari gerbang sekolah sampai sekarang! Ya Tuhan, tidak bisakah aku mempunyai pacar juga seperti Bom, setidaknya aku juga bisa membanggakan kekasihku didepan dia bukan hanya nama Seunghyun yang selalu kudengar. Aku merutuki nasibku yang sama sekali belum pernah mempunyai kekasih, walaupun aku ingin seperti Bom, tapi kenapa tidak ada pria yang mau mendekatiku! Bahkan ini sudah memasuki tahun terakhirku di SMA!!><

“Dee?apa kamu baik-baik saja?”

Aku menatap Bom, dia masih mengibas-ibaskan tangannya didepan wajahku, aku menepisnya.

“aku sangat baik, Bom”

Aku dan Bom berjalan berdampingan, dia mulai bercerita tentang kencan pertamanya dengan Seunghyun. Membosankan. Demi Neptunus! Cerita ini sudah kudengar lebih dari 10x.. TT.TT

“Baiklah Dee, kita berpisah disini.. sampai jumpa besok”

Aku dan Bom berpisah dipersimpangan jalan, rumahku dan Bom hanya dipisahkan 3 blok. Aku tersenyum dan melambaikan tanganku. Setidaknya aku tidak mendengar ocehannya agi tentang Seunghyun, kekasih sempurnanya. Huft..

Kapan aku mempunyai kekasih >< pergi kencan, memasang gembok di menara Namsan, jalan-jalan berdua ke pulau Nami…hufftt…Aku berjalan menunduk sambil menendang beberapa kerikil, batu kerikil itu terus menggelinding sampai kulihat memasuki pagar rumah. Aku berhenti didepan pagar rumah tersebut.

OMO! Bukankah ini rumah hantu! Seketika bulu kudukku merinding saat merasakan hembusan angin dingin menyentuh kulit leherku. Tapi, kenapa pagarnya sedikit terbuka? Apa ada orang didalamnya?

……..

Dara masih berdiri di depan pagar rumah tua itu, ia mengedarkan pandangan ke sekitar.

“sepi”gumamnya.

Dengan perlahan ia menyelipkan tubuhnya melalui celah pagar yang terbuka sedikit, yeah, suatu keberuntungan bagi Dara karena tubuh mungilnya. Ia sedikit terkikik pelan menahan tawa, ia berpikir bagaimana jadinya jika Bom yang menyelinap, mungkinkah ia akan tersangkut?

Dara berhasil masuk kedalam rumah tua itu atau lebih tepatnya rumah hantu, seperti yang dibicarakan oleh masyarakat sekitar. Banyak isu tentang rumah tersebut, mulai dari suara-suara aneh yang suka terdengar dari dalam rumah, isak tangis bayi, bahkan penampakan hantu gwishin yang sempat membuat orang takut saat melewati rumah ini. Tapi, sekali lagi itu semua hanya isu yang berkembang dari satu orang melalui orang lainnya lagi dan akhirnya merebak ke masyarakat luas.

Secara perlahan Dara mulai memasuki halaman rumah hantu tersebut, banyak terdapat ilalang raksasa tumbuh di sekitar halaman menutupi bagian depan rumah, dan beberapa sarang laba-laba yang terdapat menjuntai dengan bebasnya.

“aku tidak takut. Aku tidak takut”gumamnya berulang kali saat ia merasakan bulu kuduknya berdiri ketika ia mulai mendekati rumah tersebut.

“Waahh, rumah ini terlihat sangat klasik. Tapi kenapa dibiarkan kosong begitu lama dan…ini sangat berdebu”Dara mulai menaiki tangga rumah itu menuju ke teras. Ia masih mengagumi rumah tua itu, bangunan klasik khas rumah bangsawan dengan beberapa pilar berdiri di bagian depan rumah dan sudah terlihat cukup rapuh. Pandangan Dara berhenti pada pintu masuk.

Terbuka.

Rasa ingin tahu mulai memasuki pikiran Dara, kakinya masih berhenti didepan pintu. Sebagian dari pikirannya mengatakan untuk masuk tapi sebagian lagi menghentikan rasa penasarannya.

“aku akan masuk, lagipula tidak ada yang akan melarang bukan”serunya mantap, ia mengepalkan tangannya ke udara”fighting”

Dara membuka pintu lebih lebar, pintu tua itu sedikit berderik mengeluarkan suara yang tidak enak didengar tapi lagi-lagi Dara dibuat takjub dengan pemandangan dalam rumah. Beberapa furniture masih tetap ada dan terlihat mahal, sebagian ada yang ditutupi kain putih daann tetap berdebu bahkan sangat tebal.

Dara melangkah masuk lebih dalam lagi, ia melihat tangga. Satu tangga menuju ke lantai atas berikutnya dan tangga disebelahnya menuju gudang bawah tanah.

Pintunya terbuka..Pintu gudang bawah tanah itu terbuka.

Dara menelan ludahnya, menepis semua rasa takutnya walaupun bulu-bulu halus dilehernya beraksi melawan semua pikirannya. Dara mulai menuruni anak tangga menuju gudang bawah tangga, ia menuruni dengan hati-hati mengingat semua kayu yang ada dirumah itu sudah sangat tua dan bisa saja tiba-tiba hancur karena pijakannya. Sesekali Dara berhenti saat ia mendengar derikan kayu tangga yang saling bergesekan terinjak olehnya, hingga ia sampai didepan pintu gudang, ia membuka pintunya pelan dan masuk.

Mata Dara terbulat sempurna saat ia melihat ada bayangan lain didepannya, itu menandakan kalau dirinya tidak sendiri! Dan tiba-tiba angin terasa sangat kencang masuk melalui pintu dibelakang Dara. Pintu dibelakang Dara bergerak menutup.

BLAM..!!

“KYAAAAAAHHHHHH,,, HAntuuu!!!HAntu!!!!”teriak Dara histeris, tubuhnya terdorong ketembok, mengibas-ibaskan tangannya sendiri mencoba mengusir bayangan hitam yang mulai mendekati dirinya.

“Kumohon, ampuni aku. Aku janji tidak akan masuk kesini lagi”Dara terduduk, ia menutup matanya dan menggosok kedua tangannya.

“Hei, aku bukan hantu”

‘omo, apa hantu sekarang malu mengakui dirinya sebagai hantu?’pikir Dara, perlahan ia membuka matanya, hal pertama yang ia ingat adalah : Hantu tidak mempunyai kaki.

‘kaki, ia punya mempunyai kaki’Dara masih menatap sepasang sepatu sneaker yang berdiri dihadapannya. Ia mengingat hal kedua: hantu selalu melayang tidak menginjak tanah.

‘hantu ini menginjak tanah, dia tidak melayang’Dara mengangguk menyetujui pikirannya sendiri, perlahan ia beranikan diri untuk menengadah ke atas. Ia melihat ‘hantu’ didepannya tidak seperti hantu pada umumnya, ia memakai sneaker, denim dan sweater hodie lengkap dengan benie, ‘hantu yang sangat fashionable’ pikirnya ‘dan dia pria?’

“apa yang sedang kau lihat?” ‘hantu’ didepan Dara menyorotkan lampu senter kearah wajahnya sendiri.

“Kyyaaaahhhhhhhh!! Hantu!!”teriak Dara sekali lagi dan membuat pria didepannya menutup telinga.

……

“jadi, sekarang kau percaya aku bukan hantu kan?”

“yah, tapi apa yang sedang kau lakukan disini?”Dara mendesah lega, setelah ia yakin dengan berbagai pertimbangan kalau yang berada diruangan itu adalah benar-benar seorang pria manusia bukan hantu yang dia bayangkan.

“bertaruh dengan temanku”jawab pria itu sambil mencari sesuatu.

“bertaruh?”Tanya Dara, ia terduduk disamping pintu.

“yeah, ceritanya panjang sampai tiba-tiba kau berteriak dan menghabiskan waktuku”

“lalu, apa yang kau lakukan dengan pemukul itu?”Dara terlihat bingung saat melihat pria itu mengambil pemukul bisbol dan berjalan kearahnya.

“membuka pintu ini, lihat gara-gara dirimu yang berteriak seperti orang bodoh kita terkunci disini”Pria itu mencoba memukulkan pemukul bisbol kearah knop pintu tapi tetap tidak terbuka malah pemukul itu yang patah, Dara hanya terdiam memandang pria itu. Ia merasa bersalah dan takut.

“maaf”

“simpan maaf mu saat kita keluar ,kau harus mentraktirku”pria itu membuang pemukul bisbol tadi dan mencari alat lainnya, Dara mengikutinya.

“kenapa aku harus mentraktirmu?”

“karena ini semua gara-gara kau”Pria itu menemukan sebuah gergaji kecil, ia mengambilnya dan berjalan kearah pintu, Dara masih mengekor dibelakangnya.

“menjauhlah sedikit”perintah pria itu saat ia menyadari Dara berada didekat pintu saat ia mencoba menggesekkan gerigi tajam gergaji diantara celah-celah pintu. Dara menggeser tubuhnya menjauhi pintu, ia melihat pria itu mulai menggesekkan gergaji.

“Akkhhhh!!!”

Prannggg..

“OMO!!”Dara berteriak melihat darah segar mengalir dari lengan kanan pria tersebut.

“kurasa gergaji itu sudah tua jadi tidak bisa membuka besi pintu”Pria itu berkata sambil menahan sakit ditangannya, ia terduduk disamping Dara.

“kemarikan tanganmu”Dara membuka tasnya mencari sesuatu”ketemu!!”Dara menunjukkan beberapa lembar kain kassa dan bandplast. Pria itu tersenyum dan memberikan tangannya kearah Dara.

Dara selesai mengobati luka pria itu, mereka duduk bersampingan ditemani temaram cahaya lampu senter yang dibawa pria itu.

“apa kita benar-benar terkunci sekarang?”desah Dara…”omma, appa…”Dara menekuk kakinya, dan memeluknya.

“bodoh, ini juga gara-gara kau, apa kau lupa?”

“anio, aku hanya takut”

“pada hantu?apa kau percaya dengan yang orang-orang katakan tentang rumah ini?”pria itu menatap Dara, Dara hanya menggeleng.

“tidak, tapi memang itu yang ada dipikiranku saat melihat bayanganmu tadi”

Mereka kembali terdiam…

Dara hanya memeluk kakinya dan pria disampingnya hanya menunduk…

“apa kau tidur?”Tanya Dara memecah kesunyian.

“tidak…”

“lalu apa?”

“aku memikirkan sesuatu…”

“tentang?”

“jalan keluar”

Mereka berdua kembali mendesah berat…

“hmm,,dari film-film misteri yang pernah ku tonton biasanya ditemukan lubang angin dan kita bisa melarikan diri dari situ”

“aigo, berapa banyak film yang kau tonton?”

“entahlah, aku lupa. Tapi aku sangat menyukai film SAW.”

“Oh, film sakit yang dibuat untuk orang sakit.”

“Hey, tapi aku tidak sakit. Aku baik-baik saja.”

“Bodoh.”

Dara tersenyum, ia menatap ke langit-langit dan sesuatu membuat mata Dara berbinar..”lubang angin”gumamnya.

“apa yang kau katakan?”

Dara menunjukkan sesuatu kepada si pria, sesuatu yang membuat mereka tersenyum lebar…

“lubang angin”Seru keduanya, mereka berdiri dan berlompat girang…

“Hei,, bagaimana??apa kita bisa keluar?”teriak Dara dari bawah sedangkan si pria mulai merangkak didalam lubang angin.

Tidak ada jawaban.

‘apa dia keluar duluan?’pikir Dara, Dara berjalan menuju meja yang mereka tarik bersama agar bisa mencapai lubang angin yang mereka temukan. Dara menaiki meja dan memasukkan kepalanya kedalam lubang angin yang berukuran cukup besar itu. Yang terlihat hanya sarang laba-laba selebihnya hanya debu tebal.

“Hei!!apa menemukan sesuatu?”teriak Dara suaranya bergema.

“Ya, tapi celah ini terlalu kecil”balas suara didalamnya.

Dara mendengus kesal lalu memilih turun menunggu pria itu kembali, ia terduduk di lantai memeluk kedua kakinya, merasakan hawa dingin mulai masuk.

Brukk..

Dara menoleh, ia melihat pria tadi kembali, ia menepuk baju dan celananya. Membersihkan dirinya dari debu tebal lubang angin.

“bagaimana?”

“tidak berhasil, besi teralisnya terlalu tebal”Pria itu menggeleng lemah dan kembali duduk disebelah Dara.”tapi setidaknya aku berhasil membuat tanda”

“tanda?”

“ya, aku membakar beberapa kayu tidak terpakai yang kutemukan di pojok sana, dan membakarnya”Jiyong tersenyum, mata Dara kembali berbinar. Setidaknya mereka mempunyai harapan untuk keluar dari rumah tersebut.

“baiklah, kalau begitu kita tinggal menunggu saja bukan”

“ya…”Pria itu melihat Dara mengeratkan pelukan ditubuhnya sendiri, ia tahu Dara kedinginan karena dia pun merasakan hal yang sama. Pria itu berdiri, mengambil seprai putih penutup kursi, mengibaskannya dari debu dan kembali berjalan mendekati Dara. Menyelimuti tubuh Dara.

“go-gomawo”Seru Dara terkejut.

Keduanya kembali terdiam. Hening.

“jadi…siapa namamu?”Tanya Dara memandang pria yang duduk disampingnya.

“Kwon Jiyong. Kau?”

“Sandara Park tapi panggil saja aku Dara”

“kenapa kau kemari?dan sepertinya akan ada berita kehilangan seorang anak perempuan yang masih memakai seragam SMA”pria itu, Jiyong. Memperhatikan penampilan Dara yang masih lengkap berseragam sekolah, Dara menunduk malu.

“aku-aku kemari hanya karena penasaran.”

“yaa, dan rasa penasaranmu yang mengurung kita sekarang”

“maaf, aku hanya kaget karena ternyata ada orang lain selain diriku. Dan kau sendiri kenapa ada disini?”

“sudah kubilang karena bertaruh bukan”

“iya tapi karena apa?”Tanya Dara penasaran.

“kau sungguh cerewet. apa aku harus cerita padamu?”

“hei, saat ini satu-satunya orang yang ada disampingmu itu aku. Jadi ceritakan padaku. Aku bisa menjaga rahasiamu”Dara menggerakkan tangannya seolah mengunci bibirnya, Jiyong tertawa kecil.

“baiklah, jadi ini semua berawal saat di club…”Jiyong mulai bercerita..

“tunggu? Club? Bukankah anak SMA tidak boleh masuk kedalam club?”

“siapa yang bilang aku anak SMA?aku sudah kuliah di Seoul University”

“whooaahh,, berarti kau pintar.”Dara menatap Jiyong, kagum. Baginya Seoul Uni adalah mimpinya, dan sudah sejak lama ia memimpikan untuk masuk kesana.

“hey, jangan menatapku seperti itu”

“ahh, maaf”

“Jadi, bisa kulanjutkan lagi?”Jiyong menatap Dara, Dara hanya mengangguk.”oke, saat di club aku dan temanku bertaruh siapa yang tidak mendapatkan nomor telpon dari salah satu wanita disitu maka harus bermalam dirumah hantu ini, dann..”

“dan kau kalah maka kau harus tidur disini bukan?”potong Dara, Jiyong mendesah menundukkan kepalanya. Tebakan Dara sepenuhnya benar.

“hmm,,sudah mulai gelap, sepertinya sudah mulai malam dan semakin dingin. Benar bukan?”

“yah, apa kau tidak membawa ponsel?”

“tidak…”Dara menggeleng lemah.

“aku juga tidak…”

“bagaimana nasib kita?”Suara Dara terdengar parau, ia mengeratkan selimut ke tubuhnya.”omma…appa”lirihnya.

“tenang lah kita akan segera keluar”Jiyong menepuk bahu Dara mencoba menenangkannya, tubuh Dara mulai bergetar.

“Ji,,apa kita akan mati disini?”

“Bodoh, tidak mungkin, lagipula sudah kubilang bukan kita akan keluar”Jiyong mengacak rambut Dara.

Jiyong memegang lengan kanannya yang terluka, Dara mendekatinya. Pandangannya terlihat khawatir saat darah segar kembali merembes lewat kain kassa yang dibalut Dara.

“Ya Tuhan, darahnya kembali keluar! Kau harus cepat-cepat dibawa ke dokter!”Dara memegang lengan Jiyong.”apa sangat sakit?”

“tidak, tenang saja”

“bodoh, jangan bohong padaku”

Airmata Dara mulai keluar dari kedua matanya, ia benar-benar ingin keluar. Ia khawatir dengan keadaan Jiyong sekarang. Tangannya masih memegang lengan Jiyong, tangan Jiyong yang sebelahnya menggenggam tangan Dara.

“tenanglah, jangan khawatir”

“Bagaimana aku tidak bisa khawatir padamu, lihat darahnya semakin banyak”tangis Dara pecah, Jiyong tersenyum kecil lalu menarik Dara dalam pelukannya, mencoba meredam kesedihan gadis itu.

…..

“Jadi, kau masuk kesini hanya karena untuk melepaskan kekesalanmu pada temanmu yang selalu membicarakan kekasihnya?”Tanya Jiyong tertawa dan Dara hanya mengangguk.

Mereka terus saling bercerita, melupakan waktu, melupakan sudah berapa lama mereka terkurung bersama. Keduanya saling tertawa lepas.

“semakin gelap dan aku yakin senter yang kau punya juga tidak akan bertahan lama”Dara memainkan cahaya yang keluar dari lampu senter yang dibawa Jiyong.

“apa kau takut gelap?”

“tentu saja tidak, tapi ya kalau terkurung disini”

“tenanglah, ada aku disisimu”Jiyong tersenyum, Dara menatap Jiyong dan tersenyum.

Clekk..

“OMO!!!Jiyong!”

Lampu senter Jiyong tiba-tiba mati, Dara semakin panik karena keadaan didalam ruangan semakin gelap. Dia mencoba meraba-raba disebelahnya, Jiyong pun sama dia meraba-raba mencoba mencari Dara dalam kegelapan sampai tangan mereka pun saling bertemu dan bertautan. Dara merapatkan dirinya ke Jiyong, Jiyong merangkulkan tangannya ke Dara.

“Ji…”Dara bersandar di bahu Jiyong.

“hmm…”

“apa kita akan berakhir seperti ini?”

“Dara, kita akan segera keluar. Percayalah padaku”Jiyong membelai rambut Dara.

“Ji, badanmu panas”

“kalau badanku dingin berarti aku sudah mati”Jiyong tertawa lirih.

“Jiyong,tidak lucu”

“baiklah aku minta maaf”

“Ji…”

“ya?”

“Kalau kita mati, apa kamu mau menjadi kekasihku di surga nanti?”

“ya, kita akan berpacaran di surga nanti”Jiyong mencium pucuk kepala Dara, Dara kembali menangis, Jiyong memelukknya erat.

“uljima…ada aku disini”

“aku…aku hanya tidak menyangka aku akan meninggal di usia 17 tahun, di tahun terakhir SMA”Dara terisak, ia memegang baju Jiyong, membenamkan kepalanya di dada Jiyong.

“Jiyong”

“ya…”suara Jiyong melemah.

“terima kasih”

“untuk apa?”

“untuk ada disisiku sekarang dan menjadi kekasihku di surga”

Jiyong tersenyum mendengar perkataan gadis itu, ia masih memeluk Dara, nafas gadis itu mulai teratur. ‘sepertinya ia tertidur’pikir Jiyong. Ia sedikit meringis merasakan sakit pada lengannya yang terluka, badannya mulai panas, nafasnya mulai tersengal.

Hening…

Gelap…

Lembab…

Jiyong masih terjaga, ia memandang Dara yang tertidur di pelukannya dalam gelap, sesekali ia memandang gadis itu dan tersenyum. Berharap pada suatu keajaiban akan terjadi pada mereka. Entah sudah berapa lama mereka terkurung yang menjadikan keduanya semakin akrab, tapi saat ini yang ia inginkan adalah menjaga gadis yang berada di pelukannya. ‘Kita pasti keluar’batinnya.

Cklekk…

Keajaiban memang ada..

Lampu senter Jiyong kembali menyala, ia tersenyum lega lalu menatap Dara, menepuk pipi gadis itu pelan.

“hey, bangunlah”

“hmm..”Dara mengusap kedua matanya.”apa kita sudah berada di surga?”

“Bodoh, kita masih hidup..lihatlah lampu senternya kembali menyala”Jiyong tertawa dan menunjukkan senternya pada Dara, mata Dara berbinar. Harapan untuk keluar pun mulai bangkit lagi.

“Kalau kita bisa berpacaran setelah keluar dari ini untuk apa menunggu ke surga?”Jiyong melepaskan pelukannya dan mengacak poni Dara, Dara hanya tersenyum.

Meeeooonngggg…..

Mereka mengedarkan pandangannya dan melihat seekor anak kucing berada diatas meja. Kucing itu mengibaskan bulunya dan cipratan airpun keluar.

“basah?”Tanya Dara sedih melihat butiran air keluar dari bulu si kucing setelah Jiyong mengambilnya dan memberikannya pada Dara.

Jiyong berdiri, berjalan menuju lubang angin.”aku akan memeriksa keadaan diluar”Dara mengangguk, ia memandang sedih kearah Jiyong.

…..

Dara merosot lemas kedinding saat mendengar dari Jiyong kalau diluar hujan besar dan tanda yang dibuat sia-sia.

“kita benar-benar akan berakhir disini”seru Dara lemas.

Jiyong mengambil anak kucing yang ada di pangkuan Dara dan menghibur Dara.”kita akan keluar, percayalah padaku dan Darong”sahut Jiyong, Dara menatapnya bingung.

“Darong?nama kucing ini?”

“ya, Dara dan Jiyong. Mulai saat ini namanya Darong”Jiyong berbicara pada si anak kucing seolah-olah kucing itu mengerti dengan perkataan Jiyong. Dara tersenyum, ia mengusap kedua matanya yang mulai berair. Ia merasa bahagia.

“Darong, lihatlah omma menangis”Jiyong menghadapkan darong-anak kucing- kearah Dara.

“om-omma?”Dara menunjuk dirinya sendiri, Jiyong mengangguk.

“ne, dan aku adalah appa Darong”

Mereka berdua tertawa bersama Darong, sejenak melupakan kegundahan mereka, melupakan kalau mereka sudah hampir sehari terjebak dalam gudang bawah tanah rumah tua.

“Dara, bagaimana kalau kita menggunakan Darong sebagai penyelamat kita?”

“apa maksudmu?”

“iya, kita menulis di sepotong kain dan melepaskan Darong keluar…setidaknya orang pasti akan membaca pesan kita”usul Jiyong. Dara sedikit berpikir menatap kucing yang sedang berada dipangkuannya.

“aahh ya!ide bagus Ji!”Dara tersenyum lalu membongkar tasnya.

“apa yang kau cari?”

“Spidol permanen, kau bilang diluar hujan jadi tak mungkin bukan kalau kita menulis dengan pulpen?”Jiyong hanya mengangguk mendengar perkataan Dara, ia sendiri sibuk menyobek kain putih yang digunakan sebagai selimut Dara.

“gotcha!”Dara teriak gembira saat menemukan apa yang ia cari lalu menghampiri Jiyong.

Terjebak di gudang bawah tanah rumah hantu. Tolong kami (Sandara Park & Kwon Jiyong) segera!!

“selesai”seru mereka berdua. Dara mengambil Darong sedangkan Jiyong mengikatkan kain di sekitar tubuh Darong.

“Darong, jadilah anak yang berbakti!”Jiyong mengelus lembut bulu-bulu Darong.

“neh! Kau harus membantu omma dan appa-mu!”

Mereka tertawa berdua..”kurasa kita menjadi gila”gumam Dara.

Jiyong naik keatas meja dengan membawa Darong dan meletakkannya di lubang angin. Tapi kucing kecil itu hanya terdiam tidak bergeming.

“Ya! Darong pergilah keluar dan cari bantuan untuk kami!”Teriak Jiyong tapi kucing itu masih tetap diam.

“Darong!!cepatlah keluar!kami membencimu!cepat pergi keluar, kau tidak akan kebasahan!!!”Teriak Dara juga yang berada di sebelah Jiyong. Kucing itu tetap diam.

Jiyong cepat memutar otaknya dan mengambil sepotong kayu, ia melemparkan kearah Darong, kucing itu terkejut dan berlari keluar. Dara menatapnya sedih. Ia juga sebenarnya tidak ingin Darong pergi, tapi bagaimanapun ia dan Jiyong membutuhkan bantuan.

“baiklah, kita tinggal menunggu”seru Jiyong setelah mereka duduk kembali.

“Jiyong, darahmu semakin banyak. Kainnya harus segera diganti”Dara menatap Jiyong panik, tapi Jiyong hanya tersenyum.

“tidak apa-apa Dara”Jiyong menggenggam tangan Dara, menenangkannya.

Waktu semakin berlalu, entah ini sudah jam berapa. Mereka masih tetap menunggu bantuan datang.

“Ji, apa Darong berhasil?”

“pasti berhasil, aku akan mengecek keadaan diluar, neh”

Jiyong berdiri, tapi Dara menahan tangannya. Jiyong menatapnya bingung.

“badanmu panas, duduklah, aku yang akan melihat keluar”

“Dara, aku baik-baik saja. Percayalah padaku, dan kita akan berpacaran setelah ini”Jiyong mengacak poni Dara, Dara tersenyum. Ia tersipu dengan perkataan Jiyong barusan.

“hati-hati”sahutnya sebelum melepaskan pegangannya, Jiyong mengangguk.

Jiyong mulai mulai menaiki meja dan hendak naik ke lubang angin, tapi tiba-tiba tubuhnya limbung, ia terjatuh ke belakang. Tidak sadarkan diri. Dara berteriak histeris dan menghampiri Jiyong, memapah kepala Jiyong ke pahanya, matanya mulai berair.

“Jiyong, ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda”Dara mulai terisak dengan tangannya menangkup kedua pipi Jiyong. Jiyong masih tidak bergeming, matanya masih tertutup rapat.”bodoh, bukankah sudah kubilang aku saja yang melihat keadaan diluar sana!badanmu panas”Dara masih menangis, ia benar-benar panik dengan keadaan Jiyong. Badannya sangat panas dan darah yang terus keluar dari luka di lengannya.

Dara menghapus airmatanya, ia harus kuat, ia harus berusaha untuk meminta bantuan tidak boleh hanya duduk saja. Ia memandang Jiyong sejenak, lalu mengambil seprei putih dan menyelimuti tubuh Jiyong, tasnya ia taruh dibawah kepala Jiyong dijadikan bantal.

“aku akan kembali, kita akan keluar”Dara berdiri, ia mengepalkan kedua tangannya, mengumpulkan segenap kekuatan yang ada dalam dirinya, ia berbalik dan menatap keatas.”fighting”

……

Dara Povs

Aku mulai merangkak menyusuri lorong lubang angin, gelap, ah tidak tapi sangat gelap. Kakiku sedikit gemetar, hembusan angin dingin membuat bulu kudukku kembali berdiri. Aku tidak boleh takut bahkan aku sudah nonton resident evil sebanyak 3 kali dan draculanya Bram Stoker sebanyak 5 kali dan jangan lupa aku sudah lulus menonton setiap adegan menyeramkan di film SAW, yah sebenarnya aku menonton film itu semua bersama Sanghyun, adik laki-lakiku dan sekarang aku mulai merindukan dia, merindukan keluargaku dan Bom, bahkan aku merindukan semua ocehan tentang kekasih sempurnanya.

Aku menggelengkan kepalaku, tidak Sandara! Ini bukan waktunya untuk menjadi cengeng, pikirkanlah keadaan Jiyong yang membutuhkanmu!Jiyong yang akan menjadi kekasihmu! Dewi batinku berteriak menyemangatiku. Oke, kita akan keluar Jiyong! Aku mulai merangkak lagi dan mendengar suara deras air hujan. Apakah Darong baik-baik saja?apa dia berhasil? Seketika aku teringat Darong, kucing kecil belang abu dan hitam.

Aku sudah sampai diujung lorong, terlihat jeruji besi menancap kokoh seolah menghalangi dunia luar. Aku menggenggam salah satu besi itu dan mencoba menggoyangkannya. Terlalu kuat. Aku menghembuskan nafas, aku pasti bisa! Aku mulai mencoba membuka besi itu, terlalu kuat sampai tanganku memerah dan buku-buku jariku terasa sangat perih.

AAAAAaaarrgghhhh!!!

Aku berteriak frustasi saat besi ini tidak pernah bergeming dari tempatnya padahal tembok tempatnya menancap sudah sedikit retak bekas dibakar oleh Jiyong. Ayolah, kumohon bergeser. Bajuku mulai basah karena terciprat air hujan, tanganku licin karena terkena air, tapi aku tidak peduli. Aku tidak peduli seberapa sakit yang aku rasakan sekarang, aku hanya ingin keluar dari tempat ini! Omma, appa, Sanghyun, Bom atau siapapun didunia ini, tolonglah kami!!!

Griieettttt..

Aku membulatkan mataku saat melihat besi itu bergeser dari tempatnya. Ya Tuhan, terimakasih!! Aku mencoba meloloskan diriku melalui celah yang ada. Kumohon, aku harus bisa!!

Aku merasakan air hujan menerpa tubuhku, aku menengadah keatas merasakan air hujan di wajahku.

Pening…

Kepalaku pusing, duniaku seperti berputar dan tiba-tiba saja semuanya gelap.

……

Dara mengerjapkan kedua matanya, berusaha menyempurnakan penglihatannya. Hangat dan bau yang khas merasuk di indra penciumannya. Di hadapannya, ia melihat kedua orangtua yang menatapnya khawatir.

“omma…appa??”ia mencoba mendudukan dirinya.

“sayangku, ya Tuhan puteriku!!”seru sang ibu dan langsung memeluk Dara, Dara menangis di pelukan ibunya.”apakah ada yang sakit?apa yang kau rasakan sayang?”Ibunya menangkup kedua pipi Dara. Dara hanya menggeleng, ia masih terisak.

“bagaimana aku bisa disini?”tanyanya kemudian.

“seseorang melihat tulisan yang dilingkarkan ditubuh seekor kucing, lalu ia memberitahukan polisi kalau kalian terjebak dirumah tua itu”terang ayahnya.

“berarti Darong berhasil..”Dara tersenyum.

“Darong?”Tanya ibunya heran,,begitu juga dengan ayahnya. Dara hanya tertawa.

“Darong, itu nama kucingnya. Kami….”Dara terdiam, tiba-tiba ia ingat seseorang. Ia ingat kalau ia tidak sendirian di dalam gudang bawah tanah rumah itu.”omma, bagaimana dengan Jiyong?”

“Jiyong, pria itu dirawat di kamar sebelah. Lukanya sudah diobati. Apa kau kenal siapa dia?”

“neh, dia-dia mahasiswa di Uni Seoul”

Ayah dan ibunya hanya mengangguk.”lalu, apa hubungan kalian?kenapa kalian bisa berdua disitu?”Tanya ibunya lagi.

Dara tersenyum lalu merebahkan tubuhnya.”omma, bisakah kita membicarakan itu nanti, sekarang aku ingin tidur”pinta Dara, ibunya tersenyum membelai rambut Dara.

“baiklah, kami akan keluar dulu. Istirahat yang tenang sayang”Ibunya mencium pipi Dara sebelum akhirnya ia keluar bersama suaminya. Dara hanya tersenyum, ia lega akhirnya ia bisa keluar dari rumah hantu itu. Ia tertawa mengingat semua yang telah terjadi, antara dirinya dan Jiyong dirumah hantu itu. Sekarang Dara benar-benar merasakan kantuk, ia butuh istirahat untuk memulihkan tenaganya lagi, dan ia membutuhkan semua energy untuk bisa menemui Jiyong nanti.

“jiyong”gumamnya sebelum akhirnya ia tertidur dan bermimpi tentang Jiyong, kekasih impiannya……

 

..……………….[end]……………………

 

 

 

 

 



.

A/N :

Note : Gwishin: sejenis tante kunti nya Korea..

.


 INI BUKAN FF SAYA, SAYA HANYA MEMPOSTING MEMBACA BERARTI WAJIB MENINGGALKAN KOMENTAR!

Berikan respon yang baik untuk kak QueenNda yaw applers tercintaaa

-Partisipasi dari QueenNda-


31 thoughts on “[Oneshoot] At The Haunted House

Leave a comment