CreepyPasta : Elevator

 elevator

ELEVATOR

Vignette(>1000 words) | Thriller, Psychology, Tragedy | PG-15

Starring :
PARK SANDARA | KWON JIYONG | LEE JOON | KIKO MIZUHARA

©2014,
vapanda present

Sebuah cerita Urband Legend dari Korea

.

.

ELEVATOR

.

.

Kematianku seakan ditarik paksa oleh orang yang menungguku di lantai 14

.

.

 


 

 

Dia memaksakan diri untuk kembali ke kamar apartemennya di lantai yang sama sepertiku seorang diri walau dengan badan sempoyongan akibat pengaruh alcohol.

Aku sudah memaksanya untuk menunggu kekasihnya yang tak urung datang, setidaknya Aku bisa bernapas dengan lega jika dia dalam kondisi yang baik menuju kamarnya walau sejujurnya, Aku membenci orang ini. Wanita berambut sebahu dengan lipsticks merah darah yang selalu menggelayut dengan manja di lengan kekasihnya –mungkin dia bermaksud membuatku iri dan itu memang berhasil karena Aku memang mencintai kekasihnya.

Aku mengenalnya lebih dulu. Aku memandanginya lebih lama dibandingkan dengannya tapi yang justru mendapatkan pandangan balasan adalah dia, bukan Aku!

Tapi untungnya, Aku masih berbaik hati untuk membiarkannya menghirup dunia karena jika tidak, bisa saja Aku membunuhnya dengan sangat mudah.

.

.

“Dara, apa Kau melihat Kiko?” Pertanyaan itu sebenarnya jauh lebih menyakitkan dibandingkan dengan Aku yang tertusuk jarum. Bagaimana bisa, hanya dengan sebuah pertanyaan membuat amarahku bergejolak tapi beruntungnya, Aku bisa mengendalikan itu.

“Duapuluh menit yang lalu, Kiko sudah pergi menggunakan taksi. Katanya dia tidak mau menunggumu, apa kalian bertengkar?” Aku membuat suara setenang yang Aku bisa dan itu berhasil karena Jiyong lah yang terlihat putus asa, bukan Aku.

“Dia hanya cemburu karena kemarin Aku menghabiskan waktunya denganmu, Dara.” Mata Jiyong terpejam sedangkan jemarinya memijat pelan pelipisnya sendiri.

“Oh, jadi karena itu Kiko juga tidak mau untuk Aku temani bahkan dia menyuruhku untuk datang ke apartemen selang satu jam setelah dia sampai.”

“Entahlah, Aku sangat membenci saat dia cemburu. Omong-omong maafkan Kiko jika dia ikut menyulitkanmu dalam permasalahan kami.”

“Tidak apa Ji. Bukankah kita teman?”

.

.

Bukankah sudah Aku bilang kalau Aku bisa saja membunuhnya dengan mudah.

Aku bisa dengan mudah merengut nyawanya dan alasanya hingga detik ini dia masih hidup adalah karena kemurahan hatiku.

Kemahiranku dengan samurai sudah tidak dapat diragukan dan hanya sekali gerakkan kecil bersama angin, dia akan tersayat tapi itu tidak terlalu menyakitkan belum lagi membutuhkan waktu yang lama untuk membuatnya mati. Coba bayangkan, bukankah Aku masih berbaik hati untuk membuat kematiannya langsung tepat pada sasaran? Jika Aku jahat, mungkin dengan, membenturkan kepalanya menikamnya, setelah itu memotong-motong anggota tubuhnya, Aku bisa menciptakan sensasi yang tidak akan pernah dilupakan olehnya menuju kematian, ‘kan?

Tapi rasa penakutku akan mendekam di sel penjara membuatku mengenyahkan pikiran itu. Aku tidak perlu menjadi malaikat pencabut nyawa yang menarik dengan paksa kematian seseorang. Aku hanya perlu menunggu waktu hingga dia benar-benar akan mati di depan mataku atau mungkin kelak seseorang akan menghubungiku dengan kabar bahwa dia sudah tidak bernyawa.

Aneh sekali yah? Aku sungguh menginginkannya untuk segera mati. Apa kebencianku sudah mencapai titik batas yang sewajarnya?

.

.

“Kau yakin tidak perlu Aku antar?”

“Tentu tidak, Ji. Lagipula Aku hanya tinggal naik elevator dan menekan tombol 14 dan setelah bunyi ‘ting’ Aku sudah ada di depan kamarku.”

“Kalau begitu baiklah. Selamat malam, Dara.”

Setelah Aku melihat mobil Jiyong mengecil dari pandanganku Aku baru berbalik masuk ke gedung aparteman. Pria itu benar-benar berhasil menghipnotisku dengan waktu yang lama. Wajahnya memang tampan tapi perhatiannya sangat menggoda. Ini sudah terpaut dua tahun untuk akhirnya Aku mengenal Jiyong dan memendam perasaanku padanya, namun perasaan itu tidak pernah sedikitpun terkikis. Waktu untuk berada disisinya setiap saat di tempat kerja membuatku terperangkap.

‘ting’

Pintu elevator terbuka dan Aku mulai melangkahkan kaki untuk masuk kedalam sana. Aku dengan malas menekan tombol 14 tapi sejujurnya bulu roma ku meremang karena tidak seperyi biasanya, malam ini begitu sepi –berbeda dengan malam sebelumnya.

“Tunggu!” seorang pria berteriak kearahku dan lengannya menahan pintu elevator, “apakah Kau tinggal di lantai 14.” Dia kembali bersuara dengan napas tersenggal.

“Ya,”

“Kalau begitu kita hanya beda satu lantai. Aku tinggal di lantai 13.” Katanya dengan senyuman manis yang terlukis diwajahnya.

Pria asing itu mulai masuk dan menekan tombol 13 hingga saat pintu elevator tertutup dia kembali mengeluarkan suaranya.

“Namaku, Lee Joon dan Aku selalu tinggal dilantai 13.”

.

.

Jika biasanya Aku selalu mendapatkan rasa percaya diriku namun entah mengapa saat pria ini berada di sekitarku justru membuat rasa percaya diriku luntur.

Aku menyeka piluh yang tak urung berhenti. Elevator ini terasa sesak. Napasku kian memburu namun saat ekor mataku menangkap pergerakan pria disampingku seakan tidak merasakan oksigen disini hampir hilang.

Kenapa perjalanan elevator menuju lantai 14 terasa begitu lamban? Aku menggerutu dengan kesadaranku yang hampir menghilang.

Tubuhku bergetar hebat. Ada perasaan mengganjal yang harus Aku akui tiba-tiba mengerjapku. Jika Aku kembali mengingat pada kematian, apakah ini waktu bagiku?

Lututku melemas dan hampir limbung jika tidak dengan segera Lee Joon membantuku untuk kembali berdiri. Tubuh tegapnya masih memegang erat bahuku namun Aku justru menegang dibuatnya. Dia pria yang baik, tapi tidak biasa Aku melakukan respon seperti ini jika berhadapan dengan seorang pria baik.

Atau …

Apakah Lee Joon malaikat mautku?

.

.

https://daragonindo.wordpress.com/wp-content/uploads/2014/09/b1758-1234539_528886757193433_2081018248_n.jpg

‘Ting’

Elevator terhenti di lantai 13.

Lee Joon sejenak terdiam hingga pintu elevator hampir kembali tertutup, pria itu baru melangkahkan kakinya keluar dari elevator. Aku hanya terdiam melihat punggungnya yang kekar dan kembali lagi perasaan takut merayap sekujur tubuhku hanya karena lampu di lantai 13 ini berkedip-kedip.

“Dara?” dia memanggilku dengan suara dingin lalu berbalik, tapi, tunggu … bagaimana dia tahu namaku?

“Aku akan menunggumu di lantai 14, temanmu juga sudah menunggumu!” Dia tertawa menyeramkan dengan mengacungkan pisau daging yang digenggam di tangan kanannya.

“A–apa mak–sudmu?” Aku membelalakkan mata.

Aku melihatnya dengan jelas kalau dia menyunggingkan senyum dengan mata yang menusuk kearahku namun sekon kemudian dia tertawa menggelegar yang mampu membuat bulu roma ku meremang!

Pintu elevator sudah tertutup dan sebelum menutup dengan sempurna, Aku melihatnya berlari menuju tangga darurat.

Dia malaikat mautku!

Aku membenci untuk takut pada kematian tapi nyatanya Aku merasakan itu sekarang!

Aku menekan-nekan tombol elevator untuk menghentikan pergerakan elevator ini namun tidak berfungsi.

Semuanya seakan terasa direncanakan dengan begitu lihai.

Aku menjerit –merasakan frustasi. Nyawaku berada di ujung tanduk! Aku takut lantas Aku memukul-mukul setiap tombol disana –meminta bantuan namun tidak ada respon dari penjaga. Hanya kembali mengingat Lee Joon mengacungkan pisau daging di depan mata kepalaku, Aku sudah membayangkan tubuhku terkulai dan dia mungkin akan menyincangku layaknya daging segar!

.

.

Aku menstabilkan tubuhku yang terasa pening. Semua yang Aku lihat seakan terbelah menjadi dua –seperti hangover.

Aku kembali memukul tombol untuk kembali ke lantai dasar namun pintu elevator ini tak juga menutup. Lantas dengan berjalan terhuyung, Aku memaksakan diri keluar dari sini untuk menuju kamarku. Walau masih dengan ragu, Aku memaksakan diri dan berlari sebisaku.

“Da–ra,”

Suara itu sangat sudah Aku kenal hingga dengan sisa kesadaran yang Aku punya, seseorang yang bersandar dipintu apartemen ku terlihat seperti Kiko!

“Kiko?”

Aku memanggilnya namun kesadaranku kian menipis hingga Aku tersungkur dilantai dan merasakan bau amis darah menyeruak hidungku.

“Tamu kita baru saja datang!”

.

.

Dia menyayat-nyayat mayatnya. Sebelumnya, dia mencium pipinya tapi langsung menamparnya. Aku melihatnya dengan pandangan kabur. Kiko, yah, dia adalah teman yang memang Aku harapkan kematiannya, tapi tidak seperti ini!

Joon mengambil pemukul baseball lalu memukul kepala gadis itu dengan tertawa seakan itu adalah hiburannya. Tanpa perlu Aku memastikan denyut nadinya, Aku sudah sangat tahu kalau Kiko sudah tidak bernyawa tapi pria gila itu tidak cukup sampai disana. Tidak memperdulikan darah segar yang menggumpal itu terus mengalir hingga ruangan ini penuh dengan warna merah gelap, Joon kembali mencium Kiko lalu menamparnya lagi dan lagi untuk akhirnya menikam dengan pisau dapur.

Hampir berselang cukup lama dengan Joon yang masih terus mengoyak isi perut Kiko seakan mencari lahapan makanan untuknya sendiri. Melebihi apapun itu, pria itu sudah layaknya binatang!

Air mataku berlinang. Wajahku sudah terciprat darah dari Kiko, namun Aku tidak sedikitpun berani untuk menggapai pintu di kamar apartemenku sendiri. Kematianku hampir datang setelah Joon mungkin puas dengan mayat Kiko, selanjutnya mungkin adalah Aku!

“Kita kehadiran tamu lain, huh?”

Telingaku masih menangkap suara Joon dengan tawa menyeramkan itu. Pisau tajamnya sengaja dia pukul kearah lantai hingga sangat jelas Aku mendengarnya.

“DARA!”

Hal terakhir yang mampu Aku dengar adalah suara Jiyong yang meneriaki namaku dan sebelum kesadaranku musnah, Aku melihat wajah menyeramkan yang mengintai malamku di lantai empatbelas ini tepat ada di depan mataku dengan mata yang sangat terlihat jelas bahwa ia tengah berjuang keras mendapatkan nafas.

Apakah kematianku berpindah pada malaikat pencabut mautku sendiri?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-fin-

 

 

 

 

 

 

 

https://i0.wp.com/photo4.ask.fm/162/777/138/910003002-1s1099k-aqm7mf78l1hrf00/preview/avatar.jpg

 

Sebelumnya mau minta maaf untuk yg ngefans sama Joon ataupun Kiko.
Tau gak, ini cerita seminggu yang lalu dibuat dan baru dilanjutin sekarang, jadi maaf kalo ancur terlewat parah banget yak!
Anggap aja ini latihan awal saya yah buat kayak begini. Kosakata masih ancur bahkan saya sendiri gak dapat feel apapun, kayak misalkan megang perut sendiri gitu TT TT
Saya terangkan lagi kalo cerita dibuat bukan untuk menjelekkan seseorang tapi hanya dalam rangka mencoba hal yang baru seperti ini.
SEE YOU!

 

 

 

 

 

 



 

 

daragon ff

 

Masih dalam rangka hari spesial buat saya, ehehe

LEAVEYOURCOMMENT

27 thoughts on “CreepyPasta : Elevator

  1. waah..joon disini jadi psikopat yak? ji datang di saat yg tepat bwt nyelametin dara y? tp ji gpp kn? aduh aq g mau bayangin adegan sadis ini dech thor..hehe..
    untung kiko duluan yg dibunuh..hehe..
    aduh serem bgt tuch gambarnya..untung bacanya pagi..hihi

  2. Kikonya meninggal sih nggak papa tapi daranya jangann wkwkwkwk😁 serem deh beneran horrornya bener bener kerasa jadi aku ngebayangin sendiri hehhehe😁

Leave a comment