I will always love u [Part 4] – End

Daragon i will always love u

Author : Fel Hu.
Genre : Romance.
Ratting : T.
Main cast : Kwon Ji Yong dan Sandara Park.
Other cast: 2NE1 dan BIGBANG.

————————————————————

“Apa yang terjadi? Eonni kenapa kalian menangis?” tanya CL.
“Jiyong kecelakaan…” ucap Bom sambil mengelap air matanya. Dia mewakilkan Dara yang sepertinya sudah tidak bisa menjawab lagi.
Minzy tersentak kaget, ia lansung menghampiri Dara untuk menenangkannya sedikit.
“Mwo? Bagaimana bisa?” tanya Chaerin tidak percaya.
“Seunghyun juga tidak tau apa yang terjadi, mereka juga sedang menuju rumah sakit..”

Dara lansung melepaskan pelukan Minzy sambil berkata “Kita juga harus kesana” sambil tersengal-sengal. Dara langsung mengelap air matanya dan mengambil jaket serta kunci mobil.

Dara lansung belari menyelusuri dormnya menuju ke pakiran tanpa menengok sedikitpun, walau yang lain dari tadi menyuruh Dara untuk berhenti sejenak.

Dara buru-buru masuk ke dalam mobil, diikuti yang lain dengan nafas mereka yang sudah tersengal-sengal. Untuk sejenak mereka heran melihat Dara yang tidak kelelahan sedikitpun. Karena Dara tetap dengan wajah paniknya dan lansung melajukan mobilnya.

Bom yang duduk di sebelah kemudi lansung memasang seatbelt dengan panik saat mengetahui Dara mengebut. Bom menyebutkan nama rumah sakit dengan tegang. Untung saja jalanan sedang sepi karena masih subuh, kalau tidak Bom mungkin sudah akan menyaksikan Dara menyetir dalam kecepatan penuh dan menyelap-nyelip kesana sini. Persis permainan balap mobil yang sering dimainkan Minzy di ipadnya.

Dara lansung turun dari mobil saat mobilnya sampai di lobby rumah sakit dan setelah ia mengucapkan sesuatu yang membuat Bom tercengang “Bom-ah tolong pakirkan mobilku..” Bahkan sebelum Bom sempat menjawab. Dara sudah menghilang entah kemana.

CL menghela nafasnya bersamaan dengan Minzy ketika mereka mulai bisa membuka matanya dan mengucapkan syukur bahwa mereka masih hidup.
“Eonni, Seungri oppa benar-benar dalam keadaan yang berbahaya..” ucap Minzy.
“Ne…” ucap Chaerin masih membeku di tempat. Jantungnya masih berdetak tidak karuan.

***

“Dara nuna! Disini!” seru Seungri ketika melihat seorang perempuan bekeliaran di lantai 2 rumah sakit, seperti sedang mencari-cari sesuatu.

Dara memang langsung menuju lantai dua ketika dibilang receptionist untuk kesana. Tapi, dia lupa untuk menanyakan dimana spesifiknya kamar Jiyong berada. Untung saja tepat saat dia sampai di lantai 2, SeungRi langsung memanggilnya.

“Ji-Jiyong dimana? Apa dia baik-baik saja?” Ucap Dara tergagap, ketika ia berdiri di depan Seungri.
“Sebaiknya nuna lihat sendiri..” ucap Seungri sambil menunjuk kamar vvip itu.

Dara lansung belari dan masuk ke dalam tanpa mengetuk lagi. Sontak anggota BIGBANG yang ada di ruang tamu kamar itu menatap Dara.

“Bersabar yah nuna..” ucap Youngbae pelan sambil menepuk pelan pundak Dara.
Dara mengangguk pelan, badannya menegang, ia berusaha menjauhkan bayangan Jiyong yang ceria terbaring pucat di ranjang dengan selang yang membantu pernafasan dan infus yang melekat di tangan.

Dara menyibakkan gorden yang menutupi ranjang Jiyong dengan gemeteran. Badannya lesu saat ia melihat apa yang dia bayangkan benar-benar terjadi di depannya. Dara berpegangan dengan pinggir ranjang, dia berusaha menahan dirinya untuk tetap berdiri.

“Babbo.. Jiyong babbo.. Bagaimana kau bisa sampai jadi begini!!” isak Dara sambil berlutut di lantai, tepat di sebelah muka Jiyong.
“Nuna, kenapa menangis begitu keras?” Tanya Seungri dengan muka polos. Seakan pertanyaannya adalah pertanyaan yang paling tepat ditanyakan saat ini.

Dara menatap Seungri dengan tatapan sedikit bingung. Bukankah sudah jelas alasannya menangis? Pria yang ia cintai terbaring tak berdaya. Bahkan untuk bernafas saja memerlukan alat bantu. Pria yang selalu tersenyum padanya terbaring dengan muka yang pucat. Bukankah semua itu sudah cukup menjadi alasan Dara menangis?

“Bukankah nuna mengatakan sudah muak dengan hyung?” tanya Seungri dengan nada yang sangat datar. Saat itu juga perasaan Dara seakan tertancap pisau.
“Sudah hentikan Ri, ini bukan saat yang tepat untuk mewawancarai Dara nuna..” ucap Youngbae sambil meletakkan tangannya di pundak Seungri, berusaha menghentikan Seungri melanjutkan perkataannya.
Seungri lansung menepis tangan Taeyang dengan kasar.

“Ani, hyung. Bukankah ini semua karena Dara nuna? Hyung, jujur saja, hyung juga tidak terima Jiyong hyung terbaring disini kan! Lalu sekarang Dara nuna menangis disini, seakan dia bukan alasan Jiyong hyung kehilangan harapannya untuk hidup!!” seru Seungri. Mata Seungri mulai merah dan setetes air mulai mengalir keluar.
“Seungri! Hentikan. Bukannya kau juga yang mengusulkan Jiyong untuk melakukan ini.” seru TOP mulai mencegah Seungri memberikan tekanan lebih terhadap Dara.

“Hyung, hyung juga taukan aku bercanda saat itu.. Mana mungkin aku menyuruhnya bunuh diri. Hyung juga tahu bahwa aku terlalu meyanyangi Jiyong hyung.. Aku..” isak Seungri, dia mulai jatuh ke lantai secara perlahan. Tangannya mencengkram seprai ujung ranjang Jiyong dengan kencang, baku jarinya mulai memutih. Air mata mulai mengalir deras dari mata Seungri.

“Sudah, nuna, jangan terlalu pikirkan omongan Seungri. Ini semua bukan salah nuna. Ini kecelakaan.” ucap Daesung berusaha menghibur Dara.
“Kecelakaan? Hyung! Hyung kira Jiyong hyung akan melamun tanpa sebab? Menangis tanpa sebab? Frustasi hingga pikirannya kacau tanpa sebab? Ini semua karena Dara nuna! Apa yang telah Jiyong hyung lakukan selama ini dibalas seperti ini? Apa Jiyong hyung kurang perhatian? Dia bahkan selalu mengkhawatirkan Dara nuna tiap saat. Dia bahkan berusaha lebih keras untuk membahagiakan nuna. Tapi apa yang nuna lakukan? Meninggalkannya dengan alasan yang spele!”

Dara menunduk, menatap lantai. Hatinya benar-benar tertancap pisau tajam saat mendengar ucapan Seungri. Namun, dia merasa memang benar apa yang dikatakan Seungri. Jika bukan karena dia, mungkin Jiyong tidak akan jadi seperti ini. Tapi siapa bilang dia meninggalkan Jiyong dengan alasan sepele? Siapa bilang dia mau meninggalkan Jiyong? Ini semua bukan maunya. Jika ia bisa memilih, ia akan memilih untuk tetap bersama dengan Jiyong. Menikmati tiap detik bersama. Menghabiskan setiap waktu yang ia punya bersama dengan seseorang yang ia cintai. Seseorang yang bisa mengacaukan pikirannya hanya dengan ia tertawa, seseorang yang bisa membuat jantungnya bekerja ekstra hanya dengan ia tersenyum, orang yang bisa membuatnya gila dengan ia terbaring lemah.

“Alasan yang sepele? Kau tak tau apa yang terjadi Seungri! Ini semua bukan mauku. Kalau saja bukan karena sms-sms ancaman itu, kau kira aku mau meninggalkan Jiyong!!!” seru Dara mulai tidak tahan dengan tekanan yang Seungri berikan. Dia tidak terima saat Seungri menghakiminya seperti itu apalagi Seungri tidak tahu bertapa ia juga berjuang untuk bertahan dan berusaha melupakan Jiyong.

” Sms?  Sms apa nuna? “ tanya TOP kaget.
“Ejekkan, sindiran, ancaman. Kalian kira aku terbuat dari apa? Besi yang tidak berperasaan? Aku sudah berusaha untuk tidak sakit hati. Tapi, semua sms itu bertambah menyakitkan hatiku. Bahkan Jiyong sampai dilukai oleh pengirim sms..” ucap Dara pelan. “Kalian kira hanya Jiyong yang terpuruk hari itu? Aku juga terpuruk! Aku juga merasakan perih di hati!” seru Dara lagi sambil menepuk dadanya kencang. Air matanya kembali mengalir kencang seusai dia mengucapkan satu kalimat dengan sangat pelan, “aku masih dan selalu mencintai Jiyong..”

Youngbae menarik Dara untuk berdiri sambil berkata “Sudah nuna, jangan menangis lagi.”

Youngbae menyuruh Dara untuk duduk di pinggiran ranjang. Tangannya menepuk-menepuk punggung Dara pelan untuk menenangkan Dara. Namun, air mata Dara tetap mengalir. Walaupun dia membela dirinya barusan, sebagian hatinya setuju dengan perkataan Seungri. Hatinya terasa sangat perih, ketika pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan. Ketika mungkin memang dia yang patut dipersalahkan.

“Sudah nuna, jangan menangis lagi. Aishh.. Hyung sudah hentikan. Kasihan Dara nuna.” ucap Daesung lirih. Dara tidak mendengar ucapan Daesung dengan jelas, atau mungkin ia mendengar secara jelas tapi ia hanya mengira Daesung salah bicara. Mungkin pikiran Daesung sedang kacau juga, hingga ia memanggil Seungri dengan panggilan hyung.

“Ani.. aku masih tidak terima dibilang babbo sama Dara.” ucap seorang namja yang suaranya sangat familiar ditelinganya. Dia yakin ia kenal dengan suara ini. Dara lansung membalikkan badannya untuk melihat siapa yang berbicara karena ia masih tidak percaya dengan pendengarannya. Matanya membulat ketika melihat Kwon Ji Yong dalam keadaan sadar, bahkan sedang memberikan senyuman smirknya.
“Ji..Jiyong?” ucap Dara tergagap, ia sekarang tidak mempercayai penglihatannya juga.
“Aigoo.. sekarang kau sudah menganggapku hantu?” ucap Jiyong sambil memeluk pinggang Dara. Jiyong mempererat pelukannya saat merasakan ada perasaan hangat dan senang menyelimutinya. Teringat bahwa inilah yang ia ingin lakukan sembari tadi, bahwa ia sudah menahan diri untuk tidak menarik Dara ke dalam pelukannya.
“Kamu bukannya sedang sekarat…?”
“Ne, tapi aku bangun ketika malaikatku datang lagi, ketika mendengar malaikatku mengatakan ia masih menyayangiku. Lagipula, aku sekarat karena malaikatku menjauhiku belakangan ini..” Goda Jiyong sambil bangun dan duduk di ranjang.
Sepanjang mengubah posisinya dari terbaring di ranjang hingga ke posisi duduk, tangan Jiyong tetap memeluk pinggang Dara dari belakang.

“Jadi… Semua ini bohong?” ucap Dara sangat pelan.
“Seperti yang kau lihat~” ucap Jiyong sambil meletakkan dagunya di pundak Dara. Ia mencium pelan leher Dara, membuat Dara merasa geli merasakan nafas Jiyong dilehernya.
“Ya!! Kau babbo! Babbo! Babbo!!” seru Dara sambil memukul kaki Jiyong. Jiyong hanya tertawa pelan sambil tetap menempelkan bibirnya di leher Dara.
“Ya!! Seungri jangan kira aku juga tidak marah denganmu!” seru Dara berusaha memukul Seungri. Dia meronta-ronta meminta Jiyong melepaskan pelukan agar ia bisa memukul Seungri.
“Mianhae nuna! Aku disuruh hyung!! Jangan salahkan aku!!” seru Seungri sambil lari menjauh dari Dara. Dia mengelap air matanya sambil memberikan senyum yang benar-benar mengembang.
“Ne.. Tapi jangan berani-berani kau bentak Dara seperti itu lagi Seungri. Atau aku akan menggantungmu hidup-hidup. Aku peringatkan kau Seungri~” ucap Jiyong.
“Aishh! Hyung! Aku tidak akan pernah melakukannya!”

Semua yang ada di ruangan itu tertawa mendengar ancaman Jiyong. Ancaman itu bertambah mengerikan karena Jiyong memberitahunya sambil tertawa. TOP tertawa sambil terus-terusan mengatakan Jiyong tidak main-main dengan ucapannya.

“Ahh.. Tapi Seungri benar-benar berakting dengan sangat baik.” ucap Youngbae sambil menepuk pundak Seungri.

Seungri lansung memeluk Taeyang dengan sukacita. Akhirnya ada yang memuji dirinya mengenai drama yang telah ia lakukan. Bukankah drama tadi terlihat cukup menegangkan? Atau mungkin terlihat sangat sempurna hingga Seungri sangat bangga dengan dirinya. Mungkin ia harus mendapat penghargaan atas drama itu.

“Bahkan Top hyung saja kalah! Daebak!” ucap Daesung menambahkan pujian sambil mengancungkan kedua jempolnya.
“Ya! Bukan kalah, aku hanya tidak tega dengan Dara nuna..” ucap TOP membela diri.

Dara tersenyum kecil mendengar perseteruan mereka. Dia saat ini sedang merasa bahagia, bagaimana tidak? Dia berada dibekapan orang yang selama ini muncul di dalam mimpinya, orang yang selalu mengisi otak dan pikirannya dan orang yang mengisi hatinya. Rasa hangat karena pelukan Jiyong, rasa geli karena nafas Jiyong yang mengenai lehernya, dan rasa nyaman saat badannya disenderkan di badan Jiyong, ia hampir kehilangan semua rasa itu.

Membayangkan ia akan kehilangan semua rasa itu dan bahkan ia tidak mampu melihat–atau minimal mendengar–tawa Jiyong, membuat Dara tiba-tiba menjadi lemas, membuat Jiyong kaget dan memeluk Dara lebih erat. Air mata Dara juga mulai turun lagi.

“Aku kira aku benar-benar tidak bisa melihatmu lagi!! Kau benar-benar kejam Jiyong-ah. Kau benar-benar bisa membuatku jadi gila..”
“Mianhae Dara…” ucap Jiyong mengelap air mata Dara dengan jarinya.

Jiyong menyentuh muka Dara dengan sangat pelan. Ia benar-benar merindukan perempuan ini. Tanpa sadar sebuah senyuman sudah tersungging di bibirnya. Tangannya lansung mempererat pelukan di pinggang Dara, takut perempuan ini akan pergi meninggalkannya.

“Jangan tinggalkan aku lagi..” ucap Jiyong pelan lebih kearah berbisik di telinga Dara.

Dara terdiam, tidak menjawab ucapan Jiyong. Jiyong mengangkat dagunya yang dari tadi di pundak Dara, ia menghela nafas sebentar sebelum akhirnya meminta yang lain untuk keluar dengan mengatakan ia butuh waktu untuk berdua.

Ketika yang lain keluar, Jiyong lansung melepaskan pelukannya. Ia memastikan teman-temannya sudah benar-benar pergi, lalu mengunci pintu.

Jiyong mendekati Dara yang masih duduk diam di atas ranjang rumah sakit itu. Kedua tangannya menggenggam tangan Dara yang terlihat agak kurus. Lalu mukanya semakin lama semakin mendekati muka Dara, mengurangi jarak antar mukanya hingga menyisakan beberapa centimeter.

Dara berusaha menghindar, tapi karena tangannya yang digenggam Jiyong, ia tidak bisa lari kemana-mana. Jadi ia hanya bisa memundurkan mukanya, berusaha menambah jarak diantara mereka. Tapi, Jiyong terus maju mendekatinya, hingga akhirnya kepala Dara menempel dengan ranjang dan Jiyong ada diatasnya.

Jari Jiyong mengelus dengan lembut pipi Dara yang merona. Mata Dara tidak bisa lepas dari mata Jiyong, seakan ada magnet yang menariknya. Ia terus menatap mata Jiyong yang seperti menariknya untuk jatuh kedalamnya. Sampai akhirnya ia menutup matanya ketika mata Jiyong terlihat semakin besar karena muka Jiyong yang mendekat.

Dara menahan nafasnya, ketika bibir Jiyong menyentuh bibir Dara. Jantungnya berdetak tidak karuan saat Jiyong mengecup bibirnya pelan, saat bibir mereka bertaut satu sama lain.

” Apa alasan lainnya? “ ucap Jiyong ditengah ciuman mereka dengan suara yang sedikit tersengal-sengal.
“ne?” tanya Dara menyelesaikan ciuman itu. Ia butuh oksigen untuk bernafas karena sembari tadi ia menahan nafas dan ia harus menjawab pertanyaan Jiyong.
“Apa alasanmu tidak bisa kembali padaku selain sms gila itu” ucap Jiyong sedikit menggerutu karena Dara menyelesaikan ciuman itu.

Dara terdiam lagi, ia bahkan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jiyong akhirnya memutuskan untuk mencubit pipi Dara pelan, agar mendapat perhatian Dara lagi.

“Cepat katakan padaku, Darong!” seru Jiyong sambil terus menarik pipi Dara.
“Ji… Lepaskan..” protes Dara. Ia berusaha menarik tangan Jiyong dengan tangannya yang bebas.
“Makanya jawab pertanyaanku!” ucap Jiyong sambil menyodok pipi Dara dengan jari telunjuknya.

Dara tetap diam dan mengerucutkan mulutnya. Dia sedang bimbang harus memberi tau Jiyong apa tidak.

“Jawab. Aku.” ucap Jiyong sambil menyodok pipi Dara dengan jarinya tiap ia mengucapkan tiap kata. Berusaha menekankan semua kata.
“Ya! Hentikan!”
“Jawab *sodok* aku *sodok* dulu *sodok* *sodok*” ucap Jiyong smbil menahan tawanya, sepertinya ia sedang menikmati kegiatan mengerjai Dara.
“Karena aku tidak pantas untukmu!” seru Dara dengan kecepatan super cepat.

Jiyong kaget mendengar seruan Dara yang cepat sekali. Ia bahkan seperti tidak mendengar apapun, seperti hanya ada suara lebah berdengung di telinganya.

“Ya!! Pelan-pelan!!” Protes Jiyong.
“Shirreo!”
“Kau ini… Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Ulang!!” rengek Jiyong seperti anak kecil.
“Shirreo. Tidak ada siaran ulang!”
“Cih. Lagipula siapa pula yang bilang kau tidak pantas untukku. Tau apa mereka..” ucap Jiyong sambil mendesah pelan.
“Ya!! Itu kau dengar!!”
“Siapa bilang aku tidak dengar? Aku hanya bilang aku tidak mengerti.”

Dara terdiam lagi, ia membuang mukanya ke arah lain. Jiyong bangun dan duduk di ranjang. Ia mengangkat kepala Dara dan meletakkannya di kakinya. Ia membelai kepala Dara dengan pelan. Jiyong tau celananya sedikit basah karena air mata Dara, tapi, ia bersikap seakan dia tidak tau. Dia hanya menggumamkan lagu yang entah apa, hanya bersenandung dengan nada-nada yang mellow.

“Ji…” ucap Dara pelan, tanpa menatap Jiyong.
“Ya?” ucap Jiyong pendek sambil terus bersenandung.
“Berikan aku waktu, aku akan berjuang menjadi penyanyi yang hebat. Setidaknya minimal setara denganmu.”

Jiyong menghela nafasnya pelan.
“Kau tau, kau tidak perlu melakukan semua itu. Tak usah perdulikan apa kata orang.. Dengan dirimu disebelahku saja itu sudah cukup.”
“Aniyo.. Aku mau menggapai cita-citaku dengan usahaku sendiri. Aku tidak mau terkenal karena seorang G-Dragon adalah pacarku. Kau harus berikan aku waktu.”
“Entahlah Dara.. Aku takut aku tidak sanggup. Berpisah denganmu 1 hari saja sudah benar-benar membuatku gila. Apalagi jika aku harus berpisah denganmu entah untuk berapa lama.”

Dara menggelengkan kepalanya, dia memutar kepalanya menatap Jiyong.

“Gunakan waktu ini untuk berpikir Ji, apakah kau mau dengan perempuan yang lebih tua sepertiku. Kau punya segalanya Ji, kau bisa saja dapat perempuan yang lebih muda dan lebih baik dariku..”
“Aish.. Hentikan ucapan gilamu. Arasso, aku akan memberikanmu waktu. Aku akan menunggumu. Selama kau berusaha aku tak akan menganggumu, tapi, ingatlah satu hal ini Dara. Aku akan selalu mencintaimu dan menunggumu. Jadi, jangan coba-coba kau berpaling dariku!”

Dara mengangguk. Dia sudah membulatkan niatnya. Dia akan kembali ke Jiyong sebagai seorang Sandara Park yang bukan hanya bermodal tampang.

“Ngomong-ngomong Jiyong, bagaimana kalo wartawan menemukan kita ada di rumah sakit ini bersama-sama. Sia-sia sudah usahaku waktu itu. “ ucap Dara sambil bangun.
“Tenang… Aku sudah merencanakan ini semua matang-matang. Lagipula kita punya alasan kok untuk datang ke rumah sakit ini dengan panik. Bahkan hingga lupa mengganti baju tidur dengan baju pergi~” ucap Jiyong sambil melirik baju Dara.

Dara tersipu malu ketika ia baru menyadari ia hanya mengenakan baju tidur dibalik jaketnya. Tadi dia benar-benar panik sekali, untung saja ia sedang tidak menggunakan masker muka, kalau tidak dia sudah akan sampai disini dengan masker muka yang masih menempel. Dan untung saja baju tidur Dara adalah tipe baju santai, kaos dan celana panjang yang nyaman digunakan, bukan baju piyama dengan motif beruang atau renda-renda seksi.

“Baiklah, sekarang ayo kita kunjungi pasien sebenarnya.” ucap Jiyong sambil menyadarkan lamunan Dara.
“pasien?” Tanya Dara lagi.

Jiyong hanya tersenyum penuh maksud sambil melangkahkan kakinya ke depan pintu.

“Tapi, sebelum itu, biarkan aku mengisi tenaga untuk beberapa tahun kedepan ini..” ucap Jiyong sambil mencium Dara lagi. Menciumnya lebih ganas dan lebih lama.

***

“Akhirnya datang juga kalian.. “ ucap seorang pria yang biasanya beribawa terbaring di ranjang.
“Ah.. Sajangnim, maaf aku tidak datang membawa apa-apa.” ucap Dara sambil membukuk sopan.
“Tidak masalah.. Melihatmu datang dengan panik, hingga bela-bela datang tengah malam seperti ini kemari sudah benar-benar membuat hatiku terasa hangat.” ucap pria itu sambil terkekeh pelan.
“Ah.. Itu sebenarnya…” ucap Dara gelalapan.

Jangankan bela-bela tengah malam datang kemari untuk menjenguk, dia bahkan tidak tau kalau sajangnimnya masuk rumah sakit.

“Ya, ya, aku sudah tau ceritanya dari Chaerin. Kalian tidak datang hanya untukku.. “
“Aniyo sajangnim! Aku datang kemari demi sajangnim! “ seru Seungri sambil membentuk tanda cinta dengan kedua tangannya.
“Benarkah? Kudengar ide semua ini darimu Seungri.. Tepat ketika kau mendengar aku masuk rumah sakit, kau lansung mencetuskan ide itu..” ucap sajangnim.

–flashback–

Seungri belari menyelusuri lorong YG tengah malam. Dia lansung memasuki ruangan BIGBANG, mengagetkan TOP dan Jiyong yang sedang bekerja disana.

“Hyung, sajangnim jatuh dan masuk ke rumah sakit!!!” serunya panik.
“Mwo? Jinjja? Apakah parah? Kita harus ke rumah sakit..” ucap Jiyong lansung beranjak bangun dan meraih kunci mobilnya.
“Hyung.. tunggu dulu. Ini kesempatan emas, sajangnim tidak akan apa-apa jika kita menunda sebentar penjengukkannya.” ucap Seungri menahan Jiyong untuk pergi.

Jiyong jadi menatap Seungri dengan tatapan bingung, bukankah tadi Seungri yang panik dan berteriak bahwa sajangnim masuk rumah sakit. Mengapa ia sekarang yang menahan Jiyong untuk pergi?

“Kita… harus menjalankan ide cemerlangku~”
“Ide cemerlangmu? ide yang mana? Jangan bilang tentang kau menyuruhku bunuh diri?”
“Ya… Apa maksudmu Seungri? kau menyuruh Jiyong bunuh diri sekarang agar bisa sekalian naik ambulance bareng sajangnim? Karena kau terlalu malas untuk menelepon ambulance?” ucap TOP mulai terdengar sedikit emosi.
“Aniyo hyung…”
“Ya!! Kau keterlaluan sekali, meneleponkan ambulance untukku saja kamu tidak mau? Kamu takut mengeluarkan uang untuk hyungmu?” ucap Jiyong tidak percaya.
“Aish! hyung! Aku tidak menyuruhmu bunuh diri, aku menyuruhmu pura-pura bunuh diri! Lagipula sajangnim tidak naik ambulance. Youngbae hyung yang membawanya kesana, sekalian Youngbae hyung memesankan reservasi kamar untuk Jiyong hyung..”
“Seungri, yang ada kau hanya membuat keributan di rumah sakit.. Wartawan akan curiga jika Dara ke rumah sakit tengah malam.” ucap Jiyong kembali duduk lagi.

Rencana ini hanya menyebabkan skandal baru. Tentang Jiyong yang bertemu diam-diam dengan Dara di rumah sakit. Semua itu malah mempersulit keadaan.

“Tenang hyung, kita semua pergi dengan alasan mengunjungi sajangnim..”
“Woah… aku tak menyangka otakmu selicik itu.” ucap TOP dengan mata yang membulat kaget.

Dengan itu berjalanlah misi yang dipimpin oleh Seungri. Youngbae memesan kamar di lantai 2 dekat dengan kamar sajangnim. Daesung dan Seungri melakukan sesuatu dengan suster dan dokter yang ada disana. Tenang mereka tidak membius semua dokter lalu menguncinya di satu ruangan, mereka hanya memohon dengan cara mereka masing-masing.

TOP sendiri sibuk menelepon Bom agar perempuan itu bangun. Setelah mendapat bentakan dan ceramah dari BOM barulah ia bisa menceritakan tujuannya.

BOM membangunkan CL dan Minzy juga secara diam-diam lalu menyuruh mereka menunggu di kamar. Seakan-akan mereka belum tau apa-apa. Bom juga lansung meraih sebotol obat tetes mata dan mulai mengetuk pintu kamar Dara dengan heboh.

show time~

————

“Aigoo.. Tapi, aku datang kemari benar-benar hanya untukmu. Aku menyanyangimu sajangnim~” ucap Seungri masih berusaha meyakinkan sajangnimnya, agar ia terlihat seperti anak baik dan jika sajangnim terpengaruh… mungkin sajangnim dapat melupakan beberapa kesalahan yang telah ia buat. Ya, itulah tujuan Seungri.
“Seungri, kau tidak perlu tengah malam datang menjengukku. Asal kau tak membuat masalah saja sudah sangat-sangat terima kasih.” ucap Sajangnim seperti mengetahui maksud Seungri.

Setelah berbincang-bincang sejenak dan setelah mengetahui bahwa sajangnimnya baik-baik saja. Mereka semua lansung pamit dan pulang. Keesokan harinya, seperti rencana, yang tersiar di media adalah mereka mengkhawatirkan keadaan sajangnim mereka. Tidak ada yang menduga ada hal lain dibalik itu.

Jiyong dan Dara juga sejak itu tidak berkomunikasi. Bahkan jika berada di satu tempat mereka benar-benar menghindari kontak mata. Mereka tidak pernah berdiri berdampingan ataupun berbicara. Bahkan berbicara dari jarak jauh–seperti yang sering mereka lakukan–sudah tidak pernah lagi.

SMS spamming itu juga jelas sudah tidak menganggu Dara, karena Dara sudah mengganti nomor handphonenya dan memang mereka sudah terlihat berjauhan. Dara dan Jiyong sudah tidak pernah menggunakan barang serupa. Tidak ada kegiatan komunikasi Dara dan Jiyong di social network.

Dara seperti janjinya kepada Jiyong. Ia melakukan pelatihan cukup keras, ia menghabiskan hampir seluruh waktu bebasnya untuk berlatih. Dari vokal hingga dance.

***

4 tahun kemudian.

Acara ajang penghargaan musik.

“World best female singer of the year adalah…..” ucap MC sambil mengulur-ngulur waktu.

Namun, tanpa disebutkan, semuanya juga sudah taukan siapa pemenangnya? Bahkan penonton yang ada sudah menyerukan hanya 1 nama saja.

Dan dugaan kalian benar, sudah jelas itu “Sandara Park.” Penonton lansung menyorakkan seruan bahagia saat nama itu benar-benar disebutkan.

“You did it!” ucap Chaerin sambil memeluk Dara.
“Sudah kubilang, kau akan memenangkan itu..” ucap Bom sambil tersenyum.
“Woah! Congrats eonni!” ucap Minzy sambil mengancungkan kedua jempolnya.

Dara tersenyum sambil mengatakan terima kasih pada sahabat-sahabatnya itu. Dara berjalan keatas panggung dengan perasaan yang sedikit tak karuan. Ia bahagia, jelas, ini semua adalah hasil pencapain terbesarnya. Namun, ia merasa sedikit sedih saat mengetahui Kwon Ji Yong tidak bisa datang. Bagaimanapun juga Jiyong adalah orang yang benar-benar ia temui saat ini. Dia sudah diakui banyak orang mengenai kemampuannya, lagu-lagunya terjual miliyaran copy, mukanya terpampang baik di majalah maupun TV, dan suara nyanyiannya terdengar hampir disetiap radio.

Dara melakukan pidato kecilnya sambil terus mengedarkan pandangannya. Dia berharap bisa melihat Jiyong diantara jutaan orang yang ada disana. Namun, hingga ia turun dari panggung, ia sama sekali tidak menemukan sosok yang ia cari. Bahkan sebuah sms ucapan selamat dari Jiyong saja ia tidak dapat. Apakah bagi Jiyong pencapaiannya ini tidak ada artinya?

Acara hampir akan selesai dan ia tidak bertemu atau berbicara dengan Jiyong. Bahkan dia tidak melihat bayangan Jiyong, ya walau dia melihat bayangan Jiyong… belum tentu dia tahu itu bayangan Jiyong. Intinya dia tidak melihat Jiyong.

Dara naik ke atas panggung untuk menyanyikan sebuah lagu sebagai penutup acara. Dia berusaha tetap memaksakan sebuah senyuman tetap tersunging di bibirnya. Ia berusaha profesional, dia tidak ingin mengecewakan fansnya. Dia tetap menyanyi sambil menari lincah.

Tapi bagaimanapun juga dia tetap perempuan yang rapuh. Sebuah air matanya sedikit berlinang menutupi pandangannya. Ia merasakan sesak di dadanya.

Ia sudah menanti hari ini bertahun-tahun. Bagaimana ia membayangkan suatu saat ia akan memenangkan penghargaan sebagai penyanyi perempuan terbaik dan saat dimana dia bisa bersanding di sebelah Jiyong sebagai perempuan yang lebih pantas.

Tapi sekarang dia berdiri di panggung sendirian, memenangkan penghargaan tapi tidak ada tanda-tanda Jiyong datang. Dara terlalu merindukan Jiyong. Perasaanya terasa sakit saat mengetahui Jiyong tidak hadir di acara terpentingnya. Padahal dia sudah bertanya mengenai jadwal Jiyong ke sajangnim dan jawaban sajangnim sesuai harapan Dara. Dia berharap Jiyong akan mengucapkan selamat kepadanya, atau minimal datang dan tersenyum padanya.

Namun, sampai acara penutup, Jiyong sama sekali tidak kelihatan. Dalam hatinya dia berharap Jiyong tiba-tiba muncul di depannya. Tapi, bagaimana mungkin itu terjadi? Ini bukan dunia dongeng dimana semua harapannya pasti akan terjadi.

Dara mengelap air matanya sambil melakukan gerakan tarian. Jadi, tidak ada yang mengetahui bahwa ia menangis. Saat Dara selesai menyanyi, lampu mendadak mati.

“Ah.. Jadi dengan inilah acara berakhir.” gumam Dara dalam hati.

Dara berjalan turun dari panggung setelah membungkukkan badannya. Tiba-tiba sebuah alunan lagu ‘butterfly’ terdengar memenuhi ruangan acara.

Kenapa harus lagunya yang diputar. Dari sekian juta lagu yang ada, kenapa lagu dia yang terputar.”  ucap Dara dalam hati. Ia mengelap air mata yang dari tadi ia coba tahan.

Mendadak terdengar suara seakan Jiyong menyanyikannya secara lansung. Dara menggerutu pelan mengenai kemajuan teknologi yang canggih hingga suaranya terdengar sangat nyata.

Tapi tiba-tiba semua fans–yang Dara baru sadari mereka belum keluar ruangan–berteriak dengan heboh. Dan detik berikutnya entah orang-orang dari mana datang berhamburan, belari menuju panggung sehingga menyebabkan Dara yang baru turun dari panggung tertarik naik lagi keatas panggung.

Suatu lampu sorot lansung menyorot–entah siapa–pria yang berdiri di ujung ruangan. Pria itu berjalan sambil menaruh tangannya dibelakang punggung, tangan satunya lagi memegang mic.

Dara menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Ia mengucak matanya sebelum kembali menatap ke pria yang semakin lama semakin berjalan mendekati panggung.

Dara membulatkan matanya tidak percaya saat ia bisa melihat pria itu dengan jelas.

“Jiyong?” gumam Dara pelan. Dara tidak berani berkedip, ia takut Jiyong akan mendadak menghilang dari pandangannya seperti bagaimana Jiyong mendadak muncul di hadapannya. Apakah ini mimpi?

Tapi semua itu terasa nyata ketika Jiyong berjalan mendekatinya. Bagaimana seluruh orang yang diatas panggung membuka jalan untuknya. Memberikan ruangan untuk Jiyong berlutut di depan Dara dan memberikan setangkai bunga mawar.

Dara menatap Jiyong dan sekelilingnya bergantian. Tidak percaya dengan penglihatannya sekarang. Sekarang di sekelilingnya terdapat banyak artis yang berdiri dibelakangnya sambil bertepuk tangan dan di depannya ada Jiyong yang berlutut. Bagaimana bisa semuanya mendadak berubah jadi begini? Gumam Dara di dalam hatinya.

“Eonni! Cepat terima bunganya! Apakah eonni tidak lihat tangan oppa mulai pegal?” sorak fans Dara mulai gregetan melihat Dara yang hanya diam membeku diatas panggung.

Dara menggaruk lehernya sebelum akhirnya mengambil bunga dari tangan Jiyong dengan kaku. Ia tidak percaya Jiyong melakukan ini di depan banyak orang, terlebih lagi acara ini disiarkan secara LIVE di seluruh penjuru dunia. EH? Memangnya acara ini masih berlanjut?

Ah.. Mungkin Jiyong melakukan ini hanya untuk menaikkan rating acara. Paling sebentar lagi Jiyong akan tertawa dan mengatakan ini hanya drama singkat. Dan Jiyong akan mengatakan ia hanya datang mewakilkan anggota YG family untuk mengucapkan selamat.

Hati Dara terasa sedikit sesak saat memikirkan kemungkinan itu. Tapi Dara tidak dapat memikirkan alasan lain kenapa Jiyong mau melakukan ini di depan banyak orang.

Diluar perkiraan Dara, adegan ‘drama’ ini masih berlanjut. Jiyong sekarang menggenggam tangan Dara dan memarken giginya yang putih dan rata. Setelah berdeham sebentar, Jiyong lansung berkata “Would u be my girlfriend?”

Membuat seluruh orang yang ada di tempat itu berteriak histeris. Untuk entah keberapa kalinya, Dara membeku di tempat. Jantungnya berdetak cepat. Sekarang ia benar-benar kehilangan akal dengan apa yang terjadi.

Sorak-sorakan agar Dara menerima Jiyong mulai terdengar. Disatu sisi ia senang mendapat dukungan fans, di sisi lain dia tidak mempercayai pendengarannya.

“Um.. Dara bisakah kau cepat menjawabnya? Aku mulai pegal berlutut terus..” ucap Jiyong diikuti gelak tawa.

“ Eonni!! Ayo terima!” sorak Minzy diikuti suara-suara yang menyorakkan hal yang serupa.
“Kau tidak bercanda?” tanya Dara polos.
“Ya! Buat apa aku bercanda!” seru Jiyong kesal.

Dia sudah memikirkan cara menembak yang paling romantis yang ia bisa lakukan. Ia hingga memohon pada stasiun TV untuk mengijinkan ia melakukan ini dan Dara menganggapnya bercanda?

“Aku serius Dara.. Aku benar-benar menembakmu sekarang.” ucap Jiyong sambil menekankan kata serius dan menembak. Jiyong menggenggam erat tangan Dara, meyakinkan Dara bahwa ia tidak main-main dengan ucapannya.

“ Dara~ apa yang kau tunggu lagi? Kau tidak sedang menunggu iklan-kan?” ucap Bom berusaha menyadarkan Dara yang sepertinya membeku.

Saat itu juga jantung Dara bekerja lebih cepat dan sebuah senyuman mengembang. Ia menepis jauh-jauh pemikirannya tentang bagaimana ini semua akan menimbulkan haters. Yang terpenting baginya sekarang ia merindukan Jiyong dan Jiyong ada di depannya sekarang. Bukannya dia juga selama ini sudah menanti saat-saat ini? Bukannya salah satu alasan dia berjuang juga adalah ini? Jadi peduli apa dengan pendapat orang lain. Yang terpenting saat ini Jiyong ada di depannya, menyatakan cinta padanya dan itu sudah lebih dari cukup. Oleh karena itu, Dara lansung memeluk Jiyong dan mengatakan ia juga mencintai Jiyong.

Aku merindukanmu.. Sangat-sangat merindukanmu.” gumam Dara di telinga Jiyong.
“Aku juga merindukanmu.. Senang rasanya bisa memelukmu lagi. Berjanjilah mulai sekarang kita tidak akan berpisah lagi. Sudah cukup sekali saja aku memberikan waktu untukmu berjuang sendirian. Mulai sekarang kita akan terus bersama.”
“Ne, aku berjanji..”

Tamat.

<<back

Akhirnya tamat! Semoga pada suka cerita daragon pertamaku ini ya. Mianhae ceritanya gak jelas gini. Makasih buat yang mau luangin waktu buat baca, makasih yang udah kasih komentar dan makasih buat chican udah ijinin numpang post! Tolong di kasih komentar yah tentang cerita ini, saran dan kritik sangat ditunggu 😀 Gomawo~

18 thoughts on “I will always love u [Part 4] – End

  1. Huah!!! T-T , Sedih deh,tp yg bikin lucu it pas jiyong nyodok pipi dara, hwaiting unnie!, bikin yg lebh bagus ya!

  2. awww.. keren eonni!! sukak bgt deh.. jiying sweet bgt.. ini berasa nyata bgt deh eonn.. keren!! bwt lagi yahh?? yg lbih keren.. 화이팅!! ppyong.. ^^

  3. Awalnya ngira kalo jiyong bener bener kecelakaan tapi ternyata nggak. Seungri emang punya otak jahil. Kejutan yg tak terduga. Biarkan ff ini jadi nyata pliss. Keren happy endingnya. Selamat dara unnie. Buat author unnie, makasih udah buatin ff ini, btw, ff ini kereenb banget unnie

  4. Seungri bener2 jaail yah
    Ngerjain dara sampe kaya gitu,
    Tapi semuanya jadi jelas alasan kenapa dara melakukan hal itu,
    Aku kira jiyong beneran kecelakaan tapi untunglah cuma akting hasil ide cemerlang seungri

Leave a comment