Sakura Drops : Part 2 – DI BAWAH SALJU

Author POV

Matahari pagi terbit dengan samar-samar, menimpa salju-salju yang sudah mulai menumpuk di setiap sudut tanah. Udara musim dingin yang beku pun bercampur dengan panasnya cahaya matahari, membuat udara sejuk yang tidak terlalu menyesakkan. Dara masih tertidur dengan pulas dalam pelukan hangat selimutnya. Sampai sebuah suara dentuman keras dari luar rumah menjatuhkannya dari tempat tidur dan menyadarkannya.

“YAA ! begitu cara kalian memegang kapak ? tunjukan kepada kami otot-otot itu !”.

Suara paman jae sang menggelegar dari arah pekarangan, disertai beberapa suara hantaman kapak seperti sedang menebang pohon. Dengan cepat dara berdiri dan melipat selimut yang menimpanya dan meletakkannya diatas kasur, lalu mengikat cepol rambut ikalnya yang berwarna coklat gelap. Sebelum keluar dari kamar, dia memakai sweater pink dan celana jeans abu-abu kiriman ibunya lalu memasukkan gaun tidur warna peach ke dalam tas. dara merasa sangat canggung karena harus bermalam di tempat paman jae sang, dia berencana ingin pulang tadi malam, tapi udara sangat dingin dan ia juga belum sehat sepenuhnya. Saat keluar dari kamar tercium  wangi masakan dari arah dapur dan terdengar suara gaduh orang bekerja dari pekarangan rumah. Dia merasa linglung, seperti orang bodoh karena bangun kesiangan. dara pun bergegas menuju dapur berharap ada orang yang membutuhkan bantuannya. Di dapur, ternyata ibunya dan min ji sedang membuat sarapan sambil ngobrol dan tertawa sedikit.

“Eonni ! kau sudah sadar ? gimana badannya, udah sehat ?.” min ji langsung memeluk dara dengan bahagia, dara pun membalas pelukkan adik perempuannya itu.

“Hmm… yah, udah seger banget sih daripada kemarin. Maaf ya aku jadi bikin ibu dan min ji cemas, tapi aku sudah betul-betul sehat kok.”

Ibu dara tersenyum mendengar perkataan putrinya dan ikut memeluk dara.

“yang penting semua sudah selesai…sekarang kau bantu ibu dan min ji untuk menyiapkan sarapan ini, sebagai hukuman karena membuat kami ketakutan setengah mati.”

“haha, ibu ini. Banyak sekali porsinya….memang untuk siapa aja sih ?.” dara bingung melihat ada 7 porsi makanan yang sudah hampir siap terhidang.

“hehehe, makannya bangun pagi dong unnie yaa…tadi, pagi-pagi sekali saat ibu dan aku datang kesini. Tabi-oppa dan jiyong-oppa udah berantem karena berebutan kamar mandi, ga ada diantara mereka yang mau ngalah. Karena kesal, paman jae sang langsung menghukum mereka untuk kerja membersihkan pekarangan. Kami pun inisiatif bikinin sarapan, sekalian juga berterima kasih sama paman jae sang karena udah ngerawat eonni.”

“aaahh…..pantas saja, ada suara keras di depan. Dasar, nggak tabi, nggak jiyong, udah tua tapi masih aja suka rusuh….auuhh..”. dara menghela nafas panjang, dan kembali menyiapkan sarapan pagi bersama ibu dan adiknya.

***

            Dipekarangan, paman jae sang dan hyun suk-ssi masih “menyiksa” tabi dan jiyong, dengan menyuruh mereka menebang pohon untuk perapian.

“Yaa ! bing goo, itu kapak ku yang kau pakai, kalau pakai kapakmu aku takut tertimpa kutukan !.”

Mendengar celotehan jiyong, tabi hanya diam dan terus melanjutkan menebang pohon di hadapannya. Jiyong pun kesal karena dibuat gondok oleh tabi, dia naik ke punggung tabi lalu mulai mengganggunya.

“Turunkan tangan dan badanmu dari punggungku, kecil !.”

“Waeyo ? kau kesal kan ? inilah akibatnya karena mengacuhkanku.”

Kedua namja itu pun kembali bertengkar dan saling melempar salju ke satu sama lain. Paman jae sang hanya menghela nafas.

“Yaah ! sampai kapan kalian mau bertengkar hah ? sarapan sudah siap, istirahat dulu sini !.”

Mendengar kata “sarapan” tabi dan jiyong langsung berhenti bertengkar, dan dengan kalem masuk ke rumah tanpa suara. Walaupun udara masih dingin, jiyong dan tabi, sangat kepanasan dan berkeringat, karena dari pagi-pagi sekali sudah disuruh membersihkan salju, menebang pohon dan push up 100x. Mereka pun membuka syal dan mantel yang sudah basah oleh keringat, lalu menyeka keringat dengan handuk masing-masing. Jiyong melepaskan beanie di kepalanya dan mengeringkan rambut kuningnya dari keringat, sementara tabi menyeka keringat di wajah panjangnya.

“Ndee….kau bisa pakai kamar mandi duluan…”. Jiyong berkata pada tabi yang sudah berdiri.

Tanpa ekspresi apapun, tabi langsung berjalan dengan pasti ke arah kamar mandi, seakan-akan ia sudah merencanakannya sejak awal. Jiyong hanya mendengus kesal, dan berdiri, berencana mengambil air di dapur. Jiyong terus berjalan sambil mengacak-acak rambutnya dengan handuk tanpa melihat sekeliling, saat hendak  membuka tirai pembatas antara koridor ruang tengah dan dapur, ia tidak tahu kalau dara yang juga dengan senangnya membawa nampan berisi makanan, tengah berjalan mendekati tirai tersebut. Dengan satu langkah mendekati masing-masing, jiyong dan dara saling menabrak. Nampan berisi makanan yang dibawa dara nyaris jatuh, tapi keduannya refleks menyelamatkan nampan itu dan saling menarik lengan satu sama lain. Tangan dara dan jiyong berpegangan dibawah nampan yang tidak jadi jatuh dan sementara itu, tangan yang lain saling menggenggam dengan erat, mempertahankan posisi badan keduannya.

Suasana hening untuk beberapa detik. Kedua orang itu masih terus berpegangan, sampai akhirnya memandang satu sama lain. Wajah dara dan jiyong langsung memerah. Dara langsung melepaskan tangannya dari genggaman jiyong dan mengambil nampan di tangan satunya. Jiyong pun melepaskan nampan dengan hati-hati.

“ma-maaf ya…aku nggak tau kalau kau ada di depan…”. Dara menunduk malu dan menyembunyikan wajahnya.

“A-aa…a-ku juga, salahku karena tidak melihat ke depan…maaf…”. jiyong melihat keatas sambil menggigit bibir bawahnya dan menutup mulutnya dengan handuk.

Suasana diantara keduanya menjadi canggung, beberapa menit mereka hanya diam dan beberapa kali salah tingkah sendiri.

“Aku..mau bawa sarapan ke depan dulu…jiyong..”.

Mendengar namanya terucap dari bibir dara dengan nada malu-malu ragu, jantung jiyong berdebar sangat kencang. Buru-buru ia berlari ke dapur melewati dara sambil menutup wajahnya yang sudah tambah merah. Dara hanya menghela nafas panjang , wajahnya panas dan juga sama merahnya dengan lelaki itu.

***

Setelah menghabiskan sarapan bersama, semuanya kembali pada kesibukan masing-masing. Paman jaesang dan hyun suk-ssi pergi berjalan-jalan untuk melakukan observasi obat-obatan,  min ji, tabi dan ibu dara juga sudah pamit untuk pergi bekerja. Dara dan jiyong terpaksa harus tinggal dirumah, dengan alasan harus istirahat setelah kejadian kemarin.

“Auuhh…aku tidak percaya mereka meninggalkan kita berdua disini”. Jiyong menghempaskan dirinya di sebelah dara yang sedang duduk di sofa ruang TV.

“memang bukan pilihan yang bagus sih….”. dara menanggapi dengan datar.

“Waeyo ?  jadi, kau nyesel tinggal berdua denganku ?”

“A-anieyo !…..hanya saja…”. Dara tiba-tiba saja terdiam saat memalingkan wajahnya ke jiyong.

Tepat di hadapannya, jiyong sedang duduk dengan hanya memakai kaus dalam dan celana training hitam, handuk kecil tergantung di leher putihnya dan rambut kuningnya yang acak-acakan menebarkan wangi shampoo yang lembut. Jantung dara serasa meledak karena berdebar sangat kencang, sambil memegang dadanya, dara berdiri dari sofa dan memakai mantel pink kesukaannya.

“A-aku..mau keluar sebentar….cari angin ! b-byee…”. sambil memasang beanie abu-abu di kepalanya dara langsung berlari keluar rumah dan membanting pintu depan dengan keras.

“wa-waeyo ?  ada apa dengannya…..hmmm ?”. Jiyong melirik ke tubuhnya. “Yaa ampun ! bodohnya…bodohnyaa ! biasa-bisanya aku berpenampilan topless begini di depan dara, aigoo…..”. jiyong buru-buru berlari ke kamar, ia langsung memakai t-shirt putih dan mantel beludru hitam, lalu berlari keluar untuk mengejar dara.

Saat jiyong membuka pintu, terlihat dara sedang duduk berjongkok di samping pintu depan dengan wajah tersembunyi di balik tangannya yang terlipat ke dengkul. Jiyong langsung mendekatinya.

“Mianhe…, soal yang di dalam, tadi itu….”.

Dara hanya menggeleng tanpa berkata apa-apa.

“kalau begitu, lihat aku dong…jangan sembunyikan wajahmu begitu”.

Dara kembali diam, dia tidak mau mengangkat kepalanya. Melihat dara yang keras kepala, jiyong menyambar kedua tangan dara dan membukanya lebar-lebar. Terlihat jelas, wajah dara yang merah padam, dan air mata menyembul dari sudut matanya. Jiyong terdiam.

“Wa-waeyoo ? sudah lihat aku kan ? aku tidak tahu, kenapa tiba-tiba saja aku jadi begini. Jantungku tidak mau diam dan wajahku juga jadi tidak normal begini…..aku tidak pernah begini sebelumnya, kenapa sih setiap kali melihatmu, aku…..”.

Jiyong langsung memeluk dara dengan erat, memotong kata-katanya yang lirih dan tergesa-gesa. Di dalam pelukan jiyong, dara spontan menangis dan refleks mencengkram mantel jiyong dengan kuat. Jiyong membenamkan wajahnya ke rambut dara, mencium kepala yeoja yang sedang membasahi mantel kesukaannya dengan tangisan yang sesenggukan.

Mereka berdua sangat bahagia dengan apa yang mereka lakukan saat ini, berharap waktu terhenti selamanya sehingga mereka bisa terus seperti ini…..

“OMO….? eonni !?”.

*bunyikasetrusak*

Mendengar suara minji, dara langsung mendorong badan jiyong dengan keras sampai jatuh ke tanah, buru-buru ia menghapus air matanya dan langsung bersikap normal.

“a-ahh…minji, udah pulang ya ?”.

“ndee, eonni ? lagi ngapain di luar begini ?”.

“Cuma cari angin…bosan di dalem terus sih..hehehe..”.

“terus…ini lagi ngapain ?”. Minji tersenyum sambil menunjuk jiyong yang sedang tengkurap di tanah bersalju. “nee…oppa, kau sedang apa sih ?”.

“sedang…..i-istirahat…..”. jiyong menjawab dengan canggung.

“jangan ngaco ah, ayo bangun, nanti kena hipotermia lagi loh”.

Jiyong langsung berdiri dan menghapus salju yang menempel diwajahnya, tanpa menoleh ke dara ataupun minji, jiyong langsung berjalan meninggalkan rumah.

“Aku cari angin dulu !”. jiyong melambaikan tangan sambil berjalan dengan canggung.

Minji hanya tertawa melihat jiyong yang salah tingkah, sementara dara masih terus melihat punggung jiyong menjauh darinya dan lama-lama menghilang dari pandangan.

“Eonni…..tadi kenapa pelukan dengan jiyong-oppa ?’.

Dara langsung gelagapan dan membeku mendengar pernyataan adiknya, dia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Minji langsung memeluk dara sambil tersenyum geli.

“Tenang saja eonni, ini akan jadi rahasia kita berdua ya….aku sudah lihat semuanya kok, dan aku bangga dengan eonni dan jiyong-oppa” .

“Maksudmu apa minji ?”.

Minji langsung menatap dara dengan penuh semangat membara dan berkata dengan bangga.

“Aku bangga sekali, akhirnya eonni dan jiyong-oppa mempraktekkan cara tradisional dalam menghangatkan badan, saling berpelukkan dengan menggunakan jaket. Wahh…akhirnya ada yang mengerti dengan metode ini….senangnyaaa~”.

Dara terdiam.

Dalam otaknya telah tersusun rencana untuk mendorong minji dari tebing.

Dia tidak mengerti, apa adiknya ini terlalu terobsesi dengan kesehatan dan medis atau memang tidak peka sama sekali. Minji mengeluarkan aura polos yang membuat dara tidak jadi untuk menyiksanya. Di satu sisi dara telah gondok karena dibuat jantungan oleh pernyataan minji, di satu sisi yang lain dara sedikit menyesal karena minji tidak tahu yang sebenarnya.

***

Jiyong POV

“AAAARRRRRGGHHHH !!! APA-APAAN TADI ITU !? KENAPA AKU REFLEKS MEMELUKNYAA…..HAIIISSSTHHH !!!!”.

Aku menendang sebuah pohon dan langsung meringis kesakitan.

Sial ! pohonnya keras sekali.

Dengan gusar aku berjongkok di samping pohon itu, sesekali melamun membayangkan kembali wangi tubuh dara juga badannya yang kecil dan lembut dalam pelukkanku. Aku tersenyum, senyuman yang pastinya sangat tidak keren.

“aaarrgghhhh !!! stop it jerk !!! kau kehilangan kharisma mu……hauuuhhh…….jadi…..ini ya rasanya ?….omo !? jinjja ?….”.

aku menjambak rambutku dan mulai mengacak-acaknya dengan ganas. Kenapa rasanya sesak ? saat teringat wajah dara yang menangis tadi,,sebenarnya aku sangat senang saat ia menangis dipundakku, membuktikan kalau dia…….haissssthh !!!….

Aku berdiri dan kembali berjalan-jalan untuk menenangkan diri,

aahh….aku memang butuh ini….udara yang segar dan bersih juga pemandangan yang indah, membantuku melepaskan semua masalah yang terjadi di kota, orang-orang gila yang harus kuhadapi dengan kepura-puraan….disini aku tenang….suasana ini, aroma segar udara dan pepohonan yang bercampur menjadi satu, juga….ada dara disini. Harus kuakui kalau berada di dekatnya aku jadi tenang, rasanya ingin selalu di sisinya dan merangkul pundak kecilnya….dia adalah yeoja yang lemah tapi sok kuat…khhh…sekarang insting kesatria berkuda putihku kenapa jadi aktif begini sih ?.

Aku terus berjalan sampai sebuah dermaga tua menarik perhatianku, dermaga tempat pertama kali aku bertemu dara.

Aku jadi heran, kenapa banyak sekali wanita disini ? ada yang berdoa dan juga menggantungkan bunga di pinggir dermaga.

aku berjalan memasuki dermaga, semua wanita terdiam dan menghentikan kegiatan masing-masing. Semuanya menolehkan kepalanya ke arahku, sambil tertawa kecil mereka berbisik-bisik genit, ingin tahu siapakah namja keren yang sedang berjalan ini (o….oke ji….no big head). Di desa ini memang sepertinya Cuma aku yang kelihatan sangat outstanding (baca : norak), dengan rambut blonde klimis yang sangat badass dan style yang cool, aku sudah bisa membuat semua wanita menoleh padaku, seperti yang sekarang tengah aku lakukan.

Aku duduk di mulut dermaga sambil menghembuskan nafas panjang, sampai ada seorang yeoja yang dengan takut-takut mendekatiku bersama temannya.

“a-annyeong aseo….anda orang baru ya di sini ? salam kenal yah….”.

Aku melirik yeoja yang sedang mengulurkan tangannya kepadaku, wajahnya sudah memerah dengan senyum yang tersungging lebar. Teman-temannya juga memasang wajah yang sama  -_-;

Aku tersenyum ramah lalu meraih tangan gadis itu dan menjabatnya dengan lembut.

“ndee….salam kenal juga yah, nona-nona yang cantik….”.

Gadis itu langsung salah tingkah dan menggigit bibirnya kuat, teman-temannya bahkan berteriak genit, terlihat iri tapi juga senang.

*sigh*

Gadis-gadis ini harus banyak belajar……

Mereka sangat berbeda dengan dara, kalau dara mungkin akan mendorongku dari dermaga ini sebagai salam perkenalan….hihihi……such a badass girl….

Akhirnya gadis-gadis itu pergi meninggalkan dermaga, membiarkan aku untuk bersantai. Aku kembali duduk, mendongak ke langit beku yang berawan, udara memang dingin tapi aku suka suasana ini….

Dara….

Kau tahu ? entah sejak kapan aku mulai tertarik padamu….

padahal sejak pertama kali bertemu, kita selalu berdebat dan berantem, kau benci sikapku dan aku benci sifatmu….kau itu yeoja, berhenti sok kuat dan menangislah banyak-banyak di pundak ini, aku tau banyak beban yang kau simpan di tubuh kecilmu itu.

Aku benci kepura-puraan. Seperti kau yang sepertinya pura-pura menolakku, padahal sudah jelas kau menginginkanku juga……

Aku berbaring di lantai dermaga sambil merentangkan tangan lebar-lebar.

“haaaaaahhhh……complicated, that’s us…”.

***

Dara POV

Aku menggigit bibirku, di kepalaku sekarang hanya ada jiyong…jiyong….dan jiyong….

Berani sekali bocah itu jalan-jalan dengan keadaan tidak stabil saat udara masih dingin diluar sana. Aku ingin menyusulnya tapi min ji memaksaku masuk ke dalam rumah, menemaninya bersantai sejenak.

Aku tidak tenang, kalau dia terjatuh lagi gimana ? aaaarrrgghhhh……aku harus menyusulnya !

Aku melepaskan genggaman tangan min ji yang menuntunku ke dalam rumah, aku langsung berbalik arah dan berlari cepat keluar pagar.

“y-yaa !!! eonni ya !?”.

“mianhe, min ji ya !!! ”.

Aku kalah tabi.

Aku mencintai jiyong…..

***

            Aku terus berlari berusaha menerka keberadaan jiyong, sekitar setengah jam aku celingukan mencari sosoknya tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Aku bingung, hari masih belum terlalu sore, tapi pusat desa sudah sepi dan tidak banyak orang berlalu lalang. Aku terus berjalan sampai dermaga keramat menghentikanku, seperti ada magnet yang menarikku, aku pun memasuki dermaga itu.

musimko heneureul bwa like……ne utneun moseubeul darma…yunanhi nunbusingeol…uhh baby…..

Every time I come close to you…..everytime im kissing you……feel like im gonna dream everytime…….mmmhh…”.

Langkahku terhenti saat mendengar sebuah suara yang lembut menyanyikan bait lirik yang sangat manis, suara yang bisa membuatku salah tingkah dan jadi aneh itu…..

“butterfly…..my nabi…….my sandara….geez….hahaha…what was I thinking….”.

Jiyong terbangun dari rebahannya dan menggaruk-garuk kepalanya, wajahku langsung memerah, sejak kapan dia jadi kelihatan sangat keren begini !?

Aku ingin mendekatinya, tapi lagi-lagi aku terlalu malu>_<”

“oohhh ! dara ya !”.

Aku tersentak, jiyong pun juga tersentak dan langsung menoleh kebelakang. Wajahnya memerah saat tahu ada aku dibelakangnya, buru-buru aku menoleh kearah tukang pos yang memanggilku tadi.

“a-aahh…paman, ada apa ya ?”.

“anii….nih, ada surat dan paket untuk jae sang ssi, tolong sampaikan ya…selamat siang dara ya”.

Aku menunduk pada paman itu sambil memeluk surat dan kotak bungkusan yang lumayan berat. Aku melirik ke arah jiyong yang ternyata sudah memandangku dengan tatapan tegas, ia mengisyaratkan untuk duduk disampingnya.

Aku berjalan pelan dan duduk di pojok bibir dermaga, jauh dari tempat jiyong duduk.

“dara….”

“mianhee….!”. aku langsung memotong kalimatnya “mianhee…yang tadi aku katakan, sungguh bukan apa-apa, aku tidak bermaksud bikin kau jadi terbebani….aku juga tidak tahu apa yang terjadi tadi…mianhee…jadi…jangan dipikirin ya…”.

“apa-apaan !?”.

Aku memalingkan wajah ke jiyong dengan alis berkerut.

“berhenti pura-pura deh ! aku benci orang plin-plan sepertimu dara…..berhenti sok kuat di depanku ! ”.

“mwo !? kau pikir aku plin-plan ? aku hanya berusaha meluruskan masalah yang tadi, tapi kau langsung kasar begini…apa-apaan !?”. aku mengeratkan genggaman, kenapa rasanya sakit saat jiyong marah padaku ?

“kau itu selalu pura-pura kuat, mungkin yang lain tidak menyadarinya, tapi aku paling tau….aku ingin kau menangis dipelukkanku seperti tadi, itulah dara yang asli bukan dara yang palsu seperti ini”.

“kau tahu apa sih kwon jiyong !?”. air mataku sudah hampir tumpah lagi, tapi aku tak mau kelihatan lemah dihadapannya, bisa-bisa dia meremehkanku lebih dari ini.

Jiyong terdiam dan memandang wajahku yang sudah memerah, aku tidak suka dia begini….baru beberapa menit yang lalu dia bisa membuatku nyaman, dan sekarang dia sudah berubah menjadi seorang bajingan sombong lagi.

“aku benci kau !”. aku menunduk kesal sambil memegang pipiku.

Dia masih tertegun melihat aku yang menahan amarah, sebuah diam yang panjang terjadi diantara kami.

Dia menggigit bibirnya kesal, ada raut menyesal di wajahnya saat melihatku yang masih menunduk.

Tiba-tiba ia meraih pipiku dengan tangannya yang dingin, ia mengelus lembut pipi kananku. Aku melirik kearahnya dan mata kami langsung bertemu, jantungku melompat-lompat saat melihat tatapannya yang dalam.

Sial ! wajah kami jadi mendekat, dan harus aku akui ! jiyong sangat tampan, matanya berwarna coklat muda dan sangat teduh, wajahnya yang panjang dan maskulin berpadu sempurna dengan rambut spikenya yang pirang.

Aku menunduk saat wajahnya sudah semakin dekat denganku.

“jangan permainkan aku lagi, bodoh !”.

Aku takut semuanya hanya main-main seperti kemarin, aku takut hanya aku yang berharap ia akan menciumku atau apa…..aku takut dia akan menertawaiku lagi…..

Jiyong mengangkat wajahku dan menatap mataku dalam-dalam.

“apakah aku terlihat seperti sedang main-main ?”.

“entahlah ? aku tidak mengerti pikiranmu…..”.

Jiyong langsung mencium bibirku dengan lembut, membuat jantungku berguling-guling. Dia meneruskan ciumannya, bukan ciuman nafsu atau memaksa, tapi, Ciuman yang lembut dan penuh kasih. Aku membalas ciumannya dan mencengkram erat lengannya, sementara ia memeluk wajahku dengan telapak tangannya.

“kau percaya sekarang ?”.

“apa ?”.

Jiyong menjauhkan wajahnya dari wajahku, membiarkan kami mengambil nafas.

“aku mencintaimu, kelinci bodoh….”.

Aku tertawa dengan air mata yang tertahan melihat wajah jiyong yang sudah merah padam seperti tomat gendut, ia menggembungkan pipinya dan mengerutkan alisnya seperti anak kecil.

“y…yahh ! kok kau tertawa sih ? akuu…sudah maluu begini….”.

Jiyong memanyunkan bibirnya sambil menunduk, menyembunyikan wajah merahnya.  Kyaaaahh !!! aku sudah tidak kuaat lagii !!! dia sangaat lucuuuuuuu><!!!!!!

Aku langsung mencium pipinya dan mengeluarkan senyuman termanisku.

“bagus…kukira selama ini hanya aku yang mencintaimu….”.

Jiyong tersenyum dengan lebarnya, ia menjadi salah tingkah dan menutup wajahnya dengan telapak tangan, ia melirik sebentar dan langsung memeluk erat tubuhku.

“kekekekekekeke~ berarti mulai sekarang kau milikku kelincii !!! ingat aku tidak suka milikku disentuh siapapun…pokonyaaa milikkuuu….”.

“hahahahahahaha ! aigooo~ dasar tidak tahu maluu…”.

Aku membenamkan wajahku di dadanya, sementara ia memeluk erat pundakku dan menyenderkan dagunya di kepalaku, aku menghirup aroma tubuh jiyong dalam-dalam  dan menghela nafas lega….jiyong sangat harum dan nyaman……

Dan dermaga ini, menjadi saksi cinta kami……

Apakah kami bisa terus seperti ini ?

***

19 thoughts on “Sakura Drops : Part 2 – DI BAWAH SALJU

  1. Kenapa dara tiba2 nangis ?
    Cuma karna liat jiyong toples aja dia jadi nangis kekeke
    Uuuww so sweet, jadi sekarang mereka jadian \^⌣^/

  2. Kereenn. Cool banget pas nembak pake ciun cium segala *eehh😁. Kalah taruhan berarti dara harus traktir Tabi a.k.a TOP 😄

Leave a comment