It’s War #17

war

Author : Cyscha
Main Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong, Ahn Sohee
Support Cast : Park Bom, Lee Chaerin

Bom pov

Sepulang dari apartemen dara aku tidak menuju kantor. Aku tidak berbohong tentang menebus obatnya diapotik tapi aku berbohong jika aku harus mengerjakan semua pekerjaanku.

Aku melangkah pasti masuk kedalam YG building. Aku harus berbicara dengannya tentang keadaan Dara. Bukan untuk menyuruhnya membatalkan pernikahan, tapi setidaknya Jiyong harus tau kondisi Dara, dia sedang hamil dan itu anak Jiyong.

“Chaerin-ssi.. Bisa aku bertemu dengan Jiyong?” Aku menyapa sekretaris Jiyong yang sudah kukenal cukup baik.

“Annyeong Bom-ssi.. Ada perlu apa dengan Jiyong?”Chaerin tersenyum sumringah melihat kedatanganku.

“Apa dia ada? Aku perlu membahas sesuatu. Karena Dara akan ke philipine jadi aku lah yang menggantikan Dara sementara ini.” Kataku membalas senyumnya.

“Ne.. Tunggu sebentar aku memberitahunya.” Chaerin berjalan keruang Jiyong. Aku menunggu dengan hati tak karuan. Aku tidak mau hanya Dara yang menderita. Tapi Jiyong juga.

Tak lama kemudian Chaerin kembali dan mempersilahkanku masuk keruangan Jiyong.

Aku melangkah perlahan dan berhenti tepat didepan meja Jiyong.

“Bomie.. Duduklah!” Jiyong menutup laptopnya dan mempersilahkanku duduk.

Aku menarik kursi didepan mejanya dan duduk. Kuhela nafas menahan semua kecamuk didadaku.

“Ada perlu apa Bomie? Tumben kau kekantorku?” Jiyong bertanya basa-basi. Aku memejamkan mataku sebentar berusaha menenangkan detak jantungku.

“Aku sebenarnya tidak suka ikut campur. Dan Dara tidak membiarkanku untuk mencampuri urusan kalian. Tapi aku muak melihatnya yang terus-terusan berpura-pura kuat.” Kataku akhirnya. Aku memulai obrolan secara to the point.

Jiyong menatapku. Aku tau dia mengerti kemana arah pembicaraan kami.

“Bukan masalah bagaimana kalian harus bersikap. Tapi aku hanya berharap kau bisa menjadi pria yang bertanggung jawab” Tembakku langsung.

Jiyong tersenyum pahit. Aku muak melihat reaksinya.
“Aku sudah menghentikan semua pembahasan tentang ini. Aku tidak bisa membantu apa-apa Bomie. Dia keras kepala.” Jiyong mengalihkan tatapannya dariku.

“Tapi dia akan kephilipine hari ini Ji..” aku menggeram. Memaksanya peduli kepada Dara.

“Lalu? Kau pikir dia akan mendengarkanku? Aku sudah lelah memaksanya mendengarkan semua ucapanku. Tapi aku yakin kau tau dia adalah orang yang tidak akan merubah keputusannya apapun yang terjadi.” ucapan Jiyong membuatku terdiam, itu benar. Sekalipun sekarang Dara tengah hamil dia tetap pada pendiriannya.

“Jadi jangan paksa aku untuk berbicara dengannya. Itu akan percuma Bom..” lanjut Jiyong membuatku tersentak. Tidak! Jiyong harus membantuku.

“Aku baru tau kau seorang yang pengecut. ” desisku sinis. Kuselami mata elangnya yang membuat sedikit bergidik.

“pengecut? Dengar Bomie aku sudah menawarinya segala bentuk pertanggungjawaban dan kau tau apa jawabannya? Dia menolakku! Aku merasa tidak berharga sama sekali. Kau mungkin benar ini bukan tentang cinta. Tapi semua sudah terlambat! Aku tidak bisa melakukan apapun lagi untuknya. Jadi mengertilah. Jangan paksa aku!”Jiyong menusukku dengan tatapannya.

“Tapi kau harus menghentikannya. Dia tidak boleh pergi Ji..” Kataku lemah. Aku sudah menyerah.

“Kenapa harus?”

“Karena emm.. Karena dia..” ucapanku menggantung. Haruskah aku katakan hal ini pada Jiyong?

“sudahlah Bomie.. Aku tidak berminat untuk tau lagi apapun tentang dia. Biarkan dia dengan keputusannya.” Jiyong memotong ucapanku.

“Tapi Dara sedang hamil.” kataku cepat, aku langsung menutup mulutku dengan tangan. Maaf Dee, aku sudah berkhianat tentang rahasia ini. Tapi Jiyong harus tau hal ini.

Jiyong terkejut. Matanya menggelap. Aku bisa merasakan dia menggeram antara kaget dan marah.

“kau pikir aku percaya padamu Bomie?” Jiyong melempar tatapan sinis.

“Kau pikir aku berbohong? Dia benar-benar hamil. Dan aku tidak bisa membiarkan dia pergi dengan kondisi seperti ini” Aku masih mencoba meyakinkan Jiyong.

“Pergi Bomie! Jangan coba-coba meracuniku. Semua sudah terlambat. Dan aku tidak akan membatalkan pernikahanku! Dara sudah mengambil keputusannya dan biarkan aku juga pada pendirianku.”

aku tercekat. Mereka sama-sama keras kepala! Tapi semua gara-gara Dara.

Aku bangkit dari kursi dan melangkah dengan seribu kekesalan keluar ruangan Jiyong. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Ketika aku baru melangkah kearah pintu. Sohee berdiri tepat didepanku. Moodku sedang buruk untuk bertemu rubah betina ini. Aku tidak menggubrisnya tetap melangkah meninggalkan ruangan Jiyong.

Aku marah. Tapi pada siapa? Siapa yang peduli sekarang? Dara dan Jiyong memilih keputusan-nya masing-masing.

Baiklah. Bomie buat apa kau berpikir terlalu keras sementara mereka berdua terlihat nyaman dengan keputusan mereka.

***

Jiyong pov

“Kenapa dia?” Sohee mendekat kearahku. Aku hanya mengangkat bahu cuek.

“Emm aku cuma mau nganterin makan siangmu. ” Sohee meletakkan bawaannya. “Nanti jemput aku disalon ya..” Tanpa menunggu jawabanku Sohee sudah berlalu meninggalkanku.

Dara hamil?

Aku mencoba tidak terpengaruh pada kata-kata Bomie. Tapi jika ternyata Dara hamil itu artinya Dara lebih membutuhkanku daripada Sohee.

Ah mungkin itu cuma alasan Bomie biar aku mencegah kepergian Dara kephilipine. Aku tidak membiarkan pikiranku bermain-main lagi. Sekarang tidak ada yang boleh membelah fokusku. Aku hanya perlu persiapan diri untuk melaksanakan pemberkatan pernikahanku dengan Sohee.

***

mataku menerawang memandang kejalanan dari jendela kaca kantorku. Ada sebuah kekhawatiran mengingat Dara. Semua menjadi begitu samar. Aku berada di keadaan yang membingungkan.

Dara hamil ji!

Perkataan Bomie terngiang-ngiang ditelingaku.
Aku melihat layar ponselku tak ada tanda-tanda Dara akan menghubungiku. Apa yang kupikirkan? Jelas dia tidak akan menghubungiku,tapi aku pikir Dara bisa berubah pikiran jika memang dia benar hamil.

Bagaimanapun juga itu hal pertama bagi kami. Sebaiknya Dara menelponku dan menuntut pertanggungjawaban, sudah seharusnya itu yang terjadi. Tapi kenapa dia bersikap begitu cuek?

Aku menjadi benar-benar tidak tenang sekarang. Ku lirik jam dimeja kantorku, jarum jam menunjukan pukul 13.23 aku membuang nafas dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Perasaan sesak memenuhi paru-paruku.

Aku membuka laptopku lagi. Sebaiknya aku mengalihkan pikiran kepekerjaan sehingga semua tentang Dara lenyap.

***

Dara pov

Menangis?
Kali ini aku mendapati diriku meratap. Menyesalkah aku? Kurasa tidak. Tapi kenapa aku mengeluarkan banyak airmata sekarang? Mereka akan menikah seminggu lagi. Aku merasakan seluruh oksigen diparu-paruku tersedot sehingga kurasakan sesak.

Kuraba perutku. Sekarang ada mahluk hidup yang berkembang didalam sini. Kau benci. Pada siapa? Pada janin tak berdosa ini? Pada Jiyong? Tidak. Pria itu memaksaku menerima pertanggungjawabannya. Dan aku yang bodoh ini mengabaikannya! Sekarang setelah kejadian itu membuahkan hasil aku menjadi orang tolol. Apa yang akan Jiyong katakan padaku jika aku datang dan memohon padanya untuk di nikahi? Dia pasti tidak akan mendengarkanku! Hal yang jelas akan terjadi, Jiyong akan memarahiku.

Disatu sisi mereka akan menikah. Semua sudah benar-benar terencana. Haruskah aku membuat pernikahan mereka batal untuk yang kedua kalinya?

Tidak! Aku tidak boleh egois. Bukankah aku sendiri yang meminta semuanya berjalan seperti ini.

Aku terduduk lemas dilantai. Menyenderkan tubuhku pada sisi ranjang. Aku hancur! Krystal bening merembes sdri kedua sudut mataku. Apakah aku bisa menanggung beban ini seorang diri?

***

“Terimakasih eonn..” Aku memeluk Bom. Dia menangis. Kuseka airmatanya dan tersenyum sehangat mungkin. Aku mungkin bukan wanita yang kuat. Aku rapuh. Tapi ketika aku dihadapan orang lain aku tidak mau menjadi lemah.

“Jaga diri ne? Emm.. Jaga juga kandunganmu.” Bom memegang kedua bahuku. Mata kami bertemu. Aku melihat kekhawatiran dimatanya.

“Hei.. Aku hanya 1 minggu diphilipine. Jangan cemaskan aku!” kuelus tangan Bom dibahuku. Kami menghela nafas bersamaan seolah membuang seluruh rasa yang menggerogoti pikiran kami.

“Aku menyanyangimu sebanyak aku menyayangi diriku sendiri. Fighting!” Bom mengangkat tangannya yang terkepal.

Aku tertawa kecil. “Kau semangatku Eonn.. Aku bisa percayakan semua hal tentangku padamu kan? Hanya itu yang kubutuhkan!” lirihku tegar. Bomie mengangguk. Ada banyak hal yang aku khawatirkan sekarang. Tapi itu tidak perlu menjadi bebanku selama Bom ada disisiku.

***

Jiyong Pov

Aku melirik jam dipergelangan tanganku berkali-kali. Kemana sih dia? Aku sekarang berada diparkiran sebuah klinik kecantikan. Sohee memintaku menjemputnya tapi sudah hampir 20 menit dia tidak juga keluar.

Aku baru saja hendak membuka pintu mobil untuk menyusulnya kedalam saat sosoknya tertangkap mataku sedang berjalan kearah mobilku.

“Miane, sudah lamakah menunggu?” Sohee masuk mobil. Dan mencium pipiku.
Aku menggeleng. Tiba-tiba perasaan bersalah itu datang lagi. Melihat Sohee membuatku merasa kotor. Aku tidak pantas untuknya. Aku memang mencintai Sohee tapi pikiran sudah berkelana,aku adalah calon ayah dari janin yang sedang dikandung Dara. Haruskah aku menikahi Sohee? Apakah aku tidak menyakitinya jika suatu saat nanti dia tau aku sudah menanamkan benihku pada wanita lain?

Lagi-lagi perasaan ini menggerogotiku. Sebuah lingkaran masalah yang tidak pernah ku tahu akan berakhir kapan?

“Babe.. Bisakah kita makan dulu?”

aku sadar dari lamunanku. “Baiklah,aku juga lapar.” Kataku pelan. Kulirik sekali lagi jam tanganku. Hampir jam 4 sore sekarang. Dan Dara benar-benar tidak menghubungiku. Apakah di sudah berangkat?informasi yang kudapat Bom dia akan terbang sebelum jam 5.

***

Dara Pov

Aku memejamkan mataku saat pesawat mulai take off. Paru-paruku menyempit memaksaku merenggut seluruh oksigen dengan banyak dan cepat. Aku sesak. Aku menahan nafas mencegah buliran bening yang hendak mengalir. Kali ini aku tidak boleh menangis.

Selamat tinggal Korea! Meski hanya 1 minggu aku yakin itu memulai babak baru dalam hidupku. Aku akan melupakan Jiyong sepenuhnya karena aku yakin ketika aku kembali dia dan Sohee telah resmi menikah. Senyum tipis terukir dibibirku. Aku akan segera melupakan ini!

Kantung vitamin yang diberikan Bomie kugenggam erat. Aku bisa bertahan demi janinku. Ada banyak orang yang menyayangiku. Dan aku percaya hidupku akan bahagia.

Meninggalkan korea adalah keputusan terberat saat ini. Karena ketika aku memutuskan untuk pergi maka seluruh kesempatanku untuk bersama Jiyong lenyap. Aku tau kami memiliki ikatan secara tidak sengaja. Tapi menikah tanpa perasaan cinta itu akan menyiksaku. Menyiksa Sohee. Aku tidak mau mengorbankan orang lain demi Keegoisanku. Ini bukan masalah siapa yang tersakiti. Jika aku menganalisa akulah orang yang paling tersakiti. Tapi ini tentang rencana. Aku tidak bisa masuk tiba-tiba dan membuat sebuah rentetan rencana mereka hancur.

Kuseka airmata yang menggenang dipelupuk mataku. Aku bisa melewati masa ini. Ketika aku dihadapkan pada sebuah cobaan yang kuperlukan hanya kekuatan dan kesabaran. Dan aku yakin aku bisa!

***

Jiyong Pov

Sohee menyendokan banyak makanan pada piringku, sesekali dia menawariku untuk menambahkan apa lagi. Tapi aku diam. Aku tidak bisa berkonsentrasi sekarang. Fokusku melayang memikirkan Dara. Apakah dia sudah pergi? Haruskah kususul dia? Dia sedang mengandung darah dagingku. Meski kami tidak bisa menikah tapi aku tetap harus bertanggung jawab padanya.

“kau kenapa sih?” Sohee menatapku dengan tatapan aneh. Aku tidak banyak bicara sejak kami bertemu. Dan sepertinya sohee sudah jengkel denganku yang mendiamkannya.

Aku menggeleng. Aku tidak bisa berpikir sekarang. Bayangan Dara bermain didepan mataku.

Kupejamkan mata menghalau bayangan gadis itu. Kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya?

“Apa yang mengganggumu? Kau tidak bicara sejak kita bertemu!” Kini Sohee mulai menatapku serius.

“Tidak ada apa-apa babe, aku hanya lelah!” jawabku berbohong. Aku lelah pada pikiranku. Otakku yang tidak pernah berhenti memikirkan Dara. Kenapa denganku? Aku mencintai Sohee dan seharusnya aku membuang jauh-jauh seluruh ingatan tentang Dara. Tapi kenapa bayangan gadis itu tidak pernah berhenti mengusikku? Apa karena rasa bersalahku? Karena aku sudah menyakitinya? Mungkin.

“Aku tidak peduli apapun masalahmu Ji, tapi ketika bersamaku berhentilah memikirkan tentang hal lain, kau membuatmu moodku buruk.” desis Sohee keras kepala.

“Aku sudah bilang aku tidak apa-apa. Oke maaf aku merusak moodmu. Tapi jangan bersikap kekanakan Sohee! aku sedang lelah, dan kau harus dewasa untuk mengerti kondisiku! Jangan memaksaku untuk menjadi yang kau mau disaat aku tidak benar-benar dalam keadaan tenang.” Aku kesal padaku Sohee. Harusnya dia mengerti aku lelah karena banyak pekerjaan, tapi kenapa dia begitu egois tidak peduli perubahan moodku yang terpenting dia bahagia, memaksaku memahami moodnya.

“Kau memarahiku?” Sohee menyipitkan matanya.

Aku mendesah. Rupanya dia benar-benar ingin mengajakku bertengkar. Pikiranku kacau. “Sohee, aku tidak dalam suasana hati yang baik. Berhenti bersikap egois! Aku muak dan lelah!” Kecamku dengan nada berat. Aku sedang tidak suka berdebat.

“Oh begitu? Baiklah.. Tinggalkan aku sekarang! Aku tidak butuh laki-laki yang tak bisa membedakan sikap ketika bersama kekasihnya atau sedang dikantor! Kau terlihat seolah-olah menjadikanku pelampiasan kekesalanmu!” Seru Sohee dengan nada tinggi. Aku tersentak. Emosiku sudah diubun-ubun. Aku butuh dia untuk menenangkanku. Tapi nyata-nya dia hanya mampu membuat pikiranku terbelah.

Kesal dengan kata-kata Sohee. Aku meraih kunci mobilku Dan beranjak pergi. Tak peduli dia akan mengecamku pria egois atau pria tak sopan, aku sedang tidak butuh teman untuk berdebat. Dan dia sukses membuat emosi yang sedari tadi kuredam jadi ledakan.

Kupacu mobilku menuju incheon bandara. Apa yang kupikirkan? Kenapa aku harus memilih jalur ini? Tapi aku sudah yakin akan menyusul Dara kebandara. Aku akan menghentikannya. Aku tidak tau apa ini keputusan benar atau salah? Yang kupikirkan aku harus tiba disana segera. Semoga dia belum berangkat.

***

Bom Pov

Aku mendapati tubuhku mematung memandang pesawat Dara lepas landas. Perasaan sakit memenuhi rongga dadaku. Kenapa aku begitu mengkhawatirkan tentang Dara? Aku harus percaya Dara baik-baik saja. Dia gadis yang kuat dan aku yakin mungkin keputusan yang diambilnya itu lah yang seharusnya terjadi.

Aku menyeka rembesan airmata yang tak sempat mengalir. Aku harap semuanya tetap baik-baik saja ketika Dara kembali lagi kesini.

Tbc…

<<back next>>

55 thoughts on “It’s War #17

Leave a comment