Ahjumma Next Door [Chapter 9] : Welcome To The Neighborhood!

Author         : silentapathy
link              : asianfanfics
Indotrans    : dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Yoboseyo?”

Dengan malas CL menjawab teleponnya, matanya masih terpejam.

 

“Ma’am, maaf saya telah mengganggu tidur Anda, tapi Anda memiliki janji hari ini.”

CL langsung bangkit duduk di sofa.

“Shit!” Dia mengumpat. “Aku akan segera kesana… dalam satu jam.”

 

“Unnie! Unnie!” dia mencoba membangunakan Bom yang tidur di sofa lain.

“Yaaaaah!!!” Bom menggaruk kepalanya.

“Aku pergi! Aku ada interview.”

 

“Terus, untuk apa kamu membangunkanku?”

 

“Karena aku ingin tanya pendapatmu, apakah aku boleh memberi petunjuk tentang DB & Co.! Untuk kepentingan publikasi.”

 

Bom langsung membuka matanya dan duduk tegak. “Kamu sangat jenius, Lee Chaerin!”

 

“Pshhhht.” CL cemberut. “Jadi jawabannya iya.. Oke.. Bye. Aku mau pulang ke rumah dulu untuk membersihkan diri.”

CL baru akan mengemasi barang-barangnya saat disadarinya semua gorden jendela terbuka.

“Sejak kapan unnie membiarkan ruangannya menjadi terang seperti ini?” Dia bertanya pada Bom yang sudah kembali berbaring di sofa.

“Kalau kau mau pergi, pergi saja. Aku masih ngantuk.” Bom menjawab dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

“Aisssht.” Gumam CL dan akhirnya berjalan pergi.

==========

Dara setengah berjalan-setengah berlari, seperti tidak akan ada hari esok, saat dia berjalan kembali ke rumah.

Pagi-pagi sekali, setelah yakin bahwa dia sudah benar-benar merasa baikan, dia segera pergi ke pasar untuk berbelanja bahan makanan untuk memasakkan sarapan untuk CL dan Bom.

Sebelumnya dia tidak pernah melakukan hal ini – pergi keluar di pagi hari ke tempat yang sangat ramai. Dia tidak benar-benar yakin sebenarnya, tetapi sesuatu dalam dirinya memaksanya untuk melakukan hal itu.

“Sebentar lagi sampai..” dia menenangkan dirinya sambil terengah-engah. Dia sedikit menurunkan syalnya yang tadinya menutupi hampir separuh wajahnya.

Dia menoleh ke kiri saat mendengar suara klakson.

“Yah! Orang an-…” dia baru akan memanggilnya orang aneh tapi ingat tentang insiden semalam, dia rasa itu akan terdengar kasar..

“A-a-hjumma! Yah!”

 

Matanya melebar ketakutan dan terkesiap. Dia berbalik kembali dan menutup matanya. Pada akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan jalannya sampai dia mendengarnya menutup pintu mobil.

“Yah!!!” Jiyong memegang lengan kirinya dan menariknya hingga mereka saling berhadapan.

”Yah, ahjumma! Apa yang sedang kamu lakukan disini? Apakah kamu sakit? Dari mana kamu?” Jiyong bertanya tapi dia hanya menundukkan kepala. “Bagaimana kamu bisa kabur dari Bom-noona dan CL?”

 

Merasa bingung dengan pertanyaannya, Dara menegakkan kepala dan menatapnya dengan penuh tanya. Bom-noona? CL?

“Ba-ba-ba-gaimana…”

 

 

Tapi sebelum dia bisa melanjutkan pertanyaannya, tatapen matanya mendarat pada bibir Jiyong..

Dia mencoba untuk mengalihkan pandangan, tapi berakhir pada hidungnya..

Dia mencoba untuk berbicara, tapi tidak ada yang bisa dia katakan dan akhirnya dia melihat langsung ke.. MATANYA.

Perasaan ini sama seperti yang dia rasakan kemarin.. membuatnya merasa semakin lemah, membuatnya sesak napas.

Tanpa dia sadari, kepalanya bergerak ke depan dengan sendirinya dan hendak membanturkan keningnya dengan kening Jiyong, tapi kali ini Jiyong bergerak cepat.

“Ah-uh.. Kurang cepat!” katanya sambil meletakkan jari telunjukkan di kening Dara, tangan satunya berada di bahunya.

Mata Dara semakin melebar dan dia berusaha untuk melepaskan diri.

“Lapaskan aku!” teriaknya.

 

“Ani! Kamu ikut denganku. Kamu mau pulang kan? Ayo.”

 

“Tidak perlu! Aku sudah dekat. Aku  bisa pulang sendiri!” katanya tapi Jiyong menggenggam pergelangan tangannya dan mengambil tas belanjaan yang dia bawa.

Dia menyeretnya ke mobil dan mendorongnya ke kursi penumpang bagian belakang. Dara kaget melihat ada orang lain di dalam mobil – yang lebih tua.. Dia menatap wajahnya dan langsung teringat pada komisaris umum KNK.

“Jiyong, apa yang kamu lakukan?” tanya Hyunsuk.

“Ah Paman, ini tetangga Seungri. Aku memintanya untuk pergi dengan kita karena dia juga mau pulang ke sana, tapi dia menolak, dan aku memaksanya.” Jiyong menjelaskan lalu kembali ke tempatnya di samping kemudi.

Pada waktu seperti ini, seharusnya dia berteriak panik. Tapi dengan dua orang pria di hadapannya ini, dia merasa tidak berani untuk melakukannya. ‘Aaaaah polisi dan otoritas kekuasaan mereka,’ pikirnya.

Dara hanya menunudukkan kepala ketika pria yang lebih tua memandang ke arahnya.

“Siapa namanya?” Hyunsuk bertanya pada Jiyong tapi matanya tetap menatap Dara lekat – mencoba mengenali wajahnya yang entah kenapa begitu familiar. Dia sudah tahu tentangnya dari file yang diberikan Tablo. Dia sudah mendengar tentangnya beberapa kali.

“Sandara. Park Sandara.” Jawab Jiyong. “Ayo jalan paman. Aku tidak akan merepokanmu lagi. Anda bisa terlambar.” Katanya sambil mengenakan sabuk pengaman.

Tapi bagi Hyunsuk, tidak masalah baginya untuk datang terlambat.

Dia butuh tahu lebih banyak tentang gadis ini.

==========

“Hyung, maaf kami tidak bisa datang semalam karena ada sedikit masalah.” Kata TOP sambil menjatuhkan dirinya ke sofa.

“Tidak masalah bro. Jadi kapan kalian mau mampir?”

 

“Sebenarnya hyung, kami ingin meminta tolong..”

 

“Katakan saja..”

 

“Kami butuh pekerjaan. Kami berlima.. Bisakah kamu membantu kami tentang hal itu?”

 

“Whoa.. Kenapa tiba-tiba..”

 

“Jiyong.. Dia keluar dari rumah pamannya. Terlebih dia punya masalah keluarga. Kamu tahukan dia yang itu tulang punggung keluarga. Tapi dia tidak pernah mau menerima bantuan kami secara finansial. Kamu tahu seberapa keras kepalanya dia itu.”

 

“Jadi?”

 

“Hal terakhir yang bisa kami lakukan untuknya adalah membantunya mencari pekerjaan.”

 

“Memangnya dia tidak punya simpanan?”

 

“Dia punya.. Kurasa dia punya.. Tapi Hayi selalu membuat masalah akhir-akhir ini.”

 

“Dan itu untuk kalian berlima yang mencari kerja?”

 

TOP tidak sanggup untuk berbicara.

“Katakan saja Seunghyun.”

 

“Hyung…” TOP berhenti sejenak dan menghela napas.

 

“Oke.. Kami rindu untuk berada di atas panggung. Itu sudah lama.. Meskipun, Jiyong mengelak. Sebenarnya kami semua. Hyung.. satu hal lagi.. Kami tidak mau menerima bagian uang kami. Hanya berikan itu semua kepada Jiyong dan jangan memberitahunya bahwa kami tidak mendapatkan bagian.”

 

 

“Oke.. Kalian diterima. Pastikan kalian datang cepat. Aku akan mempersiapkan panggung untuk kalian. Lakukan yang terbaik malam ini.”

 

“Apa? M-m-malam ini??? T-t-tapi…”

 

“Kupikir kamu perlu secepatnya? Selain itu, aku rindu melihat kalian di panggung.”

 

“Ya tapi..”

 

“Hanya datang secepat yang kalian bisa. Kalian bisa berlatih di sana.”

 

“Whoa. Aku gugup.. Terima kasih tapi, hyung! Kamu yang terbaik.”

 

 

“T-t-t-erima kasih..” Dara membungkukkan badan dan langsung berbalik pergi. Dia mempercepat langkahnya dan menghilang masuk ke dalam gedung, meninggalkan Jiyong dan Hyunsuk terpaku.

 

Jiyong menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aiiiisht! Ahju-…”

 

“Apakah dia selalu seperti itu?” tanya Hyunsuk pada Jiyong.

“Hmm.. Aku tidak mau menilainya, tapi dari beberpa kali kami pertemu, dia benar-benar penyendiri dan orang yang mudah canggung.” Jiyong menjawab sambil mengambil kopernya dari bagasi.

“Mungkin itu dari kesan yang kamu tinggalkan padanya malam itu.” Kata Hyunsuk.

“Tapi berdasarkan reaksi dari saudara perempuan dan teman-temannya, sepertinya dia selalu seperti itu.” Jiyong menjawab sambil menutup bagasi.

“Hei nak, bagaimana dengan ini?” Hyunsuk bertanya sambil mengambil kantong belanjaan yang tertinggal di kursi penumpang belakang.

“Oh sial!” Jiyong mengumpat sambil mengambil tas dan kopernya. Dia baru akan mengambil kantong belanjaan dari pamannya.

“Ayo pergi.” Pamannya berjalan memasuki gedung.

“Ehh?” Jiyong memiringkan kepalanya.

“Aku ingin melihat-lihat tempat ini. Ppalli! Gadis itu mungkin saja sedang membutuhkan barang-barang ini!” pamannya mengangkat kantong belanjaan yang dipegangnya – menunjukkan pada Jiyong.

“Ada apa dengan sikap paman? mengerikan.” Jiyong menebak-nebak sambil mengikutinya masuk ke dalam gedung.

==========

Tidak jauh dari sana…

 

 

“Yah!” seorang gadis berkata sambil mencolek yang lain.

“Itu pria yang aku ceritakan padamu! Bukankah dia tampan!” gadis lainnya bersorak kegirangan.

“Oh kamu belum melihat yang seksi itu! Beberapa malam yang lalu aku melihatnya hanya mengenakan boxer dan gaaaaaaah! Dia terlihat sangat… yummy.”

 

Gadis yang pertama memegang dagu temannya dan mendorongnya naik – menutup mulutnya.

“Kamu sampai berliur! Dan kita sedang membicarakan pria yang barusan!”

 

Yang satunya lagi mengelap bibirnya.

“Itu karena dia sangat seksi.

 

“Aku penasaran kenapa mereka memilih gedung itu, padahal ada penyihir yang tinggal di sana!”

 

==========

Seungri kaget melihat siapa yang datang dengan Jiyong pagi ini.

“P-p-aman! Apa yang membawamu kemari?” Seungri tergagap.

“Apa kamu tidak mau mempersilakanku masuk?’

 

“T-t-api.. tentu saja. Masuklah.” Katanya sambil mengekor dibelakang satu-satunya orang yang dia takuti selain ayahnya.

“Yah hyung, kalau paman sampai memarahiku karena rahasiaku yang berharga..” … Seungri, dengan mata panda yang tidak genap, menggerakkan tangannya melintang ke lehernya. “Kamu tamat. Arasso?”

Jiyong memutar bola matanya.

“Tidak perlu mengancam hyung-mu, nak. Aku datang kemari hanya  untuk melihat-lihat tepatmu. Tempat ini menyenangkan. Aku menyukainya.”

 

Seungri mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum beralih menatap Jiyong. Kenapa pamannya ini terdengar tenang?

“Apakah dia kerasukan sesuatu?”

 

“Bisakah kamu diam?” Jiyong menimpali.

“Paman aku akan menyerahkan belanjaan ini ke ahjumma di sebelah.”

 

Dia hanya menatapnya dan mengannguk.

“Hyung! Jangan tinggalkan aku disini sendiri!”

 

“Seungri-yah..” Seungri hanya bisa menutup matanya ketika mendengar namanya dipanggil.

“Neh.. Paman..”

 

“Bye bye..” Jiyong menggoda maknae sebelum berjalan keluar.

==========

”Omo omo.. Dia disini!” Dara bersandar ke pintu sambil memejamkan matanya. Sadar bahwa dia lupa membawa barang-barang yang tadi dia beli dari Jiyong, dia bisa menebak siapa yang menekan bel sekarang.

“Aku tidak mau melihatnya.. Bagaimana ini???” Dia berpikir untuk membangunkan Bom, tapi langsung merasa bersalah dengan pikiran itu.

“Kamu benar-benar ceroboh Ssantokki!!!” Katanya pada diri sendiri sambil membenturkan keningnya.

Kemudian dia melihat Dadoong.. Dia berlari menghampirinya dan menggendongnya di lengannya.

“Sebaiknya kamu menjadi anak yang baik, Dadoongie!” Dara kemudian mengambil sticky note, menuliskan sesuatu di sana, dan menyelipkannya di kalung yang dipakai kucing itu.

 

—————————————————————-

Tolong letakkan di meja dan silahkan pergi. Terima kasih.

—————————————————————–

  

“Kuharap ini berhasil..” dia kemudian mengepalkan jemarinya dan membuat tanda fighting.

Perlahan, dia membuka kunci pintu dan meletakkan Dadoongie di depan. Setelah memastikan kucintanya tetap diam disana, dia berlari ke arah kamar mandi dan mengunci pintunya.

Ahjumma?” Jiyong bertanya saat dia menyadari pintunya tidak terkunci. Dia sedang menunggu Dara untuk keluar tapi dia tidak. Dia mencoba untuk mengintip ke dalam, tapi tidak seornag pun terlihat.

“Kenapa lagi sekarang orang aneh itu?” gumamnya.

Jiyong mendekat ke arah suara dan menemukannya di sana. Dia menyadari ada catatan pada kalung di lehernya. Dia berusaha melepaskan tapi kucing itu mendesis marah.

“Whoa, whoa! Tenang teman!” Jiyong menahan tangannya di udara dan berjalan mundur. Saat melakukan itu, Dadoong berlari menuju kamar mandi.

“Dan sekarang dimana ahjumma itu>” Jiyong mengacak rambutnya dan masuk ke dalam.

“Ahjumma??? Ahjumma???” panggilnya. Dia melangkah terus berjalan dan memeriksa sekeliling, tapi tidak seorang pun terlihat.

Dia menyadari ruangan yang menjadi semakin terang. Gordennya telah dibuka. Dia melihat kursi goyang di samping jendela. Dia memandang ke sisi kanan dan melihat rak buku dengan berbagai macam jenis buku dan majalah. Pandangannya jatuh pada sudut ruang tamu. Disana dia melihat sesuatu terbungkus dan menyadari bahwa itu sebuah gita. Dia tersenyum. Rupanya dia juga bermain instrumen musik?

Dia kemudian beralih ke sisi kiri dan menemukan sketchpad di atas meja. Dia meletakkan kantong belanjaannya dan mengambil sketchpad itu. Itu hampir kusut. Dia ingat ini yang dia pegang semalam. Rasa penasaran menderanya, dia membukanya.

Matanya melebar, terkagum-kagum akan apa yang dilihatnya. ‘Apakah dia yang menggambar ini?’ Pikirnya. Desainnya spektakuler. Luar biasa.

Lain dari yang lain.

“Dia seorang Park paling tidak… T-t-api kenapa…” pikirannya ingin bertanya tentang kenapa penampilan dan sikapnya sangat aneh dan berbeda dengan sosialita lainnya. Tapi sebagian dari dirinya yang lain ingin agar dia menghentikan pentanyaannya.

“Park Sandara..” dia melihat ke sketsa… “Kamu benar-benar misterius.”

 

 

“Kulihat kamu punya kebiasaan untuk mencampuri urusan orang lain.” Jiyong mendengar seseorang berkata. “Letakkan itu dan pergi!”

 

Jiyong berbalik ke arah asal suara dan dia tidak yakin dia harus tertawa atau kagum.

Dara sedang berbicara padanya dengan punggung menghadap ke arahnya. Dan ada masalah apa? Apakah dia sedang berusaha untuk terdengar marah?

“Aku minta maaf.. A-a.. Aku hanya membawakan barang belanjaanmu.. tapi..”

 

“KUBILANG LETAKKAN ITU DAN PERGI!!! KELUAR!!!”

 

‘Uh-oh.. sekarang dia marah!’ pikirnya ketika dia melihat dia mengepalkan jari-jarinya.

<BLAG!!!>

 

 

Bom keluar dari kamar Dara seperti seorang wanita yang kerasukan.

“Apa yang kamu pikirkan, berteriak pagi-pagi begini, Ssanttoki? Ya Tuhan! Kali ini apa lagi???” Bom merasa terganggu. Dia tidak bisa tidur karena merasa cemas sepanjang malam dan barusan, CL membangunkannya.

Jiyong hanya bisa menoleh ke kanan dan ke kiri. ‘Bom-noona benar-benar menakutkan,’ pikirnya. Tapi ahjumma ini lebih mengerikan baginya sekarang. Dia tidak pernah melihatnya semarah ini.

“KUBILANG KELUAR!” Dara berteriak sekali lagi, sekarang Jiyong tahu dia sangat marah.

Bom mengucek matanya. Dia menyipitkan pandangan matanya dan setelah beberapa saat, dia melihat Jiyong memegang sketchpad.

“F*ck!!!” Bom mengumpat dan alari ke arah Jiyong.

“Berikan itu padaku! Aiiissssht!” Bom menyambar sketchpad dan mengembalikannya ke atas meja.

“Dia benci saat orang lain melihat hasil sketsanya.. Dia ketakutan.. Tolong pahami, neh?” Bom berbisik ke Jiyong. “Omong-omong apa yang sedang kamu lakukan disini?”

 

“Noona, aku datang untuk membawakan ini.” Jiyong menjawab sambil menunjuk pada kantong yang penuh berisi sayur, buah, daging, dan berbagai barang lainnya. “Aku melihatnya dijalan tadi. Aku sedang menuju kemari, jadi aku mengajaknya untuk pergi denganku. Dia kelupaan ini di mobil.”

 

Bom mengangguk.. “Yah Dalong, berhenti bersikap seperti itu sekarang. Dia ini pria yang baik, ayolah. Dia tidak akan menertawakan hasil kreasimu.. Dan selain it, aku sudah mengambilnya..” Bom mengedipkan matanya pada Jiyong.

Dara melihat ke arah Bom.

“Lihat kan?” Bom berkata sambil menunjukkan sketchpad di tangannya.. “Aku sudah mengambilnya!”

Jiyong memiringkan kepalanya. ‘Ahjumma ini ounya banyak masalah. Dia marah hanya karena dia pikir aku akan menertawakan desainnya? Menggelikan..” pikirnya.

Dia melihat Dara lebih tenanh dan berlalu dari hadapan mereka. ‘Dia benar-benar seperti anak kecil,’ Jiyong berkata kepada dirinya.

“A-a-ku.. A-a-ak-kan..” Dara berbalik untuk kembali menatap mereka, kepalanya tertunduk sambil berjalan ke arah mereka. Keduanya mengikuti gerakan Dara dengan mata mereka. Dia mengambil kantong belanjaannya dan berbalik lagi.

“A-a-ku a-ak-kan memasak untuk sarapan..” katanya. Dia baru separuh jalan dari dapur saat dia berhenti. “M-m-aaf.”

 

 

Jiyong merasakan sesuatu campur aduk dalam dirinya. Bagaimana bisa gadis seperti ini membuatnya merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

“Aku juga minta maaf.. Karena telah melihat barangmu.” Kata Jiyong tanpa berpikir. Dara tidak menanggapinya dan langsung berjalan kembali menuju dapur.

Bom tersenyu, “Terima kasih. Kamu benar-benar baik.”

 

“Sebaiknya aku pergi noona. Sekali lagi aku minta maaf.”

 

“Naaah. Itu bukan masalah. Kenapa kamu kesini pagi-pagi sekali?” Bom bertanya sambil menguncir rambutnya asal.

“Aku.. Aku membawa barang-barangku.. Aku akan pindah ke tempat Seungri.

 

“Ohhh! Chincha? Itu menyenangkan!”

 

Jiyong hanya tersenyum. “Aku pergi..”

 

“Arasso. Selamat datang!” Bom berkata dengan riang.

Jiyong menundukkan kepalanya dan ketika dia akan keluar, Dadoong kembali mendesis padanya. Dia melihat Dara membeku sejenak saat merasakan kehadirannya. Dia menggeleng-gelengkan kepala.

Dia tidak akan pernah bisa memahami bagaimana cara berpikir ahjumma ini.

………………………………………………………………

~TBC~

<<back   next>>

30 thoughts on “Ahjumma Next Door [Chapter 9] : Welcome To The Neighborhood!

Leave a comment