SOMETHING CALLED LOVE – Jaga Hatimu,… [Chap. 8]

1478513266448

Author: astarinur/ @daragonintheair

 

 ~~~

Jaga Hatimu, dan Buka Untukku pada Waktunya

 

 

 

“jiyong..”

“weh?” jawabnya malas-malasan.

Donghae berjalan menghampirinya yang sedang tidur-tiduran di sofa rumahnya. Lalu duduk di kursi yang menghadapnya. Dipandangnya jiyong yang tertidur itu, pikirannya saat ini melayang. Perasaannya akhir-akhir ini tidak karuan, sudah seminggu ini jiyong dan dara begitu dekat. Donghae bahkan sering sekali melihat dara tertawa gembira bersama jiyong. Tapi yang seharusnya bahagia mengapa donghae malah menjadi sedih, kecewa dan juga marah? Mungkin karena dia tahu penyebab semua itu adalah jiyong. Yang mampu membuat dara tersenyum dan tertawa adalah jiyong dan bukan dirinya. Omong kosong apa ini, jika dirinya bahkan belum pernah menunjukan wajahnya kepada dara? Dia merutuk hatinya berulang kali untuk sadar, namun rasa itu tetap ada dan semakin hari semakin menyakitkan baginya.

Dia ingin sekali mengingkari janjinya dan menemui dara, mengajaknya mengobrol dan juga membuatnya tertawa seperti yang dilakukan jiyong bersamanya namun dia sama sekali tidak berani. Selama satu setengah tahun ini, semuanya sudah menjadi kebiasaan walaupun dia tahu kalau saat ini apa yang dilakukannya sudah tidak berguna dan sudah ada penggantinya. Sekarang sudah ada yang menjaga dara, sudah ada yang memperhatikannya jadi donghae seharusnya mundur dan pergi sesuai janji yang ia kumandangkan satu setengah tahun yang lalu. Namun hari demi hari.. bulan berganti… bulan dan sudah tak terasa sampai waktu terlewati dengan begitu cepatnya, satu setengah tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi donghae.

Semenjak kecelakaan itu kebiasaannya, setiap hari yang selalu mengawasinya dari kejauhan selama ini dia anggap sebagai kewajiban namun akhir-akhir ini dia merasa kewajiban ini berubah menjadi suatu keinginan. Dia yang sudah begitu tahu dara, dari setiap lenguhan napas sampai cara dia memandang seseorang kini menjadi beban tersendiri baginya. Dia merasa sakit setiap mengamati dara tersenyum dan bahkan tertawa bersama jiyong. Dia tahu namun mengelak, bahwsannya jiyong dan dara memang memiliki sesuatu. Dia baru sadar jika apa yang dia lakukan semua ini berubah menjadi suatu rasa. Berawal dari janji, keyakinan, penasaran, dan berubah menjadi kesenangan, keinginan, dan bahkan berubah menjadi rasa, rasa rindu, rasa cemas, rasa ingin memeluknya, rasa ingin bersamanya, rasa cinta. Dia menggeleng-geleng.

Bisakah aku mundur? Bisakah aku mendekatinya dan melihatnya dari jarak yang dekat? Bisakah aku mendengar suaranya? Bisakah aku menerima senyumannya? Semua pertanyaan itu kini mulai bermunculan. Bisakah aku menjaganya dari jarak dekat dan bukan dari jarak yang jauh seperti ini? donghae melenguh dan membuang napasnya.

Dia tersenyum hambar lalu kembali mengamati jiyong. Laki-laki didepannya ini begitu baik dimatanya sehingga dia sama sekali tidak berani mengatakan jika dia juga menaruh sesuatu kepada dara. Dia mempercayai jiyong namun tidak mempercayai dirinya kalau dia bisa menahan hatinya untuk dara.

“jiyong~ah..?” panggil donghae, jiyong membuka matanya dengan sedikit kesal.. “weeeehhh?” rengek jiyong karena tidurnya diganggu.

Donghae tersenyum geli lalu menggeleng-geleng, “yaaaa…kau ini!! kerjanya tidur mulu tahu tidak?” gerutu donghae, jiyong lalu menegakan tubuhnya dan menatap donghae.

“ngapain kesini? gak ada kerjaan lain yah selain menggangguku?” jiyong balas menggerutu.

“aku bosan di rumah sendiri!” Kata donghae lalu berjalan ke dapur jiyong dan mengambil satu gelas minuman untuknya. Jiyong yang melihatnya lalu mendesah. Sudah menjadi kebiasaan donghae seperti ini dan jiyong tidak mempermasalahkannya ya walaupun mereka sering berargumen tapi masih dalam batas wajar.

“heh.. jiyong roman-romannya kau juga dekat dengan anak dara yang satunya lagi yah? Wah.. daebak!! Kau dapat sarang lalu hanbin.. itu artinya kau dapat jackpot!” seru donghae sambil berjalan kembali menghadapnya. Jiyong menaikan alisnya, “jackpot apaan sih?” balas jiyong.

“masa gak ngerti sih? Nih denger.. teorinya begini! Jika kau dapat anak ayam.. dan semua anak ayam itu pada suka denganmu pasti tu anak ayam pada ngikutin kamu dan secara otomatis induknya bakalan ngikutin anaknya juga.. nah secara langsung induknya bakalan ngikutin kamu juga!” gumam donghae dengan wajah serius bin aneh, lalu jiyong tertawa mendengarnya.

“yaa.. ngomong apaan sih? Apaan anak ayam, induk ayam? Kau pikir aku ini apa? Jangan kau samakan manusia tampan ini dengan hewan!!” balas jiyong tertawa geli.

“aigoo.. bukan seperti itu! Yaa.. pabo! Maksudnya jika sarang dan hanbin udah suka sama kamu dan mereka menginginkan kamu otomatislah dara sebagai ibunya akan mengikuti keinginan mereka which is kau akan mendapatkan dara!” seru donghae.

Jiyong tertawa, “kau ini berpikir terlalu kejauhan tahu tidak? Lagipula aku dan dara tidak ada apa-apa?”

Donghae menyipitkan matanya, “terus saja mengelak! Jika kau terus seperti ini mungkin saja suatu saat nanti dara akan direbut orang baru deh kau sadar dan menyesali karena tidak mempercayai omonganku!!”

“sudahlah kau ini bawel sekali!!” balas jiyong yang beranjak pergi ke kamar mandi.

Donghae termenung sendiri, semua  yang dia katakan barusan sejujurnya mencekik perasaannya sendiri. namun apa yang dikatakannya memang benar adanya. Jika jiyong benar-benar tidak melakukan hal ini dengan cepat mungkin saja donghae berubah pikiran dan mendekati dara. Sebuah janji bisa saja diingkari bukan?

***

“samcheooon…?” sarang memanggilnya lalu berlari kearahnya dengan girang.

“aigoo…?” seru jiyong saat sarang menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan jiyong. Jiyong tersenyum, “ada apa ini?” tanya jiyong lalu melepaskan pelukannya.

Lalu tiba-tiba dara muncul, jiyong menatapnya bingung lalu melirik hanbin yang sedang sibuk dengan barang bawaannya.

“aigoo.. samcheon, aku dan omma akan ikut juga!!” seru sarang girang.

Hanbin menatap jiyong, “ohh.. ahjusi aku lupa omma dan sarang akan ikut! Lagian ‘kan repot kalo cuman berdua!” kata hanbin lalu masuk ke dalam mobil.

“weoh.. apa kau keberatan?” tanya dara dengan senyuman kecil diwajahnya sambil menarik sarang untuk masuk kedalam mobil. Dengan pikirannya yang masih bingung jiyong ikut masuk namun kali ini dia yang menyetir.

Jiyong melirik dara dan dara pun menoleh kepadanya, “weh?” tanya dara singkat melihat wajah jiyong yang masih bingung. Jiyong menggeleng-geleng, “anii..”

“ok kalau begitu kajaa!!” katanya gembira. Walau wajahnya terlihat bingung namun hatinya berkata lain, hatinya sangat berterima kasih kepada hanbin karena telah membawa dara untuk ikut. Dia begitu senang sehingga dalam perjalanan wajahnya tak henti tersenyum sambil sedikit mencuri-curi pandang kepada dara.

Setelah mereka tiba, dara menatapnya dengan tak percaya.

“kau tahu tempat ini?” kata dara takjub.

“wehh? Aku ini sudah berbulan-bulan disini masa tidak tahu tempat ini?” balas jiyong heran.

“anii.. geunyang.. itu karena aku tidak pernah melihatmu pergi keluar..” balas dara tersenyum geli kepada jiyong. Dan jiyong hanya membalasnya dengan tersenyum.

Mereka sedang berada disebuah sungai yang berada dibawah pegunungan yang berada di sebelah barat dari rumah dara tepatnya Busan Barat, cukup jauh, tidak, bahkan sangat jauh jaraknya. Makanya dara sangat takjub jiyong bisa tahu tempat seperti ini.

Dara berbalik kepada hanbin dan sarang, “ayo kita sudah sampai!” katanya girang.

“sarang ingat jangan dekat-dekat dengan air sungai araseo..!”

“ndeh..” balas sarang antusias.

Hanbin dan jiyong sibuk membereskan peralatan mancing mereka dipinggir sungai, dan dara kembali dengan urusan makanan dan minuman lagi.

Ketika dia sedang sibuk berbenah dia mendengar suara teriakan hanbin,

“uwaaaaa.. ahjusssssiii aku dapat!!” teriak hanbin sambil bersemangat menunjukannya kepada jiyong.

“daebak! Padahal baru juga masuk kailnya!” sahut jiyong lalu melakukan high-five dengan hanbin.

Tiba-tiba hanbin berlari kearah dara, “omma.. omma.. paba… paba… ikannya besar yah!!” seru hanbin dengan girang membuat dara tersenyum lebar dan mengangguk-ngangguk. Hanbin kembali lagi memancing bersama jiyong.

Air mata dara terkumpul diujung matanya, itu adalah pertama kalinya hanbin tersenyum dan berkata kepadanya dengan girang setelah kecelakaan yang merenggut appa.nya. dara mengamati hanbin dari kejauhan, melihat dia begitu bahagia dan antusias bersama jiyong disana.

Air mata itu pun terjatuh. Dara begitu bahagia hanbin bisa kembali seperti dulu lagi. Lalu matanya beralih kepada pria satunya lagi.

Jiyong. Dialah yang membuatnya bisa kembali.

Dara menghapus air matanya dan tersenyum menatap mereka.

“omma.. omma? Weoh?” dara tak menyadari jika sarang sejak tadi memperhatikannya. Dara melirik kepadanya, “iyah baby?” tanya dara.

“omma kenapa menangis? Apa omma sakit?” tanya sarang polos, dara menggeleng dan memeluknya.

“anii.. ini hanya debu! Omma baik-baik aja baby, omma malah sedang bahagia sekali saat ini!” seru dara lalu melepaskan sarang.

“sarang mau lihat ikan yang ditangkap hanbin oppa tadi?” tanya dara lalu wajahnya berseri melihat sarang mengangguk antusias.

“araseo.. kaja kita kesana!” dara lalu menuntun sarang berjalan kearan hanbin dan jiyong.

***

Mereka berdua berjalan bersama kedepan jalan setelah yakin sarang tidur dan hanbin sudah dikamarnya. Perjalanan yang cukup menyita waktu dan moment yang menyenangkan menyebabkan mereka tidak sadar waktu sudah berubah menjadi malam. Ketika mereka sampai waktu sudah menunjukan pukul 9 malam.

Mereka berdua berjalan beriringan dengan salah satu tangannya jiyong menjinjing sepeda, tangan mereka sesekali bersentuhan namun mereka biarkan begitu saja. Jiyong berhenti dan menoleh kearah dara.

“gomawo. Hari ini super menyenangkan.” Katanya girang, dara mengangguk dan tersenyum kepadanya.

“ya sudah kalau begitu kamu balik gih!” masih dengan senyuman yang terpampang di wajah jiyong, dara menatapnya sebentar dengan lekat lalu tanpa aba-aba memeluknya. Tangan mungil itu melingkari leher jiyong.

Jiyong termenung dan menjatuhkan sepedanya karena terkejut. Dara memeluknya begitu erat, napas jiyong terasa tersendat. Tangannya menggantung kaku disamping tubuhya.

“dar-..” “gomawo.. jiyong. Sincha gomawo!!” potong dara dengan suaranya yang sendu.

“dara?” panggil jiyong, namun tak ada suara lagi. Dengan keadaannya yang masih vague ini jiyong mencoba tidak terlalu banyak berpikir dan menerima kebahagiaan yang dia yakini sementara ini.

Dengan ragu tangan jiyong terangkat ingin membalas pelukannya, namun sebelum itu terjadi dara sudah melepaskan pelukannya.

“mian, aku tahu ini membuatmu terkejut bahkan aku sendiri pun sama terkejutnya. Hanya saja aku terlalu bahagia jadi seperti ini.. gomawo jiyong..” ditatap matanya dengan lekat, “gomawo karenamu hanbin mulai kembali lagi jadi seperti dulu. Karenamu aku bisa lagi tersenyum dan tertawa bahagia bersamanya..!” lanjut dara.

Lalu tiba-tiba wajah dara merona dan menunduk karena malu melihat jiyong yang hanya diam tanpa memberinya respon. Dara memutar tubuhnya untuk berbalik membelakangi jiyong, “mm..mian! kalau begitu aku masuk ke dalam rumah dulu! Kau hati-hati..!” katanya tanpa mau berbalik menghadap jiyong lagi.

Jiyong masih terdiam sampai langkah dara yang mulai menjauh darinya. Ketika itu terjadi jiyong tersadar dan berlari mengejarnya. “dara..!”panggilnya lalu meraih tubuhnya dan memeluknya dari belakang.

“jiy-jiyong?” tanya dara bingung dengan perlakuan dadakan dari jiyong, jiyong mengeratkan pelukannya, “hanya sebentar! Besok kau boleh melupakan hal ini terjadi!” begitu kata jiyong sambil mendesah ditengkuk leher dara.

Lalu disaat mereka sama-sama terdiam, jiyong membalikan tubuh dara sehingga menghadapnya. Dengan perlahan tangan jiyong meraih rambut dara yang jatuh didepan wajahnya dan menyelipkannya dibelakang telinga dara, lalu tangan itu beralih kepada pipi dara dan mengelusnya lembut.

“aku bohong. Aku tidak ingin kamu melupakan hal ini terjadi!” katanya menatap mata dara dengan sangat dalam. Dara hanya terdiam membalas tatapan matanya.

“aku tahu dan sering sekali mengelak jika hatiku mulai memanggil namamu, selalu. Mungkin ini terdengar tidak mungkin dan aneh tapi benar apa kata temanku yang bodoh.. kalau aku memang memiliki hati untukmu! Aku sadar saat kau memelukku tadi. Aku tidak mampu menahan ini atau pun mencegah hatiku. Aku tidak ingin kamu membalasku saat ini juga, aku hanya ingin kamu tahu kalau hatiku menginginkanmu! Karena aku tahu aku tidak bisa menggantikannya  yang selalu ada dihatimu.” lirih hati jiyong kepada dara.

Dara meraih tangan jiyong dan menggenggamnya namun dara tidak mengeluarkan suara apa pun. Jiyong tahu ini adalah keputusan yang bodoh yang dia keluarkan saat ini. namun saat dara memeluknya tadi, semua perasaannya menjadi jelas jika laki-laki bodoh yang masih menjadi buronan ini menginginkannya seutuhnya.

Akhirnya jiyong mendesah dan menunduk sebelum mengangkat wajahnya lagi menatap mata dara itu.

“aku tahu kamu pasti sulit untuk menjawab semua ini dan aku tidak memaksamu. Tapi aku mohon.. jika kita tidak bersama saat ini bisakah kamu tidak melihat orang lain dulu? Bisakah kamu tidak membuka dan memberi harapan kepada orang lain? Biarkan aku meyakinkan hatimu jika apa yang saat ini kita rasakan adalah sama.” Jiyong meraih tubuh dara dan mendekapnya lagi.

Walau tanpa kata, dara membalas pelukannya. Dia juga mendengar detak jantung jiyong yang berdetak begitu kencang saat ini. dia juga bisa merasakan betapa kakunya tubuhnya saat ini. dara ingin menjawabnya, namun dia belum bisa, saat ini bukan waktu yang tepat untuk dia memulai hubungan baru. Walaupun bodoh tapi dara belum bisa melepaskan bayangan suaminya yang sudah meninggal itu, jadi dia takut bila suatu saat mereka bersama jiyong akan sadar kalau dirinya belum bisa seutuhnya melupakan suaminya itu. Bodoh memang, walau dara sendiri tahu ada benih yang tumbuh dalam hatinya untuk jiyong namun ketakutan dan rasa traumanya masih ada, dan belum sembuh seutuhnya.

Memulai berarti harus siap dengan mengakhiri dan dia belum siap dengan itu, cukup rasa sakitnya karena ditinggal meninggal oleh suaminya. Namun melihat tatapan mata jiyong , dara seperti mempunyai harapan baru, jiyong seperti meyakinkannya kalau dia tidak akan meninggalkannya walau apa pun yang terjadi.

Jiyong melepaskan pelukannya dan menatap wajah dara, ditangkupnya wajah dara dengan lembut lalu disematkannya sebuah kecupan lembut pada kening dara.

“bisakah kamu menjaga hatimu dulu? Setidaknya jika bukan untukku saat ini, bisakah kamu menguncinya dulu dan membukanya untukku saat waktu itu tiba? Aku yakin takdir itu ada, dan takdirku adalah takdirmu!” jiyong menatap mata dara yang mulai melembut dengan benih-benih air mata yang mulai bermunculan itu.

dara mengangguk, lalu air matanya pun berjatuhan.

“ndeh..” katanya berbisik.

Jiyong menghapur air mata itu dan mengecup keningnya lagi.

“semuanya akan baik-baik saja, dara! Perlahan kamu bisa melupakannya dan melihatku!”

TBC^_^

aigoo…

Dara masih baper ama suaminya yg udah meninggal guys? Apa bisa jiyong  bikin dara lupa suaminya itu n bikin dara seutuhnya suka ama jiyong? Hmmm… baper gila tuh si jiyong… apalagi dia belum mikirin statusnya yg buronan kan???

Nah trus si donghae gimana nih? Hahaha.. hati-hati dah.. jiyong!!

Gomawo readers-nim..

Yg nyimak n komen semoga diberkahi dan dikasih kelancaran. Wkwkwk…

Yg belum.. gpp gak akan maksa ♡♡ berarti saya kudu belajar lagi..^^

22 thoughts on “SOMETHING CALLED LOVE – Jaga Hatimu,… [Chap. 8]

  1. wah jiyong dah ngakuin perasaanya sm dara seneng deh bacanya….. itu sebenarnya donghae punya janji apa sih kak atau donghae ada hubungannya sm lecelakaan yg menyebabkan suaminya dara meninggal ya…. ah makin baper aja nih next chap aja deh kak ditungguin ya fighting buat lanjutin nih ff ^~^

  2. Aku yakin dara pasti bisa move on dari suaminya kkkk~ tapi ya butuh waktu.. Awal yg baik sweet daragonnya..
    Wah donghae takutnya nanti kedepannya bisa berubah jahad dan bisa aja kerja sama dengan haejin>< *maaf over thing king :v
    Semangat terus authorr sayang^^

  3. finallyhh ji sama dara sama sama bisa ngerasain kdekatan mereka satu sama lain walaupun dara blm spnuhnya moveon sihh,masih penasaran sama donghaeee

Leave a comment