WITH #7

sayap3

Author : A’rum
Lenght : 1422 words/ Chapters
Genre : Romance, School Life, Slice of Life, Angst, Fantasy

Mian lama update… lagi sibuk bersihin rumah akibat erupsi gunung Kelud 😛 *bilang aja males -_-
Ada yang kangen ma aku gk?????
Semoga gak mengecewakan dch…

***Note : Pengembangan dan perubahan dari sebuah manga karya … (aku lupa, he. tapi banyak perubahannya sih) oleh A’rum.

Brugh

Kaki seseorang sukses merubuhkan pintu kayu ruang olah raga. Beberapa namja yang tengah asyik bercanda diruangan tersebut kaget melihat kejadian itu. Dua namja terlihat familiar dimata seorang yeoja yang tengah berdiri didepan pintu yang telah dia rubuhkan. Pandangan matanya terlihat dingin dan seakan-akan mencari sesuatu.

“Hyung, bukankah itu Dara nuna?” Minhwan berbisik disamping Jaejin.

“Ne. Tapi kenapa wajahnya menyeramkan begitu?” Jaejin sedikit bergidik ngeri melihat Dara berjalan mendekatinya.

DI-MA-NA DONG YOUNG-BAE?” Dara (Jiyong) menekankan setiap ucapannya.

“A ani. Mak maksudku aku tidak tahu.” Jaejin sedikit melangkah mundur saat tatapan Dara mampu membuatnya ingin mengambil langkah seribu menjahui tempat ini.

Shit.” Dara (Jiyong) menendang kaki Jejin dan berlari keluar.

“Gwencanayo?” Minhwan berjalan mendekati Jeijin yang sedang duduk kesakitan.

“Aku tidak tahu kalau Dara bisa berubah menakutkan seperti itu.”

***

Dara (Jiyong) berlari mengelilingi gedung SMA Swasta YG. Sebagian keringatnya telah membasahi seragam putihnya. Saat dia mulai kelelahan dari kejauhan dia melihat sosok namja yang sedang berdiri ditengah lapangan bola. Tanpa berfikir panjang Dara (Jiyong) berlari menghampirinya.

“Apa maumu?” Yongbae bertanya tanpa membalikkan badannya.

“Kau juga masih mengenang Jiyong kan?” Dara berusaha mengatur nafasnya . dia berhasil menguasai tubuhnya sendiri. Dia tidak ingin Jiyong berkelahi dengan Yongbae.

“Perbaiki simbol itu.” Dara kembali berbicara saat melihat Yongbae tetap diam.

“Kami ingin menyukseskan festifal itu bukan untuk menggali kenangan tentang Jiyong. Tetapi kami ingin meneruskan impian Jiyong.”

Yongbae tetap diam menanggapi perkataan Dara.

“Ya! Kalau kau namja, cepat balikkan badanmu dan tatap aku.”

“Berisik. Pergi kau dari hadapanku.” Dengan cepat Yongbae berbalik dan mendorong tubuh Dara. Dara yang bisa menyeimbangkan badannya berhasil berdiri lagi dan memandang Yongbae sedih.

“Sampai kapan kau akan keras kepala seperti ini. Jangan ingkari hal yang terjadi di masa lalu.”

Perkataan Dara mampu membuat tubuh Yongbae kaku.

“Kau harus tetap bermain bola.kau yang terpilih kan?”

“Aku sama sekali tak membayangkan adanya kemungkinan kau memaafkan Jiyong, tapi kau harus berusaha.” Dara berjalan mendekat kearah Yongbae. Dia berusaha membuat Yongbae mengerti dengan keputusan Jiyong.

“Diam.” Yongbae ingin beranjak meninggalkan lapangan tetapi langkahnya lebih dulu dihadang oleh Dara.

“Kau ingin pergi lagi hah?” Mata mungil Dara menatap tajam kearah Yongbae.

“Kau tidak tahu masalahnya kan? DIA SENGAJA MENGALAH PADAKU.” Yongbae berteriak kearah Dara. Dara hanya bisa menatapnya tanpa ekspresi.

Hening.

Seseorang yang baru tiba segera menarik tangan Dara.

“Dara, ayo kita kembali.”

“Seunghyung?” Dara menatap Seunghyun kaget.

“Sudahlah, biarkan saja dia.” Seunghyun terus menarik Dara menjahui Yongbae. Tapi sebelum Dara mengikuti Seunghyun, dia berbalik dan berteriak pada Yongbae.

“Kalau kau memang belum bisa melupakannya. Ayo bantu kami.”

***

Dara berjalan gontai menuju ruang Osis. Disampingnya Seunghyun berjalan diam menemaninya. Sepanjang perjalanan menuju sekolah Seunghyun tidak menanyakan apapun kepada Dara. Begitu juga sebalikknya. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sesampainya di ruang Osis Dara berusaha menghapus kesedihan diwajahnya dan kembali menunjukkan senyumnya. Dia tidak ingin semua anggota Osis melihatnya kacau seperti ini.

“Apa yang sedang kalian lakukan?” Dara bertanya bingung setelah melihat seluruh anggota Osis hanya duduk diam sambil menundukkan wajahnya.

“Pak Kepala Sekolah tadi datang. Karena kejadian ini Beliau ingin festifal dihentikan.” Daesung menjelaskan kepada Dara.

“Mungkin ini hukuman. Karena kita melanjutkan pekerjaan ini tanpa perasaan karena Jiyong tak ada disisi kita.” Bom dengan sedih berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela.

“Simbolnya telah rusak. Meski kita adkan festival ini, semua orang juga tahu kalau Jiyong – ”

BRAAKK

“Ayo buat simbolnya.” Tangan kecil Dara bergetar setelah menggebrak meja.

“Kita harus menyukseskan festival ini. Karena Osis, dan juga seluruh sekolah ini adalah kebanggaan Jiyong. Jadi aku mohon jangan rusak kebanggaan Jiyong.” Dara berteriak meyakinkan seluruh anggota Osis.

Seluruh anggota Osis hanya dapat menundukkan wajah mereka.

Hening sesaat sampai Bom beranjak berdiri dan mengambil lem diatas meja.

“Kajja. Kita selesaikan ini. Setidaknya masih bisa sedikit diperbaiki.”

Seluruh anggota Osis yang mendengar ajakan Bom langsung beranjak dan tersenyum cerah. Dara terseyum bahagia dan memandang terima kasih pada Bom.

“Ani, kita yang seharusnya berterima kasih. Karena tanpamu kita pasti akan terus terpuruk tanpa Jiyong.” Bom menerik tangan Dara dan mengajaknya memperbaiki simbol tersebut.

***

“Unnie, apakah semua ini harus kita habiskan?” Minji sedikit tekejut melihat tumpukan brosur festifal sekolah yang akan mereka bagikan.

“Ya~ Minji-ah. Jangan terkejut seperti itu. Ini malah tidak sebanyak tahun lalu.” Chaerin berusaha membuat Minji bersemangat.

“Mian, kalian harus membantuku untuk membagikan brosur-brosur ini.” Dara berbicara sesekali memberikan brosur kepada orang yang tengah lewat didepannya.

Saat ini, mereka bertiga sedang berda di dekat taman kota untuk membagi-bagikan brosur festifal sekolah mereka. Sebenarnya tanpa brosur itupun semua orang akan datang untuk melihat-lihat festifal sekolah itu. Festifal sekolah SMA YG Seoul memenag cukup terkenal dikalangan masyarakat. Setiap tahun orang-orang akan datang beramai-ramai untuk melihat festifal yang memang dibuka untuk umum juga.

“Unnie, memangnya kemana Seungri dan Daesung oppa? Bukankah mereka yang seharusnya membagi-bagikan brosur ini.” Minji bertanya tanpa melihat kearah Dara. Dia sedang membantu anak kecil yang terjatuh dari sepedanya dan memberikan brosur tersebut ke anak itu.

“Mereka sedang melakukan ulangan perbaikan. Diulangan yang kemarin nilai mereka jauh dibawah rata-rata.”

“Omo, si panda bodoh itu tetap tidak mau belajar saja.” Chaerin menggerutu sambil memberikan brosur itu pada seorang namja tanpa melihat wajahnya.

“Ya~ Cat. Siapa yang kau sebut bodoh itu hah?” namja dihadapan Chaerin berteriak membalas perkataan Chaerin.

“Aigo, kau mengagetkanku saja. Tentu saja kau itu yang aku sebut bodoh.” Chaerin sedikit terkejut melihat Seungri yang menerima brosur yang dia berikan.

“Aish, yeoja ini. Apakah seperti itu caramu membagikan brosur ini? Ya~ berikan padaku. Kau beristirahatlah.” Seungri merebut setumpuk brosur ditangan Chaerin yang sedang terkejut manatap Seungri.

“Anio. Aku akan ikut denganmu. Hanya ingin memastikan kau benar-benar mambagikan brosur ini.” Chaerin berjalan mendahului Seungri yang tersenyum penuh arti pada Chaerin.

“Minji~ah, kau beristirahatlah. Biar aku yang membagikannya.” Daesung bejalan mendekati Minji.

“Ani. Biar cepat selesai bagaimana kalau kita membagikannya bersama?”

“Arasseo. Sepertinya disana lebih ramai. Kajja kita kesana.” Ajak Daesung sambil mengambil sebagian brosur ditangan Minji.

“Unnie, kami akan pergi kesebelah sana. Kau ingin ikut?”

“Anio. Kalian pergi saja. Aku akan membagikannya disini.” Tolak Dara samabil mengedipkan sebelah matanya kearah Minji membuat pipinya berubah merah.

“Baiklah, nunna berhati-hatilah.” Daesung dan Minji meninggalkan Dara yang masih sibuk membagikan brosur tersebut.

Saat Dara berjalan sedikit menjauhi taman, dia berpapasan dengan anak-anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran. Karena terlalu asik menatap mereka Dara tidak sadar seorang anak yang tertinggal menabrak Dara. Dara akan siap merasakan sakit saat dirasakannya sebuah tangan menahannya jatuh. Saat dia mendongakkan kepalanya, wajah Yongbae lah yang sekarang dia lihat.

“Gwencana?” Yongbae bertanya kaku pada Dara.

“Ne, gomawo.” Dara tersenyum tulus pada Yongbae. Yongbae yang melihat senyum itu segera memalingkan tatapannya. Ada perasaan aneh saat melihat senyum itu. Hening sesaat sampai Yongbae melihat setumpuk brosur yang sedang dibawa Dara.

“Kau duduk saja. Biar aku yang membagikannya. Setidaknya, ini bisa sedikit menebus kesalahannku. Hanya sedikit.”

“Ah, gomawo.” Dara yang tidak dapat menolak beranjak duduk dibangku yang berada tak jauh dari tempatnya sekarang. Hanya sesaat dia duduk, dia beranjak berdiri kembali dan pergi ke toko seberang untuk membeli minuman.

***

From : Minji

Unnie, mianhe. Aku akan pulang bersama Daesung Oppa. Sepertinya dia ingin mengajakku makan bersama dikedai langganannya. Gwencanayo? Ajaklah Chaerin unnie untuk pulang bersama. Berhati-hatilah unnie.

Dara tersenyum senang membaca pesan yang baru masuk dari ponselnya. Setelah membalas bahwa dia akan pulang bersama chaerin dan menyuruh minji untuk bersenang-senang, dia membuka pesan yang Chaerin kirimkan 1 jam yang lalu.

From : Chaerin

Unnie, brosurnya sudah aku bagikan semuanya. Mian, bisakah kau pulang bersama Minji. Panda bodoh ini tidak ingin ditinggal. Dia memaksaku menemaninya makan ramen. Ingat dia MEMAKSAKU. Aku tidak ingin menemaninya, aku akan senang pulang bersama kalian T_T . Mianhe unnie.

Dara kembali tersenyum melihat pesan itu. Dia masih ingat saat tadi dia menggoda Chaerin untuk bersenang-senang dengan paksaan Seungri. Dara sangat senang melihat kedua sahabatnya bahagia.

“Wae? Kenapa kau tersenyum sendiri seperti itu? “ Yongbae yang baru saja keluar dari toko heran meliaht Dara tersenyum sendiri menatap ponselnya. “Apa kau mendapat peasan dari namjachingu mu?”

“Anio. Aku bahkan tidak punya namjachingu.”

“Balasan untuk soda tadi siang.” Yongbae meberikan sebotol jus jeruk pada Dara.

“Aigo, harusnya aku mentraktirmu lebih. Kau telah membantuku menbagikan brosur tadi siang. Aku yakin kalau kau tidak ada brosur itu masih ada sekarang.” Dara sedikit meminum jus yang Yongbae berikan.

“Aku akan pergi.”

“mwo?”

“Aku akan pergi ke klub itu. Aku akan kembali bermain sepak bola.”

“Jinjayo?” Dara menatap Yongbae tidak percaya.

“Ne, setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan demi impian ku dan Jiyong.”

“Aku senang mendengarnya. Dong Yongbae Fighting.” Dara mengepalkan kedua tangannya menyemangati Yongbae.

Ji, kau mendengarnya. Demi impian kalian berdua Yongbae mau kembali bermain sepak bola. Sayang kau tidak disini menemaninya. Kata Dara dalam hati.

Gomawo Dara.

to be continue…

<<Sebelumnya Selanjutnya >>

28 thoughts on “WITH #7

Leave a comment