Bad Boy For Bad Girl [Chap. 5]

BFB Cover

Script Writer by : ElsaJung

Tittle : Bad Boy For Bad Girl

Duration : Series/Chaptered

Rating : Teen (T)

Genre : AU, Comedy, Romance, a bit Sad

Bab 5

Jiyong kehabisan akal. Kegilaan Dara bukan sesuatu yang mudah dihentikan layaknya anak kecil yang menangis minta dibelikan permen. Sekali Dara menyerang seseorang, ia akan membabi buta tak kenal kata ampun. Jiyong tidak bisa mencari cara lain selain mengunci pergerakan Dara. Akhirnya, Jiyong menarik tangan Dara, melingkarkan tangan gadis itu pada lehernya. Belum puas karena Dara masih memberontak, Jiyong mendorong kepala Dara sehingga kini jarak wajahnya dengan wajah Dara sangat dekat. Sontak hal itu berhasil membuat Dara diam seribu bahasa.

“Kena kau, Sandara Park!” tukas Jiyong menyunggingkan senyum menggoda.

***

“Sungguh, Bom! Bulu kudukku selalu berdiri setiap kegilaan Jiyong mulai kambuh. Dia gila.” Dara bergidik geli. Mereka baru saja menyelesaikan makan siang dari kantin. Tebak! Dara tidak memakan makanannya sama sekali. “Bisa-bisa aku menjadi sama gilanya dengan si Jiyong itu!”

Bom terkekeh. “Dia itu menyukaimu. Kau memang bodoh dalam memahami perasaan orang lain.”

“Kau selalu mengatakan kalimat yang sama. Aku pusing, Bom.”

“Jiyong hampir menciummu di hadapan kami semua. Itu adalah bukti yang cukup kuat.”

“Dia gila. Gila! He is a craziest bastard I’ve ever seen!!

Sebuah sumpah serapah telah diucapkan Dara pada dirinya sendiri. Kegilaan Jiyong membuatnya frustasi. Bagaimana tidak? Jiyong dengan santai dan tanpa dosa hampir mencium Dara di hadapan teman sekelasnya. Mungkin sesuatu telah menganggu pikirannya. Semacam iblis yang mempengaruhi seseorang untuk mencium siapa pun yang ada di hadapannya. Ya, benar. Sepertinya iblis itu berhasil merasuki Jiyong. Tidakkah harus memiliki tingkat kegilaan yang sangat tinggi untuk mencium seorang gadis yang dibencinya di hadapan banyak orang? Okay, Jiyong gila dan dia dirasuki iblis. Lengkap sudah.

“Bom, aku harus ke toilet. Kau kembalilah ke kelas lebih dulu.”

“Baiklah. Cepat kembali, Dara!”

Selera makan Dara hilang. Bahkan, ia tidak memiliki rasa ketertarikan tinggi pada permen yang diberikan Bom padanya beberapa menit lalu. Saat ini, Dara tengah menatap refleksi dirinya di cermin. Ia memandang kaca yang menunjukkan setengah bagian badannya dengan mata menyipit. Dara tidak suka melihat bayangannya sendiri. Ada banyak kekurangan di sana dan menurut Dara, tidak menjadi kewajiban baginya untuk mengoreksi dirinya karena ia tidak menginginkan hal itu.

Sudah cukup lama sejak Dara memperhatikan kekurangannya. Tidak dapat disangkal, Dara sadar akan segala keburukan yang dimilikinya. Ia mengerikan, kejam, tidak punya sopan santun, ringan tangan, kasar dan berpenampilan berantakan. Tapi, apa yang akan dilakukannya setelah mengetahui keburukan maupun kekurangannya? Berusaha memperbaikinya? Untuk apa? Toh, Dara yakin, hidup-nya tidak akan berubah semudah itu hanya karena ia menjadi lebih baik. Dengan alasan tersebut Dara selalu ingin menghancurkan setiap benda yang menampilkan refleksinya.

Salah satu bilik kamar mandi terbuka. Seorang gadis keluar dari dalamnya.

“Kita bertemu lagi, Dara.” Jessica berbicara dengan nada gembira.

“Kita selalu bertemu di kelas. Apa kau tidak menyadarinya?” ketus Dara sembari mencuci tangan.

“Maksudku, hanya kita berdua.” Balas gadis berambut pirang itu sembari tersenyum lebar.

Dara membalikkan tubuhnya hingga menghadap Jessica. “Kau sesenang itu bertemu denganku? Kau senang kita hanya berdua saja? Kenapa kau sangat antusias kepadaku?” tanyanya dengan nada dingin. Dara tidak berharap bertemu Jessica disaat sedang frustasi seperti sekarang. “Kau suka karena kau bisa melakukan apa pun saat hanya berdua denganku? Stop dreaming!

“Dara-ah, kenapa kau memiliki pikiran buruk tentangku? Kau selalu mengatakan kalimat yang tak kupahami. Kau terus menuduhku hendak melakukan hal buruk padamu.” Jessica menatap Dara penuh rasa kecewa. Perasaan itu tampak jelas di mata coklatnya.

“Kalau kau tidak mau aku menuduhmu, menjauhlah dariku, bodoh! Menjijikan!”

Lagi-lagi, untuk kedua kalinya, Dara-lah yang mengakhiri pembicaraannya dengan Jessica.

“Kau yang memintaku menggunakan cara kotor, Dara.” Tukasnya.

Jessica menyeringai. Sorot mata kecewa itu seketika berubah menjadi penuh kebencian. Tujuan utama Jessica mendekati Dara adalah untuk menyingkirkan gadis keparat itu secara perlahan. Dan, berteman merupakan cara yang terbaik. Dari sudut pandang Jessica, dengan berteman, ia bisa mencari tahu kelemahan Dara. Setelah itu, ia akan menggabungkan beberapa kelemahan tersebut menjadi senjata ampuh untuk melumpuhkan keteguhan Dara.

Hal yang sangat disesali, rencana tidak berjalan sesuai harapan. Dara tidak bisa dijangkau dengan mudah. Gadis itu cukup kuat dan telah mengetahui rencana Jessica sejak awal. Jessica menyungging-kan senyum tidak percaya. Ia bersumpah akan membuat Dara menyesali perbuatannya. Ia akan membuat Dara menarik segala kalimat yang ditujukan kepadanya. Menjijikan? Lucu sekali. Bukankah Dara lebih menjijikan darinya? Gadis itu tidak tahu diri.

Tenang saja, bagi Jessica, ini baru dimulai.

***

Seunghyun berulang kali mengumpat ketika Bom berusaha menarik perhatiannya. Jujur, tidak ada yang ingin dibicarakan Seunghyun, apa pun dan kepada siapa pun, terlebih Bom. Tebak! Gadis itu memaksanya untuk bolos sekolah demi membuat rencana bodoh yang diabaikan oleh Seunghyun. Seunghyun sudah menolak mentah-mentah, bahkan mendorong Bom menjauh darinya. Tapi, Bom akan melakukan segala cara jika ia menginginkan sesuatu, apalagi jika itu berhubungan dengan Dara, sahabat karibnya. Sekarang, Seunghyun dan Bom tengah duduk di bangku yang terletak di sudut cafe.

Ini memang seratus persen salah Seunghyun. Ia sadar, ia membohongi orang yang salah. Bukan karena Bom jauh lebih cerdas darinya, tapi karena gadis itu kelewat bodoh. Baik. Ada sedikit ralat. Bukan seratus persen salahnya. Separuh dari penderitaan Seunghyun adalah salah Jiyong. Jiyong yang memulainya dan Seunghyun yang menerima dampaknya. Kalau Jiyong bukan sahabatnya, mungkin Seunghyun tidak akan pernah mau terjebak dalam masalah ini. Bersama Bom seharian sangatlah memuakkan. Dia banyak makan dan juga banyak bicara.

“Bagaimana dengan rencana itu?” Bom menaikkan sebelah alisnya.

“Salah satu dari mereka akan pulang dengan keadaan mengenaskan keesokan harinya.”

Entah kenapa, Seunghyun tak berhenti bertanya-tanya. Apakah Bom tidak pernah menggunakan otaknya selama delapan belas tahun ke belakang? Maksud Seunghyun, apa Bom tidak pernah berpikir menggunakan otak sebelum bertindak selama hidupnya? Yang benar saja! Menjebak Jiyong dan Dara di sebuah hotel, mengunci mereka berdua di dalam kamar yang sama, lalu melihat apa yang terjadi. Hei, man! Hanya ada dua kemungkinan. Jika bukan Dara yang babak belur, maka Jiyong-lah yang pulang dengan luka lebam di sekujur tubuhnya. Ide gila memang selalu muncul dari orang gila pula.

 Sebenarnya, bukan hanya itu ide yang diajukan Bom. Ada beberapa ide lainnya yang lebih gila.

“Aku tidak mau tahu, Seunghyun! Kau menolak semua ideku. Aku tidak mengerti, apa kau benar-benar ingin Jiyong bahagia atau tidak. Sekarang, apa pun itu, kita harus membuat Jiyong dan Dara selalu bersama!” Cerocos Bom panjang lebar. Ia tahu, Seunghyun bukan tipe orang yang mudah diajak berkompromi atau membuat kesepakatan.

Astaga. Akhirnya, kalimat itu keluar. Bom mengungkit apa yang telah dikatakan Seunghyun. Sial!

“Baik! Pada dasarnya, tanpa kita melakukan apa pun, mereka sudah dekat dengan sendirinya. Tapi, kalau kau memaksa, kenapa tidak kita lakukan ide gilamu itu? Jangan salahkan aku jika Jiyong dan Dara menghajarmu. Mari kita mengunci mereka di dalam hotel!” Seunghyun frustasi. Sungguh. Bom lebih menyusahkan daripada anak kecil.

Sebuah senyum merekah menghiasi bibir Bom. “Baiklah. Kita akan mengambil cuti minggu depan. Lebih cepat lebih baik, bukan? Aku tidak sabar. Apa kira-kira yang akan terjadi? Astaga, aku sangat gugup. Apa yang harus kulakukan?” Ujarnya histeris.

“Terserah apa katamu.”

“Sebentar. Berbicara tentang Jiyong, benarkah dia menyukai Dara?”

“Entahlah. Sepertinya begitu.”

“Kau berteman lama dengannya?”

Seunghyun mengangguk singkat. “Ya. Sejak kecil.”

“Jadi, kau harus memberitahuku kabar terbaru tentang Jiyong. Kita berhenti bermusuhan sejenak.”

“Hei, bagaimana bisa kau memerintahku-”

Bom beranjak dari duduknya. “Rencana pertama sudah selesai. Antar aku ke tempat kerja!”

“Apa? Aku mengantarmu?”

“Itulah yang harus dilakukan laki-laki pada seorang gadis.” Bom meringis penuh kemenangan.

Mulut Seunghyun seakan dibungkam. Ia tidak bisa mengatakan kalimat apa pun. Bergaul dengan Bom membuatnya kehilangan akal. Semua kalimat yang diucapkan Bom seakan menghipnotisnya. Ia melakukan segala hal. Menyusun rencana bodoh, bolos sekolah bahkan mengantar gadis tidak waras itu pulang. Ternyata seperti inilah penderitaan yang dirasakan ketika bergaul dengan orang aneh semacam Bom. Oh, bukan orang. Tapi, alien.

***

Seluruh anggota BigBang tengah berkumpul di sebuah club. Seperti biasa, tidak ada sesuatu yang harus mereka kerjakan selain bermain. Belajar? Hah, itu hanya untuk orang yang menganggap belajar adalah kewajiban, Youngbae misalnya. Lalu, mengelola perusahaan? Pekerjaan gila macam apa itu? Tidak ada orang muda yang mengelola perusahaan di umur 18 tahun. BigBang menginginkan masa muda yang menyenangkan bukan masa muda suntuk karena disibukkan masalah perusahaan.

Hyung, apa kau bolos sekolah kemarin?” tanya Seungri yang sedang bermain billiard.

Seunghyun mengangguk. “Begitulah, maknae.

“Kudengar kau pergi bersama Bom. Kalian memiliki hubungan spesial? Wow, Daebak!” Daesung bersiap dengan ponselnya. “Aku akan membuat berita yang akan mengguncang seisi Asia Pasific! ‘Seunghyun, si tampan nan bingu dari BigBang memiliki kekasih berinisal ‘B’!’” Ujarnya tersenyum meledek. “Judulnya bagus, ‘kan?”

“Minta dibunuh kau! Bagus dari mana? Bisa hilangkan kata bingu? Lagi pula, aku tidak segila itu. Cih, memiliki hubungan dengan alien seperti Bom. Hei, dengarkan, kalau bukan karena Jiyong yang memintaku untuk mencari informasi tentang Dara, aku tidak akan menderita seperti ini!” Cerocosnya penuh emosi sembari melempar beberapa kamus ke arah Daesung.

Sontak, keempat anggota BigBang lainnya melirik Jiyong yang duduk manis tak banyak bicara.

“YAK! Apa yang kalian lihat?!” Bentak Jiyong kesal.

“Astaga. Sepertinya kau memang sudah menyukai Dara, Jiyong. Kau sampai tega mengorbankan Seunghyun hyung yang bodoh ini untuk mencari informasi tentang Dara.” Youngbae menggelengkan kepala disambut dengan Seunghyun yang tiba-tiba memeluknya manja.

“Hanya Youngbae yang mengerti perasaanku!” Seunghyun bergelayut di lengan Youngbae.

“Kau membuatku geli.” Ujar Youngbae mengatakan kalimat andalannya.

“Membicarakan Dara membuatku ingin menemuinya.” Jiyong meraih kacamata hitamnya yang tergeletak di atas meja. “Kegiatan hari ini, aku sudah menyusunnya sebaik mungkin. Youngbae! Siapkan pesawat pribadi untuk penerbangan siang nanti. Seungri! Telepon gadis-gadismu, katakan kepada mereka kita akan pergi ke pulau milik Youngbae! Daesung! Hubungi Pak Cho dan minta dia menyiapkan tempat penginapan! Harus bersih, rapi, nyaman dan menawan! Seunghyun, aku punya tugas spesial untukmu. Hanya kau yang bisa melakukannya.”

Seungyun mengerutkan dahinya, penasaran. “Apa?”

“Jemput Bom. Kita akan berlibur bersama!! Aku akan menjemput Dara sekarang!” serunya ceria.

“Yeahh!! Berlibur bersama Dara! Aku tidak sabar melihatnya memakai bikini!” Seru Seungri.

Youngbae, sebagai orang bijaksana, langsung menoyor kepala sang maknae. “Mesum!”

“Kau akan melihat Dara memakai bikini di mimpimu, bodoh!” tukas Daesung.

“Hanya aku yang akan melihatnya!” Jiyong menyambar jaket hitamnya.

Jiyong tersenyum lebar. Jika digambarkan dalam komik, mungkin senyum itu mencapai telinganya. Laki-laki itu menenggak segelas coktail lalu mendesah sembari berdecak. Entah apa yang membuat Jiyong bahagia setiap hendak menemui Dara. Padahal, awalnya, bukankah akan muncul tanduk yang menyembul dari kepala Jiyong setelah ia mendengar nama Dara. Tidak salah lagi, si bodoh Jiyong benar-benar menyukai si tidak normal Dara.

Okay, aku baik-baik saja jika kita liburan, tapi tidak dengan mengajak Bom, Jiyong!”

“Jangan membantah, hyung! Kau tahu, nenek dan ibu sangat menyukai Dara. Ahh, aku khawatir, apa yang akan terjadi padamu kalau sampai mereka tahu kau tidak mau Bom ikut bersama kita. Bagi Dara, Bom sangat penting. Lagi pula, ibu yang meminta kita liburan ke pulau milik Youngbae.” Jiyong berpura-pura memasang raut wajah sedihnya. “Nenek mengintaimu, hyung. Dia seperti iblis.”

Beberapa detik setelah kepergian Jiyong, beton serasa menghantam kepala Seunghyun. Kenapa tidak disadari olehnya sejak tadi? Baik. Mungkin, Seunghyun merasa cukup lega. Rencana yang sesungguhnya tak pernah disetujui secara langsung olehnya berjalan dengan sendirinya. Ia tidak perlu berusaha dan membujuk Jiyong untuk mengambil cuti. Ya, kabar baik untuk otaknya! Biarkan si Miss Alien yang melancarkan misi selanjutnya.

***

Selama perjalanan, Jiyong tidak berhenti mengembangkan senyum di bibirnya. Ia terus mengulum senyum dengan imajinasi yang mengembara entah ke mana. Sandara Park! Gadis itu membawa manfaat untuk Jiyong. Dia memang sangat menyebalkan-melebihi anak kecil yang merengek ketika mainan mereka rusak-tapi berbanding terbalik dengan sifat buruknya, Dara terlalu mudah dikerjai. Emosinya yang mudah meluap membuat Jiyong ingin membuatnya marah lagi dan lagi. Itu terlalu lucu dan sangat menghibur.

PLAK!

Tiba-tiba, Jiyong menampar pipinya sendiri. Tidak! Kenapa dia terus memikirkan Dara?!

Arrgghhhh! Terkadang, pikiran ini mengganggunya. Jiyong berpikir ia mulai terbiasa mengenai keberadaan Dara meski mereka belum kenal lama. Tapi, tidak perlu waktu untuk merasa nyaman. Tidak! Okay, menurut Jiyong, ia hanya terbiasa dan itu bukan berarti ia nyaman. Tidak mungkin! Bagaimanapun juga, Dara adalah musuh. Benar, musuh akan tetap menjadi musuh. Sungguh, akhir-akhir ini perasaan Jiyong tidak karuan. Semoga tidak ada pertanda buruk dibaliknya.

Baiklah, lupakan tentang itu. Sekarang waktunya bersenang-senang!

Dara berkata, dia sedang bekerja di supermarket. Gadis gila itu memiliki banyak sekali pekerjaan paruh waktu. Dia mengerjakan segalanya. Dari mencuci piring, menjadi cleaning service, penjaga kasir, bahkan pengantar makanan cepat saji. Dan, hari ini juga detik ini adalah waktu bagi Dara menjadi cleaning service di sebuah supermarket yang tak jauh dari cafe tempatnya bekerja.

Di ujung supermarket, tepatnya di bagian sayuran yang tertata rapi, Jiyong melihat seorang gadis tengah mengepel lantai. Gadis yang memakai kemeja hitam-merah bercorak kotak-kotak dengan kancing terbuka, menunjukan kaos putih bertuliskan ‘Chanel Paris’-nya. Seperti biasa, gadis yang dikenal Jiyong bernama Dara itu memakai topi dan masker hitam. Ia disibukkan dengan aktivitasnya.

Jiyong berjalan mendekat, lalu menoyor kepala Dara setelah jarak mereka hanya tersisa satu meter.

“Nona, bisakah kau menyingkir? Aku ingin membeli sayuran!”

Dara yang segera mengadahkan kepalanya kesal. “Tuan, kalau kau-” Ia mengerling malas. “Kau!”

“Tinggalkan pekerjaanmu! Ada banyak hal yang harus dilakukan.”

“Tidak! Aku lebih memilih mencari uang daripada harus melakukan hal-hal gila bersamamu.”

“Dara, ibuku bisa memberimu pekerjaan yang lebih layak kalau kau mau, apa pun.”

Bibir Dara menyunggingkan senyum. “Apa pun?”

“Ya! Kau mau jadi direktur pun dia akan mengabulkannya.” Jawab Jiyong terburu-buru.

“Sayangnya, aku tidak suka menerima bantuan, Kwon!”

“Kau sangat sulit diatur!”

Dengan sigap, Jiyong segera menarik rambut Dara yang saat itu dikucir kuda. Tidak ada waktu untuk meraih tangan Dara yang masih menggenggam ujung pel. Sasaran terbaik adalah rambut kucir kudanya. Jiyong menarik Dara, tidak peduli gadis itu memprotes, memukul bahkan mengumpat kata-kata kasar. Tidak hanya itu. Mau Dara kesakitan pun Jiyong tidak peduli. Dara harus diberi pelajaran sesekali agar tahu bagaimana caranya bersikap saat berhadapan dengan Kwon Jiyong.

Dara sempat memberontak ketika Jiyong mendorongnya paksa untuk masuk ke dalam mobil. Lagi-lagi, laki-laki brengsek itu menariknya paksa, membawanya entah ke mana. Meskipun begitu, bukan sesuatu yang mudah membawa Dara masuk ke dalam mobilnya. Jiyong mendapat cakaran dan tinju bertubi-tubi di lengannya. Tentu hal itu merendahkan harga dirinya. Banyak orang yang melihatnya serta mengambil gambarnya. Astaga, Jiyong akan menuntut Dara setelah ini berakhir.

Jiyong mengendarai mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan milik keluarganya. Tidak ada pengunjung di sana selain para pekerja. Jiyong melarang penjualan barang apa pun hari ini. Jiyong ingin hanya ada dia dan Dara, berbelanja bersama dan melakukannya secepat mungkin.

“Panggil beberapa temanmu, ikuti aku, bawakan barang-barangku!” ujar Jiyong pada para pegawai.

Laki-laki berpenampilan glamour itu berjalan menuju tempat pakaian.

“Kau tidak suka dress, rok yang mengembang atau sesuatu semacamnya?” tanyanya.

“Sejak kapan aku suka yang seperti itu?!” protes Dara membentak Jiyong. “Ayo pulang, Jiyong!”

Jiyong menoyor Dara. “Kau sangat menyusahkan! Diamlah!”

Dara mengerucutkan bibirnya. Ia tidak habis pikir, apa yang diinginkan Jiyong darinya.

“Ambilkan beberapa pakaian terbaik untuknya! Dia benci sesuatu yang feminim.”

“Hei, ada apa denganmu?” Protes Dara lagi sembari menggoyangkan tangan Jiyong.

Sesegera mungkin para pegawai pusat perbelanjaan itu melaksanakan perintah pemimpinnya.

Jiyong menarik rambut Dara ke tempat segala jenis sepatu bermerk berada.

“Bawakan beberapa sneaker!” Jiyong memerintah sembari menunjuk benda yang diinginkannya.

“Jiyong! Apa yang kau lakukan?!” Dara terus protes. Kali ini diikuti jurus tinjunya.

“Kalau kau tidak diam, aku akan memaksa mereka memakaikan gaun di tubuhmu!”

Dara yang sangat anti terhadap gaun langsung diam seribu bahasa. Ia tahu pasti, Jiyong tak sedang berbohong sekarang. Tampak di wajahnya, ia sangat marah, benar-benar marah. Bagaimana tidak? Dara terus menghujam tubuhnya dengan pukulan, meneriaki gendang telinganya yang mungkin akan pecah jika ia mendengar satu teriakan lagi.

Laki-laki itu kembali menarik rambut Dara. Kini, ke tempat ‘bikini’ atau pakaian dalam.

“Aku tidak tahu yang mana ukuranmu. Biarkan mereka yang mengira-ngiranya.” Celetuk Jiyong.

“Cari mati, ya?” ketus Dara menggumam dengan tatapan mata memicing.

“Kalian!” panggil Jiyong pada pegawai lainnya. “Bawakan yang pas dengan ukurannya!”

“Aku tidak habis pikir dengan apa yang kau lakukan.” Dara mengacak rambutnya frustasi.

Jiyong terkekeh. “Berhenti mengancam, Dara! Makanlah lebih banyak. Kau sangat ‘kecil’.”

“Kecil?” Dara menatap bagian tubuhnya bingung. “YAK! PERVERT!!!” Pekik Dara melengking.

Pikiran Dara mulai melayang-layang, menembus ruang dan waktu, mencoba menerka-nerka, apa yang akan Jiyong lakukan terhadapnya. Membeli banyak pakaian, sneaker, serta pakaian dalam. Apa mungkin? Ah, tidak! Dara pikir ia bisa gila dengan memikirkan hal itu. Ia berpikir, Jiyong menculik-nya paksa untuk tinggal bersama. Buktinya, Jiyong menyiapkan segala jenis kebutuhan sandang Dara. Tidak! Tidak ada yang seperti itu! Mana mungkin mereka akan tinggal bersama.

“Jiyong,” Dara memanggil sembari menepuk bahu laki-laki yang tengah menarik rambutnya.

“Apa?” tanya Jiyong dingin, terus menarik Dara menuju tempat tujuan berikutnya.

“Apa kita akan tinggal bersama?”

“Da-”

“Tunggu!” Gadis itu membungkam mulut Jiyong dengan sebelah tangannya. “Aku hanya mau tahu saja. Sungguh, tidak ada sedikit pun pikiran kotor dalam otakku. Jadi, apa yang akan kau lakukan padaku? Apa Jiyong? Apa, huh? Jawab!” ujarnya tak berhenti menggoyangkan tangan Jiyong.

Jiyong menampik tangan Dara. “Aku tidak bisa bicara, gadis gila!”

“Kumohon, kau tidak akan memaksaku tinggal bersamamu, ‘kan?” tanyanya mulai gugup.

“Ti-dak!” Jawab Jiyong menekan setiap suku kata. “Kita akan berlibur, Dara.”

“Berlibur?”

“Lihatlah ke depan sana.”

Mata Dara mengikuti tangan Jiyong yang menunjuk lurus ke depan. Dara menyipitkan mata lebarnya, mencoba mencari apa sebenarnya yang dimaksud Jiyong. Dalam iris hitamnya, Dara hanya melihat dua buah koper berukuran super besar berdiri tegak dengan gagah di hadapan para pegawai pusat perbelanjaan yang sempat mengikutinya.

Pegawai yang memiliki paras cantik itu tampak memaksakan senyum ketika jarak antara Dara dan mereka semakin dekat. Dara tahu, mereka tersenyum karena Dara datang bersama Jiyong. Kalau saja Dara datang sendiri dengan penampilannya saat ini, mungkin mereka akan mengusir Dara secepat mungkin. Penampilan Dara bak pengemis. Kumuh, lusuh dan berantakan. Tapi, itu penampilannya sejam lalu. Tentu saja Jiyong sudah memperbaiki penampilan Dara. Sekarang gadis itu memakai crop top pink sepinggang dengan pasangan rok berwarna navy.

Jiyong merasa Dara sudah mengerti tentang kata ‘liburan’ yang dirujukannya kepada sebuah koper. Tidak mungkin seorang Sandara Park si kasar dengan otak jenius tidak bisa memahami maksud Jiyong. Karena semuanya telah dipersiapkan seapik mungkin, Jiyong lagi-lagi menarik Dara, kali ini keluar dari pusat perbelanjaan sembari diikuti beberapa pegawai yang senantiasa membawakan dua koper tadi. Jiyong membawa Dara menuju mobilnya, kemudian mendorong gadis itu secara paksa.

***

Sungguh, Seunghyun akan mengutuk Jiyong kalau sampai otaknya pecah untuk kesekian kalinya. Mentalnya seakan terganggu setelah bertemu Bom. Dan kini, ia harus berurusan dengan gadis gila itu di setiap situasi. Menurut Seunghyun, satu kelas dengan si alien itu saja sudah cukup membuatnya gila. Tidak! Seunghyun mulai membenci dirinya yang tega menyerahkan kesehatan akalnya kepada Park Bom si alien maniak jagung itu.

Seunghyun sudah menginjakkan kakinya di depan cafe Bibi Ahn-tempat Bom bekerja.

“Apa ada sesuatu yang perlu kau bicarakan mengenai rencana kita?” tanya Bom penasaran.

Bukannya menjawab, Seunghyun malah berjalan menuju bangku cafe, kemudian mendudukinya.

“Dara mengalami kecelakaan!” ujarnya memperlihatkan raut wajah paling sedihnya.

“Hah? Bagaimana bisa? Haruskah aku menghubungi nenek?!”

“Dia sudah di rumah sakit. Lebih baik kita segera menyusulnya!” usulnya penuh rasa khawatir.

Bom mengangguk cepat tanpa basa-basi. “Oke, baiklah! Kita harus ke sana secepat mungkin!”

Dalam hatinya, Seunghyun berteriak keras. Bom memang mudah dibodohi.

“Cepat, Bom!” pekiknya bertingkah sok serius.

***

Sekarang, Dara terjebak di dalam sebuah pesawat yang tengah mengudara.

“Bom, bagaimana bisa kau ada di sini juga?” tanya Dara berbisik.

Benar. Dara harus berbicara dengan volume serendah mungkin pada Bom yang duduk di seberang-nya. Ia terpaksa melakukan hal itu karena Jiyong tengah tertidur pulas di hadapannya. Dara tidak terlalu peduli, tapi Jiyong akan kembali membungkamnya jika ia banyak bicara. Sebenarnya, ingin sekali Dara memanfaatkan situasi langka seperti sekarang-maksudnya, situasi ketika mangsanya sedang dalam kondisi tak berdaya. Dara ingin mencabik-cabik wajah Jiyong dengan pisau lipat. Okay, Dara menyadari pikirannya mulai menggila.

“Seunghyun berkata padaku kalau kau kecelakaan, jadi aku panik. Selain itu, dia bersedia untuk mengantarku menemui di rumah sakit. Tentu aku tidak pikir panjang lagi. Aku membuang celemekku, lalu segera meluncur masuk ke dalam mobil laki-laki bingu itu. Ternyata, kau baik-baik saja dan dia membuatku berada di pesawat terkutuk ini.” Jelas Bom berusaha meredam amarahnya. “Kau sendiri?”

“Kau tahu ‘kan kalau Jiyong agak gila?” Dara menaikkan sebelah alisnya.

Bom mengangguk yakin. “Dia memang gila. Setidaknya aku tidak melihat wajah Pak Kim besok.” Gadis penyuka jagung itu mengadahkan kepalanya sembari mendesah. Ia tersenyum lebar. “Kalau dipikir-pikir, Jiyong bisa masuk dalam kriteria pacar impian karena dia tahu cara membuat perempuan senang. Bukankah begitu?”

“Terserah apa katamu. Sepertinya kau juga mulai gila.”

Bom hanya terkekeh menanggapi celetukan Dara.

“Astaga, benar-benar! Aku selalu frustasi dibuatnya!”

“Berbicara tentang Jiyong, apa yang dia lakukan pada pakaianmu?” Bom terkekeh.

Dara mendengus kesal. “Dia memaksaku memakai pakaian ini, Bom. Kumohon, jangan tertawa!”

Tak lama, pesawat pribadi dengan fasilitas super mewah itu mendarat di lahan luas yang memang sengaja disiapkan untuk BigBang sewaktu-waktu mereka berlibur. Pulau itu terletak tak jauh dari Hawaii dan memiliki keindahan yang tidak jauh bagus dari Hawaii pula. Youngbae mendapatkan pulau itu beberapa bulan lalu ketika ia ulang tahun. Ini adalah kunjungan pertama BigBang ke sana.

Dari lahan pendaratan tersebut, BigBang beserta Dara dan Bom kemudian menaiki kendaraan lain menuju daerah pesisir pantai, yaitu tempat penginapan mereka. Pemandangan di sana sangat indah. Bahkan, tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Perjalanan berdurasi tiga puluh menit itu berlalu begitu saja. Mereka semua terlalu nyaman dengan ketenangan.

Akhirnya, mereka sampai di sebuah penginapan. Beberapa rumah berbahan kayu berukuran kecil karena di dalamnya hanya berisikan benda-benda yang biasanya terletak di kamar, seperti lemari, tempat tidur dan benda lainnya, disertai ruangan tambahan, yaitu kamar mandi. Rumah itu berada di atas air, menggunakan balok kayu sebagai penyangganya. Setiap rumah memiliki dua buah jendela kecil dengan tirai berwarna putih di sisi kanan dan kirinya, mirip seperti gambaran rumah khas anak-anak. Sebuah penginapan yang nyaman.

Masing-masing orang sudah memegang kunci rumahnya. Jiyong-lah yang menentukan kamar siapa yang berada di dekat siapa. Mulai dari ujung kanan di mulai dari kamar Youngbae, Daesung, Jiyong, Seungri, Dara, Bom terakhir Seunghyun. Jiyong sengaja menempatkan Dara dan Bom di kamar yang berdekatan karena mungkin mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Mereka mulai memasuki ruangan masing-masing. Kegiatan selanjutnya akan dimulai besok pagi.

Dara merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk yang akan menjadi alas tidurnya untuk beberapa hari ke depan. Ia meletakkan kopernya di sembarang tempat. Sangat melelahkan! Setidaknya, Dara bisa absen dari beberapa pekerjaan yang menguras tenaganya. Intensitas bekerjanya semakin berkurang sejak Dara mengenal Jiyong. Awas saja sampai penghasilan Dara turun drastis. Ia akan menggantung Jiyong di pohon belakang rumahnya.

Oh, God..” Dara melenguh keras merenggangkan otot-ototnya. “I have to take a bath now.

Di luar penginapan, tepatnya di tepi pantai bagian paling sunyi, Bom meminta Seunghyun menemuinya beberapa menit lalu. Keduanya tengah berdiri saling berhadapan. Seperti biasa, Seunghyun menampakkan ekspresi sebalnya. Sudahlah, ia dibuat lelah dengan apa yang dilakukannya sebelum perjalanan. Bom yang tidak mengetahui apa pun hanya memasang raut wajah gembiranya.

“Wah, Jiyong mempermudah kita menjalankan rencana, bukan begitu?”

“Sudah kubilang, tanpa kita membuat rencana, mereka akan dekat dengan sendirinya.”

“Tapi, kita harus bertindak, Seunghyun!” Bom memberi penekanan dalam kalimatnya.

Seunghyun mendengus pasrah. “Selanjutnya apa?”

“Tentu saja mengunci mereka di dalam kamar.”

Mata Seunghyun membelalak lebar. “Kau sungguh akan melakukannya? Kau tidak berpikir apa yang akan terjadi pada mereka nanti? Hei, kau ingin mereka saling bunuh di sana? Kenapa kau tidak sekalian membekali mereka dengan pisau, huh? Jiyong dan Dara sama-sama gila dan keras kepala.”

“Tidak! Kita telah menyusunnya dan kau setuju.”

Astaga, Bom memang minta dibunuh. Seunghyun benar-benar kesal.

“Bagaimana caranya? Cepat lakukan agar aku bisa istirahat dengan tenang malam ini.”

“Aku yakin, Dara akan keluar dari kamarnya sebentar lagi.” Ujar Bom dengan mantap.

Seakan terhipnotis dengan kalimat Bom, Seunghyun mengikuti pandangan gadis itu yang menatap lurus ke arah ruangan Dara. Sebuah seringai terbentuk di bibir Bom saat tampak seorang gadis yang tak lain adalah Dara-keluar dari dalam kamarnya sembari mengenakan celana jeans longgar dan kemeja hitam dengan kaos putih. Itu memang tampak seperti style Dara, tapi pikiran buruk melintas di benak Seunghyun. Setahu Jiyong, pakaian itu merupakan pakaian yang selalu dibawa Jiyong ke mana pun ia liburan. Ya, bisa dikatakan Jiyong sangat menyukai kemeja itu.

Tidak hanya melihat Dara keluar mengenakan pakaian yang sepertinya milik Jiyong, Seunghyun juga merasakan adanya keanehan dalam diri Dara. Gadis berambut coklat dengan sedikit bagian yang diwarna blonde itu menunjukkan raut wajah kebingungan. Dia marah-marah sembari berjalan diiringi sebuah koper yang ditariknya. Tunggu. Jangan berkata itu koper Jiyong. Dara dan Jiyong memang membawa koper yang sama. Tapi-

Astaga! Dara masuk ke dalam kamar Jiyong.

Seunghyun memiliki banyak pertanyaan untuk peristiwa aneh ini.

Dan, jawabannya hanya ada pada Bom.

“Kau pasti menyimpan banyak pertanyaan.” Seringai licik itu belum menghilang dari bibir Bom. Ia malah semakin menarik bibirnya ke samping. “Mereka membawa koper yang sama, itu menjadi suatu keuntungan untuk kita. Aku sengaja membawa satu koper-yang kutahu milik Jiyong-bersamaku, lalu kuberikan kepada Dara. Dia pasti menyadari adanya kesalahan setelah mandi. Sekarang, dia sudah masuk ke kamar Jiyong. Ayo kita lancarkan rencana jeniusku!”

Seunghyun tidak beranjak dari tempatnya. Ia terdiam membeku di tempat.

“Ayo! Jangan sampai Dara keluar dari sana hanya karena kau kagum dengan kecerdasanku.”

“Tidak. Aku berpikir, bekerja sama denganmu bukanlah hal yang baik.”

Thirty minutes ago..

“Sial, aku jadi harus menggunakan pakaian Jiyong karena koperku tertukar! Terkutuk kau, Bom!” umpat Dara penuh kekesalan. Ia tidak menyangka Bom membawakan koper yang salah untuknya. “Bagaimana caraku mengembalikan koper ini dan mengambil milikku? Aku malas berurusan dengan Jiyong. Dia pasti mengataiku nanti. Tuhan, kapan penderitaanku berakhir?”

Dara sangat marah sekarang. Tak peduli siapa yang salah, baik Bom yang bertanggung jawab membawakan kopernya atau ia sendiri yang tidak menandai koper itu dengan sesuatu yang bisa membedakannya, Dara tetap akan menyalahkan Jiyong sebagai awal mula dari segala kesialannya.

Sebuah ide konyol ketika kalian liburan dan membawa koper yang sama dengan orang lain sementara tidak ada satu pun tanda yang bisa membedakannya. Kabar baik bagi Dara yang memiliki style tak jauh berbeda di Jiyong. Setidaknya, Dara masih bisa berpakaian daripada berjalan ke kamar Jiyong sembari bersungut-sungut dengan handuk yang melilit tubuhnya. Oh, tidak. Dara cukup waras untuk melakukan tindakan yang mampu menurunkan harga diri semacam itu

Ya. Ia sedang berjalan menuju kamar Jiyong. Koper sialan itu mengekor di belakangnya.

Sesampainya di depan pintu kamar Jiyong, Dara mengetuk pintu coklat ruangan tersebut. Bagaimanapun juga, tidak mungkin Dara asal masuk tanpa permisi. Aneh. Tidak ada jawaban. Tidak menyerah sampai di sana, Dara kembali mengetuknya. Ketukan selanjutnya pun masih sama. Tidak ada sahutan atau suara kenop pintu yang terbuka. Hening. Hari semakin malam dan Dara tetap berdiri mematung di tempatnya. Ke mana si dungu Jiyong itu-Pikirnya.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Mungkinkah Jiyong sudah tidur? Apakah laki-laki itu terlalu lelah setelah berkicau hampir seharian penuh? Ya, mungkin saja. Baiklah. Tanpa rasa bersalah, Dara membuka pintu itu, mendorongnya ke dalam dan seketika pandangannya terhenti ke arah tempat tidur. Seorang laki-laki sedang menikmati alam mimpinya. Benar. Jiyong sudah tidur. Dara benar-benar membuang waktunya dengan menunggu Jiyong yang sedang tidur untuk membukakan pintu.

Pandangan Dara terhenti pada sebuah benda balok di dekat ranjang. Itu dia! Koper miliknya!

I’ll take you home, dear.” Gumam Dara berjalan mendekati koper coklatnya.

Dara melangkahkan kakinya perlahan-lahan. Ia sangat menjaga langkah kakinya agar tidak menimbulkan suara yang mampu membangunkan Jiyong. Harapan Dara adalah ia bisa keluar dari kamar orang menyebalkan ini dengan selamat, tanpa cacian dan makian apa pun. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi sampai Jiyong menemukan Dara tengah mengendap-endap seperti seorang penguntit. Tidak! Dara pasti akan mendapatkan banyak kalimat sumbang dari Jiyong.

Hap!

Koper itu sudah berada di tangannya.

Sayangnya, ketika Dara hendak berjalan menuju pintu, ia menyandung meja.

BRUK!

Pintar, Dara! Ketus Dara memaki dirinya sendiri. Sial! Dara jatuh di atas tubuh Jiyong.

“Hmmm,” Jiyong bergumam.

Siaga satu! Bahaya kalau sampai Jiyong terbangun. Ini akan menjadi akhir dari hidup Dara. Untuk saat ini, Dara benar-benar memohon ada ibu peri baik hati bak di film Cinderella yang akan membantunya keluar dari kesulitan. Dara ingin menghilang tanpa menimbulkan gerakan agar Jiyong tidak terbangun dari tidurnya. Tapi, mana ada yang seperti itu?

Dara mengatur nafasnya. Perlahan tapi pasti ia mulai bergerak. Ia menjauh sedikit demi sedikit. Sudah ada sedikit ruang yang memisahkan antara tubuhnya dengan Jiyong. Jarak itu semakin melebar dan melebar sampai akhirnya Dara berhasil. Yap! Jiyong tidak bangun. Syukurlah.

Ketika Dara hendak beranjak, sesuatu menahan tangannya.

“Mau ke mana kau?”

Bagaikan disambar petir, Dara terdiam. Kakinya terasa lemas, tapi tubuhnya kaku tak mampu bergerak. Ia seperti seorang pencuri yang ditangkap basah. Dara mengerjapkan matanya, kemudian membuang tatapannya. Sangat memalukan! Bahkan, untuk menatap Jiyong saja ia tidak berani.

“Ke mana?” ulang Jiyong dengan suara seraknya.

“Keluar.” Jawab Dara singkat. “Pintu.” Tambahnya.

“Memangnya apa yang kau lakukan?” tanya Jiyong dengan muka bantalnya.

Dara tergagap. “Ko-koper-kopermu tertukar de-dengan mi-mi-milikku.”

“Kenapa kau gugup?”

“Aku tidak gu-gugup.”

“Kau yakin?” Jiyong terus membombardir Dara dengan pertanyaannya.

“Tentu.”

Jiyong tiba-tiba menarik Dara sehingga gadis itu kembali jatuh di atas tubuhnya.

“Kau gugup. Jantungmu berdetak cepat, aku bisa merasakannya.”

“Tidak.” Dara menjaga pertahanannya ketika jaraknya dengan Jiyong semakin menyempit.

“Pembohong.”

“Aku terkejut karena kau bangun.”

“Berhubung hanya ada kau dan aku, bagaimana kalau kita-”

Dara melepaskan dirinya dari jeratan Jiyong. “Kalau kita apa, huh?” emosinya tersulut. Ia sudah tidak tahan ingin melayangkan tinjunya di wajah Jiyong. Astaga, pikiran laki-laki itu memang sangat mengerikan. “Apa? Kau mau melakukan apa? Aku hanya mengambil koperku kembali. Kau orang gila! Aku membencimu! Pervert!

Gadis itu berjalan dengan cepat menuju pintu. Ia sudah terlepas dari Jiyong dan juga membawa koper keparat itu bersamanya. Semua ini hanya karena sebuah koper. Dara tidak bisa membiarkan jantungnya meledak. Jujur, ia gugup. Dan, Jiyong berhasil membuat jantungnya berdetak berkali-kali lipat lebih cepat.

Tangan Dara meraih kenop pintu, kemudian memutarnya. Keanehan terjadi.

Tidak bisa dibuka.

“Kenapa?” Jiyong menghampirinya.

Dara menelan ludahnya, tak percaya. “Terkunci.”

***

next>>

Note:

Holla, guys!! Kalau di part sebelumnya aku berbagi kesenangan liburan, sekarang aku mau curcol tentang penderitaan siswa yang sebentar lagi masuk sekolah :’ Okelah, abaikan. Aku membaca komentar kalian. Sebelumnya, terimakasih.
Pertama, aku mau membahas komentar dari
lonely9412 yang menurutku bisa mewakili pertanyaan beberapa readers lainnya. ‘Jalan ceritanya masih agak sulit dimengerti. Semoga kedepannya ceritanya semakin jelas. Tp mungkin ini aku yg tidak terlalu mengerti atau memang ceritanya dibuat misterius.’ Ini adalah penggalan/? komentarnya. Jadi, begini. Aku memang tidak berniat untuk membuat ff ini misterius. Ya, mungkin karena permasalahan Dara dengan ibunya yang tidak kunjung dibahas, jadi ada beberapa readers yang bertanya. Aku merahasiakan itu untuk dibahas belakangan saat konflik utamanya dimulai. Jadi, aku berharap semoga jawaban ini bisa membuat kalian lebih mengerti^^ Terimakasih komentarnya.

Lalu, komentar dari ‘Entis’ yang berbunyi Jalan ceritanya makin seru. Tapi alur nya masih terlalu cepat buat aku. Ke depannya mohon lebih diperbaiki.’ Aku minta maaf karena kesan yang terlalu cepat dan karena aku ga sadar kalo ini terlalu cepat. Ya, aku pasti memperbaikinya. Jadi, komen saudara/i mungkin bisa mewakili komentar readers lainnya yang memiliki permasalahan sama. Selumnya, terimakasih^^

Selanjutnya, untuk komentar dari kyuyoungknights19, sebelumnya aku mau mengucapkan terimakasih sudah membaca ff-ku. Dan, salam kenal juga^^. Terakhir, untuk pembaca lainnya, seperti Nezarinda, Diahvipanda, Rima, Deta, Ernik, Indah, Meidaarinadia88, Kwonjita, Dian Ai, Darakwon, Ayukwon88, Mspanda dan readers lainnya yang senantiasa memberi komentar di ff-ku, aku hanya bisa mengucapkan terimakasih lewat tulisan ini^^ *terharu* Tetap setia jadi readers di DGI, okay?

Sekian dari saya, terimakasih banyak.
Pyoonggg^^

31 thoughts on “Bad Boy For Bad Girl [Chap. 5]

  1. Horeeeeeeee dara sama jiyong terkunci😱😱😱
    Lucu bgt lah kalo bom udh berantem sama seunghyun akakak bom bisa aja bikin seunghyun tercengang😂
    Ditunggu kelanjutannya thor semangat!!💪💪

  2. Dara sama GD violent couple HAHA always hit each other but they are so close and sweet to each other too, lanjutin min secepatnyaa 😂😂

  3. Ah~~
    Author! Kenapa komentarku ditulis ? Aku kan jadi malu … hehehe~~

    Menurutku jalan ceritanya udah ga terlalu cepet thor~~
    Lebih enak sekarang bacanya ..
    makasih udah ngerespond komentarku ya thor …
    semangat terus buat author !!!

Leave a comment