Ahjumma Next Door [Chapter 15] : A Genuine Smile

Author        : silentapathy
link            : asianfanfics 
Indotrans   : dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Bom melangkahkan kaki menuju kantornya.

Ini akan menjadi hari yang sibuk untuknya. Dia ada agenda untuk bertemu dengan para model  hari ini. Sebenarnya, ini adalah tugas CL, tapi gadis itu sedang sakit kepala sehingga dia tidak bisa datang ke kantor sepagi ini.

“Untung saja Dara memberitahuku lebih awa. Aissht. Apa yang harus aku lakukan pada mereka? Aiyooo…” dia memegangi kepalanya saat melewati meja sekretarisnya.

“Batalkan semua janjiku hari ini. Aku akan menghadiri rapat dengan model agensi menggantikan CL. Dan katakana pada staf produksi untuk mengirimkan laporan mereka padaku. SEKARANG. Aku mau melihat progress mereka.”

 

“Nah, sajangnim.” Si gadis sekretaris membungkuk hormat.

Bom kemudian mengangguk dan masuk ke dalam kantornya.

“Selamat pagi!” Teddy memutar kursi untuk menatap adiknya.

“O-o-ppa…”

 

Tiba-tiba pintu terbuka dari luar.

“Sajangnim, maafkan saya, saya lupa memberi tahu Anda…” sekretarisnya terkesiap kaget melihat ekpresi keterkejutan Bom.

“Keluar…” Bom memberitahunya.

“Neh sajangim, mianhe.”

 

Bom kemudia menatap Teddy.

“Apa ini oppa? Apa kamu tidak punya pekerjaan yang harus kamu lakukan? Kamu tidak mau haraboeji tidak mengakuimu sebagai cucu jika dia tahu kamu malas, kan?”

 

“Sepertinya kamu sedang bad mood.”

 

“Dan kamu sama sekali tidak membantu oppa. Aku punya banyak pekerjaan yang harus kulakukan.. Banyak hal yang harus kupikirkan. Jika kamu kemari hanya untuk membicarakan masalah taruhan bodoh itu, ini bukan waktu yang tepat.”

 

“Bommie-yah…”

 

“Oppa! Kamu tidak sadar betapa seriusnya apa yang sedang terjadi sekarang! Gomo.. Gomo akan pulang… Omma memberitahuku! Bagaimana jika dia tahu tentang Dara! Atau yang terburuk, dia justru sudah tahu tentang hal itu makanya dia pulang? DIA.INGIN.BEKERJA.SAMA.DENGAN.DB&CO. dan siapa aku untuk bilang tidak padanya?”

 

Teddy mendesah. Dia sejenak memikirkan betapa egoisnya dia sekarang.

Bom menyadinya oppa-nya diam dan merasa sedikit bersalah.

“Kamu tidak sedang berakting sedih, kan?” Bom bertanya pada Teddy.

“Dengar.. Jika kamu tidak mau itu, aku tidak akan memaksamu. Itu hanya.. Aisht! Lupakan saja!” Teddy berkata frustasi. “Aku pergi.. Sampai jumpa di rumah nanti malam.”

 

 

Bom mengacak poninya. Dia merasa bersalah dengan ucapannya yang tidak terkontrol.

“Oppa…” dia memejamkan matanya.

“Mari kita buat perjanjian.”

 

“Apa?”

 

“Katakan padaku kapan dan dimana. Jika itu tidak bentrok dengan agendaku aku akan pergi..”

 

“Benarkah????” Teddy kembali menghampiri Bom.

“TAPI!”

 

“Tapi?”

 

“HANYA KALI INI… Mau ini berhasil atau tidak, berjanjilah padaku kamu tidak akan menjodohkanku lagi. Berjanjilah padaku…”

 

Teddy tersenyum dan memeluk Bom…

“Aku janji Bommie-yah… Aku hanya ingin semuanya terselesaikan.”

 

“Yah! Kenapa aku merasa kalau kamu berencana unutk segera menikah?”

 

“A-a-pa?”

 

“Lalu kenapa kamu mencoba untuk menyelesaikan semuanya? Dengan begitu kamu akan bebas!”

 

“Kamu! Yah! A-a-ku belum punya rencana!” Teddy tergagap.

“Aigooo… Oppa gagag! Jeezzzz. Kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku? Hmm tapi dipikir-pikir lagi, kamu bahkan tidak punya pacar!”

 

“Aisht! Aku harus pergi sekarang. Ini benar-benar menyenangkan bisa melihat wajah marahmu pagi-pagi begini!” katanya sambil berlari keluar.

“Yah! Cari pacar untuk dirimu sendiri! Dan berhentilah mencemaskanku!”

 

 

==========

Jiyong dan Seungri memutuskan untuk latihan di gym,

Jiyong sedang dalam good mood sejak semalam.

“Jiyong-ssi?”

 

“Neh ahjussi. Selamat pagi.” Jiyong berhenti saat melihat penjaga berlari ke arahnya.

“Aku hanya ingin bertanya apa kamu sudah menerima paket kiriman. Maksudku kotak seukuran segini…” pejaga itu menggambarkan. “Itu pasti sangat penting untukmu. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu menerimanya.”

 

Jiyong melihat Seungri.

“Hyung, ahjumma…”

 

Dia langsung tersadar.

Jadi, penjaga yang meminta Dara untuk memberikan padanya?

“Aku tidak mengerti…”

 

“Kamu tidak menerimanya? Omo! Aku sudah tahu. Aku menyulitkan Dara-ssi dengan memintanya memberikan itu padamu. Aisht!” Penjaga itu memukul kepalanya. “Dia pasti terlalu malu hanya untuk menekan bel.”

 

“Ani… Ani… Maksudku aku sudah mendapatnyanya hanya saja aku tidak mengerti. Siapa yang memberikan kotak itu padamu?”

 

 

“Kamu tidak sedang menunggu kiriman itu?” si penjaga bertanya.

“Sama sekali tidak, maksudku, aku baru saja pindah kemari. Tidak ada yang tahu aku tinggal disini kecuali teman-teman dan pamanku.”

 

“Oh, kureyo? Aigoo. Aku pasti sudah salah. Tapi aku yakin gadis itu mengatakan padaku kotak itu untuk Kwon Jiyong.. Yang tadinya berambut pirang tapi rambutnya sudah kembali dicat hitam…” si penjaga menjelaskan padanya sambil menunjuk ke rambutnya.

“SEORANG GADIS???” Seungri dan Jiyong bertanya.

“Neh. Dan dia bilang dia temanmu karena itu dia tidak mau memberitahukan namanya saat kutanya.”

 

“Apa kamu bisa mengenali wajahnya?” tanya Seungri.

“Tidak.. DIa mengenakan kacamata hitam.”

 

“Yah hyung.” Seungri menyenggolnya. “Kamu tidak cerita kalau kamu sedang berkencan dengan seseorang.”

 

 

“Diam!”

 

“Aigoo… Kurasa dia hanyalah seorang fan.. Aku dengar kalian tampil di bar dekat-dekat sini.” Si penjaga meringis.

“Ah.. Kurasa bukan.. Tapi biar bagaimanapun, terima kasih ahjussi.. Kami pergi dulu.” Dia lalu membungkuk dan berjalan ke gym.

“Ayiii hyung! Kupikir penjaga ahjussi itu benar! Itu pasti dari seorang fan.. kekeke…”

 

“Sekali lagi dan kamu akan mendapatkannya dariku.” Dia memperingatkan maknar.

Dia merasa kecewa, harus diakui.

Bukannya dia percaya kalau ahjumma bisa berkata seperti itu padanya walaupun hanya pesan lewat sebuat kue.

Dia menyumpah dan menertawai dirinya sendiri.

Bagaimana dia bisa percara itu dari gadis aneh dan rasa percaya itu bahkan bisa membuatnya tersenyum sampai kenyataan membangunkannya?

==========

TOP sedang memainkan gitarnya, berlatih untuk penampilan mereka mala mini.

Dia mengerutkan alis setelah menghiraukan teleponnya beberapa kali. Sebuah nomor muncul dan dia tidak tahu siapa itu.

Teleponnya kembali berbunyi tapi keli ini, itu Se7en.

“Yobose…”

“Yah!”

 

TOP mengertukan alisnya dan memandangi teleponnya.

“Yoboseyo??”

 

“Yah, apa yang sedang kamu lakukan?”

 

“Oh. Tidak.. Hanya sedang bermain gitar. Kenapa hyung?”

 

“Oh, Aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu.”

 

“Oh tentu. Apa itu?”

 

“Apa kamu free malam sabtu ini?”

 

“Tidak. kami harus tampil di bar kan? Kecuali jika kamu memecat kami.”

 

“Anii. Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya? Maksudku, aku bisa memberi kalian hari libur.”

 

“Kamu bertingkah aneh. Katakanlah.”

 

Diam.

“Hyung?”

 

 

“Aisht… harusnya kamu mengangkat teleponmu tadi. Tidak seharusnya aku menjelaskan hal ini padamu.”

 

“Mworago?”

 

“Bukan apa-apa! Sabtu… Hari liburmu… Aku ingin kamu pergi ke Park World.”

 

“Neh??? Park World? Apa yang akan kulakukan di taman bermain?”

 

“Aku… Aku punga teman! Benar. Seorang teman.. Dan temanku itu ingin berjalan-jalan disana. Dan aku benar-benar tidak bisa datang. Jadi… Bisakan aku mengirimkanmu sebagai penggantiku?”

 

 

“Yah… Aku tahu kamu cukup pintar untuk menghindar dari acara kencan tapi kenapa kamu harus menyuruhku menggantikanmu?”

 

“Pergilah.. Atau aku akan memberi tahu Jiyong tentang…”

 

“YAAAAAH! KAMU TIDAK ADIL HYUNG!”

 

“Tentu saja.. Aku sudah melakukan sesuatu untukmu, kenapa kamu tidak bisa melakukan hal ini iuntukku? Ini simple kan?”

 

“Aisssht! Aku tidak punya pilihan lain disini, iya kan?”

 

“Tentu saja kamu tidak punya pilihan lain! Sampai jumpa nanti malam…”

 

TOP mendengus dan kembali ke gitarnya.

“Aisht, lagi-lagi dia menghindari kencan.”

 

 

========== 

 

“Unnie…”

 

“Hmm???”

 

“Aku bosan. Ayo pergi keluar.

 

Dara melihat ke CL. “Aku tidak bisa CL-roo. Aku punya banyak hal yang harus kuselesaikan.” Dia kembali ke dress yang sedang dia rancang.

“Kalau begitu boleh aku makan itu?” CL bertanya tentang makanan di kulkas.

“Tentu saja. Makan sebanyak yang kamu mau. Hanya saja pastikan kamu muat dalam baju ini.” Katanya menyinggung dress yang sedang dia selesaikan untuknya.

“Kurasa aku berubah pikiran.” Kata CL sambil kembali menjatuhkan tubuhnya ke tempat duduknya semula.

“Unnie…”

 

“Neh?”

 

 

“Apa benar si bocah panda itu yang membawaku kemari?”

 

Daa hanya tersenyum padanya.

“Apa aku melakukan sesuatu.. Hmm..hal yang tidak menyenangkan atau menjijikkan atau…”

 

“Kurasa tidak.” Dara memotongnya di tengah kalimat. “Dia terlihat tenang dan khawatir.”

 

CL memiringkan kepalanya.

“Kemari, cobalah pakai ini. Ppalli.”

 

 

DING DONG!

 

Dara melihat kearah pintu.

“Biar aku yang membukanya. Mungkin itu kiriman kain.”

 

CL hanya mengangguk.

Dara keluar dari ruang kerjanya ke pintu utama. Dia benar, dia sudah menantikan kain-kain ini sejak kemarin.

“Oh, letakkan disana tolong.” Katanya pada petugas pengiriman.

“Noona!” Dara melihat ke kiri dan melihat Seungri.. Diikuti oleh Jiyong. Mereka terlihat berkeringat dan basah sehabis berlatih.

“O-oh… Seungri-yah.” Kata Dara tapi masih mengarahkan matanya ke bawah.

“Apa dia sudah bangun? Bagaimana dia?”

 

“Oh, CL? Dia sudah lebih baik sekarang..” setelah melihat Seungri mengangguk, dia berbalik menatap pintu. “Aku masuk dulu.”

 

Dara baru akan melangkah masuk saat mendengar Jiyong berbicara.

 

“Terima kasih sudah mengantarkan paket kemarin. Aku belum sempat mengucapkan terima kasih karena kamu sudah lebih dulu panik. Oh ngomong-ngomong… lain kali, jika kamu merasa tidak nyaman melihat orang lain, jangan bebani dirimu menekan bel, berdiri di depan pintu.” Kata Jiyong.

“Kamu benar-benar membuatku kesal dan panik setiap kali kamu melakukannya.” Jiyong tanpa sadar berucap.

“Hyung…” dia mendengar Seungri memanggilnya.

Dara merasa dirinya membeku.

Kata-kata yang diucapkan dengan dingin itu seolah menghantamnya. Dia mengepalkan tangannya erat dan menatap ke langit-langit untuk mencegah air matanya yang sudah mengancam untuk keluar.

Jiyong menyadari kata-kata terakhirnya sangat kasar. Dia memang memaksudkan semua ucapannya, tapi bukan yang mungkin saja dia tangkap.

Hal itu mengesalkannya karena hal itu mengganggunya. Dia tidak pernah peduli pada orang lain selain keluarganya, pamannya, dan teman-temannya. Tapi sejak bertemu dengan gadis ini, semua hal terjadi diluar kendalinya, dia bahkan tidak tahu kenapa dia bersikap seperti itu.

Dia baru akan melangkah ke hadapannya saat Dara berkata dengan suara bergetar.

“N-n-eh… Jangan k-kha-watir.. I-itu tidak akan terjadi lagi. Aku tidak m-m-mau melihatmu juga… d-d-an berhentilah bersikap baik padaku. K-karena kamu hanya akan merasa jijik… seperti sekarang.”

 

Jiyong berusaha mengumpulkan segala perasaannya yang sekarang menjadi aneh. Siapa gadis ini hingga bisa membuatnya merasa cemas dan khawatir setiap waktu.

Dan diatas itu semua, dia benci perasaan menjadi bahagia, jika hanya untuk menyadari pada akhirnya dia tidak diperkenankan merasakan hal itu.

Dan itulah yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Tapi dia tahu, kali ini dia sudah sangat keterlaluan.

 

“Ahjumma.. Aku tidak bermaksud seperti itu… Aku…” dia berusaha untuk menjelaskan, tapi Dara sudah masuk ke dalam dan menutup pintu.

“Hyung, kali ini kamu benar-benar telah membuat masalah besar. Aku tidak mengira kamu akan bicara sekasar itu padanya. Maksudku, dia memang aneh dan sebagainya, tapi apa kamu tidak sadar kamu juga bersikap aneh setiap kali ada di dekatnya?”

 

Seungri kemudian masuk ke dalam unit mereka dengan sedikit perasaan sedih – meninggalkan Jiyong mematung.

Jiyong buru-buru menekan bel pintu apartemen yang ada di samping milik mereka itu.

“Ahjumma! Ahjumma!!!”

 

“Buka pintunya ahjumma yah! Ahjumma!”

 

Pintu tiba-tiba terbuka. Petugas pengiriman barang kaluar diikuti oleh CL yang langsung melihatnya – seolah dia langsung tahu itu salahnya.

“Kamsahamnida.” CL berkata kepada ahjussi yang terakhir kaluar.

“Oppa…” dia berbalik menatap Jiyong.

“CL… Aku harus bicara padanya. Dimana dia sekarang? Apa aku bisa masuk ke dalam?” tanyanya.

 

“Aku minta maaf tapi dia mengunci diri di pa.. di ruangannya yang lain…”

 

Jiyong menjambak rambutnya dengan frustasi.

“Apa yang telah kamu katakan padanya oppa? Kupikir kamu sudah tahu bagaimana sensitifnya dia?

 

 

“Aku… Itu salahku. Aku hanya perlu bicara padaya CL-yah.. Please… Tolong aku…” Jiyong memohon.

==========

“Man, kamu yakin kamu menginginkan Seunghyun menjadi teman kencannya? Karena kamu masih bisa merubah pikiranmu.. Kita masih punya waktu hari ini dan besok dan disamping itu…”

 

“Shhhhhhhhh! Berhenti bicara!”

 

“Tapi…”

 

“Good looking, cek.. Tidak suka mengikuti kemanapun, cek.. Tidak akan tunduk, cek.. dan daftarnya terus bertambah. Dan bagian terbaiknya adalah dia adalah sepupumu! Itu memudahkan semuanya! Man, terima kasih sudah memberiku pencerahan!”

 

“Tapi…”

 

“Hei, aku harus pergi sekarang. Aku masih ada meeting! Sekali lagi terima kasih banyak! Bye.”

 

“Aisht!!! Sekarang aku jadi berharap aku tidak memberitahunya pendapatku!” kata Se7en sambil meletakkan teleponnya.

==========

“Tablo.”

 

“Pak.”

 

“Ingat gadis yang bersama Jiyong malam itu?”

 

“Neh.”

 

“Awasi dia. Teruskanlah mencari informasi tentangnya. Hanya kamu yang bisa kupercanya untuk masalah ini.”

 

“Pak.. Mereka keluarga Park.. Bagaimana jika mereka…”

 

“Hanya perlu berhati-hati. Berhati-hati.”

 

 

==========

 

 

“Unnie… Aku pergi!!!” dia mendengar CL berteriak dari balik pintu.

“Kuharap kamu baik-baik saja, neh? Aku harus pergi karena aku ada janji. Mianhe… Telepon aku jika sesuatu ter…”

 

Pintunya tiba-tiba terbuka.

“Aku akan baik-baik saja.” Dara keluar dan tersenyum.

CL menatapnya. “Kamu yakin?”

 

“Neh! Maaf sudah membuatmu khawatir tadi. Tapi sungguh, itu bukan apa-apa.”

 

“Tapi Jiyong oppa, tadi dia datang dan bertanya kalau dia bisa bicara denganmu.. Apa yang  sebenarnya terjadi…”

 

“Ani… Tidak ada yang serius CL-roo. Dia hanya bercanda dan aku kesal padanya.”

 

“Benarkah begitu?” CL ragu. Tapi melihat Dara yang terlihat baik-baik saja, dia merasa sedikit tenang.

“Neh.. Pergilah. Kamu bisa terlambat.”

 

CL tersenyum dan memberikan kecupan selamat tiggal.

‘Tidak perlu membuat orang lain khawatir lagi, Dara-yah, benar kan?’ dia memberi tahu dirinya.

==========

CL keluar dan melihat Seungri dan Jiyong di tempat parkir, mungkin bersiap untuk pergi ke bar untuk penampilan mereka. Jiyong melihatnya dan buru-buru menghampirinya.

“CL! CL! Tunggu!”

 

“Oh, oppa…”

 

“Bagaimana dia?”

 

“Unnie? Itu sebuah keajaiban, tapi dia sangat baik.”

 

“Benarkah?”

 

“Neh. Dia bilang dia hanya kesal dengan gurauanmu. Aigoo oppa, mianhe tapi unnie bukan orang yang bisa diajak bercanda dan sebagainya… Dia bisa saja salah paham.”

 

“Dia bilang begitu padamu?”

 

“Neh. Waeyo?”

 

“Tidak apa-apa.. Kamu mau pergi kemana?”

 

“Aku hanya perlu pulang ke rumah sebentar dan kemudian pergi ke tempat perjanjian.”

 

Jiyong melihat ke jam tangannya. Mereka masih punya banyak waktu. Dia merasa berhutang pada gadis ini atas informasi yang telah dia berikan.

 

“Seungri-yah.” Teriaknya.

“Ya hyung?”

 

“Kamu bisa mengantar CL pulang dulu baru menjemputku?”

 

“Apa??? Aku ini apa? Apa aku terlihat seperti supir bagimu?”

 

“Tidak, oppa, tidak perlu melakukan itu. Aku bisa pulang ke rumah sendiri. Aku bisa naik taksi.”

 

“Tidak, tidak… Tunggu!”

 

 

Jiyong berlari kearah Seungri yang sedang membereskan barang-barang di bagasi mobilnya.

“Antar dia pulang, arasso?” Katanya saat sudah berada di dekat Seungri.

“Tidak mau!”

 

“Akan kuberikan bagian sewaku malam ini…”

 

“Oke. Katakan padanya untuk naik…– YAH!!!”

 

Jiyong meringis senang sambil memberi hormat padanya. “Aku berhutang banyak padamu maknae.”

 

 

========== 

 

Dara melihat ke pintu. Baru beberapa menit yang lalu sejak CL pergi. Mungkin ada yang ketinggalan, pikirnya.

Dia melihat ke lubang pengintip dan matanya melebar melihat pria yang paling tidak ingin dia temui.

“Pergilah!” katanya berbalik lalu bersandar di pintu.

“Ahjumma, buka pintunya!”

 

“Kubilang pergilah!”

 

“Dengarkan aku dulu, baru aku akan pergi!”

 

“Aku sudah cukup mendengarmu. Kamu sudah cukup berkata…”

 

“Aku tidak bermaksud untuk bilang…”

 

“A-aku.. Aku pecaya kamu tidak bermaksud tidak berbicara seperti itu.. K-k-amu tidak mungkin keceplosan begitu saja. Ada sesuatu dari dalam yang membuatmu mengatakannya. D-d-an… Itu benar-benar tidak apa untukku.. Chincha… Aku sudah terbiasa…”

 

Jiyong merasa frustasi mendengarnya bicara seperti itu. Seungri benar, dia tidak ada bedanya dengan orang-orang yang menilainya.

Jiyong  ingin melihatnya. Mungkin saja dia sedang menangis sekarang. Terpuruk. Gemetar. Hanya dengan melihatnya pada malam itu. Dia tidak bisa menemukan cara untuk membuatnya membukakan pintu.

Tiba-tiba… Dia menutup matanya… Dia tidak yakin akan hasilnya tapi ini layak dicoba.

“Aaaaaaaaaaaaaack! KUCING!!!” Jiyong berteriak. Dia tahu gadis itu mungkin saja akan mengintip, jadi dia berakting bahwa kucing itu ada di bawah.

“Kucing belang-belang!”

 

Dara merasakan dirinya menjadi panik. ‘Dadoongie??? Dimana Dadoongie???’ pikirnya… dia melihat ke kanan dan ke kiri… Pandangan matanya memeriksa setiap sudut rumah.

DADOONGIE? O.O

“Dimana Dadoongie-ku????” pintu langsung terbuka lebar.

Dara menoleh ke belakang dan melihat kucinganya berlari ke arahnya.

Matanya melebar saat sadar Jiyong telah membohonginya. Dia kembali ke pintu dan menutup pintu. Dia mencoba mendorong lebih keras tapi ada sesuatu yang mengganjal.

“AAAAAAAAAAAACK!!! OUUUUUCCCCH!!! SH*T! SH*T! SH*T! BUKA PINTUNYA D*MN*TTTT!!!”

 

Dara melihat ke pintu dan dia melihat sebuah…

Tangan???

Tanpa berpikir, dia menarik pintu – membukanya lagi. Tangannya secara otomatis pindah menutupi mulutnya saat dia meligat tangan kanan Jiyong.

“ARRRRRRGHHHH…. D*MN*T!” Jiyong mengumpat  sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Dia baru berhenti saat menyadari Dara melihatnya.

“Ak-aku… Aku minta maaf! Aku-… Aku tidak bermaksud untuk…”

 

“Tidak ada sesuatu yang dilakukan tanpa maksud!!! Aissssht. Tanganku….”

 

“I-itu ke-kecelakaan!” katanya. Dara menatapnya tangannya dan melihat memar disana. “Tanganmu…”

 

“Aisht tanganku, ya. Sekarang, kamu harus mau mendengarkan—–“

 

Dara tidak mengizinkannya menyelesaikan kalimatnya. Dia tiba-tiba menarik lengannya dan menyeretnya ke ruang tamu. Dia menyuruhnya untuk duduk di sofa dan meninggalkannya disana.

Jiyong memperhatikan gerakannya. Dari mengambil handuk dan sebuah nampan berisi es batu dari dalam kulkas… lalu hingga dia kemabali kemari.

“Tanganmu…”

 

“Neh?” dia tercengang.

“Aigoo…” katanya sebelum mengambil tangan kanannya.

“OUCH!” dia merintih.

“M-m-ianhe…” katanya dan dia menahan tangannya sambil menempelkan kantung es ke bagian yang memar. Dia menyadari tangannya mulai sedikit bengkak.

Jiyong tidak menyadari dirinya merasa keasyikan dengan cara Dara memegang tangannya… Cara dia akan meniup lukanya… Caranya menatap dengan seolah itu adalah hal yang sangat menarik… Caranya memggeser kantung es… Caranya berdiri untuk mencari kotak P3K… Caranya mengobati lecet di tangannya dan caranya membalut tangannya dengan perban secara hati-hati.

“S-s-selesai… Ba-gaimana r-r-asanya Jiyong-ssi?”

 

Jiyong akhirnya menghentikan apa yang sedari tadi terus saja dilihatnya begitu mendengar namanya disebut. “I-itu… Itu masih sedikit sakt tapi.. Aku baik-baik saja.. Aku akan baik-baik saja…” katanya tapi dia tidak segera menarik tangannya dari tangan Dara.

Dara menyadari hal itu dan buru-buru kembali meletankkan tangan Jiyong ke pangkuannya dan berpura-bura merapikan kotak P3K, mencoba mengusir rasa canggung.

Dia baru akan berdiri ketika dirasakan Jiyong memegangi pergelangan tangannya. Dara melihat ke tangan Jiyong, yang kemudian buru-buru diambil dan membebaskannya.

“Ahjumma… Tentang tang tadi… AKu benar-benar meminta maaf…” dia berkata dengan sungguh-sungguh.

“Itu tidak masalah. Aku sudah terbiasa…” dia tersenyum. “Aku juga heran kenapa aku membalas perkataanmu tadi… Biasanya aku hanya akan.. Pergi begitu saja… … Maaf untuk itu… Tapi bersunggung-sunggung.. Aku akan mencoba untuk tidak menampakkan wajahku di depanmu, jika itu memang membuatmu sebegitu kesalnya.”

 

“Jangan! Aku tidak bermaksud seperti itu.. Aku… Aku hanya tidak ingin kamu merasa tidak nyaman. Jika kamu merasa tidak nyaman, jangan lakukan. Seperti saat kamu pergi ke bar… Aku tahu kamu tidak menyukainya… Benar kan? Sama juga dengan yang kemarin. Aku bisa melihat kamu tidak suka jika harus bertemu dengan orang-orang… Khususny alaki-laki…”

 

Dara menatapnya tapi hanya sebentar, sebelum akhirnya dia melihat ke bawah lagi dan mengambil kantung es. Itu terasa nyaman. Itu menenangkannya di saat seperti itu… Rasa dinginnya mematikan sistemnya.

“Aku akui perkataanku tadi terlalu kasar. Dan aku tidak berharap kamu akan langsung memaafkannya secepat ini… Dan aku tahu aku sudah banyak menyusahkanmu sejak hari…”

 

“Tapi.. Paling tidak.. Bisakah kita…”

 

Dara melihat ke arahnya.

“Bisakah kita memulai semuanya dari awal dan berteman?”

 

 

Teman?

Kata itu bergema di kepalanya.

Dara menundukkan kepalanya dan menyembunyikan matanya dibalik bayangan rambutnya.

Untuk pertama kalinya sejak dia tinggal di tempat ini, ada orang yang mau berteman dengannya.

Sebentuk senyuman muncul di wajahnya.

Jiyong tersenyum saat melihatnya mengangguk.

Senyumnya semakin melebar saat melihat gadis di hadapannya tersenyum, tersenyum secara alami, untuk pertama kalinya.

==========

A/N:

 

Aku putuskan untuk posting yang lain lagi. LMAO!!!

Dan untuk jawaban semua pertanya-pertanyaan kalian, kalian akan segera mendapatkan jawabannya!

… *etc

……………………………………………………….

~TBC~

<<back   next>>

43 thoughts on “Ahjumma Next Door [Chapter 15] : A Genuine Smile

  1. :3 berteman?? Kekeke makanya Jidong punya mulut dijaga :v nyablak aja qlo ngmg, kalo aq jd Dara jg ga akan maafin perkataan kamu :p untung eonnie iparku itu sangat baikk :3

  2. Hmm…Ji…Ji. Laen kali ngomong dijaga, tahukan Eonniku itu sangat sensitif orangnya. Tapi btw…awal yang baik ini, berteman? Dan itu berarti mereka bisa lebih dekat dari sebelumnya. Iyakan?? XD

  3. bom akan kencan ama top tuh…..kkekeke
    gk sabar pengen liat mereka.
    dara&jiyong berteman? yeah…itu awal yg baik, untuk mereka berdua saling mengenal.

  4. Nahh gitu dong, temenan dulu ntar baru pacaran😍 aduhh jiyong oppa ini kalo ngomong langsung nyerocos aja sih, nggak sadar lagi kalo ngomongnya kasar gitu. Jiyong oppa tenang aja dara unnie sudah memaafkanmu😄

Leave a comment