Hold Me Tight [Chap.1]

hold me tight

Author : Hanny G>Dragon

Annyeong, jumpa lagi jumpa lagi dengan author hanny di sini hehehe. Bawa ff baru niy iseng-iseng hoho. Dengan memborong list suami khayalan author di ff ini. so enjoy it.

 

Aku mengosongkan minumanku tapi terisi lagi dengan kesepian

Aku akan membiarkannya, kenapa aku menentangnya selama ini?

Jiyong Pov

            Aku menghirup udara negeri kelahiranku, setelah hampir 10 tahun tak menginjak negeri ini. Seoul, aah semoga aku beruntung menemukannya. Ku lirik jam tanganku masih menandakan jam 8 pagi. Ku ambil telfon genggamku lalu menghubungi nuna yang ku rindukan bahkan teriakannya yang nyaring sekarang ingin ku dengar.

“Nuna, kau di mana? Kau tidak menjemputku, eoh?” ucapku merajuk saat sambungan telfon tersambung. Yang di seberang sana hanya terkikik karena ia dengan gampangnya berkata ia lupa bahwa aku pulang hari ini. Tck, sudah 10 tahun aku di Kanada tapi dia tak merindukanku. Kakak macam apa dia ini.

“Ya sudahlah. aku yang akan ke cafe mu nuna. Lalu kita sama-sama ke rumah eomma dan appa” ucap ku final lalu memutus sambungan telfon dan beranjak pergi dengan taksi menuju cafe nuna ku.

~ Cafe ~

“Aigooo, uri Jiyongie. Kau seperti bule-bule eoh. Lihatlah rambutmu seperti jeruk” ucap Bom nuna menyambutku dengan ledekannya pada rambut orange ku. Heol ini sedang trend kau saja yang norak Kwon Bomie.

“Tsk, apa kau hanya ingin meledek rambutku bukannya memeluk adikmu ini” ucapku kesal.

“Kekeke, mianhae Jiyongie. Welcome back Jiyongie” ucap lembutnya kini sambil memelukku hangat. Secerewetnya dia, seseram-seramnya dia tetap lembut terhadapku.

“Mama, kau peluk siapa? Ahjussi jangan peluk-peluk mama kookie, nanti kookie adukan pada papa loh” ucap bocah kecil mendorong tubuhku yang sama sekali tidak terdorong oleh tangan mungilnya.

“Aiigoo, apakah ini jagoan paman? Jungkokie? Aah kyiowoo” ucapku sambil mencubit pipi gembil bocah 5 tahun di hadapanku yang semakin menggembungkan pipinya kesal.

“Aku adik dari mama mu. Paman mu Kookie. Kau ingat kita selalu video call saat paman di Kanada?” ucapku lagi mengingatkannya mungkin ia bingung karena rambutku yang kini berganti warna.

“Wuuaaah, Jiyongie Ahjussi?” ucap Kookie histeris lalu memelukku dengan erat.

“Jangan panggil aku ahjussi. Panggil hyung saja oke” ucapku sambil terkekeh.

“Ah dasar kau. Ingat umurmu sudah pantas di panggil ahjussi, Jiyongie” ucap Bom nuna saat memberikanku Americano.

“Tapi wajahku tak cocok di panggil ahjussi nuna” ucapku lagi dan Bom nuna hanya mendelik acuh dengan ucapanku.

“Top hyung mana?” tanyaku menanyakan suami dari nunaku satu-satunya ini.

“Dia sudah berangkat ke kantor. Ini hari kerja bodoh” ucap Bom nuna dengan style nya dalam berbicara. Ah aku sudah tahu itu. Ia selalu mengataiku bodoh, seperti dia pintar saja padahal IQ nya lebih tinggi aku.

“Jiyongie hyung. Nanti kita main pesawat-pesawatan ya. Kookie baru di belikan Papa kemarin” ucap Kookie heboh dan aku hanya tersenyum meng-iya kan.

“Ayo Kookie kita antar paman Jiyong ke rumah nenek dan kakek” ucap Bom sambil mengambil Kookie mungil dari pangkuanku.

“Ayooooo!!” semangat kookie. Ku harap dia akan tumbuh menjadi yang lebih normal daripada Papa dan Mama nya. Mereka alien dan semoga tidak dengan keturunan mereka, kekeke.

            Memasuki rumah eomma dan appa, di sambut dengan pelukan mereka. Dan aku pun memutuskan selama di sini aku akan menetap di sini. Aah, aku memang akan kembali ke Kanada. Aku kembali ke Seoul karena aku mengambil cuti dan untuk menemukan seseorang yang selama ini membuat hidupku di selimuti rasa bersalah.

Sandara Park, eodieya?

Flashback

“Aku hamil Ji” ucapnya dengan nada bergetar dan sudah berlinang air mata.

“Mwo? Kenapa bisa itu terjadi?” ucapku terkejut setengah mati.

“Yak!!! Kita melakukannya Ji. dan kau tidak memakai pengaman saat itu” ucapnya semakin menangis karena pertanyaanku.

“Tapi kau bilang itu bukan masa suburmu, Dee. Lalu mengapa bisa kau hamil?” teriakku membuncah. Entah aku kalut karena berita ini.

“Saat itu perhitunganku salah, dan bisakah kau tak membentakku. Ini pun tidak ku harapkan” ucapnya memeluk tubuhnya sendiri. Damn!!! Apa yang terjadi dengan kami. Aku tak bisa menghadapi ini, kami masih sekolah di Kanada kami menjalani hubungan 2 tahun dan aku tidak bisa menghancurkan harapan keluargaku jika aku aaaarrrrggghhh.

“Mengapa kau bisa salah perhitungan Dara? seharusnya kau bisa menghitungnya dengan benar” ucapku memojokkannya.

“Mwo?? kau seperti menganggapku yang bersalah di sini” ucapnya menatap nyalang padaku. Aku pun mendekatinya, melembutkan tatapanku padanya yang masih terisak.

“Ini tidak benar Dee, kau tahu ke dua orang tua kita menginginkan kita lulus dari sini dan kehamilanmu pasti akan membuat mereka kecewa dan jujur aku tidak siap dengan ini. Jadi, gugurkan lah bayinya” ucapku sambil menatapnya, dia tersentak hebat menatapku tajam.

“Brengsek. Kau bajingan yang menjijikan” ucapnya kasar lalu membanting pintu kamar apartemenku. Dan dari situlah ternyata awal penderitaan ku.

Flashback End

“Kau melamun?” suara Bom nuna menyadarkan ku dari lamunanku.

“Anni, hanya bernostalgia kekeke” ucapku sambil memandang pemandangan dari balkon kamarku.

“Ah malam ini aku ada pesta amal dan sialnya Top tak bisa menemaniku dia terlalu sibuk karena pekerjaan appa yang di limpahkan padanya. Emm bisakah adikku yang tampannya maksimal ini menemani nuna cantik dan sexy nya pergi ke pesta itu malam ini, hemm?” ucapnya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya, cih sok cantik.

“Tsk, bisa apa aku jika menolak permintaanmu pasti aku habis di pukuli olehmu nuna. Kau kan senang memukulku” ucapku sambil bergidik ngeri dan baru saja aku berkata dia sudah menjitak kepalaku.

“Gumawoooo~~” ucapnya tersenyum tanpa dosa setelah menjitak kepalaku. Kakak macam apa dia itu. Hah!!!

Dara Pov

            Aku sudah berada di dapur menyiapkan sarapan. Ah ini sudah rutinitasku sehari-hari.

“Mino-aaah, Jimin-aaah ireona jaebal” teriakku dari dapur. Namun tidak ada suara menyahut dari sosok yang di panggil. Terpaksa ku matikan komporku dan naik menuju kamar sosok yang ku cintai.

“Mino-aaah iroena, ayo mandi lalu sarapan. Jimin-aah kau juga harus bangun eoh” ucapku lagi sambil menggoyang-goyangkan 2 tubuh namja berumur 7 tahun yang masih meringkuk di bawah selimut mereka.

“Morning, Mama” ucap Jimin yang terlebih dahulu bangun dan mengecup pipiku.

“Morning too baby” ucapku lalu mengecup pipi tembamnya. Kebiasaan kami saat pagi.

“Hyooong, palli ireona. Yasudah jika kau tak bangun sarapanmu untukku saja. bolehkan mama?” ucap Jimin sengaja membesarkan volume suaranya agar terdengar Mino.

“Emm boleh” ucapku mengikuti permainan Jimin.

“Andweeeeee!!! Aku bangun kok Mama. Morning mom” ucap Mino lalu memelukku dan mencium pipiku aku pun membalas mencium  pipinya yang tak kalah tembam seperti Jimin.

            Mereka adalah putra kembarku, Park Mino dan Park Jimin. Aku memberi marga ku sendiri untuk mereka. Ya karena aku single mom di sini. Aku menjadi ayah mereka sekaligus menjadi ibu mereka. Aku tak menyesal dengan ini, aku bahagia hidup dengan mereka. Mereka semangat hidupku. Walau melihat wajah dan tingkah laku mereka mengingatkanku pada “ayah” mereka yang sudah ku anggap “MATI”.

“Mama hitung sampai tiga jika kalian tidak cepat mama tinggal ya” ucapku teriak dari bagasi mobil. Kini waktunya mengantar sekolah. Dan sebelum sampai 3 mereka sudah siap di depan mobil kami.

“Chim-chim mau di depan duduknya” ucap Jimin yang memanggil dirinya Chim-chim.

“Andwe!!! Aku yang giliran duduk di depan Chim” ucap Mino tak mau kalah.

“Hyung kan sudah kemarin. Jangan curang hyung” protes Jimin tak juga menyerah.

“Itu karena aku sakit jadi tidak menikmati duduk di depan, weeeek” ucap Mino yang sudah mendudukan pantatnya di bangku depan. Jimin dengan berat hati menduduki kursi penumpang seorang diri. aku melihatnya hanya menggelengkan kepala. Mereka selalu berebut seperti itu namun memang Jimin mempunyai sifat pengalah di banding Mino. Tapi Mino menjadi sosok hyung untuk Jimin jika ia sedang di ganggu oleh orang lain, kecuali oleh Mino sendiri tentunya. Mino dan Jimin hanya beda 2 menit. Mino terlahir duluan lalu Jimin menyusul sehingga Mino sebagai hyung. Aku berharap mereka kelak tidak meributkan yeoja yang sama. Aku bisa serangan jantung jika itu terjadi.

“Mama, besok ada hari pertemuan antar appa. Lalu aku dan Mino hyung bagaimana? Papa kami kan sudah di syurga” ucap Jimin membuat aku tertohok karena ucapannya.

“Jiminie, kan ada eomma. Eomma pasti datang, hemm. Jika kantor bisa di tinggal eomma pasti akan datang. Kau jangan sedih ya sayang” ucapku sambil berusaha mengusap sayang rambutnya dengan satu lenganku yang terjulur kebelakang kemudi.

“Baiklah, sudah sampai. Jangan nakal ya jangan sampai mama di panggil gurumu lagi karena kalian berkelahi. Mino-aah jaga adikmu kau jangan berkelahi ya sayang. Jiminie jangan diam saja jika kau di jahili bilang pada bu guru oke” ucapku pada mereka lalu mengecup keduanya, dan mereka berlari menuju guru mereka yang sudah menunggu di gerbang sekolah. Huft, pagi yang melelahkan bukan? namun aku menikmatinya. Aku percaya mereka adalah anak yang baik, hanya mereka tak bisa diam. Mino pernah memukul temannya karena mengejek Jimin. Jimin pernah mengguyur gurunya karena memarahi Mino. Bukankah mereka anak baik? Mereka malaikatku. Mereka hanya saling melindungi, kekeke. Tingkah mereka mengingatkanku pada nya.

Kwon Jiyong.

~

“Dara-aah. Appa ada pesta amal malam ini. dan appa tak bisa hadir jadi appa mengutusmu untuk mengadiri pesta amal itu karena harus ada perwakilan dari perusahaan kita” ucap appa dan suka tidak suka aku mengangguk menyetujui.

“Aku akan mengajak cucu-cucu ku berbelanja. Sementara itu kau menggantikan aku” sudah ku tebak itu, pria tua ini sangat licik ia akan bersenang-senang dengan cucu-cucu nya yang tidak lain tidak bukan adalah anakku dan anaknya sendiri yaitu aku di perintahkan untuk menggantikannya. Hah!!!

“Jangan terlalu memanjakan mereka appa” ucapku mengingatkan.

“Ah kau, bilang saja kau iri jika appa membelikan banyak mainan. Kau kan perempuan waktu itu jadi appa tidak begitu antusias membelikanmu mainan” ucapnya membuatku jengkel.

“jadi kau menyesal punya anak sepertiku eoh?” tanyaku dengan wajah sebal yang ku tunjukan.

“Haha, putri ku kau tidak berubah sama sekali. Pabbo” ucapnya lalu mengecup keningku dengan sayang. Aku tahu, aku sangat tahu ia terlalu menyayangiku bahkan setelah aku mengecewakannya, setelah aku menghancurkan harapannya.

Flashback

“Jadi siapa ayah dari anak yang kau kandung?” tanya appa dengan nada dingin saat aku mengatakan kebenarannya. Saat kembali ke Seoul tentunya.

“Aku tidak tahu, kami melakukannya saat kami mabuk di bar saat pesta acara kampus” ucapku berbohong.

“Yak!!!!” teriak appa, aku memeluk tubuhku sendiri. aku hancur sangat hancur. Terlebih lagi melihat sorot mata kekecewaan yang terpancar dari kedua orang tuaku.

“Kau istirahatlah, ini pasti juga berat untukmu sayang” ucap eomma lembut. Namun waktu berjalan dan aku berterimakasih pada Tuhan yang membuat appa menerima keberadaan anak-anakku bahkan ia menyayanginya dan sangat posesif. Aku senang dengan perubahan itu walau aku harus melewati duri-duri luka, aku akan terus berjuang untuk Mino dan Jimin.

Flashback End

**

Author Pov

            Jiyong menurunkan kakinya melangkah menuju gedung yang megah, di sampingnya terdapat yeoja berbusana elegan dengan menampilkan lekuk tubuh sexy nya membuat banyak yang melirik liar.

“Nuna, kau ini tak pernah berubah huh? apa Top hyung tahu kau memakai baju terbuka seperti ini?” tanya Jiyong pada kakaknya. Namun sang kakak hanya mengibas-ibaskan tanganya menandakan bahwa jangan membahas tentang itu.

“Ji kau berkelilinglah. Aku akan menemui kolega-kolega kami di sini” ucap Bom yang mewakili perusahaan appanya yang seharusnya di datangi Top.

“Ne nuna” ucap Jiyong lalu melangkah berniat melihat lihat sekitar sambil membawa gelas cooktilnya dan sesekal menyesapnya. Matanya membesar, tak berkedip saat ia melihat sosok tak jauh darinya sedang menatap langit. Tubuh mungil itu, ia tahu, ia masih sangat ingat. Sosok yang membuat 7 tahun penuh dengan penyesalannya, sosok yang tujuan utama ia kembali ke Seoul. Ia melangkah secepat mungkin sampai ia tepat di belakang tubuh yang masih setia menatap langit.

“Dee~” ucap Jiyong lirih namun membuat sosok di hadapannya membalik refleks.

“ne?” ucap Dara namun saat maniknya bertemu dengan Jiyong tubuhnya menegang.

“J-jjiyong?” ucap Dara gugup.

“Akhirnya aku melihatmu lagi”ucap Jiyong tersenyum tulus.

-TBC-

Gimana?? Syuka? Hehehe. Semoga suka ya. jangan lupa komentarnya karena seperti biasa ini chap pendek. Gumawo ~ *pyoooong.

 

56 thoughts on “Hold Me Tight [Chap.1]

  1. Tanda baca sama pemilihan katanya kurang tepat, jd pas lg baca agak keganggu dan kurang nyaman. Semoga kedepannya author bs lebih baik lg. Hwaiting!!!!

Leave a comment