DESTINY FOR THE KING [Part. 9]

DFTK8

dftk9

Author : Defta

Cast     : Sandara Park, Kwon Jiyong, Jung il Woo

Genre   : Drama, action (maybe), Kolosal

***

“Mian defta gak nepati janji. Defta lagi coba ngurangi main laptop and gadget karna punya sedikit masalah dengan penglihatan.

Happy Reading, Sorry for typo and RCL please”

~~~

17 tahun kemudian.

Puluhan anak panah trus melaju dengan cepat, namun sasarannya hanya satu, tanda merah yang berada tepat di tengah papan. Decakan kagum tak henti-hentinya keluar dari beberapa orang prajurit yang tengah melihat kejadian itu.

Suara desahan puas terdengar dari namja berperawakan tinggi nan tampan yang sedang memegang busur di tangannya, dan selongsong tempat anak panah di bahunya.

#PROK PROK PROK suara tepuk tangan garing mengirini selanjutnya. “Kemampuanmu lumayan juga Jiwon Gun” ucap orang pembuat tepuk tangan tadi, yang ternyata seorang Yeoja, atau bisa disebut Agissi, ya karna dia adalah putri kerajaan itu.

“Sudah kubilang untuk memanggilku Oraboni, aku lebih tua 2 tahun darimu”

“Tapi sifatmu lebih kekanakan dariku, untuk apa aku memanggilmu Oraboni.”

“KWON HAYI”

“Wae ?” Yeoja itu mengangkat dagunya menantang. Lalu berjalan lebih dekat kearah namja itu. “Waeyo Kwon Jiwon ? Kau ingin mengadukannku pada EommaMama lagi ?” Ia mendengus.

Namja, yang dapat dijamin seorang Wangja itu mendesah. “KAU YEOJ…..”

“AGISSI…..” Suara teriakan dari yeoja yang lainnya menghentikan aktifitas berteriak Jiwon. Suara seorang yeoja yang dapat meluruhkan segala ekspresi dalam jiwanya, kecuali ekspresi kagum.

Jiwon mencari sumber suara itu, ia menemukan soeang yeoja yang sangat anggun dengan hanbok berwarna Pink yang melekat indah di badannya, dan wajah yang bersinar dengan terang, mengalahkan terangnya matahari.

“Jisoo-ah..” Hayi melambai pada yeoja tadi.

Tak lama Yeoja bernama Jisoo. Kim JiSoo. sudah berada di tengah mereka. Ia langsung menundukkan badannya pada Jiwon, lalu menunduk sebentar pada Hayi.

“Waeyo Jisoo-ah”

“Kenapa kau memanggilnya seperti itu ? dia lebih tua darimu” Protes Jiwon.

“Hanya lebih tua 1 bulan, lagi pula Jisoo saja mengijinkannya kenapa kau malah protes” Perdebatan kembali terjadi antara pasangan kakak beradik itu.

“Tetap saja….”

“Sudahlah Jeonha, saya tidak keberatan akan hal itu” Jisoo memotong ucapan Jiwon.

“Tapi Jisoo-ah, kau ini lebih tua darinya, seharusnya dia bersikap sopan padamu” Balas Jiwon dengan nada suaranya yang lemah lembut dan penuh perhatian.

“Lihat..lihat… bahkan kau tidak bersikap seperti itu pada adikmu sendiri” Hayi mencibir melihat kakak laki-lakinya itu sedang jatuh cinta.

“Anda tidak boleh berkata seperti itu pada Wangseja (Penerus Tahta) Agissi”

“Wangseja ? Oh ayolah, dia  belum diangkat, dia masih seorang Wonja (Pangeran kerajaan yang belum secara resmi diangka menjadi Wangseja).”

“Itu akan terjadi 1 bulan lagi, dan setelahnya kau harus bersikap baik padaku”

“Kenapa aku harus melakukannya ?”

Tatapan tajam langsung menDarat pada Hayi, ya tentu saja tatapan itu dari Jiwon. “Mwo ?” Tanya Hayi tanpa suara. Tak lama jitakan keras menDarat di kepala Hayi.

“KYA !!!” Jeritnya keras sambil mengangkat tinjunya, berusaha meninju tubuh Jiwon.

 Jiwon langsung mundur beberapa langkah, mengingat kalau adiknya sedang mengamuk maka hal-hal yang buruk bisa saja terjadi.

“Agissi hentikan” Jisoo mencoba menghentikan Hayi.

Hayi bersungut kesal karna tak dapat memukul Jiwon, dia berhenti karna Jisoo yang terus menghalaunya, terlebih ia takut kalau kalau nanti ia akan memukul sahabatnya itu.

“Kau belum menjawabku, ada apa ? biasanya kau akan menungu di kamarku”

“Ah itu” Jisoo menunduk malu. “Apa saya meninggalkan daenggi (Pita yang digunakan untuk menghias ujung rambut yang sudah di kepang) biru saya disini ?”

“Daenggi biru ? Ani… “ Jawab Hayi sambil trus mengingatingat. “Daenggi birumu hilang ?”

Jisoo mengangguk pelan.

“Bagaimana bisa, itu Daenggi kesayanganmu lagi pula itu sangat langka bukan ?”

“Neh, saya juga terkejut karna tak mendapatinya dirumah, saya lupa dimana terakhir kali menaruhnya” Ucap Jisoo, terdengar nada sedih di suaranya.

“JIWON-AH.. HAYI-AH…” Suara Dara terdengar jelas dari kejauhan.

“Eomma Mama…” Jiwon tersenyum lebar lalu berlari menuju Dara, meninggakkan Hayi dan Jisoo.

“Lihat saja, dia akan mengadu sebentar lagi” Cibir Hayi. “Aku berharap memiliki kakak yang lain sekarang, aku sungguh tidak yakin dengan Jiwon, apa jadinya negara ini nanti jika ditangannya”

Dara tersenyum melihat Jiwon yang berlari kearahnya. Dari raut wajahnya ia tau putranya itu sedang bahagia. Dan dia juga tau apa penyebabnya, Dara tak akan melarangnya lagi pula Jisoo adalah Yeoja yang baik dan berpendidikan.

“Apa anda akan keluar istana hari ini ?” Tanya Jiwon begitu melihat Dara tidak memakai Dangui.

Dara tersenyum sambil mengelus wajah Jiwon. “Neh”

Jiwon melirik kebelakang, dan melihat Hayi juga Jisoo sudah berjalan mendekat. “Eomma Mama, bisakah saya meminta sesuatu ?”. Dara menatap Jiwon dengan tatapan yang seolah berkata “Apa itu sayang ?”. “Bisakah anda membelikan saya sebuah kain berwarna biru dengan rajutan bunga teratai diatasnya”

“Untuk apa ?”

“Eomma mama” Hayi memberi salam. “Kau meminta sesuatu dari Eomma mama ?” Hayi lagsung menelisik kepada Jiwon.

“Bukan urusanmu” Jiwon menatap Dara dengan ekspresi memohon dan juga berharap agar Dara merahasiakannya. Lalu Senyuman lebar menghiasi bibir Jiwon karna Dara mengangguk setuju.

“Apa anda akan pergi dengan berjalan ?” Hayi kembali bertanya.

“Appa Mama kalian akan memarahiku jika aku melakukannya” Ucap Dara yang membuat Jiwon dan Hayi tertawa. “Aku mencari kalian karna ingin bertanya apa kalian mau ikut atau tidak”

“Saya ingin sekali, tapi saya harus membanti Jisoo mencari daenggi-nya yang hilang”

“Saya harus berlatih” Jiwon mengangkat busur di tangannya sebagai alasan.

“Kalian benar-benar. Baiklah aku akan keluar bersama Minji saja”

“Sampaikan salamku pada Yunhyeong Oraboni Eomma Mama” Hayi berkata dengan cepat begitu mendengar nama Minji disebut.

“Kau bahkan memanggil sembarang orang dengan sebutan Oraboni”

Hayi hanya melengos mendengar sindiran Jiwon, lalu ia berlalu dan berfokus untuk mencari Daenggi milik Jisoo.

“Bukankah sebentar lagi Yunhyeong hyung juga akan masuk istana ? kudengar dia melamar menjadi prajurit istana”

Dara tersenyum membenarkan. “Rahasiakan dari Hayi, dia akan terkejut”

###

Dara berjalan dengan pelan, menikmati indahnya keramaian pasar di desa, dia jarang sekali pergi keluar istana ketika masih ada matahari, kalaupun iya biasanya ia akan berada di dalam tandu dan hanya dapat mengintip dari celah jendela yang sempit.

“Apa masih ada yang ingin anda beli Nyonya ?”

“Jiwon memintaku untuk membelikan kain berwarna biru dengan sulaman bunga teratai diatasnya. Apa itu ada ?”

Minji terlihat menimbang. “Kemungkinan ada tapi anda harus menunggu sekitar 2 hari untuk sulamannya, kalau saya boleh bertanya untuk siapa itu ?”

“Untuk Jisoo, Kim Jisoo”

“Jisoo putri penasehat kerajaan ?”

“Neh, dia baik, cantik juga pintar, ku kira dia pantas bersanding dengan Jiwon”

“Lalu bagaimana dengan wanita itu ?” pertanyaan itu cukup untuk membuat langkah Dara berhenti seketika. “Maafkan saya Nyonya, saya tidak akan menanyakannya lagi, saya minta maaf” Lanjut Minji dengan cepat begitu melihat ekspresi Dara yang langsung berubah murung.

Dara mencoba tersenyum, walalupun di dalam otaknya tersusun skenario buruk di masa lalunya. “Tunjukkan tempatnya Minji-ah, aku harus segera kembali ke istana”

“Lewat sini Nyonya” Minji menunjuk sebuah rumah rumah, kemudian mendahului Dara untuk menunjukkan tempatnya.

“HANBIN-SSI !!!”

Nama itu terasa tak asing bagi otak Dara, dengan respon cepat ia menoleh kebelakang, dilihatnya beberapa orang yang sibuk berlalu lalang, dia tak tau mana orang yang bernama Hanbin. Ia kembali hanya tersenyum pahit, mungkin ia sudah gila karna menganggap Hanbin putranya masih hidup sampai sekarang.

“Ada apa Mama ?” Tanya minji.

“Aku mendengar nama Hanbin disebut”

“Oh, di desa ini memang ada yang namanya Hanbin, namanya sama dengan…..” Lagi-lagi minji menghentikan ucapannya di tengah jalan, takut untuk membuat hati Dara tersinggung. “Dia berteman dengan Yunhyeong, hanya saja saya sendiri belum pernah melihatya secara langsung”

Langit di atas Joseon memperlihatkan warna jingga yang membuktikan bahwa hari menjelang senja.

“Bagaimana dengan Nabi Haggyo ?”

“Tahun ini akan ada 2 orang yang akan menjadi dayang istana, lalu ada 4 anak tambahan yang masuk dalam kelas kami”

“Hanya itu ?” Jiyong kembali bertanya sambil fokus kepada gulungan petisi di denggamannya.

“Neh” Balas Dara singkat. “Tapi Jeonha…” Lanjutnya mencoba meminta perhatian dari Jiyong yang masih fokus pada petisi itu. “Jeonha…” Rengekknya yang kali ini sukses membuat Jiyong mengalihkan kefokusannya. Ia tersenyum puas.

“Apa ?”

“Tadi di desa, saya mendengar seseorang memiliki nama Hanbin”

“Lalu…?”

“Namanya sama dengan nama putra kita”

Jiyong mendesah dengan keras. “Relakan dia Dara-ah” Ia lalu menyingkirkan meja di depannya dengan sekali dorongan. “kemari..” Jiyong mengulurkan tangannya pada Dara, dan tanpa ragu Dara menyambutnya.

Dalam sekali tarikan Dara masuk dalam pelukan hangat Jiyong.

“Aku mencintaimu”

### 2 hari kemudian.

Dara kembali ke desa untk mengambil kain yang dipesannya. Kali ini ia sendirian, minji memang bersamanya, tapi wanita itu ijin untuk membeli sesuatu. Kedua retina Dara melihat bangunan yang ia datangi tempo hari, ia tersenyum dan mempercepat langkahnya untuk sampai di bangunan itu.

Baru saja ia menapakkan kaki pada anak tangga pertama dari rumah itu beberapa orang berpakaian hitam berlarian dengan tak melihat arah, dan Dara menjadi salah satu sasarnnya, dia terjatuh dari pijakannya karna bersenggolan dengan lengan orang-orang tadi.

Rasa sakit di sekujur tubuhnya mulai terasa, ia benar-benar kesakitan dan pandangan-nya mulai mengabur, yang terakhir Dara rekam dalam otaknnya adalah seseorang yang memanggil namanya.

“Nyonya… nyonya…”

“Mama…Mama..”

Perlahan Dara membuka matanya yang terasa berat, sakit di punggungnya juga masih terasa, ia merasa sangat tua sekarang.

“Saya sudah bilang bukan saya yang membuatnya seperti itu”

“Kalau bukan kau siapa lagi ? hei bocah kurang ajar mengaku saja kau”

“aku harus pergi sekarang, Noonaku pasti sedang mencariku”

“Aku tidak peduli, kau harus tetap disini dan menjelaskan semuanya dengan jujur, kau juga harus menunggu Jusang Jeonha datang, apa kau tak tau orang yang kau buat pingsan adalah Wangbi… dia adalah Ratu joseon”

Pertengkaran seorang ibu-ibu dengan anak muda menghampiri gendang telinganya ketika Dara bangun. “Bukan dia minji-ah” Ucap Dara melerai pertengkaran antara Minji dan pemuda yang menolongnya. Dengan perlahan ia mencoba duduk dari posisi tidurnya ia tau sekarang ia berada dimana, tepat ini sudah sangat familiar bagiya. Nabi Haggyo.

“Anda baik-baik saja Mama ?” Tanya Minji dengan khawatir.

Dara tersenyum lemah, matanya langsung menuju ada seorang pemuda yang berdiri dengan gagah beberapa meter di hadapannya.

“Eomma saya datang” Suara pemuda lain yang memasuki ruangan itu juga terengar, membuat semua orang mengalihkan pandangannya pada orang yang baru saja masuk itu. Kemudian pemuda bernama Yunhyeong itu menunduk hormat pada Dara

“Eoh, Yunhyeong-ah kau sudah datang ?”

“Hanbin”/ “Hyung” ucap pemuda itu dan yunhyeong bersamaan. “Kau sedang apa disini ?” lanjut Yunhyeong.

“Jadi dia Hanbin yang selalu kau ceritakan ?” Minji menyela.

Yunhyeong mengangguk yakin. “Neh eomma”

“Hyung tolong aku, beritahu Noonaku aku ada disini, dia pasti sedang mencariku, aku mohon” Pinta Hanbin.

Yunhyeong melirik Eomma-nya meminta persetujuan, dan ketika eommanya menyetujuinya ia menepuk bahu Hanbin seakan berkata “Tenang saja kawan” dan Hanbin juga membalas dengan anggukan mempercayakan semuanya pada Yunhyeong.

 “Siapa namamu ?” Tanya Dara seolah tak percaya yang dikatakan Yunhyeong.

“Hanbin” Balas pemuda itu yang sukses membuat mata Dara melebar dengan smpurna, jantungnya berdegub lebih kencang 2x lipat, dan nafasnya memburu, ia tak salah dengar. “Kim Hanbin”

Seakan baru saja sebuah batu besar menimpa Dara, tiba-tiba saja ia merasa sesak saat pemuda bernama Hanbin itu menyebutkan marganya. Rasa kecewa benar-benar menyeruak dalam dirinya.

“Duduklah” Pinta Dara pada Hanbin. “Minji-ah buatkan teh untuk kami” Pintanya kini pada Minji

“Yeh Mama” Ucap Minji yang kemudian mengundurkan diri dari ruangan itu untuk melaksanakan perintah dari Dara

“Terimakasih sudah menolongku”

“Sudah tugas saya Mama” Hanbin menunduk dalam.

Dara menatap Hanbin dari ujung kepala sampai kaki. Ia merasa ikatan kuat diantara mereka, lalu pandangan matanya berhenti di lengan kanan Hanbin yang terlilit sebuah gelang berwarna merah dan terbuat dari batu giok. Matanya kembali melebar melihat itu.

“D….Dari mana kau dapatkan itu ?” Tanya sambil menunjuk gelang di tangan Hanbin.

“Ini ?” Hanbin menatap gelang ditangannya. “Noona saya bilang ini milik saya, ketika saya tanya siapa yang memberinya dia selalu menjawab dari orang yang menyayangi saya, sebelumnya ini sebuah kalung, tapi karna tidak muat lagi di leher saya jadi saya membuatnya menjadi gelang” Jelasnya panjang lebar.

Dara kembali terdiam, air mata merembes keluar dari pelupuk matanya.”Kau berbohong kan ?”

“Saya tidak mungkin berani berbohong kepada anda Mama” Hanbin menunduk dalam.

“Namamu bukan Kim Hanbin, kau Kwon Hanbin, kau putra ku” Tangis Dara mulai pecah. Ia meraih tangan Hanbin dan menggengamnya. “Kau Kwon Hanbin ku”

Sekali sentakan Hanbin melepas genggaman tangan Dara, dan menatap wanita itu tak percaya. Ia menggeleng kuat tanda tak stuju dengan ucapan Dara.

“Nama saya Hanbin, Kim Hanbin”

“Hanbin-ah…” Suara seorang Gadis memasuki ruangan itu, membuat Hanbin menoleh. Lalu ia mendapati kakak perempuannya berdiri diambang pintu, dengan cepat dia berlari dan berlindung di belakang tubuh Nonna-nya itu.

“Noona dia bilang namaku Kwon Hanbin, siapa itu ?”

“Jenny-ah ?” Desis Dara pelan.

“Eonnie ?”

“DARA-AH…” kali ini suara Jiyong yang beteriak terdengar, tak lama sosok Jiyong muncul dan langsung berhambur untuk duduk di samping Dara dan melihat keadaan permaisurinya itu.

“Oraboni ?”

“Eoh Jenny-ah kau disini juga” Sapa Jiyong pada Jenny.

“Jelaskan padaku Jenny-ah, siapa Hanbin itu sebenarnya” Pandangan Dara kosong, dia benar-benar syok, dan tubuhnya tegang, air matanya yang tadi berderai berhenti sudah. “KENAPA NAMJA ITU PUNYA KALUNG MILIK HANBIN PUTRAKU ?” pekiknya dengan keras.

“Apa dia Hanbinku ?”

“Neh.. dia Hanbin Gun”

Dara mendengus tak percaya, “Bagaimana mungkin? JELASKAN PADAKU !!!”

“Dara-ah..” Jiyong mengelus bahu Dara mencoba menangkannya.

##FLASHBACK##

Jenny tngah berjalan sndirian di tengah hutan, ia baru saja dari desa sebrang membawa obat untuk ibunya yang menderita gangguan mental karena kehilangan adiknya yang bernama Jinhwan. Ia berjalan dengan santai saat melewati sebuah rumah tua, karna ia tau rumh tua itu kosong.

Tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan seorang bayi, tak lama sebuah cahaya menyala keluar dari celah-celah rumah itu.

Jenny sangat yakin bahwa rumah itu kosong, ia sering berteduh disana saat hari sedang hujan, dan disana tak ada siapapun, rumah itu memang layak huni, tapi benar-benar kosong. Jadi dengan rasa penasaran yang mencuat di hatinya, ia berjalan mendekat kerumah tua itu, dan mengintip dari balik celah-celah lebar yang tercipta dari kayu-kayu tua penyusun dinding rumah itu.

Seorang bayi yang sedang menangis. Ia melihat bayi itu menangis dengan seorang wanita yang berdiri dengan bingung, setelahnya wanita itu meninggalkan bayi itu sendirian.

Tanpa ragu ia masuk dalam rumah itu, karna bayi yang dilihatnya sangat familiar.

“Hanbin Gun” Desisnya saat perkiraannya beanr. Bayi yang berada dihadapnnya sekarang adalah Hanbin, Kwon Hanbin. “Kenapa kau ada disini ?” tanya Jenny seolah Hanbin bisa menjawab.

“Mungkinkah dia diculik ?” pertanyaan itu berada di pikiran Jenny yang waktu itu masih berusia 8 tahun. “Aku harus menyelamatkannya” dengan perlahan Jenny menggendong Hanbin yang terus saja menangis, lalu dilihat tasnya yang bersi obat herbal untuk ibunya.

Derap langkah seseorang terdengar keras di telinga Jenny, ia harus membawa Hanbin dengan cepat sebelum wanita tadi meemukannya.

Dengan larian kecilnya Jenny terus berlari, ia harus kembali kerumah setelah itu keistana untuk menyerahkan Hanbin pada Dara dan Jiyong. Ungtunglah dia karna selamat sampai rumahnya, dengan Hanbin yang terus menangis.

“Jinhwan…Jinhwan-ah…” Ibu Jenny yang mendengar suara tangisan langsung mendatangi sumber suara, dan ketika ia melihat jenny membawa seorang bayi ia menganggap bayi itu adalah putranya Kim Jihwan dan langsung merebut bayi Hanbin dari gendongan Jenny.

Hanbin terus saja menangis. “Mungkin dia lapar”  Ucap Jenny.

“Kenapa Jihwan menangis eoh ? eomma ada disini”

Setelah disusuipun Hanbin masih saya menangis, beruntung karna salah satu tetangga mereka ada yang memiliki seorang bayi juga, dan dengan senang hati tetangga mereka memberkan asinya secara cuma-cuma.

Jenny juga bingung kenapa bayi Hanbin terus saja menangis. “Hanbin-ah..” Pangilnya sambil meraih tangan mungil Hanbin.

AJAIB. Satu kata yang dapat disimpulakan Jenny. “Dia suka dipanggil namanya” batin Jenny sambil tersenyum bahagia. “Eomma, dia suka kalau kita memanggilnya Hanbin saja”

“Han…Bin… ?”

“Neh Hanbin”

#FLASHBACK END#

 

“Dia benar-benar pintar karna diusianya saat itu ia sudah tau nama pemberian kedua orang tuanya” Jenny berkata dengan sebuah senyuman kecil.

Dara mendengus kesal “Kau memberikan bayi kepada seorang ibu yang setengah gila karna kehilangan bayinya ? lalu apa kau tak berfikir tentang ibu dari bayi yang kau berikan itu ? apa kau tak berfikir bahwa ibu itu juga bisa menjadi gila karna kehilangan bayinya ?”

“Dara-ah…”

“Jangan mencoba menghentikan saya Jeonha, aku selalu berfikir kalau berbuat baik akan selalu dibalas dengan kebaikan juga, tapi kenyatannya 2 orang wanita yang sudah aku anggap keluargaku sendiri malah  menghianatiku dengan sangat kejam”

“Maafkan saya Eon….”

“Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu lagi Jenny-ssi” Dara menggeram, sungguh ia menahan marahnya “Lalu kenapa kau tak mengembalikannya pada kami ?”

“Saat aku akan melakukannya sudah ada pengumuman kematian Hanbin Gun, juga kesehatan eomma saya yang membaik dengan cepat karna kehadiran Hanbin…”

“Jadi kau memutuskan agar Hanbin tetap bersamamu ?” Kali ini Jiyong yang menyela perkataan Jenny. “Kenapa kau merahasiakannya dari kami ?” Ia berkata dengan lembut.

“Maafkan saya Oraboni” Jenny berkata dengan air matanya yang perlahan jatuh.

Tangis Dara pecah, dia berada diantara bahagia dan sedih, kebahagiaannya bersumber dari Hanbin yang ternyata masih hidup, dan kesedihannya berasal dari orang yang selama ini Dara sayangi, karna orang yang ia anggap sebagai purtinya sendiri itu justru menghianatinya.

“Jadi ini alasan Noona melarangku ke Nabi Haggyo ?”

Suara Hanbin membuat Dara, Jiyong dan Jenny menoleh kearahnya.

“Hanbin-ah ini Eomma…” Dara berhambur memeluk Hanbin. Berharap namja berusia 17 tahun itu membalas pelukannya dan memanggilnya eomma. Namun yang diapatkannya adalah kebalikannnya. Hanbin melepas pelukannya pelan.

“Maaf Mama, saya harus pergi” Hanbin berbalik memunggungi Dara

“Jangan pergi” Cegah Dara. “Kumohon jangan tinggalkan aku lagi Hanbin-ah aku tak bisa kehilanganmu untuk kedua kalinya” Dara meraung-raung atas kepergian Hanbin.

Jiyong melihat tubuh Dara yang limbung. Dengan cepat ia meraih tubuh mungil itu sebelum jatuh ke lantai “Dara-ah..Dara-ah…” Ia menepuk pelan pipi Dara. Yeoja itu pingsan lagi.

“Eonnie !!!” Jenny ikut menjerit dan berjalan ke sisi Dara.

“Kali ini aku yang akan memohon padamu Hanbin-ah” Jiyong melirik Hanbin yang masih memunggungi mereka. “Ikutlah keistana bersama kami, aku tau kau butuh waktu untuk berfikir dan merenungkan semuanya, lalukan itu diistana, disana tempat teraman di joseon ini. Aku mohon Hanbin-ah”

###

Langit biru perlahan mulai berganti hitam, cahaya sang bagaskara terganti oleh sinaran bulan dengan bintang-bintangnya.

Jiyong dan Hanbin duduk berhadapan. “Aku sudah mengatakan semuanya padamu, sekarang kau mengerti ?” tanyanya setelah menceritakan semua kejadian 17 tahun yang lalu.

“Jadi aku adalah seorang Wonja ?”

“Secara teknis iya” Hanbin menunduk, ia tak pernah membayangkan hal seperti ini terjadi pada dirinya “Aku tau kau butuh waktu Hanbin-ah”

“Aku hanya bingung bagaimana harus memanggil kalian” Hanbin merujuk kepada Jiyong dan Dara, yang notabennya adalah orang tua kandungnya.

“Pelan-pelan saja, aku tak memaksamu untuk memanggiku Appamama, dan memanggil Wangbi dengan Eomma Mama seperti kedua adikmu, perlahan Hanbin-ah, lakukan perlahan” Ucap Jiyong sambil tersenyum dan mengusap bahu Hanbin.

“Hanbin-ah…” Sara Dara tiba-tiba terdengar gusar.

Tak lama Dara sudah berdiri di tengah-tengah pintu, rasa lega menghampiri dirinya begitu melihat Hanbin tengah duduk berhadapan dengan Jiyong. Jiyong  berdiri dan menyambangi Dara.

“Kau sudah bangun ? Lebih baik kau istirahat saya eoh…”

“Tapi Hanbin….”

“Biarkan dia sendirian terlebih dahulu” Jiyong mengecup puncak kepala Dara. Lalu ia beralih pada Hanbin. “Kau bisa gunakan kamar ini, katakan padaku jika kau sudah siap untuk bertemu kedua adikmu dan juga memperkenalkan dirimu sebagai salah satu pangeran di Joseon.”

“Tapi Jeonha…” tanpa mendengarka protes Dara, Jiyong menyeret yeoja itu untuk keluar dari kamarnya, meninggalkan Hanbin sendirian.

“Saya harus bertanya makanan kesukaannya, apa yang dia tidak suka, dan apa yang dia suka, saya juga harus tau warna favoritnya, dan juga kehidupannya sebelum ini” Dara terus berbicara pada Jiyong yang sudah memejamkan matanya, walau sebenarnya namja itu juga belum tidur.

Sambil mengeratkan pelukannya pada Dara “Kau bisa melakukannya besok”

“Besok aku ingin memperkenalkannya pada Jiwon dan juga Hayi”

“Jangan besok, tunggu sampai Hanbin siap menerima semua kenyataan iniDara-ah”

Dara mendesah, Jiyong benar, bukan perkara mudah menerima kehidupan yang berbeda 180 derajat. “Dia mirip denganmu ketika dewasa”

“Hem, dia tak mewarisi apapun darimu sepertinya” Gurau Jiyong yang sukses mendapatkan pukulan di dadanya, yang tentu pukulan itu dari Dara.

“Aku yakin ada sesuatu yang ia warisi dari aku, kita hanya belum mengetahuinya” Bela Dara dengan wajah super cemberutnya.

Melihat wajah Dara yang cemberut justru membuat Jiyog terkekeh pelan, dengan cepat ia mengecup bibir kerucut Dara. “Aku tau”

“Aku merindukan Pengawal Dong”

“Apa yang kau katakan ?”

“Dia sibuk menyeleksi prajurit baru, sudah seminggu aku tidak bertemu dengannya”

“Beraninya kau membicarakan pria lain di depan suamimu sendiri” Kini giliran Jiyong yang cemberut dan mngerucutkan bibirnya.

Dan giliran Dara untuk terkekeh melihat itu, ia melakukan hal yang sama dengan Jiyong lakukan tadi, mengecup bibir pria itu.

“Kapan prajurit baru akan masuk ke istana ?” Dara mengubah topik.

Jiyong hanya bungkam, ia tak menjawab pertanyaan Dara.

“Kalau anda tidak menjawabnya aku akan bertanya langsung pada Pengawal…”

“Besok lusa, jangan pernah bertanya padanya, tanyakan semua pertanyaanmu untuknya padaku, aku yang akan menyampaikannya atau akan kujawab sendiri. Mengerti”

“mengerti Jusang Jeonha” ucap Dara sambil tersenyum lebar.

Jiyong kembali memeluk Dara dengan erat, menikmati setiap detik bersama yeoja yang paling ia cintai ini “Jangan lupakan aku jika kau sudah bersama Hanbin”

“Anda cemburu pada putra anda sendiri Jeonha ?”

###

Dara, Jiyong dan Hanbin duduk bersama di Istana Barat, tempat tinggal Jiyong. Dara dan juga dirinya menunggu dengan was-was apa yang akan Hanbin katakan pada mereka bedua.

“Saya akan melakukannya, saya sudah siap AppaMama”

“Anak pintar” Balas Jiyong sambil tersenyum lebar.

Berbeda dengan Jiyong, Dara lebih menunjukkan kebahagiaannya dengan memeluk erat Hanbin. Air matanya kebahagiannya tak kuasa untuk ia bendung.

Hanbin melepaskan pelukan Dara dan menatap wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini “Jangan menangis lagi EommaMama” ucapnya sambil menghapus air mata di pipi Dara.

“Katakan sekali lagi Hanbin-ah, panggil aku eommaMama lagi”

Hanbin menurut “EommaMama”

“Lady Min” Dara beteriak dan Dayang Min Hyorin-pun datang menghadap “Panggil penjahit istana untuk mengambil ukuran tubuh Hanbin, karna ukuran tubuh Hanbin dan Jiwon tak jauh berbeda, untuk sementara Hanbin akan memakai baju milik Jiwon, terutama hari ini, bantu Hanbin bersiap-siap untuk pengumuman yang dilakukan siang ini”

“Yeh Mama”

“Bukankah seharusnya aku yang memtuskannya Wangbi” Jiyong bersuara dan menekankan panggilannya untuk Dara.

“Maafkan saya Jeonha, saya hanya terlalu bersemangat” Sesal Dara.

“Sudah terlanjur” Jiyong mendesah pelan. “Eunuch Choi” Teriaknya yang tak lama mendatangkan seorang pria tinggi. Dia pengganti Daesung yang sudah berhenti dari 7 tahun yang lalu. “Siapkan segala sesuatunya, aku akan membuat pengumam resmi siang ini”

###

Setelah pengumuman besar itu hidup Hanbin akan segera berubah, rasa menyesal timbul dalam dadanya ketika melihat beberapa orang yang tak suka akan kehadirannya diistana, walau tak sedikit yang bahagia karna pangeran kerajaan yang 17 tahun lalu menghilang sekarang sudah kembali.

Ia duduk di bawah pohon pinus di depan istana selatan, tempat tinggalnya sekarang. Dara, ibunya bilang bahwa istana itu memang dibuat untuk dirinya, karna Dara percaya ia masih hidup, dan memang benar, sekarang istana itu tak akan kosong lagi. Pemiliknya telah kembali.

“ORABONI…” Suara teriakan yeoja muda mengganggu ketenangannya. Ia mencari sumber suara dan melihat seorang gadis tengah berlari karahnya, ikuti oleh seorang namja dan yeoja dibelakang gadis itu.

“Kau benar-benar Hanbin kakak ku ?” tanya gadis itu.

Hanbin hanya mengangguk membenarkan pertanyaan dari gadis itu. “Kau Hayi ?” ia balik bertanya.

“Neh, aku Kwon Hayi” Hayi melirik kebelakangnya dan 2 ornag tadi sudah ada tepat di balik punggungnya. “Dia Kim Jisoo, sahabat baikku” Hanyi mengenalkan Jisoo.

Jisoo membungkukkan badan dengan anggun.

“Dan dia Kwon Jiwon” Ucap Hayi sambil menunjuk Jiwon dengan dagunya. “Perkenalkan dirimu Jiwon, kau kan adiknya juga”

“Kau tidak memanggilnya Oraboni juga ?” Tanya Hanbin mendengar cara Hayi memanggil Jiwon.

“Untuk apa ? dia bahkan tidak bersikap selayaknya kakak padaku”

“Kalau begitu kau juga jangan memanggilku Oraboni”

“Waeyo ?”

“Karna aku juga belum bersikap selayaknya kakak bagimu”

Mata Hayi tiba-tiba berbinar. “Langit telah mengabulkan do’a ku akhirnya aku memiliki sorang kakak selain Jiwon, aku benar-benar bersyukur”  Hayi meraih tangan Hanbin dan menggenggamnya. “Oraboni harus mengalahkan Jiwon dalam pemlihan Putra mahkota 1 bulan lagi”

“Bagaimana mungkin gelandangan seperti dia mengalahkanku ?” Ucap Jiwon ketus dan sukses membuat metal Hanbin turun 100%. “Bahkan aku ragu kalau dia bisa menulis” Lanjutnya dengan angkuh.

“KYA KWON JIWON KAU KETERLALUAN !!!” Teriak Hayi tepat di wajah Jiwon.

“Aku bahkan tidak percya kalau dia adalah Kakakku mungkin dia hanya mengada-ada saja” Dengan itu Jiwon berjalan meninggalkan Hanbin, Hayi dan Jisoo.

“Tak apa, Jisoo bisa mengajarakan semuanya padamu, iyakan Jisoo-ah” Hayi memohon pada Jisoo.

“Tentu saja Agissi”

Hanbin tersenyum lemah “Aku memang dari desa, tapi aku bisa menulis dan membaca, setidaknya aku juga bisa doktrin tinggi”

“Benarkah ???” Tanya Hayi dengan mata melebar tak percaya.

Hanbin hanya mengangguk pelan.

“Kalau begitu ayo keperpustakaan, kita lihat kemampuan oraboni sampai mana” Lalu Hayi menarik tangan Hanbin untuk bangkit dan mengajak Namja itu untuk mengikutinya ke perpustakaan istana.

Masih dengan menarik tangan Hanbin Hayi berlari, letak istana berada di dekat gerbang istana, dan ketika mereka melewati gerbang itu ada sebuah kegaduhan kecil yang membuat Hanbin penasaran.

“HANBIN-AH !!!” kemudian ia mendengar seseorang meneriakkan namanya.

Hanbin menoleh dan mencari sumber suara, dan menemukan Jenny tengah berdiri dan di hadang oleh beberapa prajurit berbadan tinggi dan kekar. Dalam sekali sentakan Hanbin melepaskan genggaman Hayi.

“Maaf  Hayi-ah ada sesuatu yang harus aku urus” ia lalu meninggalakan Hayi dan Jisoo yang diambang kebingungan melihat sikapnya.

Setengah berlari Hanbin mendatangi Jenny. “Untuk apa kau kemari ?” tanyanya berusaha untuk sedingin memngkin.

“Eomeoni,… dia sedang sakit sekarang, kumohon Hanbin-ah”

“BERANINYA KAU MEMANGGIL PANGERAN SEPERTI ITU” #PLAK sebuah tamparan dari salah satu pengawal sukses mendarat di pipi Jenny, hingga yeoja itu jatuh tersungkur di tanah.

“Noona…” Hanbin memekik “APA YANG KAU LAKUKAN !!!” teriaknya memarahi pengawal yang memukul Jenny tadi  “Ambilkan aku seekor kuda sekarang” Perintah Hanbin pada pengawal yang ada disana.

“Kau baik-baik saja Noona ?” Ia beralih pada Jenny dan membantunnya berdiri.

“Aku tak apa, tapi cepatlah”

==TBC==

Next >>>

Yang gak bisa komen apapun boleh komen tentang Cover yang defta buat, karna jujur cover ini adalah salah satu masterpiece milik Defta

Preview

“Kau pikir kau ini siapa ? beraninya kau mengatai anakku dengan sebutan gelandangan ! Kau ini tidak memiliki rasa balas budi sama seperti Eomma-mu”

“Kenapa anda membela anak desa itu ?”

#PLAK “Siapa yang kau panggil anak desa itu ? Kau harusnya bersyukur karna aku  mengangkatmu menjadi putraku, kau hanyalah anak dari seorang selir dan pengawalnya yang berkhianat pada Raja. Jika aku tidak mengangkatmu kaulah yang menjadi glandangan itu”

30 thoughts on “DESTINY FOR THE KING [Part. 9]

  1. hai, aku new reader, aku suka ffmu. berharap aja semoga dara ga jadi evil queen buat jiwon dan jiwon tidak jadi seperti jung il woo. maaf ya baru comen bukannya berniat menjadi sider, please upate soon

  2. itu reviewnya dara kejem amat ,emang ngeselin juga sih si jiwon omongannya kasar dia belum tau aja eomma kandungnya siapa ,penasaran sma next nya semangat thor

  3. Akhir.a hanbin is back .
    Bakal ada konfik cinta hanbin sma jiwon gga eonni ?
    Next eonni .makin kren aja itu review.a dara eonni kejam ..
    Huuuuaaa….
    Setiap bca ff yg ada minzy eonni jdi sedih .masih gga prcya aja knpa minzy kluar dri 2ne1 n yg .huhuhuuuuuu#sediihhh#.

  4. Holaaaa,kangen berat sama ff in,kok bobby jahaat ya,pdhl yg ngasuh dia itu org baik,keturunan dr mak bapaknya kali ya,kekekeke
    Thor,Hayi ank kandung mrk kah?huaaa seneng hanbin kmbalii

  5. Sepertinnya akan terjadi perebutan kekuaasaan pada generasi yg baru, harus menggung semuannya akibat kesalahan masa lalu orang tua mereka , apa jiwon, hanbin. Akan bahagia…

Leave a comment