[DGI FESTIVAL 2016_PARADE] Selfish Bastard #1

SB Cover

Author : aitsil96

Category : PG15, Romance, Sad, Chapter

Main Cast : Kwon Ji Yong, Park Sandara

Author’s Note :

FF ini hasil remakedengan beberapa perubahan yang cukup besar di dalamnya dari judul FF yang sama dengan main cast yang berbeda yang sudah pernah saya post di blog lain. Kali ini saya juga menggunakan nama author baru. Main cast asli adalah Kwon Ji Yong dan Yong Na Ra. I’m not plagiator!

This is just my wild imagination. Don’t be a plagiator or reupload this FF without my permission. Don’t bash if you think my story isn’t perfect. Be a good reader, please. If you like to leave a comment, i really appreciate it. Thanks and happy reading all…

.

*perhatikan waktu karena alur maju mundur*

.

Summary         :

“Jika memang waktu bisa diulang, aku tak akan pernah hadir dalam kehidupannya. Aku terlalu tolol menyadari betapa berharganya gadis itu untuk aku rusak. Kini semua telah cacat, kehidupannya tak akan pernah sama lagi seperti dulu. Ini semua karena aku, karena jiwa bajingan egois sialan sepertiku yang terlalu pengecut untuk menghindarinya. Menghindari rasaku yang terlalu besar untuknya, gadisku.”

-Kwon Ji Yong-

“Luka yang ia torehkan sungguh sangat sempurna membekas bahkan hingga saat ini. Luka itu belum sembuh sepenuhnya, hanya mencoba untuk mengering walau aku telah bosan mengobatinya dengan segala cara yang memungkinkan. Rasa ini menyiksaku hingga ke dasar, menceburkanku menjadi manusia idiot yang tak pernah bisa melupakannya. Pria bajingan itu.”

-Park Sandara-

.

-PART 1-

.

Seoul, July 2012

Park Sandara. Gadis dengan rambut bergelombang cokelat sebahu. Mata hazelnya selalu berkedip indah saat menatap. Bibir merah muda, hidung yang mancung nan mungil, serta suara indahnya bagai mahakarya Tuhan yang layak Ia ciptakan di surga. Jangan lupakan pipi merona yang agak tembam namun menggemaskan. Kecantikan itu sungguh alami dan menguar dengan sendirinya meskipun dengan ia yang hanya menggunakan sweater kebesaran dan celana favoritnya, jeans.

Saat ini mereka sedang duduk di kafe. Mereka sering bertemu di tempat ini dan selalu menempati bagian sudut yang jaraknya tak jauh dari kaca luar yang langsung menghadap ke arah timur jalan utama serta taman yang dipenuhi bunga.Sebutlah itu sebagai tempat favorit mereka yang merupakan sepasang kekasih beberapa tahun belakangan.

Tidak, mereka ke sini bukan untuk kencan. Pria itu hanya datang untuk menemani gadisnya mengerjakan tugas kuliah yang harus dikumpulkan esok hari. Gadis itu memang sedikit ceroboh, bagaimana bisa ia lupa dengan tugas sastranya minggu lalu? Kemudian pagi tadi ia merengek meminta prianya datang untuk membantunya. Bukan meminta, memaksa adalah kata yang lebih tepat.

“Yak, Ji Yong! Kau akan terus menatapku dengan pandangan seperti itu, eoh? Tak bisakah kau membagi sedikit saja isi otakmu yang cemerlang itu untuk tugasku?”Dara membentak dengan sedikit menendang kaki Ji Yong yang saat ini tengah duduk di hadapannya.

“Itu tugasmu. Risikomu sendiri untuk menyelesaikannya, bodoh.” ucap Ji Yong dengan sedikit seringaian di bibirnya.

Ji Yong bukannya enggan untuk membantu Dara. Namun, ia hanya ingin sedikit bersenang-senang dengan menggoda gadisnya yang sedari tadi merajuk manja. Dara menghentakkan kaki dengan kesal seraya mencebik lalu menjulurkan lidahnya, segera menutup laptopnya yang dibiarkan menyala semenjak tiba di kafe ini. Ia menarik ponsel dan headphone kesayangannya untuk selanjutnya ia simpan dengan sembarangan di dalam tasnya. Dara hendak pergi ketika Ji Yong sedang tersenyum melihat tingkah kekanakannya.

Ji Yong segera menahan lengannya, “Hei, kau mau kemana?”

Dara melihat Ji Yong dengan tatapan tak sukanya, “Tentu saja pergi.”

Eodi?”

“Tak perlu tahu urusanku. Bukankah kau memang selalu tidak peduli padaku?”

“Dara-ya…”

“Permisi, ini pesanannya.” Pelayan tiba-tiba datang dengan nampan berisikan salad buah kesukaan Dara dan steak untuk Ji Yong. Wanita muda berseragam itu pergi dengan mata berbinar dan rona merah di pipinya setelah Ji Yong mengucapkan terima kasih dengan senyum khasnya. Senyum yang mampu membuat wanita meleleh hanya dengan sekali menatapnya.

“Kau! Berhenti tebar pesona!”Dara menunjuk muka pria itu setelah melepaskan lengannya yang ditahan oleh Ji Yong. Ia melihat dengan jelas bagaimana pelayan tadi terpesona. Tersipu maluakibat senyuman mematikan dari prianya. Mau tak mauDara harusmengakui bahwa prianya memang memiliki wajah menawan di atas rata-rata. Oh Tuhan, seberapa keras ia menyangkal pun, ia tidak akan dapat mengelak fakta sialan tersebut.

Kulit putih bersihnya, suara seksi yang dimiliki, serta tampang rupawan membuat wanita manapun rela melakukan hal gila untuk dapat berkencan dengannya. Tak perlu mengenalnya lebih dekat untuk tahu nilai plus dari pria yang digilai wanita ini. Cukup memandangnya dari jarak jauh, kau sudah bisa merasakan aura khasnya yang tak dapat disangkal oleh siapapun.

“Aku tidak menebarnya, pesonaku saja yang terlalu kuat sehingga keluar dengan sendirinya.”

Dara mendengus mendengarnya. Jawaban macam apa itu? Dasar pria narsis! Walaupun dalam hatiDara juga mengakui itu bukan kesalahan Ji Yong sepenuhnya. Siapa suruh ia punya tampang menawan, bukan? Ia segera mendudukan pantatnya di tempat semula serta membanting tas tepat di sebelahnya. Tak ingat dengan niatnya yang akan pergi tadi sebelum insiden tersipunya-pelayan-wanita-karena-kekasihnya terjadi.

Ji Yong menyeringai, menatap geli gadis di hadapannya. Walau dengan umurnya yang menginjak angka 21, Dara tetap kekanakan layaknya siswa sekolah menengah yang baru merasakan masa puber, “Kau tak jadi pergi?”

Dara yang hendak mengambil garpu untuk salad buahnya membeku seketika. Ia mengutuki dirinya yang tak dapat mengontrol rasa cemburu terhadap pria menawan yang sialan telah menjadi kekasihnya ini. Cemburu? Norak!Kau membabibuta karena seorang pelayan wanita yang baru saja lewat dan sama sekali tak kau kenali? Astaga! Park Sandara, kau memang harus mengakuinya.

“Cemburu?” ejek Ji Yong, “Kau tak perlu begitu. Risiko itu seharusnya sudah kau pertimbangkan secara matang saat kau memutuskan untuk menjadi kekasihku.”

“Yak!”Dara segera menginjak kaki Ji Yong sekuat tenaga. Lihat? Bahkan kaki indah gadis itu tak mau diam jika mulai digoda oleh Ji Yong. Ia tahu ia cemburu, sialan! Namun tak perlu kekasihnya itu berkoar di hadapannya juga, bukan? Aish, membuat malu saja.

Ji Yong merintih bagai pria lemah selagi Dara mengutuki diri sendiri yang terlalu kentara menunjukan perasannya,“Hei sudahlah, segera kau habiskan makan siangmu. Setelah itu, aku akan membantumu mengerjakan tugas.”

Shireo!”Dara mem-pout-kan bibirnya sembari menyedekapkan tangannya di depan dada.

“Kau yakin tidak ingin ini?” tanya Ji Yong dengan menunjuk mangkuk salad buah yang penuh mayonaisse di atasnya.

Dara terdiam, ragu dan malu ia rasakan sehingga tak satu pun kata yang mampu ia lontarkan.

“Baiklah, ini buatku saja.” ucap Ji Yong yang langsung mengambil garpu dan hendak menyantapnya.

“Hei, ini punyaku!”Dara segera menarik mangkuk itu dan melahap dengan satu tusukan garpu penuh ke dalam mulutnya. Biarlah ia dianggap tak tahu malu, yang pasti Dara memang tak bisa menolak makanan favoritnya, dan Ji Yong tahu itu.

Ji Yong mengulas senyum melihatnya, selalu seperti ini ketika mereka bertemu. Perdebatan menjadi bumbu yang amat kental di dalam hubungan mereka. Namun tenang saja, karena Ji Yong maupun Dara sudah terbiasa. Ini gaya mereka, dan mereka nyaman dengan itu.

*****

Kwon Ji Yong. Pria luar biasa menawan berumur 27 tahun dengan rahang lancip yang menyempurnakan penampilannya. Ia dikenal tegas dan tak main-main dengan keputusan yang ia buat, terlebih lagi dalam hubungan pekerjaan. Saat ini ia memiliki jabatan sebagai CEO sebuah perusahaan fashion yang sudah terkenal di Korea Selatan dan sekarang mulai merambah di beberapa negara lain, seperti Jepang, China, bahkan Amerika. Pria dengan sejuta kesempurnaan, kemampuan, dan yang pasti kekayaan.

Penampilan nyentrik dan modisnya memang membuat ia lebih mudah dikenali, ia rutin mengganti warna serta model rambutnya sesuai yang ia inginkan. Entah itu karena mood, atau untuk menunjang penampilannya sehari-hari. Membuatnya terlihat selalu fresh. Yang jelas, pria setinggi 177 cm ini unik dengan fashion yang selalu menawan di setiap kesempatan. Terlebih lagi, beberapa bulan belakangan sorot media tertuju ke arahnya. Fashion itu pun seperti pelengkap untuk penampilan sempurnanya di media.

Ji Yong sekarang dikenal sebagai pria muda berbakat, tampan, dan kaya yang sukses sebagai pengusaha fashion. Beberapa kali wajahnya menghiasi sampul majalah bisnis dengan beberapa wawancara seputar kehidupannya dengan dunia fashion. Rancangan busananya bahkan sudah mendunia, ada pula beberapa rancangannya yang digunakan artis mancanegara. Tentu ia bekerja keras untuk mendapatkan itu semua. Ia bahkan menargetkan kesuksesan di usia yang tergolong muda. Ji Yong berhasil untuk targetnya, dan itu semua tak lepas dari kehadiran Dara yang membuat ia terasa lebih hidup dari sebelumnya.

Kau tentu penasaran dengan bagaimana pertemuan pasangan ini, bukan? Jangan harapkan kesan manis yang didapat seperti pasangan lainnya. Pertemuan mereka bahkan membuat Dara menghindari segala ingatan saat pertama kali mereka bertemu. Saat itu Ji Yong berusia 22 dan sedang menjalani masa-masa akhir kuliahnya di salah satu universitas ternama Korea Selatan. Sedangkan Dara masih di tingkat sekolah menengah, berusia 16 tahun.

*****

Seoul, February 2007

Hari masih siang saat Dara melangkahkan kakinya ke mall yang terletak di pusat kota. Ia sengaja mangkir dari pelajaran sejarah yang membuatnya bosan setengah mati. Sebenarnya ia ingin membawa serta Hye Jung, namun sahabatnya itu terlalu patuh terhadap aturan sehingga tidak menggubris permintaan Dara untuk bolos hari itu. Walaupun hanya tersisa satu pelajaran lagi, tapi Hye Jung tidak mau. Ia memang dikenal murid yang pintar, rajin, serta disiplin. Berbeda dengan Dara yang sepertinya sudah mulai menikmati dunia remaja dan kenakalannya. Ia ingin mencoba berbagai hal, salah satunya membolos dan pergi ke mall saat siswa yang lain sedang berada di kelas.

Langkahnya menuntun dengan pasti ke pusat perbelanjaan itu dan berhenti saat dirinya melihat ada sebuah cermin yang berdiri di dinding, di sebelah toko baju yang sedang ramai pengunjung. Ia mematut dirinya, menyelipkan anak rambut ke daun telinganya serta mengencangkan kuciran rambut asalnya. Seragamnya telah berganti menjadi kemeja merah kotak-kotak serta celana jeans biru.Ia telah mengganti pakaian di toilet sekolah dan kabur lewat jalan belakang yang memang selalu sepi. Dara bisa leluasa menyelinapdan meminta Hye Jung untuk mengatakan pada guru bahwa ia pulang karena sakit.

Gadis itu tersenyum karena rencananya berakhir sukses. Ia sengaja membawa baju ganti karena semalam ia telah memikirkan ia akan mangkir pelajaran. Tak disangka, rencananya dilancarkan dan tak diberi hambatan berarti. Ia segera melangkahkan kakinya lagi lebih masuk ke dalam mall itu. Tujuannya adalah menonton film. Ya, ia akan ke bioskop sendirian, tak seperti biasanya yang ditemani oleh Hye Jung atau Jun Hyung, kakak lelakinya. Namun saat melewati salah satu foodcourt, ia menoleh dengan tampang lugunya. Perut Dara berbunyi, tak bisa berkompromi. Ia butuh makan siang.

Ia memutuskan untuk menunda keinginan menonton film incarannya dan duduk di salah satu meja foodcourt. Tempatnya sangat nyaman dengan warna hijau mendominasi, terlihat dari berbagai macam hiasan dan properti, seperti meja dan kursi yang ia tempati saat ini. Dara tadi telah memesan pancake dan jus lemon, tak lupa juga memesan salad buah penuh mayonaisse kesukaannya. Seraya menunggu pesanan makanannya datang, ia menyeruput jus lemon yang terlebih dahulu disuguhkan pelayan. Dara mengeluarkan ponsel dan mulai mengecek akun sosial medianya.

“Eun Mi-ya, kau cantik sekali hari ini.”

Dara tersedak mendengar ucapan pria yang berada di seberang meja dengan posisi memunggunginya. Gila, ia baru kali ini mendengar ucapan norak seperti itu, terlebih dari pria dewasa yang sekarang sedang menggenggam tangan wanita di hadapannya. Jika wanita yang lain akan merasa tersanjung dipuji seperti itu, maka lain halnya dengan Dara yang akan merasa risih. Terbukti dengan Dara yang saat ini tengah menatap aneh pasangan tersebut, sementara si wanita yang tadi dipanggil Eun Mi tersebut terlihat salah tingkah disertai munculnya rona merah di pipi.

“Sungguh menggelikan,” ujar Dara yang tak sadar menyuarakan isi pikirannya.

Wanita bernama Eun Mi itu tiba-tiba menolehkan tatapannya pada Dara. Tatapan itu mendelik dengan tajam. Tentu saja wanita itu menoleh, suara Dara saat berbicara tadi cukup jelas terdengar dalam radius beberapa meter. Pria menggelikan yang memunggungi Dara pun berbalik dan melihatnya terdiam dengan raut wajah panik. Pria itu bahkan bukan sekedar melihat, ia menatap tajam Dara dengan tatapan seperti mengatakan ‘Apa yang kau bilang barusan?’.

Dara yang panik segera menyeruput jus lemonnya dengan terburu, “Sungguh menggelikan, bagaimana bisa Hye Jung berkencan dengan Seung Ri? Yak, Hye Jung mungkin telah tertipu olehnya.”

Dara memaki ponselnya tersebut untuk menyembunyikan rasa malunya yang tertangkap basah mengumpat pada pasangan yang menurutnya aneh itu. Yak, kau harusnya tak menyuarakan pikiranmu bodoh! Ia jadi harus mengada-ada dengan alasan yang membawa serta nama temannya itu.

Ia hendak melihat bagaimana reaksi pasangan tersebut saat ini, namun pandangannya tertutupi oleh pelayan pria yang datang membawakan pesanan. Ia cukup bersyukur karena pelayan tersebut cukup lama menata hidangan serta mejanya. Saat pelayan itu pergi, Dara segera menundukan wajah, khawatir pasangan aneh tersebut masih memerhatikannya.

Dengan ragu, ia memandang pasangan tersebut yang saat ini memulai acara ‘suap-suapan’ dengan suara manja yang dibuat-buat. Membuat bulu kuduknya meremang akibat risih mendengar dan melihat gaya pacaran norak tersebut. Dara bergidik ngeri sekaligus lega di saat yang bersamaan. Pasangan itu tampaknya tidak memedulikannya lagi dan mulai asik sendiri dengan dunia mereka. Oh astaga, itu benar-benar lebih dari sekadar menggelikan, pikir Dara.

Setelah menghabiskan makan siang, Dara segera melangkah ke tempat tujuan awalnya, bioskop. Ia segera mengantri melihat banyaknya pengunjung yang cukup ramai hari itu. Dara mengedarkan pandangan ke sekeliling dan hampir tersedak melihat pasangan itu. Ya, pasangan aneh yang ditemuinya di foodcourt sekarang sedang ada di sini bersama Dara. Ah, mengapa mereka harus ada lagi? Menyebalkan. Dara yang tadinya ingin menonton film horor favoritnya, segera mengubah pikirannya untuk menonton film action yang kurang diminatinya.

Dara pernah mendengar dari Seung Ri, teman pria sekelasnya, bahwa ketika pasangan kencan dan pergi ke bioskop, maka kebanyakan dari mereka akan menonton film horor. Menurut Seung Ri, pria tak akan menyiakan kesempatan saat wanitanya menjerit histeris untuk memeluk, bahkan menciumnya. Dalihnya untuk melindungi, namun sebenarnya hanya untuk memanfaatkan kesempatan emas yang ada. Memikirkan itu membuat Dara mual, apalagi kalau harus membayangkan pasangan aneh itu melakukannya di bioskop. Oh tidak, ia mungkin mulai gila.

Akhirnya,ia memutuskan menonton film action. Kurang menarik menurutnya, karena Dara adalah penggemar berat film horor. Namun setidaknya ini jauh lebih baik dibandingkan ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk drama. Lupakan, lebih baik ia pulang saja. Apa menariknya film dengan penuh kepalsuan itu? Lebih baik menonton film berdarah-darah dibanding film yang kebanyakan mengumbar derai air mata bagi Dara.

Ia duduk di kursi paling atas, agak sudut namun hanya ini yang tersisa. Dara tak suka duduk di depan, karena ia bisa pegal leher dan mata untuk menonton. Dengan tingginya yang hanya 160 cm, ia harus mendongak lebih tinggi. Dara memang tercipta mungil. Sesuai dengan wajahnya yang imut, ia terlihat menggemaskan karenanya.

Dua bangku di sampingnya kosong, Dara duduk di kursi ketiga paling pojok. Ah, leganya ketika kursi di sampingnya kosong, terasa lebih leluasa bagi Dara. Namun keleluasaan Dara lenyap tak berbekas ketika wajahnya mendongak melihat dua orang datang menghampirinya.

“Permisi,” itu suara pria menggelikan yang menatapnya di foodcourt, ia datang bersama pasangannya, Eun Mi. Mereka bertiga sontak terkejut dengan kejadian ini, tak menyangka akan bertemu lagi di sini. Terlebih lagi bagi Dara yang telah merelakan film favoritnya untuk menghindari pasangan ini. Oh Tuhan, inikah hari sial baginya?

Dara sedikit menarik kakinya ke dalam untuk memberikan jalan bagi pasangan itu. Ia tersenyum canggung dengan wajah yang agak menunduk. Ingin rasanya ia lenyap seketika saat itu juga. Rasa-rasanya ia lebih baik terjebak di dalam kelas dengan guru sejarah yang membosankan daripada berada di sini. Ia menyesal. Sangat menyesal. Berbagai kalimat andai berseliweran di benaknya. Andai ia tak bolos sekolah, andai ia langsung masuk ke bioskop saja setelah berada di mall, dan andai-andai yang lainnya.

 “Biar aku yang di pojok,” seru Eun Mi tegas sembari menatap tak suka pada Dara.

Gadis itu memutar bola matanya malas. Lebih baik ia pulang saja kalau tahu akan begini. Pria pasangan Eun Mi duduk di samping Dara, kemudian tak sengaja menindih tangannya yang sedang berada di pegangan kursi. Dara tentu saja kaget dan langsung menarik tangannya, begitu juga pria itu yang menatapnyasama kagetnya.

“Ji Yong-ah, aku ingin popcorn.” rengek Eun Mi pada pria teman kencannya.

Oh namanya Ji Yong, pikir Dara. Jika diingat kembali, tangan pria itu sangat halus dan bersih seputih susu, bagaimana bisa tangan pria itu diciptakan dengan begitu indahnya? Bahkan mungkin punyanya saja tak begitu. Namun hei, apa urusannya denganmu, Dara? Sadarlah! Itu sungguh pikiran yang tak berguna.

Film pun dimulai setelah pasangan yang menurut Dara aneh itu membeli popcorn. Dimulai dengan adegan perang antar dua kubu pada zaman kerajaan Romawi kuno. Ya, setidaknya film ini bisa memulihkan pikiran-pikiran penat Dara, namun pasangan di sebelahnya ini mengganggu. Sangat mengganggu. Mereka mengobrol dan cekikikan sepanjang awal film diputar, membahas hal-hal yang tak penting.

Untuk apa mereka ke bioskop jika ingin mengobrol? Dengan diam di foodcourt pun mereka bisa melakukannya. Ish, benar-benar pasangan aneh dan mengganggu. Tapi syukurlah cerita filmnya cukup bagus menurut Dara, ia tak terlalu menyesal berada di sini. Ia harus berkonsentrasi penuh agar gangguan dari sebelah bisa ia abaikan.Di pertengahan, tak terasa bioskop itu hening, hanya suara dari film yang terdengar. Dara melihat ke sekeliling, ternyata memang benar dugaannya bahwa mereka mulai serius menikmati jalannya film ini.

Ia merapikan lagi kunciran asalnya, dan tak sengaja melihat ke arah pasangan aneh yang sejak tadi telah berhenti berbicara. Ia melihat ada yang janggal. Pasalnya, pria bernama Ji Yong itu sedang mencondongkan tubuh dan wajahnya ke arah Eun Mi, mereka sangat dekat, tubuh Ji Yong menjauh dari samping Dara, sehingga Dara tak bisa melihat wajah Eun Mi dari pandangannya.

Apa mereka sedang mengobrol? Mengapa harus sedekat itu? Sementara Dara berpikir, suara-suara aneh terdengar dari arah Ji Yong dan Eun Mi. Dara yang mendengar itu menegakkan tubuhnya dan mulai menajamkan telinganya. Suara aneh itu, suara seperti… decapan? Dara memang tak pernah melakukan hal-hal ekstrimlayaknya remaja yang seusia dengannya, namun ia tahu banyak tentang hal seperti ini dari Seung Ri. Temannya itu memang banyak memberikan pengalaman cinta menjijikkan yang ia banggakan pada Dara. Suaranya semakin lama semakin jelas saja, membuat bulu kuduk Dara merinding. Apa mungkin mereka…?

Andwae!”

Tak sadar Dara menjerit, membuat hampir seluruh isi bioskop melihat ke arahnya. Dara mengutuki dirinya sendiri yang tak bisa mengontrol pikiran yang berkecamuk di benaknya. Ia menunduk untuk meminta maaf dan tersenyum canggung. Namun anehnya, penonton itu tak melihat ke arahnya, mereka mengalihkan tatapannya pada Ji Yong dan Eun Mi dengan pandangan terkejut dan juga… jijik? Ah entahlah, Dara hanya merasa malu pada dirinya sendiri di sepanjang sisa film berjalan.

*****

Film telah usai, Dara meregangkan badannya yang pegal setelah hampir dua jam penuh menghabiskan waktunya untuk duduk manis. Baru saja ia menggerakkan kepalanya, Ji Yong dan Eun Mi segera lewat di hadapannya untuk keluar dari bioskop. Saat melewati Dara, Ji Yong sempat melihat ke arahnya dengan tatapan tajam yang menyebalkan sebelum mengenakan kacamata hitamnya. Ada masalah apa pria itu? Pikir Dara.

Semakin dipikirkan, semakin ia menyadari bahwa pria itu sangat tampan, apalagi dengan kacamata hitam yang bertengger sempurna di hidungnya. Ia sangat keren dan menawan. Dan hey, apa lagi yang kau pikirkan saat ini? Pria itu sepertinya berusia cukup jauh dari Dara. Bagaimanapun juga, ia masih berstatus sebagai siswa yang berusia 16 tahun. Pria itu mungkin seperti paman baginya, ah atau mungkin… ahjussi? Ah, entahlah.

Dara mencoba untuk tak mempedulikan Ji Yong maupun Eun Mi yang terburu-buru untuk keluar dengan wajah menunduknya tersebut. Ia kemudian memeriksa ponselnya untuk melihat jam. Tak terasa hari sudah sore, ia harus segera pulang jika tak ingin diceramahi oleh kakak lelakinya yang cerewet itu.

“Kau melihatnya? Pasangan itu? Ah bibirnya sangat merah saat mereka menghentikannya,” terdengar suara wanita yang duduk di depannya. Dara yang hendak berdiri menghentikan gerakannya dan mulai tertarik untuk menguping.

“Pasangan di pojok itu? Wah, mereka pasti sering melakukan hal itu di bioskop. Pria itu juga sangat ahli sepertinya, dan jangan lupakan bahwa ia sangat tampan. Aku rela melakukan apapun untuk menjadi teman kencannya,” wanita satu lagi yang merupakan temannya menimpali dengan mata berbinar.

“Yak! Walaupun dengan tampang sempurna, mukamu seketika akan lenyap saat tertangkap basah berciuman dengannya di dalam bioskop.”

Dua wanita itu pun segera membereskan tasnya dan berjalan untuk keluar dari bioskop. Dara yang mendengarkan pembicaraan itu terkejut, tak menyangka dengan apa yang didengarnya barusan. Jadi, tadi pasangan itu… berciuman? Di sebelahnya? Suara-suara aneh itu juga…? Oh Tuhan, seharusnya tadi ia nonton film horor saja.

*****

Seoul, March 2007

“Dara-ya, kau masih memikirkan insiden di bioskop itu? Wah, pikiranmu sepertinya telah teracuni,” Hye Jung menggoda Dara yang sedang cemberut di mejanya. Dara duduk di samping Hye Jung, mereka teman sebangku.

“Hye Jung-ah,”Dara merengek, “Aku tak akan seperti ini kalau kau dan Jun Hyung oppa tidak bersekongkol dan memberi tahu eomma untuk memotong uang sakuku. Aish!” ia mengacak rambutnya frustasi.

“Dan kau harus tahu bahwa aku tidak memikirkan insiden dalam bioskop itu. Aku memikirkan insiden setelah aku pulang dari bioskop,”Dara menambahkan dengan jari telunjuk mengarah tepat pada muka Hye Jung.

Setelah pulang dari bioskop hari itu, ia disambut dengan berbagai pertanyaan dari Jun Hyung. Ya, Jun Hyung mengetahui Dara bolos karena saat ia menunggu di parkiran sekolah Dara untuk menjemput, gadis itu tak kunjung datang. Ia pun bertanya pada Hye Jung dan sahabatnya itu tidak mempunyai pilihan untuk tidak jujur pada Jun Hyung.

Kakak lelakinya itu segera memberi tahu ibu mereka dan berakhir dengan keputusan pemotongan uang saku Dara selama sebulan. Tadinya konsekuensi itu akan berjalan selama satu minggu, namun Jun Hyung memprovokasi. Kakaknya itu super duper menyebalkan sekaligus cerewet, ia seperti ahjumma menurut Dara. Ah, saat ini ia benar-benar benci pada kakak lelakinya.

“Hei, aku tak punya pilihan lain. Sudah ku bilang untuk tidak pergi, kau saja yang tidak mendengarku.”

“Kau harusnya memberi alasan lain Hye Jung-ah. Lagi pula aku tidak tahu kalau Jun Hyung oppa akan menjemputku. Astaga, aku benar-benar sial sekali pada hari itu.”Dara menutup muka dengan kedua telapak tangannya. Ia benar-benar menyesal bolos sekolah.

“Setidaknya kau mendapat pembelajaran mengesankan saat di bioskop.”

“Yak!”Dara membentak Hye Jung untuk menutup mulut murahannya itu. Hye Jung malah cekikikan karenanya, ia masih tak menyangka kalau ada pasangan yang berciuman di samping Dara, dan parahnya gadis itu yang membuat pasangan tersebut tertangkap basah. Oh Tuhan, betapa sialnya Dara hari itu.

“Memang ada pembelajaran apa di bioskop?” Seung Ri muncul tiba-tiba di depan Dara dan Hye Jung.

“Lupakan, aku sedang malas membahas apapun.”

Hye Jung hanya angkat bahu ketika Dara sudah mulai kesal begitu. Seung Ri yang biasanya merecoki pun kembali ke bangkunya. Lebih baik ia menutup mulutnya dibanding harus berurusan dengan Dara yang bermasalah dengan amarahnya yang tidak stabil dan sering membludak itu.

“Kau tahu Hye Jung-ah? Hari ini akan ada kunjungan rutin dari perguruan tinggi.” Seung Ri yang duduk di belakang Hye Jung memulai percakapan.

Ne, aku sudah tahu Seung Ri-ah, woah aku tak sabar ingin melihat para mahasiswanya. Pasti mereka sangat menawan,” Hye Jung berbicara dengan semangat dan langsung merapikan rambut terurainya. Ia memang sangat menanti kedatangan kunjungan perguruan tinggi yang rutin diadakan tiap tahunnya. Ini diadakan untuk memperkenalkan para siswa tentang kehidupan nanti saat kuliah.

Guru Kang tiba-tiba masuk dan mengatakan bahwa ini saatnya kunjungan perguruan tinggi menghampiri kelas mereka. “Hari ini adalah kunjungan rutin. Aku harap kalian memperhatikan penjelasan yang akan disampaikan di depan. Silakan,”guru Kang mempersilahkan seorang mahasiswa masuk untuk mempresentasikan kehidupan perguruan tingginya, sementara ia segera keluar kelas.

Semua pandangan dari makhluk yang bernama perempuan di kelas itu tertuju pada seseorang yang baru saja berhenti di depan kelas untuk menyiapkan laptopnya. Pria itu, mahasiswa dengan rambut blonde mohawknya yang sangat amat menawan. Ia tampil mengenakan kemeja putih serta dasi merah bermotif ditumpuk dengan cardigan hijau, dipadupadankan dengan celana jeans dan sepatu oxford membuatnya tampil unik sekaligus enerjik.Membuat oksigen bagi perempuan di kelas ini seperti lenyap hanya dengan sekali melihatnya.

Terkecuali Dara, yang sedang menunduk di meja dengan wajah bersembunyi dalam dekapan tangannya. Rasanya ia ingin pulang saja dengan segera, mood nya hari ini sedang tidak baik. Sangat tidak baik.Sementara pria yang sedang berdiri di depan itu kini tersenyum dan membuat perempuan seisi kelas hampir histeris. Sungguh beruntung kelas yang hari ini mendapat kunjungan dari mahasiswa rupawan. Ia menarik lengan bajunya hingga siku, mulai membuka folder yang akan ia gunakan untuk presentasi. Setelah semuanya siap, ia maju satu langkah.

“Selamat pagi semuanya. Perkenalkan, aku Ji Yong. Kwon Ji Yong. Mahasiswa tingkat akhir jurusan desain mode.”

Dara yang masih bertahan dengan posisinya mulai menajamkan telinganya mendengar ucapan pria yang belum ia lihat sedari tadi. Rasanya tadi ia mendengar kata yang cukup familiar. Alih-alih menggubris, Daramalah memejamkan matanya semakin dalam.

“Hei kau! Tidak bisakah kau tidak tidur di kelas?”

Itu suara Ji Yong yang menegur Dara. Apa-apaan ini? Bagaimana bisa seorang siswa tidur di saat siswa lain memperhatikan presentasinya dengan wajah berbinar?

Dara yang mendengar itu mengerutkan dahinya. Apa mungkin ia yang ditegur? Konsentrasinya benar-benar sedang payah. Sikutan dari Hye Jung membangunkannya seketika ke posisi tegak. Kini seseorang telah berdiri di samping mejanya, Dara yang tersentak mengerjapkan mata dan membiasakan cahaya yang masuk di sekitarnya. Ia kemudian mendongak untuk melihat orang tersebut. Tak sampai sedetik hingga mereka bertatapan dan menyadari situasi tak waras ini.

Ahjussi mesum?” itu kata yang Dara lontarkan sehingga membuat seisi kelas membelalak kaget, terlebih Ji Yong yang sedang menatapnya dengan pandangan membunuh.

.

To be continued

.

 

52 thoughts on “[DGI FESTIVAL 2016_PARADE] Selfish Bastard #1

  1. “Ahjussi mesum?” 😂😂😂😂 apa apaan itu dara.. mau mati ya?

    Authornya keren tp sayang waktu baca note sebelumnya, ff ini dibuat dg cast cewenya si yoona.. jadi aku malah byangin yoona bukan dara.

    Nyesel baca notenya😢
    Semangat bikin ff daragon lainnya unnie 😗
    Fighting!

  2. Kerennn ahh ceritanyaa. Tiba-tiba jadi kepikiran film Goblin yang umurnya kan jauh banget tuh😂 mian karena baru bisa baca sekarang.

Leave a comment