FAULT IT’S TRUE – Berbaikan [Chap. 28]

Author : Zhie / @Zhiedara44

Main Cast  : Park Sandara (25 Th) , Kwon Jiyong (25 Th)

Support Cast  : Kim Jin Ah (25 Th) , Kim Jaejoong (26 Th),  Choi Seung Hyun (27 Th), Park Bom (29 Th), Park Sang Hyun (18 Th)

 

Met Sore semua ^.^/

Lama??? 

Mian, moga masih ada yang berkenan baca.

So, happy reading!!! 🙂

~~~

“Biarkan aku bicara,”… “Dan tolong kali ini jangan lagi menghindar.”

Deg

Dara pun menurutinya, membalas tatapan lekat Jiyong yang kini tertuju padanya.

Mianhe-” ucap Jiyong tertahan seolah ia masih merangkai kata yang pas untuk mengutarakannya. Itu membuat keadaan menjadi hening, sementara Dara masih diam menunggu Jiyong untuk melanjutkan ucapannya dan Jiyong pun menghela nafas sebelum akhirnya ia kembali membuka suara… “Mianhe, Dara. Mian atas semua yang telah terjadi entah itu mengenai perlakukanku padamu ataupun ucapanku yang pastinya menyakitimu, aku tidak menyangka kau akan semarah itu.” ucap Jiyong kemudian menyesali semuanya, “Aku harusnya dapat sedikit mengontrol emosiku, karena pada akhirnya itu membuatku selalu mengucapkan hal-hal yang buruk… aku pikir kau akan bisa memakluminya seperti biasa tapi aku tahu, aku sudah sangat keterlaluan kan? Dan aku menyesal karenanya, jadi mianhejeongmal mianhe.” Sekali lagi Jiyong mengulang permintaan maafnya, ia telah benar-benar berusaha keras untuk dapat mengungkapkannya dengan benar tanpa ada lagi ada kesalahan atau pun gangguan karena Jiyong telah sangat lelah… bertengkar dengan Dara, membuat pikirannya selalu merasa tak tenang.

Dara Pov

Aku masih diam mengamati Jiyong, namun kini aku dapat dengan jelas melihat bagaimana dia kali ini terlihat sangat tulus mengatakannya. Aku pun menghela nafas panjang…

“Aku hanya ingin kau lebih menjaga perasaanku Ji, dan dengarkanlah penjelasanku lebih dulu jika memang ada sesuatu yang mengusikmu lalu tolong… percaya padaku, aku tahu bagaimana memposisikan diri dan menempatkan diri karena aku tak mungkin bertindak atau melakukan sesuatu yang akan merusak namaku ataupun nama besar keluargamu. Jadi… jangan takutkan itu, dan berhenti menganggapku seperti wanita jalang… aku bukan seperti ladang yang setelah kau tanam benih dan mengambil hasilnya lalu kau dapat memindah tangankanku begitu saja aku-“

“Tunggu!” Jiyong seketika menghentikanku dan memperhatikanku tajam, “Apa maksudmu dengan seperti ladang? Dan memindah tangankanmu? Aku tidak mengerti Dara.”

“Kau mengerti Ji, kau dengan jelas mengerti… aku hanyalah wanita yang tanpa sengaja mengandung anakmu dan yah aku akui, aku akan menerima imbalan karenanya, tapi bukan berarti semua yang kulakukan hanya untuk itu… jadi jangan lagi memanfaatkanku seolah-olah aku adalah wanita yang mudah, wanita yang dapat melupakan segalanya bila ia sudah di diberi uang atau berlian.”

Mwo?” Jiyong mendesis… “Dara. Aku tak pernah berpikir seperti itu, walau kita bermula dari kesalahan lalu berlanjut dengan perjanjian tapi aku menghormatimu dan lagi aku bahkan tak berpikir untuk memindah tangankanmu atau apalah itu.”

“Tapi Donghae bilang–”

“Donghae?” sergahnya cepat, “Maksudmu Lee Donghae?” tanyanya tajam.

Aku seketika mengalihkan pandanganku darinya– tak menjawab. Jiyong menggeram kesal,“Shit!”… “Kau dengan jelas mengatakan bahwa aku harusnya percaya dan mendengarkan penjelasanmu lebih dulu, lalu apa ini? Kau tak mempercayaiku? Kau lebih percaya dengan Donghae dari pada aku? Kau menelan begitu mudah apa saja yang ia katakan hah? Kau- argh!”

Terlihat Jiyong berusaha keras untuk menahan emosinya. Ia tak lagi memandangku kali ini dan aku lah yang merasa tak enak sekarang.

Sigh.

Aku sekilas kembali menatapnya yang kini memandang jauh keluar jendela. Jiyong benar. Bukankah justru aku sekarang yang egois? Aku memintanya untuk mendengarkanku tapi nyatanya aku malah yang tak mendengarkannya. Aku semakin tertunduk dan kembali menghela nafas panjang, Ottoke?  

~~~

Dara masih berpikir keras untuk dapat mencairkan suasana saat Jiyong tiba-tiba kembali membuka suara.

“Dara.”

Ne?” Dara mendongak cepat, kembali melihat Jiyong yang masih memunggunginya.

“Aku tak sebrengsek itu.” ucap Jiyong kemudian, “Aku tak tahu sejauh mana Donghae mempengaruhimu namun saat aku menyadari jika aku melakukan sesuatu yang buruk dan aku minta maaf karenanya, lalu entah itu hanya berupa ungkapan atau pun hingga memberikan hadiah… itu semua kulakukan dengan tulus, bukan dengan maksud untuk merendahkan atau pun sejenisnya.”

“Ah. Ne, Ji.”

“Kau harusnya tak mendengarkannya.” ucap Jiyong lagi masih tak melihatnya.

Mian.”

“Aku yakin Donghae akan bertepuk tangan dan bersorak bila melihat kita seperti ini Dara.” tambahnya.

“…”

“Dan kau juga–”

Deg

Jiyong tak mampu lagi mengungkapkan kekesalannya saat ia berbalik dan melihat Dara yang kini justru memasang wajah menyesalnya… ia tidak mengerti, karena itu semakin membuat ia merasa buruk sekarang. Jiyong pun mendekati Dara dan kini mereka saling berhadapan, kembali menatap lekat satu sama lain.

“Kita sudahi saja.” lanjut Jiyong membuat Dara tak percaya.

“Sudahi? Kita?” ulang Dara.

Namun Jiyong seketika menggelengkan kepalanya cepat tahu bahwa Dara menganggap salah maksudnya, “Ah. Anianio… maksudku sesi permintaan maaf ini, kita hanya sama-sama tak saling mendengarkan jadi–” Jiyong kembali tak melanjutkan ucapannya saat melihat Dara yang kini menahan tawa, “Wae?”

Ani. Hanya saja, entah kenapa melihatmu berusaha keras menjelaskan segalanya… itu- lucu.”

Jiyong berdecak, “Aku sedang serius dan kau malah menertawakanku?” ucap Jiyong kini melipatkan kedua tangannya di dada- kesal.

Dara seketika menghentikan tawanya, “Maaf. Aku tak bermaksud-“

“Sudahlah.” Jiyong kembali memotongnya cepat, “Jangan lagi mengatakan maaf, karena intinya kita telah berbaikan sekarang dan jangan lagi mendiamkanku, ne.

Wae? Bukannya kau lebih suka aku diam dan tak mengganggumu seperti biasa.” cuap Dara kali ini kembali pada mood cerewetnya.

“Yah. Kupikir begitu tapi nyatanya kediamanmu lebih menggangguku Dara.”

Dara pun terkekeh, “Kupikir kau kini telah terbiasa dengan celotehanku Ji, dan tunggu… apa mungkin kau rindu? Kau rindu aku berbicara denganmu? Kau pasti merasa kesepian saat itu dan kau–”

“Sssttt.” Jiyong tiba-tiba menarik pinggang Dara, menghilangkan jarak di antara mereka… “Jangan bicara lagi.”

Dara menatap Jiyong heran kali ini, “Baru tadi kau bilang agar aku tak lagi mendiamkanmu. Lalu apa ini… kau ingin aku tak bicara lagi?” Dara pun mendengus, “Aneh.” gumamnya.

“Bukan, maksudku…” Jiyong seperti sengaja menggantung ucapannya, dan mengambil sesuatu di saku jasnya. Dara hanya memperhatikannya, dan…

Eh?

Sekali lagi Jiyong mengejutkannya, Jiyong memakaikan sebuah kalung dengan liontin bunga daisy yang waktu itu menjadi pemicu kemarahannya… “Ini–”

“Permintaan maafku.”

Deg

Ucapan Jiyong yang singkat itu mampu membuat dada Dara kembali berdetak lebih cepat, ketulusan yang sangat dalam terlihat di sana. Dara tak bisa menahan hatinya yang kini membuncah, terharu, senang, bahagia… semua rasa menjadi satu karenanya.

Jiyong Pov

Aku kembali menjaga jarak dari Dara dan berdehem saat Dara tak juga mengatakan apapun, apa ini kembali membuatnya tersinggung? pikirku dan berharap aku salah, karena semenjak pertengkaran kami entah kenapa aku selalu membawa kalung itu bersamaku. Walau aku memesan dan membeli kalung itu asal, tapi saat pertama kali melihatnya… aku hanya berpikir kalung itu sangat cocok untuk Dara dan lagi itu indah– semakin terlihat indah saat Dara kini telah memakainya. EH? Apa yang kupikirkan?

“Kau-“… “Suka?” tanyaku akhirnya.

Dara yang masih memperhatikan kalung itu yang kini bertengger di lehernya pun kembali mengangkat wajahnya– melihat ke arahku. Lama ia tak memberi tanggapan hingga kemudian ia pun mengangguk lemah.

Aku tersenyum dan bernapas lega, “Syukurlah.”

“Tapi Ji, ini bukannya berlebihan… kau tidak perlu memberikan apapun jika hanya untuk meminta maaf, aku–”

“Aku tahu Dara, aku tahu kau tak membutuhkannya… tapi aku ingin memberikan kalung itu untukmu, selain sebagai permintaan maaf anggap saja itu sebagai hadiah dariku.” ucapku kini meyakinkannya agar mau menerimanya.

“Hadiah? Untuk?” tanyanya yang kutahu ia tak kan pernah puas untuk bertanya.

Aku pun berpikir sejenak dan menatap dirinya dengan seksama, “Untuk ketersediaanmu mengandung anakku, Dara dan terima kasih untuk itu.”… “Terima kasih.” jawabku akhirnya, benar-benar dari lubuk hatiku yang terdalam… karena bagaimana pun ia telah mengorbankan dirinya untuk mengandung anakku sekarang.

~~~

Kini Dara tak mampu lagi berkata-kata, yang ia tahu ia hanya ingin menangis… apa yang ia dengar saat Jiyong mengucapkan terima kasih padanya- itu sudah lebih dari cukup untuknya, mungkin selama ini ia masih tak mengerti apa yang membuat ia bisa mencintai namja di hadapannya namun kini Dara sangat jelas mengerti- Jiyong adalah pria yang penuh ketulusan dan penuh perhatian, walaupun itu semua tersembunyi dibalik sikap dingin bahkan sikap acuhnya… tapi hal-hal kecil yang ditunjukkan Jiyong padanya sudah dapat membuatnya melihat bagaimana Jiyong sesungguhnya.

“Jiyong– Kwon Jiyong, Aku jatuh cinta dengannya. Aku benar-benar mencintainya.” batin Dara tak mampu lagi untuk mengelaknya.

“Yap. Bukankah kita kini sudah berbaikan?” Jiyong kembali memecah keheningan.

Dara tersadar, dan menghapus setetes air matanya yang sempat jatuh… beruntung baginya Jiyong tak menyadarinya, “Mmm.. yah.”

“Ok. Masalah kita selesai, pertengkaran kita selesai lalu mari kita tidur, karena jujur aku ada pertemuan sangat pagi besok.” ucap Jiyong seraya membuka jas nya dan menaruhnya begitu saja di kursi meja rias.

Dara yang memperhatikannya pun dengan segera mengambil kembali jas Jiyong yang ditaruhnya begitu saja dan mengantungkannya di tempatnya, itu tanpa sadar menjadi kebiasaan… Dara bahkan tak lagi mengeluh bila tak jarang Jiyong membuat apartemen mereka, khususnya ruang tengah dan ruang kerja bahkan kamar menjadi sangat berantakan dengan berkas-berkasnya, Dara akan dengan cepat kembali membersihkan dan membereskannya… “Kau ingin mandi air hangat sebelum tidur Ji?” tanyanya saat melihat Jiyong yang kini menuju kamar mandi dengan sebuah handuk di tangannya.

“Tidak. Aku hanya akan mencuci muka.” jawab Jiyong kemudian.

“Baiklah aku akan menyiapkan baju tidurmu.” ucap Dara membuka lemari tapi gerakannya terhenti saat melihat Jiyong melangkah ke kamar mandi dengan santainya… “Ji.” panggilnya membuat Jiyong kembali menghentikan langkah.

Mwo?”

“Kakimu?”

“Ah. Kakiku? Kenapa kakiku? Kakiku-“

Deg

Jiyong seketika mengatupkan bibirnya. Dara menatapnya penuh selidik sekarang, “Bukankah itu tadi sangat sakit?”

Jiyong mengangguk cepat– membenarkan, “Yah! Tadi sakit sekali tapi sekarang lihat!” Jiyong menggerakkan pergelangan kakinya dengan lincah, “Sudah baikan. Berkatmu kan? Kau yang mengobatinya tadi.” lanjutnya cepat.

Dara masih menatapnya tajam, “Jadi tadi sakit?”

“Y– yah! Sangat sakit! Bahkan kau lihat itu bengkakkan? Jadi sudah pasti sakit.”

Dara pun mendekatinya, namun Jiyong tanpa sadar malah mundur saat Dara sudah akan kembali memeriksa pergelangan kakinya… “Wae?” tanya Dara tajam.

Anio. Hanya saja, apa yang akan kau lakukan?”

“Hanya memeriksanya sebentar.”

Ani, yang ada kau malah akan membuatnya sakit betulan nanti.”

Mwo?” Dara mengernyit.

Jiyong kembali menutup mulutnya rapat.

Dara pun mendesis, “Kau membohongiku hah?”

Anio. Aku… kakiku… betulan sakit tadi, kau lihatkan bagaimana bengkaknya?”

“Kau pikir aku akan percaya? Luka belum tentu berdarah Ji, dan bengkak belum tentu itu sakit. Kau pasti mengerjaiku lagi iyakan?” cuap Dara tak begitu saja percaya dan berusaha menendang ringan kaki Jiyong, tapi Jiyong dengan cepat menghindar.

“Apa yang kau lakukan?”

“Membuatnya betulan sakit.” jawab Dara masih berusaha menendangnya.

“YA! Jangan Dara! Anianio, aku akui aku sedikit berlebihan tadi… yah, hentikan… Dara.” Jiyong masih berusaha menghindar dan dengan cepat menuju kamar mandi namun belum sempat ia menutup pintunya Dara telah lebih dulu menyusul dan…

Sssshshhshhssssssssssssssssssss

“Oops.” Jiyong pun menjatuhkan shower kamar mandi yang ia pegang saat melihat Dara telah basah kuyup karenanya.

Dara pun menatap Jiyong penuh murka.

“Kau sepertinya perlu mandi sekarang.” ucap Jiyong lirih seraya dengan perlahan keluar dari kamar mandi dan menutup pintunya, namun sedetik kemudian…

“JIYOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOONG!!!” terdengar pekikkan Dara yang membahana– memecah keheningan malam, membuat Jiyong kini hanya bergidik membayangkan bagaimana kesalnya Dara… bersyukur kamarnya itu kedap suara, hingga tak mengganggu penghuni lain di rumah kakeknya.

“Woahh… bukankah itu sangat dingin? Sial. Aku kembali membuatnya marahkan? Ck ck… apakah suami istri memang selalu begini? Berbaikan dengan penuh perjuangan namun diakhiri kembali dengan tabuhan genderang perang. Argh!” Tak sanggup rasanya Jiyong membayangkan bagaimana bila Dara kembali mendiamkannya… “Apa yang kau lakukan, Ji? Pabbo!”

-TBC-

Nah, jadi baikan atau gak ini namanya??? Ke ke ke :v

Huft. Aku pribadi bersyukur gak munculin Jin Ah sebagai pengganggu di bab ini karena mo gak mo aku kudu nyiapin diri juga law sosoknya kembali hadir dan pastinya ngebuat aku pun jadi ikutan nyesek ntar ngetiknya. >.< 

So, gak lupa tuk ngucapin makasih untuk yang dah baca and yang dah sempetin comment… aq sekali lagi ucapin makasih banyak.

And last…

Ingatkan aku bila ada typo,

See You di part selanjutnya yang mudahan gak lama ^.~

&

Papay

-Zhie-

^.^/

.

11 thoughts on “FAULT IT’S TRUE – Berbaikan [Chap. 28]

  1. Aduh bang ji emang hidup lo kurang lengkap kali ye kalo gk berantem sama dara…..next ny d tunggu ya thor kalo bisa d percepat….hohohohohoho

    Fighting…..next ny jangan lama lama ya thor

Leave a comment