An Unexpected Love [Chapter 2]

An-Unexpected-Love

Author : Atyka Yoonique

Fb/twitter/blog : Atyka Ishmah Winahyu/@AtykaYoonique/atykayoonique.com

Genre : Romance, comedy.

Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong, Park Bom, Choi Seunghyun, Sullu, Jung Il Woo, etc.

~~~~~~~~~~~~~~

“Hey, come here baby” terdengar suara berat seorang namja yang sedang duduk di sofa. Ia melambaikan tangannya pada yeoja sexy yang sedang berjalan kearahnya seraya mengembangkan senyum menggoda di bibirnya. Yeoja itu membawa dua buah gelas wine ditangannya.

“You’re so sexy” goda namja itu kemudian beranjak dari duduknya dan meraih pinggang mungil yeoja itu.

“Hmm? Benarkah?” bisik sang yeoja di telinga namja itu.

“Kau benar-benar…..” namja itu kemudian menarik pinggang yeoja itu secara paksa.

“Yah, tunggu. Aku harus meletakkan winenya dulu,” ucap yeoja itu sambil terkekeh.

“Sh*t!” gumam namja itu sudah tak sabar.

BBBUUUKKKKK

Tiba-tiba yeoja itu kembali kehadapan namja itu dan mendorong si namja hingga mereka terjatuh keatas sofa yang berada tepat dibelakang namja itu.

“Oh, sh*t! You’re so f*cking….” ucap namja itu tanpa menyelesaikan ucapannya kemudian melahap bibir yeoja itu dengan laparnya. Tangannya yang bebas mulai meraba seluruh tubuh yeoja itu.

“Hmmpphh,” yeoja itu menggeliat diatas pangkuan si namja. Tangannya meremas rambut namja itu.

Hey, hey, hey
nan ni gomagae sum gyeo reul baet ji
igeon neo reul yu ok ha neun mae ssae ji
Turn it up loud, turn it up loud

Tiba-tiba handphone milik si namja yang tergeletak diatas meja berbunyi mengganggu mereka yang sedang asik bercumbu.

“Oh, sh*t! Siapa yang berani menggangguku disaat seperti ini!” teriak namja itu penuh emosi. Ia kemudian meraih handphonenya yang tergeletak di atas meja yang tepat berada disisi sofa. Dan kedua matanya melebar ketika melihat layar handphonenya.

 Sekertaris Kim is calling…

“Dasar sekertaris tidak berguna!” gumamnya. Ia mematikan panggilan dari Sekertaris Kim dan melempar benda itu kembali ke atas meja.

“Sorry babe, sekertarisku memang suka sekali mengganggu,” ucap namja itu sambil mencubit pipi si yeoja.

“Dia memang bodoh,” jawab yeoja itu cemberut.

“Iya, pengganggu yang bodoh,” ujar namja itu. Mereka berdua terkekeh. Kemudian si namja mulai melahap bibir yeoja itu lagi. Tangannya yang bebas segera mengeksplor tubuh sexy si yeoja.

“Ahh,” si yeoja mulai mendesah ketika namja itu menyentuh bagian sensitifnya.

Hey, hey, hey
nan ni gomagae sum gyeo reul baet ji
igeon neo reul yu ok ha neun mae ssae ji
Turn it up loud, turn it up loud          

 
“Ahhhh sekertaris bodoh! Kenapa ia tidak pernah mengerti?” dengan frustasi namja itu kembali meraih ponselnya yang tadi ia lempar diatas meja.

“Hallo, ada apa?” namja itu menjawab teleponnya dengan kasar.

“M… maafkan aku Tuan Choi. T..tapi, sahabat anda, Tuan Kwon mengalami kecelakaan,” ucap Sekertaris Kim.
“MWO? JINJA? JEONGMAL?” Ia berdiri dan tanpa sadar menjatuhkan yeoja yang sedang duduk dipangkuannya. Yeoja itu menggelinding di lantai kemudian merintih kesakitan.

“Ya! Namja Bodoh!” teriak yeoja itu.

“SHUT UP YOUR F*CKING MOUTH, YEOJA MURAHAN!” balas namja yang bernama Choi Seunghyun itu.

“APA KAU BILANG?” teriak yeoja itu tak terima. Namun teriakannya tak digubris lagi oleh Seunghyun. Namja itu telah siibuk dengan berita yang baru saja ia dengar.

“Dimana ia sekarang?” tanya Seunghyun pada sekertarisnya.

“Ia sekarang berada di Seoul Hospital, Tuan,” jawab Sekertaris Kim diseberang sana.

“Aku kesana sekarang,” ucap Seunghyun kemudian mematikan ponselnya dan bergegas pergi. Ia tak lagi peduli dengan keadaan yeoja yang telah ia jatuhkan ke lantai.

“YA! CHOI SEUNGHYUN! KAU MAU KEMANA!” teriak yeoja itu penuh amarah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Dara” panggil seorang namja yang juga mengenakan jas putih panjang sama dengan Dara.

“Ne?” Dara menghentikan langkahnya dan menoleh kearah namja itu.

“Apa kau sibuk? Bisa kita bicara sebentar?” tanya namja itu.

“Ah, mian Donghae Oppa. Aku sedang ada pasien yang harus segera kutangani. Mungkin kita bisa bicara nanti,” jawab Dara tergesa-gesa.

“Hmm, arraseo. Kha,” ucap Donghae terdengar sedikit kecewa.

“Annyeong,” ucap Dara sambil membungkukkan badannya dan kembali berlari kearah tempat pasien yang sedang menunggunya.

Donghae menghela nafas.

“Daraaaaa!” teriak seorang suster sembari berlari menuju arahnya.

“Wae?!” Dara bertanya dengan nada panik.

“Ppaaaliiii! Pasien ini benar-benar darurat. Ia sudah kehilangan banyak darah. Kami juga yakin tangan dan kakinya pasti ada yang patah. Tapi ia tidak kunjung berhenti mengamuk” suster itu menarik tangan Dara menuju ruang UGD

“KELUARKAN AKU DARI SINI!” teriak seorang namja dari dalam ruangan.

Dara segera berlari menghampirinya.

“Tuan, tolong tenanglah. Kami akan membantu tuan. Kami tidak akan mungkin menyakiti tuan jadi kumohon tenanglah,” ucap Dara sedikit panik.

“SUDAH KUBILANG AKU TIDAK BUTUH INI SEMUA!” teriak namja itu lagi.

“Tuan, anda butuh pertolongan kami. Tubuh tuan terluka parah. Tolonglah tenang sebentar. Jangan mempersulit tugas kami,” ucap Dara mencoba menenangkan namja itu.

“JANGAN SENTUH AKU! WANITA BODOH!” tiba-tiba tangan kanan namja itu mendorong Dara dengan sekuat tenaga.

“Aaaaaahhh!” Dara berteriak. Tubuhnya ambruk kebelakang.

“Dara!!” teriak beberapa perawat yang berada disana. Beberapa dari mereka membantu Dara berdiri.

“Terima kasih” ucap Dara. Ia kemudian segera berdiri dan mendekati namja yang terbaring diatas ranjang.

“Apa Tuan benar-benar merasa tidak membutuhkan pertolongan kami?” tanya Dara tiba-tiba. Kedua matanya menatap namja itu yang tidak lain adalah Jiyong.

“Dara, apa yang akan kau lakukan?” tanya salah satu perawat yang berada dibelakang Dara.

“Tolong diam sebentar, beri aku waktu untuk bicara padanya dan jangan lakukan apapun. Aku hanya akan melakukan apa yang ia inginkan” ucap Dara tegas. Suasana menjadi hening.

“Aku bertanya padamu tuan, apa tuan benar-benar merasa tidak membutuhkan pertolongan kami?” tanya Dara lagi. Wajahnya terlihat serius.

Jiyong hanya bisa terdiam mendengar perkataan Dara. Ia menatap yeoja itu dengan tatapan bingung.

“Jika tuan merasa tidak membutuhkan bantuan kami, kami akan menuruti keinginan tuan. Kami tidak akan memaksa,” ucap Dara lembut tapi tersirat ketegasan didalamnya. Tiba-tiba Dara berjalan kearah pintu dan membukanya lebar-lebar.

“Bagaimana, tuan? Tuan bisa pergi jika tuan menginginkannya. Silahkan, pintunya sudah terbuka,” lanjut Dara.

Dara kembali berjalan ke arah Jiyong. Ia terlihat akan mengatakan sesuatu.

“Teman-teman,” Dara mulai membuka suara. Terdengar ia menghela nafas berat sebelum melanjutkan kata-katanya.

“Kalian bisa pergi sekarang. Tuan ini tidak membutuhkan bantuan kalian. Jadi, silahkan kembali ke ruangan masing-masing. Terima kasih,” para perawat menatap Dara kebingungan.

“Kenapa kalian diam saja? Silahkan, kalian boleh kembali. Aku serius,” lanjut Dara meyakinkan para perawat bahwa ia benar-benar serius dengan perkataannya.

“Baik Dara, terima kasih. Kami kembali duluan. Selamat siang,” ucap salah seorang perawat sambil sedikit membungkukkan tubuhnya tanda memberi salam pada Dara. Tertulis Goo Hye Sun di emblem namanya.

“Iya, selamat siang Hye Sun. Selamat bertugas,” jawab Dara sembari membalas salam Hye Sun.

Satu persatu perawat mulai berjalan meninggalkan ruangan itu. Ada yang menatap Dara dengan tatapan tidak percaya. Namun, beberapa perawat tetap tersenyum sembari meninggalkan ruangan tidak terkecuali Hye Sun. Ia meninggalkan ruangan seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Jiyong P.O.V

“Teman-teman,” wanita itu mulai membuka suara. Aku bisa mendengarnya menghela nafas berat sebelum melanjutkan ucapannya.

“Kalian bisa pergi sekarang. Tuan ini tidak membutuhkan bantuan kalian. Jadi, silahkan kembali ke ruangan masing-masing. Terima kasih,” ucapnya terlihat serius.

“HAH? Apa wanita ini sudah gila?! Bagaimana bisa ada dokter seperti dia bekerja di rumah sakit sebagus ini? Rumah sakit terbaik di kota Seoul!” ucapku dalam hati. Aku sangat terkejut setelah  mendengarnya berkata seperti itu. Bagaimana bisa???

“A.. a..apa maksud semua ini?” tanyaku terheran-heran.

“Bukankah ini yang tuan inginkan? Kami hanya mengikuti keinginan Tuan. Ada yang salah?” ucapnya tenang. Seperti tidak ada yang aneh dengan apa yang saat ini sedang terjadi.

Ya, kupastikan dia adalah dokter GILA!

Aku hanya bisa terpana melihatnya membereskan barang-barangnya. Wanita cantik ini adalah seorang dokter gila?! Ya, dia cukup cantik menurutku. Wajahnya yang manis dan terlihat polos ternyata menyimpan kegilaan yang amat sangat tak terduga.

“Tuan, aku akan pergi sekarang. Banyak pasien lain yang sedang menungguku. Tuan bisa tinggalkan ruangan ini kapanpun tuan mau. Selamat siang, jaga dirimu baik-baik,” ucapnya ramah sembari tersenyum padaku. Dan mulai berjalan kearah pintu keluar.

Sungguh aku tak mengerti. Aku sedang terluka parah dan dokter ini meninggalkanku sendiri!!

Aku mencoba menggerakkan tubuhku perlahan. Aku mencoba untuk turun dari ranjang. Aku mencoba menahan rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhku. Perlahan aku turun dari ranjang.

“AAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHH” aku berteriak sekencang-kencangnya dan kudapati tubuhku telah tergeletak di lantai. Rasa sakit yang kurasakan semakin menjadi. Pengelihatanku mulai kabur.

“TOLONG AKU!” teriakanku menggema didalam ruangan. Tiba-tiba saja aku mengingat beberapa perawat didalam ruangan tadi memanggil dokter gila itu dengan sebutan Dara. Ya, Dara. Aku mengingatnya.

“TOLONG AKU, DARA! DARAAAAAAAAAA TOLONG AKU!” aku berteriak sejadi-jadinya memanggil nama dokter gila itu. Aku berharap ia mendengar teriakanku dan segera menolongku karena kini aku sudah tak bisa menahan rasa sakitku. Aku dapat merasakan air mengalir perlahan dari kelopak mataku. Pandanganku semakin kabur dan akhirnya hanya kegelapan menyelimutiku.

Dara P.O.V.

“Mianhae. Jeongmal mianhae,” ucapku lirih sambil menggenggam tangannya. Aku tau ia akan baik-baik saja karena tidak ada yang aneh pada tubuhnya selama proses operasi berlangsung. Hanya saja, aku masih merasa bersalah padanya karena kejadian beberapa jam lalu sebelum operasi dilaksanakan.

Flashback

“Tuan, aku akan pergi sekarang. Banyak pasien lain yang sedang menungguku. Tuan bisa tinggalkan ruangan ini kapanpun tuan mau. Selamat siang, jaga dirimu baik-baik,” ucapku sembari tersenyum padanya. Akupun mulai berjalan kearah pintu keluar.

Aku memperlambat langkahku menunggunya mengatakan sesuatu padaku. Namun, hingga aku mencapai pintu, ia tidak juga mengeluarkan suaranya. Aku mulai khawatir dengan apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Diam-diam aku bersembunyi dibalik pintu diluar ruangan UGD. Aku juga dapat melihat Hye Sun dan beberapa perawat yang tadi berada di dalam UGD sedang bersembunyi di ujung lorong menunggu pria itu membuka suaranya. Kami memang sengaja melakukan ini agar pria itu sadar bahwa ia membutuhkan pertolongan kami.

Hal ini sudah kami terapkan berkali-kali kepada pasien yang menolak untuk kami tolong dan akhirnya mereka sendiri yang meminta kami untuk menolongnya. Ada beberapa sebab yang membuat pasien-pasien ini berontak dan menolak untuk kami tolong. Beberapa diantaranya karena mereka frustasi dengan masalah yang sedang mereka hadapi dan ingin bunuh diri namun gagal sedangkan beberapa menolak kami tolong karena tidak memiliki biaya untuk membayar rumah sakit.

Tak lama kemudian aku mendengar sebuah benturan keras dan teriakan dari dalam UGD.

“AAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHH”

“TOLONG AKU!”

“TOLONG AKU, DARA! DARAAAAAAAAAA TOLONG AKU!”

Kudengar pria itu berteriak meminta tolong dan.. dan ia memanggil namaku.

Aku dan para perawat bergegas masuk kembali kedalam UGD. Kami menemukan pria itu tergeletak tak sadarkan diri diatas lantai.

“Tuaaan! Sadarlah Tuan! Tuan, aku disini!” aku menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Ia pasti terjatuh ketika berusaha turun dari tempat tidur. Aku melihat ada air mata mengalir dipipinya. Aigooo dia menangis!

“Segera siapkan peralatannya dan segera mulai operasinya,” ucapku hampir menangis karena merasa bersalah.

Flashback End

Aku menghela nafas berat dan menatap wajahnya sekali lagi. Entah kenapa aku merasa ia sedang dalam situasi yang sulit saat ini hanya dengan menatap wajahnya.

“Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf,” ucapku lagi. Tanganku tetap menggenggam tangannya. Berharap ia cepat sadar.

Tiba-tiba saja aku melihat matanya bergerak perlahan.

“Tuan,” bisikku.

Ia membuka matanya perlahan. Akhirnya ia sadar.

“Tuan, apa kau bisa mendengarku?” tanyaku lirih.

Ia hanya terdiam dan menatapku lekat.

“Tuan kau bisa mendengarku, kan?” aku bertanya lagi padanya.

Jiyong P.O.V.

“Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf,” sayup-sayup kudengar suara seorang yeoja. Kubuka mataku perlahan-lahan.

“Tuan,” kudengar suara yeoja itu lagi.

“Tuan, apa kau bisa mendengarku?” tanya yeoja itu lirih. Aku memalingkan wajahku untuk menatapnya. Ia tersenyum padaku. Ia adalah Dara, si dokter gila itu. Ia terlihat sangat letih. Aku tertegun sejenak menatap wajahnya.

“Tuan kau bisa mendengarku, kan?” tanyanya lagi padaku. Suaranya terdengar amat khawatir. Aku bisa merasakan tangan mungilnya yang halus sedang menggenggam tanganku.

“Kenapa kau meninggalkanku?” aku mulai mengeluarkan suara.

“Mwo?” ucapnya sedikit terkejut.

Bersambung…

Bagaimana pendapat kalian tentang chapter 2 ini? Mengecewakan? Kurang sesuatu? Atau bagaimana? Mian sudah membuat kalian menunggu lama *kayak ditungguin aja. Banyak hal yang harus author kerjakan jadi FF ini sedikit terbengkalai. Terima kasih untuk teman-teman yang setia membaca FF ini. Seperti biasa author harap kalian dengan senang hati bisa meninggalkan sepatah dua kata kritik dan saran bagi author. Kamsahamnida. Chuuuuuuuu :*

<<back   next>>

70 thoughts on “An Unexpected Love [Chapter 2]

  1. emg jiyong knapa?
    sampk harus d oprasi?

    wkwkwkw donghae kasian, siap2 aja patah hati xD

    tdinya gw kira yg sma top itu sulli hahahaha xD

  2. Omo!! jiyong oppa kecelakaan? oohh ternyata dara unnie dokter dong, berarti dara unnie cantik banget dong? 😍😍 bener kann? jiyong oppa aja bilang sendiri kalo dara unnie terlihat manis😄

Leave a comment