Let Me Know [ Chap. 3/4]

let me know

Author : Hanny Gdragon

Cast     : Sandara Park , G dragon, and other.

Genre : Romantic

“Deeee, tunggu aku” teriak Jiyong saat Dara meninggalkannya di parkiran. Ya kini Dara tidak mengendari mobilnya lagi, Jiyong dengan senang hati menjadi supir yang tanpa seizin dan semau Dara pun ia sangat siap sedia mengantar Dara kemana saja.

“Kau lelet, aku ada kelas. Jangan mengikutiku dan masuk kelasmu, jangan membolos” ucap Dara memerintah.

“Aiiigo, yeoja chinguku sangat galak, eung” goda Jiyong menatap genit pada Dara. Dara hanya merespon dengan putaran bola matanya.

“Baiklah, baiklah aku akan masuk. Sampai jumpa bebe” ucap Jiyong lalu dengan cepat mengecup pipi lembut Dara dan langsung berlari kabur. Takut takut yeojachingunya melemparkan sneakers merah padanya.

“Aiish bocah itu, mencuri-curi kesempatan saja. Dasar mesum” gerutu Dara, namun ia tersenyum dan rona merah muda menjalar pada pipinya.

~Kantin~

“Kau tidak bersama Jiyong?” tanya Bom yang heran karena baru kali ini Jiyong tak mengekor pada Dara.

“Molla” ucap Dara cuek.

“Aiissh, kau ini. Dia sudah menjadi namjachingumu Dee, kau harus lebih peka dan perhatian” ucap Bom menasehati Dara yang tak pernah memperhatikan balik pada Jiyong.

“Aku seperti ini Bomie, dan jika ia tak suka maka boleh tinggalkan aku” ucap Dara enteng membuat Top yang mendengarnya tersedak kopi americanonya.

“Dara-aah, Jiyong baru kali ini menyukai yeoja sampai seperti ini. Ku rasa ia bersungguh-sungguh padamu. jadi kumohon perhatikan dia juga” ucap Top dan Bom pun memberi dukungan dengan mengangguk.

“Arra. Aku akan menelefonnya” ucap Dara kalah dan ia men dial nomor Jiyong.

“Kau dimana? Kau tidak makan denganku? aku dan yang lain sedang di kantin” ucap Dara saat yang dihubunginya mengangkat telfonnya.

“Mianhae Dee, aku ada urusan sebentar jadi tak bisa menemanimu makan siang. Mian, tak apakan? Aku juga tak bisa mengantarmu pulang, bisakah kau di antar Top hyung aku akan memintanya agar mengantarmu” jelas Jiyong pada Dara. entah seperti sebuah cubitan kecil di hati Dara saat Jiyong mengatakan itu. Baru kali ini ia tidak bisa menemaninya makan, baru kali ini juga ia tak bisa mengantarnya pulang.

“Ne, jangan lupakan makan siangmu. Aku bisa pulang di antar Bom. Annnyeong” ucap Dara menyudahi percakapannya dengan namjachingu yang lebih muda darinya itu.

“Wae?” tanya Bom.

“Dia ada urusan. Bom antarkan aku pulang. Aku ingin cepat pulang” ucap Dara yang memang sudah tidak ada kelas lagi setelah jam makan siang. Bom pun mengangguk menyetujui permintaan Dara.

            Dara menatap jauh pada jendela mobil Bom. Fikirannya menerawang dan dipenuhi pertanyaan sosok Jiyong. Mungkinkah Jiyong sudah bosan dengannya hingga ini merupakan sikap awalnya menjauhi Dara? ah entah lah, Dara tidak ingin memikirkan hal yang tidak pasti seperti itu. Namun saat otak positifnya menyangkal hal negatif, matanya menunjukan hal lain. Ia mendapati sosok yang tadi di fikirannya sedang berbincang akrab dengan seorang yeoja yang cantik dan tipe Jiyong sekali. Mereka berbincang sangat akrab, tertawa dan kemudian mereka masuk mobil Jiyong dan melaju melawan arah kemana Dara pergi.

“Dee, ada apa?” tanya Bom saat melihat sahabatnya menolehkan kepalanya 90 derajat.

“aa-anni” ucap Dara dengan nada bergetar. Oh perasaan ini lagi, lagi-lagi terasa ada yang perih, iya perih melihatnya dengan yang lain. Benarkah Jiyongnya yang ia buka kan pintu hatinya itu melakukan ini semua padanya? Benarkah aku akan biasa saja ia meninggalkanku? Dara frustasi di fikirannya. Semua karena Jiyong, namjachingunya.

~ Keesokan Harinya~

“Yak!! Kau!!!” teriak Bom pada Jiyong yang sedang berbincang pada yeoja cantik yang kemarin di lihat Dara.

“Kau lupa janjimu, huh? kau menjauhi Dara? dan kau mulai mendekati bitch ini?” ucap Bom mendelik pada yeoja di sampingnya. Oh god, wajah Bom saat ia murka, mengerikan.

“Baby corn, tenanglah dulu” ucap Top menenangkan kekasihnya itu.

“Nuna, aku hanya ada urusan dengannya” ucap Jiyong dan meminta maaf pada yeoja itu. Dan yeoja itupun pamit pergi dari perdebatan mereka.

“Aiishhtt, aku murka. Kau bisa-bisanya bermesraan dengan yeoja lain sedangkan yeojachingumu sakit tak kau hiraukan, huh?” ucap Bom membuat Jiyong membelalakan matanya.

“Mwo? Dara sakit? Dia di mana nuna?” tanya Jiyong pada Bom yang sudah 100 persen tidak akan memberi tahunya.

“Dia ada di perpustakaan Ji. dia terserang flu sepertinya. Oh tubuhnya sangat rentan terkena sakit” jawab Top kemudian ia mendapat jitakan hebat di kepalanya dari yeojachingunya.

“mengapa kau memberi tahunya” gerutu Bom. Jiyong lalu bergegas menuju perpustakaan meninggalkan alien couple yang sedang bertengkar.

~Perpustakaan~

            Jiyong menghampiri sosok tubuh mungil yang tertidur diantara tumpukan buku-buku analisisnya. Jiyong menempelkan punggung tangannya pada kening Dara, hangat dan wajah Dara terlihat memerah.

“Dee, ayo kita ke rumah sakit, eng” ucap lembut Jiyong membangunkan Dara sambil mengelus lembut punggung mungil Dara.

“Ji?? sedang apa kau di sini? Kau tidak ada urusan dengan yeoja cantik itu hingga kau menunjukan sosokmu di hadapanku sekarang?” ucap dara tanpa jiyong mengerti maksudnya.

“Apa yang kau bicarakan Dee?” Jiyong tetap berbicara lembut pada Dara.

“Sudahlah, jika kau sudah bosan denganku silahkan tinggalkan aku dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku” ucap Dara lalu melangkah pergi namun di cegah oleh Jiyong. Jiyong menarik pergelangannya dengan erat. Hingga Dara merasakan perih di pergelangannya.

“Yak!! Lepaskan aku” ucap Dara sesekali memukul lengan Jiyong yang menggenggamnya kuat. Hingga ia tak terasa sudah berada di depan studio dan mereka memasuki studio yang berada di lantai bawah kampus mereka.

“Apa yang kau mau, huh. aku tak ada waktu untuk bermain-main” ucap Dara dingin, masih berusaha melepaskan genggaman Jiyong.

“Aku dan yeoja itu tidak ada hubungan apapun. Aku memang ada urusan dengannya. Ku mohon kau jangan salah mengerti dan berhenti membicarakan aku akan meninggalkanmu. Sampai matipun aku tidak berniat melakukan itu, dalam fikiranku pun tidak. Jadi berhentilah membicarakan hal bodoh itu” ucap Jiyong dengan nada penekanan di setiap kalimatnya, dengan lagi tatapan Jiyong yang tak Dara temukan kebohongan di dalam sana.

“Lepaskan, sakit” rintih Dara pada pergelangannya yang memerah karena Jiyong masih menggenggamnya kuat.

“Mianhae” ucap Jiyong lalu mengecup pergelangan Dara yang memerah karena genggamannya. Dara merasakan panas di wajahnya, rona merah terpancar di kedua pipinya.

“Aku berurusan dengan yeoja itu karena ini” ucap Jiyong sambil mengambil sesuatu di dalam tasnya. Sebuah kotak besar, seperti kotak sepatu.

“Bukalah” ucap Jiyong sambil tersenyum. Darapun membuka kotak itu dan sepatu converse keluaran baru dan dengan warna putih yang ia suka.

“Dan aku pun punya” ucap Jiyong sambil memamerkan sepatunya yang ia pakai. Converse hitam dengan model yang sama dan pastinya limited edition. (Horang kayah mah beda, kekeke).

“Aku membeli dari yeoja itu, karena ayahnya adalah perusahaan converse terbesar di korea” ucap Jiyong kembali meraih pergelangan Dara dan menciuminya lagi.

“Hentikan Ji, itu membuatku geli” ucap Dara sambil memukul kepala Jiyong. Membuat Jiyong mengelus kepalanya dan menatap Dara.

“Omo kau menangis? Apakah benar-benar sakit? Ayo kita kerumah sakit sekarang” ucap Jiyong pada Dara yang kini matanya sudah mengeluarkan butiran bening yang tak ingin Jiyong lihat. Jiyong akan menerjunkan dirinya jika ia membuat Dara menangis.

“Anni. Aku hanya emm terharu” ucap Dara kikuk sambil tersenyum manis pada namja yang khawatir karena dirinya menangis.

“Berjanjilah kau akan mempercayai jika aku, Kwon Jiyong hanya untuk Sandara Park” ucap Jiyong sambil mengelus lembut pipi Dara yang merona.

“Dan berjanjilah, kau akan tersenyum untukku dan hanya untukku, senyuman yang termanis” ucap Jiyong lagi kini menekan tengkuk leher Dara hingga bibir mereka menyatu. Entah bagi jiyong bibir Dara terasa sangat manis dan mempunyai magnet tersendiri hingga ia selalu ingin mencium Dara. oh man, Jiyong selalu ingin mencium Dara bahkan lebih.

**

            Hari-hari Dara kini lebih berbeda, ia semakin banyak kesal, jengkel, terganggu, merona, berdegup kencang, atau melayang. Dara merasakan itu dalam waktu yang bersamaan karena satu namja yang tidak lain adalah Kwon Jiyong, kekasihnya sekarang. Ia mulai terbiasa dengan sikap Jiyong yang selalu menguntit kemana ia pergi, Ia pun sudah belajar memahami bagaimana cara mencintai Jiyong, dan ia kini mengerti bahagia itu seperti apa.

“Dee, besok hubungan kita tepat satu bulan bagaimana jika kita rayakan ini? Kita belum merayakan apapun tentang hubungan kita” ucap Jiyong yang kepalanya berada di kedua paha Dara sambil membelai halus pipi Dara yang sibuk membaca.

“Ji, yang ku tahu perayaan hubungan itu jika menginjak satu tahun. Bukan bulan” ucap Dara tak mengalihkan pandangannya dari analisisnya.

“Tapi aku mau kita merayakannya Dee, lagi pula menunggu 1 tahun itu sangat lama. Aku mau kita merayakannya setiap bulan, kekeke. Jaebaaaaal” ucap Jiyong memohon dan mengambil buku analisis Dara membuat Dara menatapnya kini.

“Aish, kau ini kekanakan sekali. Baiklah terserah kau saja” jawab Dara berusaha meraih buku analisisnya yang masih di sita Jiyong.

“Yipiiiy, Dee,,” ucap Jiyong sambil memajukan bibirnya seperti paruh bebek, meminta kekasih kulkasnya(dingin) menciumnya.

“Kau gila, kembalikan buku Ji. palli” ucap Dara tak merespon permintaan Jiyong. Dan tidak menerima penolakan Jiyong akhirnya menarik tengkuk leher Dara membuat Dara tertunduk dan mencium bibir jiyong yang sudah maju beberapa centi dari normalnya.

“Yak!!!” protes Dara setelah itu.

“Kekeke, kau tahu kan aku tidak menerima penolakan apapun. Saranghae baby” ucap Jiyong bangun dari tidurnya di paha Dara lalu memeluk sosok yang sedang kesal padanya. Dara pun hanya tersenyum dengan tingkah dan sikap kekasihnya itu. Dia yang bisa membuat kekasihnya yang dingin bagai kulkas itu tersenyum merona merah seperti itu.

“Ji, lepaskan kita ada di tempat umum” ucap Dara saat mengetahui mereka ada di taman.

“Biarkan saja. biar semua orang melihat dan tahu bahwa Sandara Park hanya milik Kwon Jiyong. Atau kau mau kita ke apartemenku hingga kita bisa leluasa melakukan ini” ucap Jiyong nakal dan mendapatkan pukulan di punggungnya.

“Jangan coba-coba eoh” ucap Dara membuat Jiyong tertawa karena ketakutan kekasihnya.

“Baiklah baby. Aku jemput kau besok ne” ucap Jiyong melepaskan pelukannya dan menatap kekasihnya yang begitu manis dan cantik baginya itu.

“Ne” ucap Dara singat dan tersenyum.

“Aaahhh manisnyaaaaaa~” ucap Jiyong bodoh saat melihat senyum Dara bagai caramel dan dengan cepat Jiyong mengecup senyum caramelnya itu.

“Mian, aku tak bisa mengendalikanya jika melihat senyum caramel itu” ucap Jiyong sebelum kekasihnya itu mengomelinya atau memukul kepalanya.

“Aiishh, dasar mesum” ucap Dara memukul pelan dada bidang Jiyong. Membuat Jiyong terkekeh dengan sikap manis yang baru Dara tunjukan.

“Jika kau seperti itu, rasanya aku ingin memakanmu bulat-bulat Dee” ucap Jiyong lagi yang kini membuatnya mendapatkan jitakan maut.

~ Ke esokan harinya ~

“Kita akan kemana Ji?” tanya Dara saat mereka sudah dalam perjalanan.

“Molla, kekeke. Aku hanya ingin membuatmu senang” jawab Jiyong.

“Tch, kau ini” ucap Dara dan kini Dara hanya mengikuti kemana Jiyong membawanya pergi.

~Namsan Tower~

“Mengapa ini sangat sepi?” tanya Dara saat sampai di Namsan Tower dan mendapati tidak ada pengunjung satupun. Jiyong hanya tersenyum mendengar pertanyaan kekasihnya itu.

“Jangan katakan kau…” ucap Dara menggantung kalimatnya dan menelisik pada mata Jiyong dan kekasihnya itu hanya merespon dengan cengirannya yang mengartikan ia melakukannya, menyewa semua tempat ini agar kekasihnya itu nyaman.

“Jangan melakukan ini lagi Ji, aku tidak ingin”

“Dee, aku hanya ingin kau nyaman dan tidak ada yang mengganggu kita tentunya kekeke” ucap Jiyong memotong pembicaraan Dara.

“Huft, kau ini” pasrah Dara pada kekasihnya yang terlalu royal ini.

“baiklah pertama kita gantungkan ini, seperti pasangan-pasangan lain” ucap Jiyong memberikan gembok kecil lucu berlapis emas yang terukir namanya dan nama Dara di sana.

“Ji, aku mau melakukan itu tapi bukankah pasangan lain menggunakan gembok biasa bukan gembok yang kau pegang itu” ucap Dara dengan hati-hati, karena takut Jiyong tersinggung.

“Ini ku pakai begini saja” ucap Dara lagi dan membuat gembok kecil emas itu menjadi bandul di kalungnya.

“Dee, aku bisa membelikan kalung yang lebih mahal dari itu” ucap Jiyong menatap Dara. namun Dara hanya tersenyum melihat kekasihnya yang sama keras kepalanya dengan dirinya.

“Gumawo~ tapi aku lebih suka ini” ucap Dara sambil menggambil tangan Jiyong lalu mengecup punggung tangannya. Membuat Jiyong seperti di rebus, wajahnya merah dan sepertinya asap keluar dari telinganya. Oh man, ia seperti tersengat listrik di perlakukan seperti itu oleh kekasih yang biasanya dingin terhadapnya.

“Tuhan, aku sangat senang hari ini” ucap Jiyong lalu memeluk erat tubuh di hadapannya itu.

“Aku sangat bersyukur menemukanmu, memperjuangkanmu, dan berakhir dengan mencintaimu. Aku sangat bersyukur Dara” ucap Jiyong lagi mengeratkan pelukannya, Dara tak merespon apapun, ia hanya bisa membalas pelukan itu dan tersenyum mendengar kalimat Jiyong.

            Mereka menikmati cahaya-cahaya yang membuncah indah di langit. Kembang api yang bersinar terang dan di nikmati di dataran tinggi sambil menggenggam erat tangan orang yang paling di cintai, merupakan moment yang indah bagi mereka (Author juga pengen, hiks baper).

            Setelah mereka makan malam di restorant namsan dan lagi-lagi hanya mereka berdua. Merekapun kini memutuskan untuk pulang.

“Dee, selamat malam” ucap Jiyong saat Dara sudah di pintu rumahnya.

“Ne, selamat malam juga Ji. hati-hati” ucap Dara dan lalu membuka pintu rumahnya.

“Dee” teriak Jiyong lagi.

“Apa lagi Jiyongie” ucap Dara malas.

“Saranghae, nomu nomu saranghae” teriak Jiyong dengan keras.

“cih, kau ini” ucap Dara lagi dan

“Nado” ucap Dara sedikit tersipu malu.

“Mwo????” ucap Jiyong terkejut dengan ucapan Dara. sungguh Jiyong sudah ratusan bahkan ribuan kali mengucapkan ia mencintai Dara, namun Dara tidak pernah mengatakan sekalipun jika ia mencintai Jiyong.

“Aiishh kau ini tuli huh? NADO SARANGHAE” teriak Dara membuat Jiyong seperti kesetanan dengan kecepatan penuh dia berlari menuju Dara yang satu langkah lagi sudah memasuki rumahnya. Ia langsung memburu bibir yang sudah mengatakan cinta padanya, ia meminta kepastian akan pernyataan yang ia dengar tadi. Dara yang sempat terkejut karena Jiyong berlari dan menciumnya kini menutupkan matanya, membalas semua kecupan Jiyong di bibir dan menulusuk masuk menuju rongga mulutnya, mengabsen semua jajaran giginya dan bergelut menari dengan daging kenyal tanpa tulang di dalamnya. (Wooiiii puasaaaaa, imaginasinya di tahan hahaha).

**

            Sosok namja sedang bermesraan dengan lirik-lirik rappnya sesekali ia juga menyisipkan tariannya. Oh ujian kali ini membuat namja itu harus berlatih keras, dan karena ini pula ia tidak bisa bersama-sama pujaan hatinya, si wajah imut berbibir caramel kakasih kulkasnya. Sekuat mungkin ia tidak menjadi gila gara-gara merindukan kekasihnya itu. Untunglah sesekali Dara menghubungi Jiyong walau hanya menanyakan ia sudah makan apa belum, yups sesekali. Jiyong masih gemas dengan sifat dingin kekasihnya itu namun Jiyong tetap mencintainya dan berusaha menunggu sifat itu berubah dengan sendirinya. Bukankah sifat “pemainnya” dengan yeoja-yeoja yang mengerjarnya berhenti saat ia menemukan sosok Dara. maka Jiyong pun percaya Dara akan berubah karenanya.

“Baby, aku ingin memelukmu” ucap Jiyong pada layar handhphone nya yang terdapat fotonya dan Dara yang tersenyum.

“Mian karena aku sibuk dengan ini semua dan kau pun sibuk dengan smester akhirmu” aarrrghh Jiyong mendengus kesal, rindunya sudah tak terbendung lagi. Ia pun melampiaskannya pada tarian dan rappnya berharap itu semua mengurangi rasa rindunya itu.

~Malam hari ~

            Jiyong melajukan mobilnya ke cafe tempat di mana teman-teman dan dirinya sering hang out. Jiyong kali ini tidak sedang ingin hang out dengan teman-temannya, ia hanya ingin secangkir americano agar bisa menyesap ke dalam otaknya yang sedang kalut karena merindukan Dara. Jiyong bisa saja mengunjungi Dara di rumahnya namun ia takut jika kehadirannya menggangu analisis Dara yang sangat penting untuk semester akhirnya. Jiyong memesan americano nya, dan mengusap wajahnya kasar. Ia benar-benar kalut. Menunggu pesanannya datang, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar cafe, banyak sekali pengunjungnya, walaupun cafe ini terbilang cafe menengah keatas. Mata Jiyong seketika memanas, tubuhnya seakan tercambuk, alis matanya mengerut saat matanya menangap sosok mungil lagi cantik yang sedang tertawa begitu lepas dan itu dengan seorang pria. Matanya melihat nanar pemandangan yang membuat hatinya tercubit sakit. Lalu ia mengeluarkan handphone bercase emas miliknya.

“Yeoboseo Dee. Kau sedang di mana?” ucap Jiyong saat menghubungi Dara yang memang terlihat sedang melakukan perbincangan di telfon.

“Aku di rumah” jawab Dara, membuat Jiyong kini bukan hanya di cubit sakit di hatinya tapi perih sangat perih. Mengapa yeoja yang di cintainya berbohong padanya. Mengapa dia tertawa dengan pria lain sedangkan tertawa seperti itu tidak pernah Dara lakukan di hadapan Jiyong.

“Apa kau tidak mau menemaniku?” tanya Jiyong dengan suara pelan, sungguh ia menahan amarahnya berusaha tidak meledak saat itu juga.

“Mwo? Apa maksudmu?” tanya Dara heran.

“Apa kau kini tidak ingin menemaniku? Benarkah kau di rumah?” tanya Jiyong lagi tak berarah.

“Kau ini kenapa, hemm?? Aku memang di rumah” ucap Dara lagi.

“Jika kau tidak ingin menemaniku malam ini, cukup kau sapa aku menengoklah tepat arah jam 9. Sapa aku dengan senyum manismu, Dee” ucap Jiyong dengan suara bergetar dan menutup telfonnya karena ia sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya. Dara yang mendengar itu langsung mengedarkan pandangannya, ia menangkap sosok Jiyong yang berdiri mematung menatap wajahnya. Menatapnya dengan tatapan yang bukan yang biasa Jiyong berikan untuk Dara, ini seperti tatapan kecewa. Dara hendak melangkahkan kakinya mengejar Jiyong namun Jiyong menggerakkan telapak tangannya seraya mengartikan jangan menghampirinya. Jiyong lalu membalikkan tubuhnya, cairan hangat bening lolos terjun dari sudut matanya. Lalu melangkah pergi meninggalkan americano yang masih panas sendirian tak bertuan dan ia meninggalkan sosok Dara yang merosot tak bisa menopang tubuhnya. Lemas.

“Ji, ku mohon maafkan aku. Jangan tinggalkan aku, mianhae, jeongmal mianhae” ucap Dara di tengah isak tangisnya melihat punggung Jiyong yang semakin menjauh kemudian tak terlihat lagi.

TBC

Nb: Kekeke, mian jika yang membaca ini saat siang hari, hoho. Dan seperti biasa chap terakhir akan di protect so hubungin author di akun author ne (Twitter : @hannytaukand ; IG : @Hannyquack ; E-mail : hannygd0203@gmail.com ). Hubungin author terlebih dahulu, author tidak merespon yang hanya mencantumkan email di kolom komentar, apalagi yang sider BIG NO!!! Silahkan yang suka hubungi dan yang tidak suka cara author ini terserah, kekeke author tidak merugi ^^. Sebar cinta untuk kalian readers setia, emmuuach.

 

64 thoughts on “Let Me Know [ Chap. 3/4]

Leave a comment