BE MINE [Chap. 18]

25335697-176-k89752

Story by : mbie07

Link : Meet her on Wattpat & Aff

Indo Trans : DANG

Karakter:

Kwon Jiyong, Sandara Park, Lee Chaerin, Lee Sung Ri, Choi Seung Hyun, Park Bom

—ooo—

Here you go, chapter 18!

Dara melirik kecil ke arah Jiyong yang kini sedang fokus memperbaiki salah satu sepeda motor kliennya. Dia cemberut sambil menghela napas. Dia sekarang duduk di atas ranjang sedang mengerjakan pekerjaan rumah kalkulus nya yang bisa menghancurkan otaknya menjadi potongan kecil saat ia mencoba memecahkan setiap nomor yang tertulis di bukunya. Dara cemberut lagi sambil menatap penuh kerinduan dari belakang pacarnya yang hanya berjarak beberapa meter dari dia. Dara menghela napas lagi tanpa memperhatikan itu cukup keras bagi Jiyong untuk mendengar. “Babe, aku hanya di sini tidak usah merindukanku,” katanya sambil meraih kunci Inggris dan terus bekerja. Dara cemberut lagi. “Aku tidak merindukanmu!” Dara keras kepala berkata sambil menyilangkan tangan di dadanya, gusar. “Benarkah?” Tanya Jiyong masih belum menatap Dara dan masih mencari-cari alat yang tepat. “Ya,” jawab Dara, dengan suara yang pasti. “Baiklah kalau begitu,” ia mengangkat bahu dan tanpa melihat padanya lagi, membuat Dara terkesiap.

“Yah!” Serunya sambil berdiri di ranjang dan melompat dari ranjang lalu berjalan padanya. Dara memeluknya dengan erat dari belakang. “Tentu saja aku merindukanmu,” bisik Dara membuat Jiyong memutar matanya lalu senyum perlahan-lahan terbentuk di bibirnya. Jiyong dengan lembut lembut melepaskan pelukannya lalu ia menghadapi Dara. “Babe, kita bersama-sama di rumah yang sama,” kata Jiyong terkekeh. “Tapi kau jauh dariku!” Kata Dara melemparkan amukan. “Aku harus bekerja,” kata Jiyong masih tertawa. “Tapi aku membutuhkanmu!” Katanya bersikeras. Jiyong memutar matanya. “Butuh aku? Untuk PR kalkulusmu?” tanyanya membuat Dara berubah merah lalu Dara tersenyum manis padanya. “Tidak juga, aku lebih membutuhkanmu untuk di sampingku dari pada mengerjakan kalkulusku.” katanya menggigit bibirnya membuat Jiyong tertawa kecil. Jiyong mendekatinya lalu ia mengangkat Dara ala pengantin dan membaringkannya dengan lembut di atas tempat tidur.

“Jadi apa yang kau inginkan?” Tanya Jiyong yang sedang di atasnya sekarang memuat Dara menjadi semerah tomat. “Kau,” kata Dara tersenyum. “Baiklah, apa dayaku untuk menentang keinginanmu, Baginda?” Katanya lalu membungkuk dan mengklaim bibirnya. Dara dengan cepat melingkarkan lengannya di tengkuk Jiyong dan menariknya lebih sebagai ciuman mereka menjadi dalam, seakan menyedot semua udara di dalam tubuh mereka dan merasa sempurna seoalh itu adalah bagaimana seharusnya. Jiyong perlahan-lahan menarik diri dari Dara lalu mendarat kecupan cepat di bibirnya. “Nakal.” Jiyong menyeringai sambil mengetuk ujung hidung Dara. Dara mengeluarkan mengerang frustrasi. “Dara Park,” Jiyong memperingatkan. “Apa Mr. Mine?” Tanyanya polos sambil mengedipkan matanya. “Hanya kerjakan pekerjaan rumahmu,” katanya sambil menarik Dara untuk duduk.

Dara mengerang frustasi lalu dia cemberut dan tidak ada satu pikiran waras yang dapat menolak makhluk lucu di depan Kwon Jiyong sekarang. Jiyong menghela mendesah mengalahkan. “Baik aku akan membantumu,” katanya sambil menatap matanya. Bibir Dara melengkung menyeringai menang saat ia mengambil pena dan buku. “Curang,” Jiyong gumam sambil menarik Dara duduk di antara kakinya. “Aku tidak curang,” kata Dara tersenyum polos. “Kau curang, kau menggunakan fakta bahwa aku tidak akan pernah bisa menolak wajah menggemaskanmu.” kata Jiyong sambil mendecakkan lidahnya. Dara mulai tertawa.

“Oh! Aku mencintaimu Kwon Jiyong!” Kata Dara di antara tawa nya. “Aku lebih mencintaimu,” katanya menjawab sambil memberi kecupan cepat pada lekukan lehernya. ‘Yah!” Seru Dara sambil membalik tubuhnya menghadap ke arah Jiyong. “Berhenti melakukan itu!” Dara berkata hampir seperti  memohon. “Melakukan apa?” Tanya Jiyong polos. “mencium leherku!” jawab Dara dengan muka merah. “Tapi lehermu seksi,” kata Jiyong apa adanya. “Yah!” Seru Dara sambil menggaruk kepalanya. Dara memutar matanya lalu ia bersandar dan mencium bibir Jiyong. “Tolong aku ingin melakukan pekerjaan rumahku! Jangan mengalihkan perhatianku!” Dia kata Dara mengemis dengan cara berlebihan membuat Jiyong tertawa. “Oke, aku tidak akan mengalihkan perhatianmu lagi,” kata Jiyong sambil membuatnya menghadap bukunya sekali lagi tapi lalu ia mencuri ciuman lain pada lekuk leher Dara. “Kwon Jiyong!”  Dara berseru dan Jiyong tertawa sambil meminta maaf tapi ia melakukan hal yang sama lagi membuat Dara berlari mengejarnya di apartemennya.

“Aku ingin melakukan pekerjaan rumahku sekarang!” Dara rengek sambil ia duduk masih terengah dari lari-larian kecil mereka. Jiyong dengan cepat pergi ke sampingnya. “Maafkan aku,” katanya sambil dengan lembut meraih pergelangan tangan Dara dan memeriksa denyut nadinya. Dara tersenyum lalu ia melemparkan dirinya pada Jiyong membuat mereka terhuyung ke lantai dengan Dara di atasnya. “Gotcha!” Dia menyeringai lalu ia menciumnya. “Itu bukan lelucon yang bagis,” kata Jiyong sambil menarik dirinya dari ciuman. “Maafkan aku,” kata Dara tulus. “Hanya saja jangan melakukannya lagi oke?” katanya. “Baiklah, apa dayaku untuk menentang keinginanmu, Baginda?” Kata Dara cekikikan membuat Jiyong menggeleng. Jiyong kemudian dengan lembut duduk sambil memeluk Dara di lengannya. “Ayo kita mengerjakan pekerjaan rumahmu,” Jiyong berbisik di telinganya lalu Dara mengangguk setuju.

Setelah hampir satu jam mereka akhirnya selesai mengerjakan PR-nya. Dara membentangkan lengannya ke atas untuk menhilangkan mati rasa dari tubuhnya. Dia lalu menatap buku catatannya dengan senyum terbentuk di bibirnya. Dia tidak tahu mengapa tapi setiap kali itu Jiyong  yang mengajarkannya dia bisa dengan mudah memahaminya. Dia menatap Jiyong yang sedang berdiri dan berjalan ke lemari es. Jiyong mengenakan jins lama yang dipasangkan dengan kaos putih lengan panjang, dan seperti biasa rambutnya diikat bun dan dia punya banyak aksesoris di lengannya. Dara berdiri sambil pergi kepadanya dan dengan tiba-tiba memeluknya. “Aku tebak kau kecanduan padaku,” kata Jiyong tertawa sambil meraih kotak susu segar dari kulkas. “Iya aku,” Dara bangga mengatakan dengan cekikikan.

Jiyong kemudian bersandar pada cabinet dapur lalu minum susu langsung dari kotak sementara Dara masih memeluknya. “Bagaimana kau bisa begitu baik dalam kalkulus? Begitu keren hanya dengan celana jeans tua dan kaos? Begitu tampan dan manis?” Tanya Dara. “Benarkah?” Tanya Jiyong kembali. “iya kau,” jawabnya dengan pasti. “Benarkah?” Tanyanya sekali lagi membuat Dara mengangguk. “Kemudian pilihlah aku,” katanya dengan senyum di bibirnya. Alis Dara berkerut , ia menatap Jiyong bingung. “memilihmu untuk apa?” Tanyanya. “Untuk menjadi suami masa depan mu.” Jiyong tersenyum. “Kau adalah suami masa depanku, kekasih abadiku, setengah hidupku. Tidak ada pria lain bagiku selain kau,” ia tersenyum. Jiyong kemudian menaruh kotak dari susu itu di atas kabinet lalu ia mengelus pipi Dara dengan jari-jarinya lalu turun ke rahang kemudian menariknya untuk ciuman manis dan membahagiakan.

Sudah jam sebelas dan Jiyong masih belum tidur, ia membelai rambut Dara dan menatap bagaimana ia tidur dan menunggu Dara untuk mengatakan namanya. Ini menjadi kebiasaan yang ia tahu ia tidak akan pernah hilangkan dari sistem nya. Kebiasaan menatap Dara saat tidur dalam pelukannya sementara napasnya yang hangat menyentuh kulitnya dan di saat-saat itu ia akan mendengar namanya disebut. Itu hal-hal sederhana, hal-hal yang tampaknya kecil yang mengejutkan membuatnya bahagia tanpa alasan yang jelas. Dia menghela napas saat mengingat apa yang terjadi ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah. Kalau saja ia tahu bahwa mereka orang yang ia dulu pukuli akan berjalan di jalan yang sama dengannya ia harusnya membawa sepeda motornya saja.

Jiyong mengakui dia punya begitu banyak orang yang dendam terhadap dirinya. Dia hampir tidak bisa menghitungnya dan ia menyadari bahwa suatu hari mereka akan datang untuk membalas dendam dan dia tidak pernah takut akan hal itu, ia bahkan menunggu untuk itu tapi itu semua di masa lalu. Sekarang hanya berpikir tentang Dara, betapa rapuhnya dia, bagaimana dia adalah segalanya bagi Jiyong, ia benar-benar takut. Dan ketika mereka bertemu salah satu geng yang menyimpan dendam terhadap dirinya, ia takut sangat takut melebihi kata-kata dan hanya walau hanya memikirkan hal itu dia bisa hilang kewarasan.

Lima anggota geng itu menatapnya dan dalam sekejap dia tahu apa yang mereka tunggu. Dia tidak bisa mengambil risiko tentang keselamatan Dara dan ia juga tidak ingin Dara melihat ia memukul orang menggunakan tangan yang sama saat ia memegangnya Dara telah melihatnya hilang kewarasan sekali dan itu cukup, ia tidak ingin Dara melihatnya hilangnya kewarasannya untuk sekali lagi.

Ketika ia merasa bahwa segala sesuatu akan berubah, Jiyong hanya berpikir dia hanya harus melepaskan kebanggaannya dan ia hampir berlutut di hadapan mereka untuk memohon ampunan dan untuk meninggalkan mereka sendirian tapi Dara menghentikannya, dia memeluknya sebelum ia mampu melakukannya sambil berkata, “Jangan lakukan itu kau bisa mengalahkan mereka, mereka tidak penting,” Dia tersenyum pada Jiyong mengatakan dia bangga pada siapa dia meskipun ia menemukan dirinya bukan sebagai apa-apa hanya iblis tidak berharga. Lalu Dara menatap geng itu dan memberi mereka seringai mengejek sementara menyatakan bahwa Jiyong bisa mengalahkan mereka dalam sekejap. Tentu saja Jiyong bisa melakukannya ia  bukan pria tanpa takut Kwon Jiyong untuk apa-apa, tetapi jika ia mengalahkan mereka, mereka akan pergi, mereka masih akan mencari dia untuk membalas dendam dan itu siklus yang bisa terjadi terus menerus. Mereka akan menghantuinya untuk membalas dendam dan yang terburuk untuk kehidupan Dara karena ia kelemahannya, Kryptonite-nya.

….

 Jiyong memperketat cengkeramannya pada tangan Dara dan hanya bisa membayangkan bahwa Dara akan membayar untuk setiap tindakan bodoh yang telah dilakukan Jiyong di masa lalu membuatnya runtuh tercabik-cabik. Dia bahkan tidak tahan walau memikirkan hal itu. Dia mencium puncak kepala Dara dan menghela napas lalu perlahan-lahan menarik diri darinya.

Dia berdiri dan cepat menyambar jaket, kunci dan helmnya. Dia melirik Dara yang sedang tidur meringkuk membuat  senyum tipis terbentuk di bibir Jiyong. “Aku akan segera kembali,” bisiknya lalu ia dengan hati-hati membuka pintu besar apartemennya yang mirip dengan pintu besi garasi. Dia kemudian dengan hati-hati mendorong motor merahnya keluar kemudian menutup pintunya kembali dan mengunci pintu lalu ia melesat, pergi untuk kebebasannya, pergi untuk keselamatan Dara, pergi untuk pengampunan semua orang yang telah ia sakiti.

Itu hampir jam tiga ketika ia bisa kembali, ia mungkin memperoleh beberapa luka kecil dan memar tapi ia kembali dengan bahagia. Dia tidak berharap bahwa ia akan benar-benar memperoleh pengampunan mereka, tetapi ia bertekat dan bersungguh-sungguh untuk meminta maaf, tapi setelah mengatakan semuanya ia tidak disangka dengan cepat ia memperoleh maaf dari mereka. Jiyong tertawa sedikit ketika ia ingat apa kata salah satu dari mereka. “Oh jadi kau akhirnya menemukan kehidupan? Man, kau membosankan! Sekarang aku harus mencari teman bermain yang lain! Tsk! Jangan lupa mengundangku dipernikahanmu ?!” Dan mereka bahkan mengatakan itu seperti sedang mengancamnya. “Sayang sekali kita akan kehilangan salah satu pemain terbaik di luar sana … Oh well, aku pikir Kwon Jiyong lebih cocok denganmu dari pada iblis G-Dragon,” Yang lain menyeringai padanya. Dia terkejut tapi bersyukur pada saat yang sama bahwa mereka semua membiarkan dia lolos.

Jiyong melepas helm dan menutup pintu, ia melepas jaketnya dan pergi ke tempat tidur lalu ia melihat Dara tidur di sofa. Jiyong tersenyum sambil melemparkan kunci ke salah satu rak besi dan berjalan padanya. Dia kemudian menggendong nya membuat Dara bergerak dalam tidurnya. Dara dengan cepat memeluknya lalu  dia meringkuk ke dia. “Maaf aku membuatmu  menunggu,” bisiknya lembut sambil meletakkannya ke tempat tidur. “Aku tidak apa selama kau pasti kembali,” bisiknya meringkuk mendekat pada Jiyong dengan mata masih tertutup. Jiyong membungkus pinggannya dengan lengannya lalu menarik Dara dan membuatnya berbaring di atas tubuhnya lalu ia membelai punggungnya. “Kau dari mana saja?” Dara bertanya, napas hangat menyentuh lekukan leher Jiyong. “Memperbaiki hidupku,” Jiyong terkekeh membuat Dara membuka  matanya. “Memperbaiki hidupmu?” Ulangnya. Jiyong mengangguk. Bibirnya melengkung membentuk senyuman lalu menutup matanya dan meringkuk lebih kepada Jiyong.

Jiyong memperketat pelukannya lalu perlahan menutup matanya. “Aku mencintaimu,” katanya berbisik, ada jeda lama lalu Jiyong berpikir bahwa Dara sudah jatuh tertidur tapi kemudian Dara menjawabnya. “Aku lebih mencintaimu,” bisiknya dengan suara serak membuat bibir Jiyong membentuk senyuman. Lalu keheningan tercipta dan satu-satunya hal yang dapat mereka dengar adalah deru napas dan detak jantung mereka, pada detik selanjutnya mereka akhirnya jatuh tertidur.

Dara tidak bisa mengendalikan diri dari tawanya saat mereka berjalan ke sekolah mengenakan pakaian yang sama yang mereka beli kemarin. Dara mendengar suara ledakan dari langit menunjukkan bahwa festival budaya tahunan sekolah mereka sudah dimulai. Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana Dara merasa sangat gembira  yang membuat jantungnya berdebar keras dan seakan ia merasa kehabisan udara. Tapi apa yang membuatnya bahagia adalah sekarang dia memegang dan menggenggam tangan pria yang dicintainya saat berjalan ke festival sekolah. Senyum muncul di bibirnya tapi dia mencoba menahannya dengan menggigit bibirnya. Jiyong meremas tangannya membuat Dara meliriknya. “Terlalu banyak kegembiraan tidak baik untukmu,” ia memperingatkan dengan nada serius. “Aku selalu mengatakan bahwa aku lebih baik sekarang, aku memiliki jantung baru,” dia cemberut seperti anak-anak Jiyong terkekeh. Jiyong memberi kecupan cepat di bibirnya. “Aku hanya mengingatkanmu,” ia terkekeh saat mereka terus berjalan ke sekolah mereka.

Festival ini adalah lebih dari apa yang Dara pernah bayangkang di sepanjang hidupnya. Itu penuh kehidupan, itu dibangun dengan kegembiraan dan semuanya hanya tampak begitu sempurna dan dia bahkan berharap itu akan berlangsung selamanya. Dia melihat mainan, orang-orang yang bermain, melihat pertunjukan, membeli segala sesuatu yang ia lihat dan apa membuatnya luar biasa sempurna adalah fakta bahwa Jiyong saat ini bersamanya untuk berbagi kebahagiaan yang ia rasakan. Dan dengan Jiyong segala sesuatu hanya menjadi begitu sempurna.

Itu hampir waktu untuk upacara penutupan dan seperti setiap tradisi di semua sekolah pasti  ada api unggun besar di tengah lapangan, musik di mana-mana, itu adalah salah satu hal yang ditunggu Dara untuk seluruh hidupnya, menari dengan pria yang paling ia cintai. Lalu semua siswa pergi ke posisi mereka dengan pasangan mereka dia tersenyum saat Jiyong menariknya dan memeluknya dengan lembut siap untuk menari. Dara melirik sekitar dan melihat banyak pasangan siswa, tidak hanya dia. Dia tertawa pelan saat melihat Seung Ri dan Chearin yang masih bertengkar tapi dengan posisi mereka yang siap menari. Dara menunjuk mereka untuk memperlihatkannya ke Jiyong membuat Jiyong menggeleng tak percaya lalu ia terkekeh kecil. “Mereka terlihat baik bersama-sama,” katanya sambil menatap mata Dara. “Tapi kita terlihat sempurna,” Jiyong tersenyum padanya saat ia menariknya lebih dekat. “Setuju” Dara terkikik lalu musik dimulai dan mereka pindah, membiarkan tubuh mereka bergerak seirama, membiarkan detak jantung mereka bersama-sama dengan kenangan lalu keduanya tenggelam dalam musik dan tatapan mata masing-masing.

Kemudian pada satu gerakan cepat mereka beralih pasangan dan setiap kali mereka melakukannya Dara hanya bisa  tertawa dan menyapa pasangannya sementara Jiyong akan memutar matanya kemudian mencibir lucu sambil menatap pacarnya yang sedang tertawa dan memerah hanya dengan memeluk Dara. “Hei berhenti menjadi pacar yang cemburuan di sini, itu hanya tarian,” Chearin mendecakkan lidahnya saat ia menggeleng tak percaya. “Tapi lihatlah mereka!” ia mencoba untuk membuat alasan tapi gagal lalu ia hanya menghela napas dan mengambil tangan Chaerin dan membuat berputar dengan lembut kemudian mereka terus menari. Sebagai musik melanjutkan mereka menari dan beralih pasangan tanpa henti, rasanya seperti selamanya, dan akhirnya hanya tinggal satu pergantian lalu Dara akan kembali di pelukannya. Musik mendekati ujungnya lalu mereka beralih pasangan dan akhirnya Dara kembali kepelukannya. Ia menghela napas lega dicampur frustrasi sedangkan Dara hanya tertawa. Jiyong dengan cepat memeluknya erat-erat membuat Dara lebih cekikikan. “Mari kita jangan pernah melakukan itu lagi,” keluhnya. “Ji!” Dara berseru sambil tertawa. Dara menarik diri dari Jiyong dan mencubit pipinya. “Lucu,” dia tersenyum padanya. “Pacar yang pecemburu,” tambahnya sambil terkekeh. Jiyong kemudian memeluk pinggangnya lalu keduanya berjalan ke kursi kosong dan duduk untuk sementara waktu sebelum mereka pulang.

Itu hampir jam delapan di malam hari ketika mereka memutuskan untuk pulang. Mereka berjalan ke pintu gerbang sekolah ketika Dara tiba-tiba melihat figur familiar yang membuat hatinya berdebar keras dalam dadanya membuat senyum muncul di bibirnya. Dan tanpa kata-kata dia melepaskan tangan Jiyong lalu ia berlari kepada figure yang sedang berdiri di samping audi hitamnya. “Oppa !!” teriaknya sambil melemparkan dirinya kepadanya. Mereka hampir jatuh tapi untungnya dia memeliki keseimbangan yang baik. Dara memeluknya erat-erat begitu juga dengannya melakukan hal yang sama. “Bagaimana kau tahu aku di sini?” Tanyanya. “Yah, aku menunggu di rumah tapi kau masih belum ada, aku pikir kau masih di sekolah. Dan memang benarkan, festivalnya sudah selesai? ” tanyanya dengan senyum di bibirnya. “Tentu saja! Ini sudah jam delapan!” jawabnya cekikikan. Sanghyun tertawa sambil mengacak-acak rambutnya. dia lebih dari senang untuk melihatnya penuh dengan kehidupan, untuk melihat Dara akhirnya melakukan apa yang dia inginkan, hidup normal.

Sebelum Dara lahir orangtuanya berpisah karena ibunya sudah mendapatkan cukup karena suaminya yang mengabaikan mereka karena pekerjaan, mereka dipisahkan dan dia tidak bisa memberikan Sanghyun kepada sang ayah, tapi anak sulung mereka harus hidup dengan ayahnya meskipun menyakitkan, dia meninggalkan Sanghyun dengan ayahnya. Mereka bercerai lalu keduanya bermigrasi ke Amerika dan mereka tidak pernah melihat satu sama lain lagi, tidak sampai ibunya memohon kepada ayahnya untuk bantuan keuangan ketika dia tahu bahwa jantung Dara berlubang dan satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah melalui mesin.

Ayahnya dan Sanghyun segera terbang kembali ke Korea hanya untuk melihat Dara yang kurus, lemah dan di ambang sekarat. Dan Sanghyun tidak tega melihat adiknya, mereka tidak pernah meninggalkan Dara dari sisinya, ia mencintai adiknya begitu amat sangat dan ia bahkan ingin berhenti sekolah hanya untuk tinggal di samping Dara sepanjang hari takut bahwa ia mungkin diambil dari mereka. Dengan begitu Dara menjadi penghubung yang mengikat mereka satu sama lain karena mereka membutuhkan satu sama lain untuk kekuatan. Orang tua mereka mungkin tidak akan kembali bersama-sama tapi itu memberi mereka kesempatan untuk tetap dekat satu sama lain.

“Di mana ayah?” Tanyanya. “London, untuk beberapa perjalanan bisnis,” jawabnya santai. “Tapi dia mengatakan kepada saya untuk memberikanmu ini,” katanya sambil tersenyum saat Sanghyun membuka pintu mobil dan mengeluarkan kantong kertas dan menyerahkannya kepada Dara. Dara bersemangat meraih tas kertas itu dan melihat sebuah notebook yang indah dan pena di dalamnya. Dia tersenyum padanya. “Ayah benar-benar tahu apa yang harus dibeli untuku!” dia terkikik. Dara sangat suka menulis dan karena itu dia memiliki banyak notebook di rumah mereka, penuh dengan cerita nya, penuh renungan dan semua hal yang ia alami dan bayangkan. Dia kemudian meraih tangan Sanghyun lalu ia menariknya ke arah teman-temannya yang hanya menatap mereka saat mereka berbicara.

“Guys aku ingin kalian untuk menemui kakak terbaik sedunia! Park  Sanghyun!” Dara mengatakan bangga lalu semua dari mereka bernapas lega karena suatu alas an yang Dara tidak sadari, tapi malah membuat Dara tertawa. Sanghyun membungkuk kepada mereka dan ia berterima kasih karena sudah merawat Dara, membuat mereka kembali membungkuk kepada Sanghyun. Dara kemudian memperkenalkan satu per satu temannya. Setelah itu  ia melompat ke arah Jiyong sambil menggandeng lengan Jiyong. “Oppa, ini adalah Kwon Jiyong, pacarku,” ia tersenyum sambil melirik Jiyong tiba-tiba Jiyong menegang dan hanya menatap Sanghyun. Kemudian semua orang mulai menyadari udara dingin yang terbentuk. Sanghyun mengepalkan tangan dan mengeraskan rahangnya lalu ia dengan cepat menarik Dara dari Jiyong. “Aww!” Dara merengek karena aksi kakaknya yang tiba-tiba menariknya. “Jangan menyakitinya,” kata Jiyong dengan suara berusaha untuk tetap tenang.

“Aku tidak akan membiarkan kau bersama dengan adikku,” kata Sanghyun dengan mantap membuat rahang Jiyong mengeras. Dara menatap Sanghyun tak percaya. Dia kemudian menarik dirinya menjauh dari pegangannya. “Apa yang salah denganmu Oppa?” Tanyanya sambil berjalan menuju Jiyong dan lagi-lagi ia hanya untuk ditarik oleh Sanghyun. Sanghyun mencengkeram lengannya erat membuat Dara meringis kesakitan. Jiyong menghentikannya. “Jangan menyakitinya,” katanya sekarang lebih dengan nada memohon. “Kau jangan mendekatinya!” Sanghyun menggertak Jiyong lalu ia menarik Dara ke mobilnya sebagai Dara menahan tangis karena kesakitan dengan cengkraman kakaknya. Sanghyun membuka mobilnya dan mendorong Dara ke dalam kemudian membanting pintu mobil. “Dengar aku tidak ingin kau dekat dengan adikku lagi, G-Dragon,” ia mengakhiri percakapan dengan mendesis membuat Jiyong memejamkan matanya dan membukanya perlahan hanya untuk melihat Sanghyun membanting pintu mobilnya dan segera melajukan mobilnya dan dengan melihat itu, dia tahu Sanghyun dan Dara pasti sedang berdebat.

“Jiyong,” kata Chaerin saat ia mencoba untuk menempatkan tangannya di atas bahunya. “Aku baik-baik saja,”
katanya sambil berjalan bahkan sebelum Chaerin dan lainnya mulai berusaha  menenangkannya.

—000—

DANG is indahouse yo yo!

khusus minggu ini Be Mine hanya rilis 1 chapter ya guys. Sorry bat.

Karena DANG belum libur, sibuk banget malahan. Jadi hanya punya waktu sedikit buat Trans..

But, thanks for your patience.

Sebenernya DANG pengen ngebuat sayembara buat POSTER BE MINE INDONESIA nih, tapi DANG gak punya hadiah, kira-kira ada yang berminat nggak ya mau buatin poster buat DANG? hoho. Tapi Cuma pengen kok. nggak ke realisasi juga gak papa, paling ngiler doang ntar. hoho, kalo kalian mau ntar langsung upload aja Poster kalian di Ig. nanti kasih hashtag #BEMINEDGI sama mention kea kun Ig nya DGI. Tiap hari akan DANG cek. Oke?

Syarat, tolong cantumin nama writernya ya Mbie07

Oiya ada hadiah, hadiahnya Kredit nama sama Doa dari DANG supaya yang bikinin DANG poster lancar jodoh! hahai

nggak juga gakpapa kok, gak maksa. Oke? But ill wait. thanks yo!

 

XOXOXO

 

DANG!

 

22 thoughts on “BE MINE [Chap. 18]

  1. Entah kenapa aku sedih banget liat komen yang sedikit. Maafin aku ya, unnie karena barusan bisa ngelanjutin baca lagi setelah beberapa lama nggak aktif di blog.
    Btw, penasaran sama sikapnya Sanghyun yang dingin banget ke Jiyong. Kira kira ada apa yaa?? jangan jangan mereka berdua pernah terlibat di perkelahian ato sejenisnya lah? Emmm. Penasaran banget dehh😝😝

Leave a comment