[Series] Coming To You – 4

coming to you

Author : Jung Yoorey

Title : Coming To You

Cast : Sandara Park (Dara 2NE1), Kwon Jiyong (GD Big Bang)

Other Cast : Lee Haru (OC), other

Genre : Fantasy, Fluffy, Friendship, Sad a bit Comedy

Rating : Teenager

Backsound’s : Some – Soyou ft. JunggiGo

 Note

Baca note diakhir cerita

 


Kenapa saat kau mulai berharga, kau pergi? apa ini yang kau sebut bahagia?

 

 

*

Jiyong, seungri, dan seunghyun berjalan ke toko tempat para teman perempuan mereka berada. Jiyong berjalan sedikit lebih cepat karena entah kenapa perasaannya tidak enak.

“hey jiyong, seungri, seunghyun!”

Jiyong, seungri, dan seunghyun berhenti berjalan dan menoleh ke arah suara yang mereka kenali. Jiyong tersenyum tipis. Itu suara bom. Dan bom pasti bersama sandara. Ya, jiyong jadi tidak bisa jauh dari sandara.

Jiyong mengernyit heran ketika bom dan chaerin berjalan ke arahnya tanpa sandara. Dimana perempuan joseon itu? “dimana dara?” tanya jiyong langsung.

Bom dan chaerin saling melirik. “tadi dia ke toilet. Terus kami pergi duluan ke toko aksesoris tapi tidak jadi dan kami pergi ke toko parfume diseberangnya. kupikir dia akan menyusul kami, tapi—”

“bagaimana bisa kau meninggalkan sandara sendirian disini?!” suara jiyong tiba-tiba meninggi menyela ucapan bom. Bom dan chaerin tersontak mendengar teriakan jiyong. seungri dan seunghyun juga bingung melihat perubahan sikap jiyong.

“jiyong, ada apa denganmu? Ayolah, tidak mungkin kan sandara tersesat disini?” ucap chaerin sambil menaikkan alisnya.

Jiyong menggeram kecil sambil mengepalkan tangannya. “tidak seharusnya kau meninggalkannya sendiri.” ucap jiyong tajam.

Seungri menepuk pundak jiyong. “sudahlah jiyong, lebih baik kita telepon saja ponselnya.” Usul seungri yang membuat jiyong mendesah.

“dia tidak punya ponsel.” Jawab jiyong yang tidak tahu harus memberi alasan apa lagi. otaknya terputar dan fokus hanya pada sandara sekarang.

“heh? Tidak punya? Maksudmu hilang?” ralat seungri bingung. ayolah, siapa yang tidak punya ponsel pada jaman ini? bahkan anak kecil pun sudah mampu berdandan dan mewarnai rambut mereka pada jaman ini.

Jiyong mengangguk asal. “hm.”

“jadi bagaimana kita menghubunginya?” tanya chaerin yang mulai cemas. Kepalanya celingak-celinguk bersama kepala bom.

“kita ke toko aksesoris yang kalian maksud saja? Mungkin sandara menunggu kalian disana.” Usul seunghyun yang membuat keempatnya menoleh.

“kau benar! Terima kasih seunghyun!” tanpa banyak bicara lagi, jiyong segera berlari secepat kilat menuju toko aksesoris yang mungkin ditempati sandara sekarang.

Perasaannya makin aneh.

*

Sandara mulai menggigit bibirnya ketika seorang petugas keamanan mulai bergabung dengan pelayan toko aksesoris itu. sandara benar-benar bingung kenapa bisa sebuah bandana berada didalam tas kecilnya. Sandara bahkan bersumpah bahwa ia tidak menyentuh barang itu sedikitpun. Sandara bingung, ia bisa dibebaskan kalau membayar harga bandana itu, tapi ia tidak memegang uang sepeserpun.

“tolong percaya pada saya, saya tidak mencuri barang anda.” Suara sandara mulai parau.

“tidak bisa agasshi. Kalau anda memang mau keluar, anda harus membayar bandana ini dulu.” ucap pelayan sambil menyodorkan bandana biru kedepan sandara.

Sandara menunduk resah. Ia bingung harus menjelaskan dari mana. Ia juga tidak tahu kenapa bandana itu bisa berada didalam tasnya.

“baiklah kalau anda tidak mau membayar bandana ini, silahkan ikut saya ke—”

“—sandara!”

Sandara menoleh cepat ke arah pintu dan menemukan sosok jiyong disana. Sandara sontak berlari ke arah jiyong. “jiyong! tolong aku!”

Jiyong menatap sandara cemas. “kau baik-baik saja kan?” sandara mengangguk. jiyong menghela nafas lega dan menatap seorang pelayan dan seorang petugas keamanan di belakang sandara.

“Ada apa ini?” tanya jiyong dengan raut tidak suka.

agasshi ini hampir mencuri barang di toko saya dan dia mengaku bahwa bukan dia yang mengambilnya.” Jawab si pelayan.

Jiyong menatap sandara. “benarkah itu?”

Sandara menggeleng keras. “tidak, itu tidak mungkin! Aku juga tidak tahu kenapa itu bisa ada di tas milikku..” suara sandara memelan. Jiyong mengangguk dan menggenggam tangan sandara.

“kalian dengar kan? Mungkin ada orang yang tidak sengaja menaruhnya didalam sana. Sandara tidak mungkin mencuri!” tegas jiyong.

“kalau begitu dia harus membayar bandana ini.” ucap si pelayan lagi.

Jiyong mendengus dan mengeluarkan dompetnya. Dalam satu tarikan, keluarlah beberapa lembar won. Jiyong menaruh won itu di atas meja dan menatap si pelayan tajam. “sekarang dia bebas kan?”

Jiyong mendecak dan segera menarik sandara keluar dari sana. Sementara pelayan itu melongo.

*

Di perjalanan pulang, baik jiyong dan sandara tidak ada yang berbicara. Jiyong sesekali berdehem tapi tidak mendapat respon dari sandara. Sandara berpikir jiyong mungkin hanya memperbaiki suaranya. Ayolah, mana mungkin sandara mengerti kode seperti itu?

“dara-ah.”

Sandara menoleh ketika akhirnya jiyong membuka suaranya. “iya?”

“kau—”

Grrk grrk

Jiyong melotot heran ketika tiba-tiba mobilnya seperti tersendat-sendat. Jiyong mencoba untuk mengendalikan setir dan menginjak rem sampai akhirnya mobil itu benar-benar mati.

“Ada apa ini?” tanya sandara bingung.

“entah. Tunggu kulihat.” Jiyong segera membuka seatbeltnya dan menekan sebuah tombol lalu turun dari mobil menuju kap depan mobil.

Jiyong mengangkat kap mobilnya dan seketika kepulan asap menyerbu wajahnya. Jiyong mengibaskan tangannya dan terbatuk kecil. Setelah kepulan asap menipis, jiyong melongok kedalam kabel-kabel di dalam kap mobilnya itu. jiyong mendecak kecil karena dia sama sekali tidak mengerti tentang mobil. sungguh menyesal ia menolak tawaran daesung yang mengajaknya ikut ke presentasi di fakultas teknik bulan lalu.

Jiyong melirik sandara yang duduk manis di dalam mobil kemudian melirik jamnya. 19.30. belum terlalu malam. jiyong merogoh ponselnya dan menelpon seseorang.

yeoboseyo, junsu hyung?”

jiyong? ada apa menelpon?

“begini hyung, mobilku mogok di jalan xx, bisakah kau kemari?”

aku sedang di acara keluargaku dan mungkin selesainya jam 8 malam.

“sial sekali. jadi bagaimana ini?”

kau tinggal saja mobilmu disana dan nanti aku akan mengambilnya bersama temanku. Aku sarankan kau pulang naik taksi saja dulu atau bus, besok tinggal kau ambil di bengkelku.”

Jiyong tersenyum lega. “baiklah hyung. terima kasih.”

ya.”

Tut.

Jiyong memutus sambungan telepon dan menutup kap mobilnya lalu kembali masuk kedalam mobil.

“ada apa?” tanya sandara.

Jiyong tersenyum tipis. “kita pulangnya naik bus saja, mobil ini sedang rusak.” Jawab jiyong dengan kalimat yang mudah dimengerti sandara. Sandara mengangguk kecil dan melepas seatbeltnya.

Sementara jiyong memasukkan berkas-berkas di mobil ke tasnya, sandara menatap jiyong dalam. seketika wajahnya memerah. Jiyong yang selesai memasukkan barang-barang penting di mobilnya ke tasnya, menoleh bingung ke sandara yang tengah menatapnya dengan wajah memerah.

“ada apa, dee?” bingung jiyong.

Sandara menggeleng cepat. “tidak. kau tampan sekali.” jujur sandara.

Hal itu membuat jiyong terkekeh dan tidak mampu menyembunyikan rona merah di pipinya. “bilang saja kau ingin kubelikan makan malam, kan?” canda jiyong untuk mengalihkan rasa gugupnya.

Sandara tersenyum. “aku lapar~”

Jiyong mengangguk. “baiklah, ayo kita turun dan mencari makanan untuk perutmu dan perutku.”

*

“baiklah, aku pesan dua bibimbap, dua ddeobokki, oh ya tolong salah satu ddeobokkinya dibungkus ya.” jiyong memberitahu seorang ahjumma di kios itu lalu segera kembali ke mejanya. Sandara menunggu sambil menatap keluar jendela.

Jiyong tersenyum tipis. Ia sengaja mengajak sandara makan disini. selain murah dan makanannya penuh dengan khas korea, pemandangannya pun menenangkan. Kios itu terletak di lantai tiga sebuah gedung kecil atau ruko dan suasananya seperti makan di rumah. Hanya saja ada sebuah jendela disetiap dinding yang memperlihatkan jembatan kwang-an yang konon menampilkan lebih dari 100.000 cahaya. Mata sandara berbinar ketika menatapnya.

“dara.”

Sandara menoleh dengan senyumannya yang begitu anggun. “iya, jiyong?”

“kau senang disini?” tanya jiyong.

sandara mengangguk. “aku senang sekali disini. aku menemukan banyak teman. aku juga mendapat banyak pengetahuan. Pemandangan disini juga sungguh indah walau ini adalah tempat yang sama dengan tempatku sesungguhnya, hanya di waktu yang berbeda. Aku berharap bisa menunjukkan ini semua pada rakyatku.”

Jiyong bisa melihat ketulusan disetiap kalimat yang keluar dari bibir mungil sandara. Ia tahu gadis didepannya ini bahkan tidak akan sanggup untuk berbohong. Dan saat itu pula jiyong mulai memperhatikan sandara. Oh mungkin sudah sejak mereka pertama bertemu. tapi jiyong baru menyadarinya saat ini.

“tapi aku merindukan udara bersih dijamanku. Jaman sekarang ini sangat berdebu.”

Jiyong mengernyit. “be-berdebu? benarkah?”

Sandara mengangguk dengan mata bulatnya. “tentu saja. Udara di jamanku sangat bersih tanpa pencemaran lingkungan.”

Jiyong sedikit bingung menafsirkan maksud sandara. Padahal akan lebih mudah jika sandara mengatakan ‘berpolusi’.

Jiyong terkekeh. Sebuah ide mencuat dari otaknya. “baiklah, aku akan mengajakmu ke tempat yang mempunyai udara tanpa pencemaran lingkungan.” Jiyong terkekeh diakhir kalimat. Ia meniru ucapan sandara.

“benarkah? dimana?” mata sandara berbinar. Ia benar-benar senang ketika jiyong memberinya atau mengajaknya untuk sebuah hal baru.

“ini dia makanannya, tuan dan nona.” Seorang ahjumma menyela pembicaraan jiyong dan sandara. Sandara mendongak dan mengikuti arah mangkok yang disodorkan oleh si ahjumma. Matanya terbelalak kagum.

“oh bibimbap?” gumam sandara.

Jiyong melirik sandara. “kau tahu makanan ini?”

Sandara mengangguk. “tentu saja, rakyatku sering membuat ini di acara keluarga mereka.”

Jiyong tersenyum manis dan menyadari si ahjumma yang mengernyit heran mendengar percakapan mereka. jiyong segera berdehem pelan.

“terima kasih, ahjumma.”

Si ahjumma tersadar dan membungkukkan sedikit punggungnya. “silahkan menikmati makanannya.”

Jiyong dan sandara mengangguk kemudian mengambil sendok masing-masing. jiyong memperhatikan sandara yang begitu bersemangat mencampur bibimbapnya. Setelah tercampur rata, sandara menyuapkannya ke mulutnya secara perlahan. jiyong akhirnya benar-benar sadar bahwa sandara itu adalah seorang putri kerajaan. Makan pun ia terlihat begitu anggun dan terhormat.

“kenapa tidak makan?”

Jiyong tersontak ketika ternyata sandara menyadari jiyong menatapnya. Jiyong merasa wajahnya panas. “a-ah aku akan makan.”

Sandara mengenyitkan keningnya kemudian mengangkat bahunya.

Jiyong diam-diam tersenyum sambil menyendokkan nasi ke mulutnya.

*

Sandara mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. jalan gangnam benar-benar indah ketika malam hari. Cahaya berkilauan dimana-dimana. Juga bau roti bakar yang baru dipanggang memenuhi hidung sandara.

Jiyong melangkah tepat dibelakang sandara sekaligus menjaga gadis itu agar tidak hilang. Ya, tidak mungkin kan jiyong membiarkan sandara jalan seorang diri ditengah kerumunan orang-orang begini?

Tentu tidak. sebenarnya, jiyong ingin naik bus. Tapi sayangnya ia kembali terpengaruh oleh sandara yang ingin jalan kaki. “aku ingin menghirup udara malam.” jawab sandara ketika jiyong bertanya kenapa mereka harus berjalan kaki.

Dan beginilah akhirnya. Sandara yang terlihat riang terus memperhatikan sekitarnya diikuti oleh jiyong yang memperhatikan sandara dengan lekat.

Deg deg deg

Jiyong menikmati degup jantungnya yang tanpa sadar membuatnya tersenyum tipis.

“ji, lihat!”

Jiyong mengedipkan matanya untuk menyadarkan dirinya sendiri lalu menoleh ke arah telunjuk sandara. Dahinya mengkerut.

“ada apa?”

Sandara berdiri disamping jiyong sambil terus tersenyum. “itu apa?” tanya sandara.

“itu papan reklame.”

“apa itu papan reklam?”

“bukan reklam, tapi reklame.” Ralat jiyong sambil tersenyum.

“yah terserah. Apa itu? kenapa ada cahaya warna warninya”

“itu papan yang menampilkan sesuatu agar orang-orang bisa lihat. Dan cahaya itu namanya lampu LED.” Jelas jiyong sesingkat mungkin agar sandara mengerti dengan cepat.

Sandara mengangguk-angguk. Jiyong menoleh dan seketika jantungnya berdegup kencang.

Wajah manis sandara yang berkilauan karena cahaya kerlap-kerlip yang ditatapnya. Jiyong merasa jantungnya akan meledak. Sandara sangat cantik.

“wuah cantiknya~”

Suara manja sandara menyadarkan jiyong dari lamunannya. Dengan cepat ia memalingkan wajahnya dan segera berjalan meninggalkan sandara untuk menyembunyikan wajah malunya.

Sandara tersadar dan segera mengejar jiyong. kakinya pegal.

“jiyong, kakiku sakit.” Rengek sandara sambil mencoba mengejar jiyong. jiyong yang sedang menghindari sandara itu segera berhenti dan menoleh ke perempuan joseon itu.

Dalam sekejap, jiyong sudah berjongkok di kaki sandara. Ia menyentuh pergelangan kaki sandara secara spontan. “ini sakit?”

Sandara terbelalak. ini pertama kalinya seorang lelaki asing menyentuh kakinya seperti ini. dengan cepat sandara menarik kakinya membuat jiyong segera berdiri dengan wajah yang kembali memerah.

“a-ah maaf. aku hanya.. eng..” jiyong menggaruk tengkuknya bingung.

Sandara menggigit bibirnya. “ti-tidak apa. ini salahku juga tidak mau naik mesin berjalan itu.” yah, mesin berjalan yang dimaksud sandara adalah bus.

Jiyong terdiam. Ia melirik kaki sandara yang terlihat bergerak gelisah. Mungkin sandara tidak terbiasa memakai sneakers sehingga kakinya kepanasan. Jiyong segera menarik nafasnya.

“dee, bukalah sepatumu.”

Sandara mendongak. “e-eh? maksudnya?”

Jiyong kembali berjongkok dan meraih kaki sandara lalu menarik sneakers putihnya itu dengan cepat. Sandara terbelalak ketika jiyong sukses membuka alas kakinya itu.

“a-apa yang kau lakukan, ji?” sandara melirik orang-orang disekitarnya dan mendapati orang-orang itu berbisik-bisik.

Sandara menarik tangan jiyong berdiri. “apa yang kau lakukan? Kenapa kau ambil alas kakiku?”

Jiyong mengikat tali sneakers itu agar saling mengikat dan menggantungny dilehernya seperti kalung dan memutar ranselnya menjadi didepan dadanya. Sandara mengernyitkan keningnya.

“jiyong-ssi, apa yang kau lakukan huh? ini tidak sopan!” gerutu sandara

Jiyong tetap diam. lelaki tampan itu membelakangi sandara dan membungkuk sedikit. “naiklah.” Ucapnya tegas.

Sandara melongo. Sebenarnya apa yang akan jiyong lakukan? Ia masih tidak mengerti.

“oh dee, naiklah, aku akan menggendongmu dari belakang.”

Sandara menggigit bibirnya. Apa jiyong yakin ingin menggendongnya? Sandara memang pernah digendong seperti ini, tapi tidak dengan lelaki asing seperti jiyong yang baru dikenalnya 2 hari yang lalu.

“dara, punggungku sakit. Naiklah cepat.” Suruh jiyong lagi. kali ini dengan intonasi yang cukup memerintah.

Sandara dengan ragu segera melingkarkan tangannya di bahu jiyong dan jiyong segera meraih kaki sandara kedepan. Dalam sedetik, jiyong sudah berdiri dengan tegak bersama sandara dibelakangnya.

Jiyong meneguk liurnya ketika ia merasakan jantung sandara berdegup kencang di punggungnya.

“maaf aku berat.” Ucap sandara pelan.

Jiyong menggeleng dan mulai berjalan. “tidak. bahkan ranselku masih jauh lebih berat.”

Sandara terkekeh. “apa kau sering melakukan ini pada chaerin atau gadis lain?”

Jiyong mengernyitkan keningnya. “kenapa kau berpikir begitu?”

“entah. Kau punya banyak teman wanita. Apa kau memperlakukannya sama dengan memperlakukanku? Soalnya bom-ssi bilang kau itu sinis dan kasar.”

Jiyong menggertakkan giginya. “aku hanya baik padamu.”

Sandara memajukan kepalanya dan bersandar di bahu jiyong. “kau hanya baik padaku? apa bisa seperti itu?”

Jiyong meneguk liurnya ketika merasakan deru nafas sandara di lehernya. “te-tentu bisa. Apa aku harus jahat padamu?”

“kau jahat saat aku datang kerumah kemarin. Kau mengusirku dan menuduhku berbohong.”

“yah itu karena kau sudah memberiku binyeomu, harganya cukup mahal. Setidaknya kau membayar, kan?

“oh, jadi kau baik setelah dibayar yah?”

Jiyong memutar matanya sebal. “kau ini bodoh sekali sih.”

Sandara merengut. Setelah itu tidak ada percakapan lagi. sandara sibuk bersandar di bahu jiyong sambil melirik sekitarnya yang begitu indah dengan banyak cahaya. Sementara jiyong sibuk memikirkan jantungnya yang terus berdegup kencang. tidak ada degupan jantung sandara lagi. mungkin tadi hanya spontan karena malu. jiyong agak kecewa.

“dee.”

Sandara menoleh. “ya?”

“maaf ya, tadi karena aku meninggalkanmu di mall sendiri, kau jadi dituduh mencuri seperti itu.” ucap jiyong pelan.

Sandara menggeleng. “tidak apa, aku senang kau mengajakku. Besok ajak aku lagi ya kesekolahmu!” seru sandara senang.

Jiyong tersenyum kecut. “tadi aku mengajakmu karena perkiraan cuaca hari ini akan hujan, tapi ternyata tidak. jadi aku tidak ada alasan mengajakmu lagi besok.”

“ah kuharap besok perkiraan cuaca akan turun hujan besar.”

Jiyong terkekeh. “arra arra, aku akan mengajakmu lagi besok. Tapi jangan berharap hujan seperti itu, bukankah kau takut hujan?”

“memang, tapi kan ada jiyong yang melindungiku.”

Jiyong benar-benar seperti kepiting rebus saat ini.

*

Seveneleven, 21.35 kst

“aku bingung kenapa aku selalu tersenyum ketika melihat sandara, akhir-akhir ini.” jiyong mendengus kecil sambil mengacak rambutnya. Akhirnya ia punya seseorang untuk mendengar curhatnya. Ya, setelah membawa sandara pulang tadi, jiyong memutuskan untuk menyuruh seungri menjemputnya agar ia bisa menyebarkan seluruh isi hatinya yang penuh dengan sandara saat ini.

Daesung, seungri, dan seunghyun bertatapan penuh arti. Seunghyun yang terlihat paling gentle diantara mereka, meneguk coffeenya dari gelas kertas dengan pelan.

“mungkin kau jatuh cinta padanya.”

Brak! “mwo?!”

“huft!—uhuk-uhuk!” semua tampilan gentle seunghyun seketika memudar ketika jiyong menggebrak meja di seveneleven itu dengan keras membuat seunghyun yang sedang meneguk coffeenya tersedak.

seungri segera menepuk punggung seunghyun yang masih shock. Seunghyun berusaha untuk memprotes jiyong tapi ia masih tersedak. “pelan-pelan saja, hyung.” gumam seungri menahan tawa.

daesung menggelengkan kepalanya menatap kelakuan 3 lelaki bodoh itu. wajahnya terlihat malu karena sekarang banyak orang memperhatikan mereka sambil menyembunyikan tawanya.

Jiyong yang terlihat depresi dengan wajah konyolnya, seunghyun yang cool namun tersedak tanpa dikontrol, dan seungri yang terlihat begitu perhatian pada seunghyun layaknya homo.

Dan daesung? Dalam sekejap, motor dan pengendaranya telah kabur.

*

Sandara duduk di sofa ruang tamu apartement ketika jiyong pulang dari bertemu teman-temannya. Bola matanya mengikuti gerak gerik jiyong. mulai dari menggeser pintu, menanggalkan jaket sembarangan, membuka kulkas, mengambil softdrink, meneguknya sedikit, dan berjalan keruang tamu sambil memegang softdrinknya. Semua jiyong lakukan sambil menerawang sesuatu.

“ada apa denganmu, ji?”

Duk, byur!

Sandara melotot melihat respon jiyong. lelaki itu malah tersandung dan tangannya meremas softdrinknya membuat isinya keluar menyemprot wajah konyolnya. sandara meneguk liurnya menatap jiyong yang masih tengkurap di lantai dengan bagian kepalanya yang terlihat penuh cola.

1 detik, 2 detik, 3 detik… jiyong tidak juga bergerak. Sandara berkedip beberapa saat dan memilih untuk mendekati jiyong. baru saja ia akan mendekati jiyong, lelaki blonde itu bangkit dan melap wajahnya dengan tangan.

Sandara terdiam di posisinya memandang jiyong lekat. Jiyong sendiri merutuki tingkahnya yang tidak seperti biasanya itu.

Ada apa denganku?! batinnya kesal. jantungnya berdegup.

Sandara mengeluarkan sesuatu dari kantung roknya dan berjongkok didepan jiyong. lelaki itu terkesiap, tangannya berhenti melap wajahnya yang penuh cola. Saat itu pula tangan sandara bergerak dan segera melap wajah jiyong dengan sapu tangannya.

Jiyong merinding ketika kulit wajahnya bertabrakan dengan kulit tangan sandara yang halus. Jiyong jadi mual sendiri merasakan betapa tergelitiknya perutnya saat ini. usapan sandara pada wajahnya begitu lembut dan telaten. Seperti tidak ingin melukai wajah tampan jiyong. saat ini jiyong mungkin sudah kembung karena air liur yang diteguknya sudah mencapai satu ember. Dan entah kenapa, jiyong merasa begitu nyaman atas perlakuan sandara. Ditambah lagi jiyong tidak bisa berhenti menatap mata dan bibir merona gadis super cantik itu.

Sandara merasa aneh dengan jiyong yang terlihat mengintimidasinya. Dengan cepat, sandara menarik tangannya menyadari bahwa jiyong terlihat shock dengan perlakuannya.

“ah, ma-maaf aku sudah lancang.” Sesalnya dan mencoba berdiri menjauhi jiyong.

Set

Entah keberanian dari mana, jiyong segera berdiri dan menarik tangan sandara. Sandara menoleh kaget menatap jiyong.

“ji, ada apa denganmu?” sandara terlihat bingung. jiyong menggenggam lengannya cukup kuat saat ini.

Jiyong mulai terpaku menatap wajah sandara yang tiba-tiba terlihat bersinar. Ini hanya perasaannya atau memang wajah sandara bersinar?

Mulutnya mulai terbuka. Sandara menanti apa yang akan jiyong ucapkan. Tangan lelaki itu mulai berkeringat. Sandara menaikkan alisnya bingung.

“dee..”

“ya, ada apa ji?”

Jiyong mulai kehilangan kesadarannya. Sial, jiyong merasa mulutnya mulai bergerak mengucapkan hal yang tidak seharusnya.

“apakah aku.. menyukaimu?”

Sandara terbelalak. begitu pula yang mengucapkan. Jiyong meneguk liurnya. Ia merutuki sifat mulutnya yang sangat susah menyembunyikan perasaannya.

Sandara menggaruk tengkuknya dengan tangannya yang bebas. “a-aku juga menyukaimu ji. Kau baik dan memberiku tumpangan disini, juga memberiku makan.” Sandara berkata pelan dengan agak terbata.

Jiyong menggeleng. Ia menarik sandara semakin dekat padanya membuat sandara mulai gugup. Wajahnya merona.

“tidak, bukan seperti itu.”

Sandara mulai merasakan wajah jiyong yang mulai mendekat. Sandara memundurkan wajahnya seiring wajah jiyong yang akan menimpa wajahnya.

Dan keberanian itu datang lagi. jiyong segera menempelkan bibirnya pada bibir merona sandara.

Sandara terbelalak begitu lebar. Jiyong menutup matanya. jiyong memeluk pinggang sandara agar ia terhempas kebelakang dengan tangannya yang bebas.

Jantung jiyong berdegup begitu kencang sampai ia merasa takut jika sandara mendengarnya. sandara sendiri berusaha mengontrol debaran jantungnya saat ini. keduanya sibuk mengontrol perasaan masing-masing sampai akhirnya jiyong menghentikan ciuman itu.

Jiyong menjauhkan wajahnya dari wajah merah sandara. Sandara menatapnya dengan banyak pertanyaan dan tuntutan.

Jiyong meneguk liurnya. Bibir sandara begitu manis dan lembut. Membuatnya menyesal mengakhiri adegan tadi.

“j-ji..”

Jiyong menatap sandara lembut untuk menjawab tatapan sandara.

“aku tau ini sangat lancang dan tiba-tiba. Aku bingung apa yang terjadi padaku. pikiranku terus tertuju padamu. Dan aku tau, kita bahkan baru bertemu 3 hari yang lalu. tapi ini terasa begitu lama bagiku. Kau mencuri seluruh perhatianku dan bahkan membuatku sangat khawatir ketika kau tidak berada disampingku. Entah sejak kapan aku merasakan ini, tapi kau betul-betul tidak bisa pergi dari pikiranku. Aku takut ini terlalu terburu-buru. Tapi aku ingin memastikannya. Jujur, aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Aku terlalu dingin dan tidak bisa mengekspresikan perasaanku. Tapi kau mencuri semuanya, dee. Kau membuatku menjadi si konyol jiyong.”

Sandara mencerna semua perkataan jiyong dengan perlahan. matanya beradu dengan mata jiyong.

Jiyong tidak menyangka akan melakukan semua ini. sungguh, semua di luar kendalinya sekarang.

“apakah aku benar-benar menyukaimu?”

Dan inilah si konyol jiyong itu.

 

 



TBC

next >>



Note : ohmygod ini chapter panjang banget kan ya wkwk gak sadar ngetiknya eh malah lewatin max words per-chaptnya. Biarlah, supaya puas gitu hehe. chapter 5nya lagi proses ya jadi gak janji bisa post besok. Dan soal siapa yang masukin barang ke tas dara itu, bakal ketahuan di chapter 6 atau chapter 7. Aku lagi seneng banget karena bnyak juga yang nunggu ff gaje ini wkwk. Sebenernya ini ff udah lama kesimpen di draft, tpi tiba-tiba ngefeel lagi buat bikin eh malah panjang gini. Dan soal ada yang komen tentang ganti ‘jesus’ jadi ‘tuhan’, baiklah sesuai permintaan readers aku penuhi^^ btw aku islam juga kok, Cuma terlalu mendalami karakter castnya nih hehe maaf ya buat yang muslimL oh ya, kalo masih ada yang kurang, mohon di tegur lagi ya, aku usahaian biar bisa diperbaikJ

Makasih udah nunggu ff abal-abal ini wkwk hengsho daragon and applers!~

 

28 thoughts on “[Series] Coming To You – 4

  1. Omg , akhirnya jiyong . Lu gentle bnget disini !! Ayoo dara balas perasaan jiyong . Kebahagianmu itu jiyong , jdi udah deh jngn ingat masa kerajaanmu itu .. aigooo sweet banget . . Lanjut lagi , udh ga sabar nunggu jwaban dara .

  2. Jiyong oppa main cium cium dara unnie nih yee. Bisa nggak ya ff ini beneran dijadiin drakor terus yang main tetep dari ff ini😍

Leave a comment