Ahjumma Next Door [Chapter 31] : The Kwon Sibling

Author        : silentapathy
link            : asianfanfics
Indotrans   : dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

 

Yongbae melepas kacamata hitam yang dia kenakan saat sebuah buah mobil hitam diiringi oleh tiga buah mobil lainnya berhenti.

“Bang sudah sampai.” Yongbae menginformasikan kepada yang lain. “Apa mereka bodoh? Melakukan transaksi di siang bolong begini, mereka pikir tidak aka nada yang mencurigai mereka?”

 

 

“Aku penasaran apa yang membuat Dongwon begitu lama.” Kata TOP, sekarang berada di dalam kamar kacil yang ada di kasino. “Deukkie dan yang lainnya sedang mencoba memasang kamera pengintai.”

 

 

“Sedang mengikuti van JYP tapi aku tidak bisa melihat orang-orang yang ada didalamnya.” Kata Seungri.

“Bagaimana dengan Akira, Daesung?” tanya Tablo.

“Aku baru saja mengecek. Dia pergi ke Jepang.” Jawab Daesung.

“Dimana Jiyong?” tanya Tablo.

“Dia ada di ruang pengendali. Dia bilang dia ingin memeriksa rekaman CCTV.” Jawab Yongbae.

“Dan dia sama sekali tidak membawa alat komunikasi apapun? Apa yang sedang dia pikirkan sekarang?”

 

 

“Dia akan baik-baik saja. Kamu mengenalnya kan.” Jawab Yongbae.

==========

“HAYIIII!!! LARI!!!” Lydia berteriak pada keponakannya saat para lintah darat menghancurkan kedai ikan mereka.

Hayi mengumpulkan segenap kekuatannya untuk berdiri dan kabur dari tempat itu.

“D*mn para lintah darat itu!” umpatnya. “Jangan khawatir bibi, aku akan kembali!”

 

“Tangkap dia!” pria yang paling besar memerintahkan anak buahnya.

“Kalian tidak akan bisa menandingiku!” kata Hayi mempercepat larinya.

==========

“Aisht, sekarang dimana si tikus itu?!” CL bergumam dengan kesal.

Dia sudah berkali-kali memencet bel tapi tidak ada seorang pun yang membukakan pintu.

“Aku bahkan sudah meminta pembantu di rumah memasakkan ini untuknya! Aisht!” katanya lalu menendang pintu.

“CL sunbae!” CL berbalik dan menemukan Krystal dan Sully berdiri dibelakangnya.

“Oh, hai selamat pagi!” sapanya.

“Selamat pagi.” Kedua gadis itu membungkukkan badan padanya. “Kamu datang pagi.” Komentar Krystal.

“Ah, neh… Aku… Aku membawakan ini untuk… Untuk… Untuk Dara-unnie!”

 

“Chincha?” Sully menaikkan alisnya. Dia tidak melihat CL berdiri didepan pintu apartemen Dara.

“Neh! Ngomong-ngomong kalian mau pergi kemana?” CL memperhatikan penampilan mereka berdua.

“Ah… Akhirnya kami dikontrak oleh salah satu agensi!” kata Krystal sambil mengatupkan kedua tangannya, menyampaikan berita gembira mereka.

“Oh itu bagus! Agensi apa?”

 

“JYP!” jawab Sully.

“JYP…”

 

“Kenapa sunbar?” tanya Krystal.

“Ah, ani… Hanya saja aku belum pernah bertemu satu pun model mereka sebelumnya… Well sampai sekarang akhirnya kalian resmi bergabung disana.” CL tersenyum kepada mereka. “Selamat!”

 

“Kamsahamnida, sunbae. Kami harus segera pergi!” kata Sully lalu keduanya membungkukkan badan.

“Neh.” CL tersenyum dan berbalik kearah pintu apartemen Dara, tapi masih sempat melirik apartemen sebelah.

“Kupikir dia meminta imbalan dengan aku menjadi pelayannya? Aisht.” Gumamnya sebelum memencet bel pintu apartemen Dara.

==========

“Beritahu Dara dan yang lainnya untuk menjaga jarak dari Jaejoong. Kita tidak akan pernah tahu.” Kakek Park memberi tahu Teddy.

“Kenapa Anda tidak memberitahuku lebih awal, aku akan lebih bisa memahamimu harabeoji. Aku tidak tahu Anda telah menyimpan hal ini selama bertahun-tahun. Tapi bagaimana bisa Dongwon berakhir seperti ini?”

 

“Kuberitahu kamu, dia itu serakah. Dia terlibat dengan gang dan pengedar narkoba terlalu lama dan aku pun terlambat mengetahui tentang hal ini, aku selalu berharap tidak akan pernah kembali karena pria itu sangat ingin menikahinya. Setelah ayahnya meninggal, Dongwon merasa bebas dan dia bahkan mengancamku dengan rahasia keluarga kita jika aku tidak mau membantu proyek kasinonya. Jadi aku menyerah padanya. Dua kasino itu, kamu tahu kan? Aku sangatlah bodoh karena mempercayai bahwa semuanya akan langsung selesai begitu aku memutuskan hubungan dengannya. Aku tahu dia tidak akan membiarkanku begitu saja. Tapi aku harus melakukannya, untukmu, untuk cucu-cucuku.”

 

“Jadi selama bertahun-tahun, dia menjadi semakin serakah terhadap kekuasaan dan pengaruh.” Ujar Teddy. “Tunggu harabeoji! Kenapa kita tidak melaporkan hal ini pada paman Hyunsuk?” Teddy mengusulkan.

“Aku sudah memikirkan tentang hal itu… Aku takut pada apa yang akan terjadi kepada keluarga kita, Teddy.”

 

“Kita akan melaluinya, harabeoji. Kita pasti bisa melalui ini semual.” Teddy menenangkan kakeknya.

===========

“Pak, Anda bisa beristirahat sekarang. Saya yang akan selanjutnya berjaga.”

 

Si petugas jaga melirik kearah jam tangannya. Dia baru akan menolak tapi perutnya sudah mulai protes.

“Aigoo… Aku tidak sempat sarapan tadi pagi.” Kata pria itu, bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu.

Pria yang satunya lagi hanya bisa semakin menundukkan kepalanya dan menempati tempat duduk yang barusan ditinggalkan.

“Tunggu…” si penjaga kembali membuat Jiyong membeku.

“Kamu pasti baru disini.”

 

“Mwo?”

 

“Kamu pasti pengganti itu. Aigoo… Aku merindukan teman lamaku itu. Dia ditemukan tewas kemarin. Aku sudah memperingatkannya untuk tidak pergi ke basement.” Pria itu berkata dengan muram sambil menggelengkan kepalanya.

“Basement?”

 

“Neh. Jangan berani-berani kamu pergi kemanapun selain tempat yang diijinkan untuk kita, nak. Ini semua demi kebaikanmu sendiri.” Pria itu menepuk bahu Jiyong. “Aku harus pergi. Perutku sudah kembali protes.”

 

 

Jiyong menyentuh kumis palsu yang dia gunakan untuk menyamar barusan dan membetulkan letak topinya. Dia mendesah lega dan diam sejenak untuk mencerna perkataan pria tadi.

Basement.

Mengerti.

Dia kemudian mulai melihat rekaman cctv. Matanya hampir melompat keluar saat melihat tetua keluarga Park bersama dengan Dongwon masuk dalam sebuah ruangan. Dia mencoba untuk menemukan rekaman cctv di ruangan itu tapi tidak ada.

Mengeluarkan semua peralatan yang telah dia siapkan, dia mulai mengkopi semua file yang dia butuhkan.

==========

“Unnie…” Minzy mencolek Bom.

“Aigoo, apa yang terjadi padanya?” Spiffy melipat lengannya di dada.

“Unnie!” MInzy berlari kearah CL begitu dia melihatnya.

“Kenapa, Minzy?” CL bertanya pada Minzy yang terlihat terburu-buru menghampirinya.

“Terima kasih Tuhan kamu daang tepat waktu! Gladi bersih akan segera dimulai tapi Bom unnie terus saja melamun! Dia bersikap aneh sejak pagi ini.”

 

CL menyipitkan matanya dan menatap kearah Bom – mengabaikan MInzy dan Spiffy.

CL memberi isyarat kepada para staf di panggung untuk bersiap.

“Yah, unnie. Unnie!” dia mengguncang tubuh Bom, tapi dia sama sekali tidak bergeming.

“Kamu benar-benar menginginkannya ya?” katanya sambil berkacak pinggang.

“TOP OPPA!!! HALO KAMU DATANG KEMARI! AIGOO KAMI TIDAK—“

 

“Seunghyun! DImana Seunghyun!” tiba-tiba Bom langsung berdiri – hingga membuat kursinya jatuh – dan mengedarkan pandangan, tapi TOP tidak ada dimana pun… Hanya ada Minzy, Spiffy, dan CL didekatnya.

“Jadi… Hanya itu yang diperlukan, eh?” Spiffy menaik-turunkan alisnya.

Bom langsung menatap CL tajam.

“Kamu mau mati, huh?!!!”

 

“Berhentilah melihatku seperti itu unnie… Aku melakukan itu karena kamu sepertinya tersesat ke dunia lain – duniamu dan TOP oppa. Aigoo.” CL beralasan kemudian berbalik menatap para staf di panggung. “Ayo guys, kita mulai sekarang.”

 

 

“Jadi dia dengan pria tinggi itu. Mereka terlihat serasi sepertinya!” Spiffy bertepuk tangan girang.

“Aku tahu itu.” Minzy tersenyum dan dalam hati mencatat itulah yang harus digunakan jika Bom kembali melamun.

==========

Dara mengambil kunci dari dalam sakunya begitu dia mencapai lantai apartemennya. Dia baru saja makan siang dengan CL. Dia meminta CL untuk memberitahukan kepada yang lain bahwa dia tidak akan kembali ke kantor karena dia harus mulai mengepak barang yang akan dia bawa kembali ke rumah besar.

Dia berbelok ke kanan – ke arah apartemennya – tapi langsung berhenti begitu melihat seorang gadis berambut pirang tengah duduk di lantai, didepan pintu apartemen Jiyong dan Seungri. Gadis itu mengenakan celana jins rombeng sementara kaosnya kotor dengan tanah dan entah noda apa lagi. Gadis itu terlihat sangat kecil dan lemah – tapi tidak kurus, dengan rambut acak-acakan, dan kepalanya diletakkan diatas lututnya.

“P-p-ermisi?” Dara berlutut dihadapan gadis itu.

Perlahan gadis itu mengangkat kepalanya, membuat Dara terkesiap.

“Ya Tuhan! Apa yang terjadi pada wajahmu?” Dara menyentuh wajah gadis itu, wajahnya kotor dan ada luka gores disana, membuat gadis itu berjengit. “Oh maaf. Siapa namamu? Apa yang sedang kamu lakukan disini?”

Hayi melihat wanita yang berlutut dihadapannya. Dengan rok panjang dan baju rajutan menutupi tubuhnya. Sebuah syal melilit dilehernya dan rambutnya diikat sembarangan. ‘Sepertinya dia tidak berbahaya,’ pikir Hayi. Tidak akan ada masalah jika dia bertanya tentang oppanya kan?

“Aku… Aku mencari Kwon Jiyong… Apa kamu mengenalnya?” tanyanya.

Dara mengerutkan alis. “K-kwon J-jiyong?”

Hayi mengangguk dan memegang lengan Dara.

“Aku menempuh perjalanan beberapa jam hanya untuk bisa menemukan alamatnya. Paman penjaga bilang dia tinggal disini… U-unnie, katakan padaku kamu mengenal oppaku. Kamu harus mengatakan dimana dia sekarang!” katanya dengan mata berkaca-kaca.

“Oppa?”

“Neh… Aku Hayi… Adiknya! Unnie tolong aku, kumohon. Bibiku kutinggalkan di Busan dan para lintah darat itu mengejarku! Kedai ikan kami sudah mereka hancurkan! Aku dalam masalah serius. Aku harus bertemu dengan oppa!”

==========

“Aku masih belum bisa menghubunginya.” Dara memberitahu gadis itu, yang sekarang sedang sibuk makan, seolah dia bertahun-tahun tidak bertemu dengan yang namanya makanan.

“Kami sudah mencoba menghubunginya juga sebelumnya, tapi tidak tersambung. Jika bukan karena bibi Lysia, aku tidak akan mau repot-repot datang kemari. Meskipun aku sudah berencana untuk datang kemari, tapi aku menahan diri. Oppaku punya perangai buruk. Aku bahkan seringkali berpikir bahwa dia sebenarnya benci bila melihatku.” Gadis itu memanyunkan bibirnya sebelum akhirnya mulai menyerbu cup ramyun ketiganya.

“Hei, apa yang membuatmu bilang begitu?” Dara merasa penasaran. Dia sama sekali tidak tahu apapun tentang kehidupan masa lalu ataupun keluarga Jiyong.

“Dia tidak mengunjungi kami selama satu tahun ini. Dia selalu bilang bahwa pekerjaannya itu berbahaya dan kami harus menjaga jarak demi keamanan kami sendiri. Aku beberapa kali mencoba mencari perhatiannya dengan sering membuat masalah sebelumnya tapi dia tidak pernah pulang untuk menemuiku. Dia memang selalu mengirimi kami uang untuk biaya hidup kami. Dia bertanggung jawab terhadap kami dan hal itu membuatnya merasa bangga. Tapi bibi menutupi beberapa hal yang kulakukan karena tidak ingin membuat oppa cemas… Seperti saat aku meledakkan seluruh laboratorium. Membuat bibi harus meminjam uang kepada para lintah darat itu. Dan aku harus berhenti sekolah karena tidak ada sekolah di Busan yang mau menerimaku.” Gadis itu mengedikkan bahu lalu menyuapkan mie kedalam mulutnya dengan sumpit.

Tangan Dara terbang menutupi mulutnya. Bagaimana mungkin gadis ini bisa berbicara tentang masalah seperti itu dengan santai seperti ini?

Hayi baru akan menyeruput kuah ramyun dari cupnya saat melihat ekspresi keterkejutan Dara.

“Apa kamu baik-baik saja, unnie?”

“Aku… yeah… tentu saja…” kata Dara begitu dia sadar. “Jadi… Apa yang harus kita lakukan sekarang? Maksudku kamu harus pulang dengan membawa uang kan?”

Hayi mengangguk dan meletakkan sumpit dan cup ramyunnya.

“B-b-erapa banyak yang kamu butuhkan?” Dara berpikir untuk meminjamkan uangnya.

“Kamu mau meminjamiku uang?” tanya Hayi sambil mengusap hidungnya sengan punggung tangannya.

“N-n-eh… Jika… Jika aku memiliki sebanyak yang kamu butuhkan, kenapa tidak?”

“10 JUTA WON!” Kata gadis itu senang.

Dara melihat gadis itu, menilainya.

“Aku berkata jujur, 10 juta won…”

“O-oke…” Dara berdiri dan baru akan mengambil buku ceknya saat Hayi kembali berkata.

“Unnie, mereka hanya menerima uang cash.”

“MWORAGO?”

==========

Dongwon menyeringai saat salah satu orangnya membisikkan sesuatu kepadanya saat mereka berjalan menuju salah satu ruangan mewah di kasino.

“Aigoo… Mereka tidak pernah belajar. Penggil yang lain dan katakan untuk mengecoh para idiot itu.”

TOP mempersiapkan dirinya saat mendengar dari Yongbae bahwa Dongwon telah sampai. Dia baru saja selesai memasang alat perekan dibawah meja yang dia perkirakan merupakan sudut favorit Dongwon… Dia hanya tinggal menemukan yang lainnya sekarang. Cepat-cepat dia mengenakan kacamata hitamnya dan menarik resleting mantelnya hingga keatas.

“Hai ladies.” Sapanya pada dua orang gadis yang berada di sudut dan dia membalikkan punggungnya kearah Dongwon. “Hai yang disana, tampan.” Gadis-gadis itu tersenyum menggoda.

TOP menaikkan alisnya saat yakin Dongwon sudah berada di tempatnya. “Sorry girls, aku harus segera pergi. Aku akan menemui kalian lain waktu.” Katanya sambil menaikk-turunkan alisnya membuat kedua gadis itu kecera.

“Dia sudah berada disana. Hyung aku tidak bisa menemukan Deukkie dan yang lainnya.” Dia melapor pada Tablo.

“Cepat keluar dari sana! Mereka baru saja keluar dari gedung dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju ke markas besar. Seungri dan Daesung sedang mencoba untuk menangkap van JYP dan Bang. Yongbae berada diluar menunggumu.” Perintah Tablo.

“Bagaimana dengan Ji—“

BANG! BANG!

“Diatas!” salah seorang pria berteriak.

“F*CK!” umpat TOP dan langsung keluar dari dalam gedung.

“Keluar dari sana segera!” Tablo kembali memperingatkan tapi TOP tidak menjawab. Dia berlari ke pintu keluar terdekat darinya dan mencoba menemukan tangga darurat terdekat.

“Hyung ruang pengendali ada di lantai berapa?”

“Lantai 4! Dimana kamu?”

“Di tangga darurat! D*mn!” katanya sambil berlari ke lantai 4. Dia baru akan baru akan mencapai pintu saat dia mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya. Tanpa membuang waktu lagi, dia mengeluarkan pistol dan merapatkan tubuhnya ke dinding.

BANG! BANG!

TOP mendengar suara tembakan dan langsung memejamkan matanya. Kali ini dia mendengar lebih banyak suara langkah kaki mendekat kearahnya.

Semakin mendekat ke pintu keluar.

Ke tempat dimana dia berada.

Dia mendesah berat dan menggenggam pistolnya lebih erat, dan tepat saat itu pintu terayun terbuka menampakkan Jiyong. Yang memegangi lengan kanannya, dengan darah menetes keluar.

“F*ck!” unpatnya sebelum mengarahkan pistolnya ke pria dibelakang Jiyong dan menutupi wajahnya dengan kerah mantelnya. TOP menembakkan pistolnya, tapi langsung meleset begitu Jiyong kembali dan menangkap pria yang tertembak.

“Pergi dari sana!” Teriak TOP pada Jiyong sambil menarik pri yang tertembak itu keluar.

“Masih hidup.” Jiyong menyeringai saat merasakan denyut nadi pria itu dan menarik pintu hingga tertutup dan menguncinya dari luar saat mendengar suara langkah kaki yang semakin banyak.

“Ayo pergi. Aku berhutang padamu kali ini hyung.” Kata Jiyong sambil setengah melompat setengah berlari menuruni tangga, masih dengan memegangi lengannya yang berdarah.

TOP meraih lengan si pria yang satu lagi dan menyeretnya lebih cepat, kearah Yongbae yang sudah menunggu mereka didalam mobil.

“Hyung. Dia tertembak!” TOP memberi tahu Tablo.

“APA?! Dimana Jiyong?”

“Sekarang dia bersamaku. Dan dia membawa sandera salah seorang anak buah Dongwon dengan kami.”

“Hati-hati.” Kata Tablo.

“Katakan itu pada Seungri dan Daesung! Disini ada pria bersenjata! Siapa tahu mereka mengikuti van yang salah!” TOP menjawab.

==========

“Kita akan sampai kesana dengan mudah. Katanya kita akan sampai setelah tiga jam..” Dara memberi tahu Hayi saat membaca hasil pencariannya di telepon. Mereka menggunakan KTX (T/N: semacam kereta komuter yang ada disana) dan yang pasti itu jauh lebih nyaman dari pada berkendara dengan bus.

Dia belum pernah bepergian kecuali ke apartemennya, pasar, rumah besar keluarga Park, dan kantor DB & Co. Dia harus mencari tahu informasi tentang bagaimana pergi ke Busan dalam hitungan waktu tercepat.

“Bisakah kamu menghubungi oppaku, unnie?” tanya Hayi pada Dara. “Dia seharusnya sudah pulang sekarang.”

Dara melihat kearah teleponnya dan menyadari sekarang sudah jam 4 sore. Dia menelepon ommanya barusan untuk memberitahukan bahwa dia tidak akan pulang malam ini tapi dia tidak mengatakan bahwa dia tengah pergi. Dia berencana untuk menemani Hayi pulang karena tidak bisa membiarkan gadis kecil itu pergi sendirian begitu saja dengan membawa sejumlah besar uang.

Dia sudah menghitung waktuya. Mereka akan sampai sebelum pukul 7 malam dan kemungkinan dia masih akan bisa menemukan moda transportasi untuk kembali ke Seoul.

Menekan nomor telepon Jiyong, Dara memberanikan diri menelepon pria itu. Dia tidak yakin dia akan membuat pria itu senang atau justru membuatnya marah. Tapi Jiyong harus tahu. Keningnya berkerut saat dia masih belum bisa menghubungi Jiyong. Dia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Ada apa? Apakah dia mengganti nomor teleponnya? Dara juga sudah mencoba menghubungi Sungri dan Yongbae, tapi mereka juga tidak bisa dihubungi.

“Hayi teleponnya masih belum bisa dihubungi, juga teman-temannya.” Dara memberi tahu gadis itu. “Tapi jangan cemas, kita sudah meninggalkan pesan untuk merekakan? Dia pasti akan membacanya begitu sampai rumah.” Dia mencoba menenangkan gadis itu, dan juga dirinya sendiri. Perasaan cemasnya entah bagaimana tergantikan dengan rasa kasihan pada Hayi saat gadis kecil itu mengangguk perlahan lalu mengalihkan wajah sedihnya.

Dara mendesah. Bagaimana mungkin gadis muda ini memikirkan hal-hal rumit dalam kepalanya? Dia mengetahui dari cerita Hayi tadi bahwa dia baru memasuki 16 tahun hidupnya dan bahwa mereka sudah kehilangan orang tua sejak masih belia. Hayi tinggal bersama dengan bibinya Lydia yang merawatnya dan Hyunsuk, ayahnya sendiri, adalah yang membiayai kehidupan dan pendidikan Jiyong sejak saat itu.

Dia merasa sedih atas apa yang menimpa mereka. Atas apa yang menimpa Jiyong. Dia tidak pernah menyangka bahwa pria itu memanggul beban yang begitu berat di bahunya.

Perlahan dia mengelus rambut pirang Hayi yang kotor dan membiarkan kepala gadis itu bersandar di bahunya.

Selama ini, Jiyong lah yang selalu melindunginya. Ini tidak akan menjadi masalah jika dia membalas kebaikan pria itu sekarang.

==========

Jiyong mengucek matanya begitu memasuki ruangan yang sudah tidak asing lagi baginya.

Kamarnya.

“Hyung.” Dia mendengar seseorang berkata. Dia menoleh dan menemukan Seungri dan Daesung berada disampingnya. Dia mencoba untuk duduk tapi langsung terjatuh ke tempat tidur, saat itulah dia merasakah sakit di lengan kanannya.

“Jangan memaksakan diri. Pelurunya sudah dikeluarkan tapi kamu kehilangan banyak darah. TOP hyung membawamu ke gudang tuda dan Tablo hyung mengirimkan dokter kesana tapi kami menyarankan membawamu kemari agar kamu bisa beristirahat dengan lebih baik.” Daesung memberitahunya.

“Dimana TOP hyung dan Yongbae sekang?” tanya Jiyong.

“Masih di gudang tua. Tablo hyung ada di markas besar. Dia juga sedang memonitor kamera pengawas yang si kembar dan yang lain pasang tadi.” Jelas Seungri.

Jiyong hanya mengangguk dan memejamkan matanya. Dia kemudian meletakkan lengannya yang bebas menutupi matanya. Dia meringis begitu mengingat apa yang terjadi tadi.

Dia masih akan mengkopi beberapa file saat petugas penjaga yang sebenarnya datang. Dia tertangkap basah dan penjaga itu hanya berdiri membeku saat dia mengarahkan pistol dan menembaknya. Beberapa saat kemudian semua file selesai dia kopi. Pria itu memohon untuk tidak membunuhnya, dan Jiyong juga tidak punya rencana untuk membunuhnya. Selesai dengan urusannya, dia memberesi peralatan dan meyimpannya didalam saku. Dia baru akan keluar dari ruangan itu, namun justru terkejut saat dia mendengar suara tembakan dan seorang pria jatuh dihadapannya, mati, menampakkan pria yang tadi dia lumpuhkan – yang mana seragamnya dia kenakan untuk menyamar. Dia tersudutkan oleh pria tinggi berjas hitam yang mengarahkan senjata padanya.

Jiyong melawan dan berhasil kabur, sangat berharap rekaman yang berhasil didapatkannya dapat tersampaikan kepada Tablo atau yang lain. Tapi saat dia berbelok dari koridor menuju pintu keluar, salah seorang dari pria-pria itu berhasil menembak lengan kanannya. Dan untungnya, TOP datang memberi bantuan, tepat waktu.

Jiyong ingat pada pria itu, pria yang ada di ruang pengendali. Pria yang memperingatkannya tentang basement.

Basement.

Jiyong langsung menegakkan badan begitu mengingat tentang hal itu. Dia merasakan sakit pada lengannya tapi tidak dihiraukannya.

“Hyung! Jangan terlalu banyak bergerak!”

“Bagaimana dengan van yang kalian ikuti?” Jiyong bertanya kepada keduanya. sepenuhnya menghiraukan Seungri yang mencemaskan kondisinya.

“Kupikir apa yang dikatakan TOP hyung ada benarnya. Kami mengikuti van yang salah. JYP berhenti pada sebuah acara. Sementara senator Bang meninggalkan kasino dan kembali ke kantornya.” Daesung menjelaskan.

“Dongwon sampai disana tidak lama setelah orang-orangnya hampir menangkapmu. Untung saja TOP hyung masih ada didalam.”

“Aku bisa mengurusi diriku sendiri.” Kata Jiyong sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar.

“Tunggu hyung!” panggil Seungri dibelakangnya. Dia mengambil sebuah kertas berisi pesan dari dalam sakunya dan memukul kepalanya begitu dia membacanya sekali lagi.

“Yah, kamu pikir apa kita perlu memberi tahunya?” Daesung bertanya pada Seungri.

“Tidak sekarang, dia masih terluka.” Jawab Seungri.

“Tapi dia pasti akan marah jika kita tidak segera memberi tahunya!” Daesung beralasan.

“Kalau begitu kamu yang mengatakan kepadanya! Aku tidak mau menjadi sandsack!” Seungri membalas.

“Aisht!” Daesung menjitak kepala Seungri sebelum akhirnya kaluar dari kamar.

==========

“Unnie…” Hayi menarik lengan baju Dara.

“Neh?”

“Kamu baik-baik saja? Kamu sepertinya kaget dengan kondisi rumah kami. Seharusnya rumah ini indah. Tapi karena para lintah darat itu datang kemari dan membuang barang-barang kami, ini jadi begini.” Jelas Hayi seolah itu adalah yang normal. “Kamu bisa duduk disana sementara ini.” Hayi menunjuk ke anak tangga terbawah.

“Bibi Lydia! Bibi! Kami pulang!” Hayi berteriak sambil berjalan kesana-kemari.

Dara sejenak ragu tapi akhirnya menyerah. Dia sangat lelah dan juga mengkhawatirkan gadis kecil ini dan Jiyong.

Dia mengeluarkan teleponnya dan menghubungi Jiyong lagi.

==========

Jiyong menyesap rokoknya sambil menatap langit yang sedang tidak berbintang. Dia melihat ke sisi kiri dan mengerutkan alisnya saat melihat apartemen Dara dalam keadaan gelap.

“Dia pasti sudah pindah.” Katanya pada diri sendiri. Dia menyandarkan tubuhnya ke pagar jeruji balkon dan ingat untuk menyalakan teleponnya dan hendak menghubungi Tablo untuk melaporkan informasi yang berhasil dia peroleh.

Begitu dia menyalakan teleponnya, nama Dara langsung muncul di layar.

“Yoboseyo?” jawabnya langsung.

“J-j-iyong? D-d-imana kamu? Kami sudah meneleponnya seharian ini.” Dara tidak bisa menahan diri untuk tidak langsung bertanya padanya.

“Aku di rumah. Kenapa? Apa yang terjadi? Kami? Siapa?” tanyanya runtut saat dia merasakan sesuatu dari suara Dara.

“Hyung, kami perlu memberitahumu sesuatu.” Seungri memanggil Jiyong dari belakang. Dia kemudian menyenggol Daesung untuk melanjutkan.

“Dara noona…”

“MWORAGO???” Jiyong berbalik menghadap Seungri dan Daesung, dengan telepon yang masih menempel di telinganya, badannya gemetar karena marah.

“Uh-oh…” Daesung mundur selangkah dan menarik Seungri.

“Kupikir sekarang dia sudah tahu.” Dia menelan lkudah dengan berat.

==========

“Paman aku minta maaf, aku benar-benar tidak tahu.” Jiyong menjelaskan kepada Hyunsuk. Dia perlu untuk memberi tahu pamannya itu, atau nanti dia akan mendapatkan masalah saat pamannya mengetahui tentang hal ini.

“Aisht! Anak itu! Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Hyunsuk.

“Aku akan menjelaskan begitu kami kembali ke Seoul paman. Tolong beritahu bibi Eunju agar tidak cemas.”

“Arasso. Aku percaya padamu. Berhati-hatilah dan sampaikan salamku kepada Lydia dan Hayi.”

“Terima kasih. Aku pergi dulu paman.”

Jiyong memasukkan teleponnya kedalam saku dan melihat keluar kereta dan menggertakkan gigi. Tiga jam lagi. Tiga jam lagi sebelum dia sampai rumah.

Rumah yang sebelumnya berisi kebahagiaan, berisikan tentang janji-janji orang tuanya akan masa depan.

Jiyong memikirkan tentang Dara. Tepat begitu dia sedang berkonsentrasi pada misinya, kenapa gadis itu harus selalu melibatkan diri dalam kehidupannya?

Dia mendesah lalu memejamkan mata saat merasakan sakit di lengannya – lagi.

==========

A/N:

Desclaimer:

Nama-nama yang digunakan sebagai penjahat maupun tokoh antagonis lainnya adalah hanya untuk kepentingan cerita dan bukan untuk bashing atau sebagianya.

Catatan:

Terima kasih telah membaca cerita ini dan maaf untuk kesalahan-kesalahannya.

Ini hanyalah hasil dari imajinasi sekaligus rasa sayangku pada OTP-ku (daragon-red)

Aku tahu kemampuan menulisku masih banyak kekurangan dan aku menjadikan cerita ini sebagai ajang latihan untuk menjadi lebih baik.

*etc

btw, jika ada yang ingin mem-follow-ku di twitter.. @silentapathy18

………………………………………………….……

~TBC~

<<back   next>>

39 thoughts on “Ahjumma Next Door [Chapter 31] : The Kwon Sibling

  1. Oke aku bingung harus komentar apa mengingat masalah ini begitu complicated dan seru…
    Aku akan lanjut ke Chapter berikutnya xoxo

  2. Kalo aku ada di sana (ditempat jiyong oppa n top oppa berada) aku akan membunuh orang yg nyakitin jiyong oppa #sadis😄 wuihh hayi itu lee hi kann? Dara unnie sama hayi ke busann😍

Leave a comment