Good Boy : Part 1 (Overprotective)

good-boyAuthor : VA Panda
Genre : Romance, Drama, Slice of Life, Comedy
Duration : Chaptered (1/7)
Starring : Sandara Park, Kwon Jiyong, Lee Seungri, Park Bom, Lee Chaerin, Lee Sung Kyung,

.

.

***

.

.

Read this before : 

Good Boy : Description & Foreword

.

.

***

.

.

Part1 : overprotective

Bukan kali pertama untuk pria bergaya rambut klimis itu tersenyum dan menyapa setiap nama orang yang ia temui. Kwon Jiyong, melakukan hal yang membuat siapapun akan menganggap sikap ramah itu berangsur-angsur dengan sangat natural. Tak peduli jenis kelamin, usia, atau bahkan kasta jika orang itu Chaebol sekalipun. Jiyong sendiri pun menyukai sikap hangatnya, tak jarang pula oranglain ikut nyaman dengan perilaku yang ia berikan.

Sekarang, jam yang melingkar di pergelangan lengannya menunjukkan pukul tiga sore. Jiyong memiliki jadwalnya yang tidak akan sekalipun untuk pria itu lewatkan. Menyusuri lorong yang sepi dengan suara decit sepatu yang menggema, Jiyong berhenti sejenak saat menemukan kaca seukuran setengah badannya. Begitu sempurna, pikirnya selaras dengan menunjukkan sebungket bunga lili putih yang sebelumnya ia sembunyikan di balik punggung. Jiyong kembali mengulas senyum, memastikan bahwa senyumnya akan kian menawan sampai membuat gadis yang akan ia temui nanti langsung memeluknya.

Hyung!

Jarak kurang dari lima meter, Lee Seungri menyembulkan wajah yang hampir membuat Jiyong memuntahkan sumpah serapah jika saja moodnya tidak sebaik ini. Di sana, Seungri masih berlari menghampiri Jiyong dengan napas yang seolah tersedak kerikil di halaman belakang kampus tempat biasa mereka melakukan permainan bola tangan liar.

Hyung, apa kau tahu?”

Jiyong menaikan salah satu alisnya dengan muram. Pria itu sudah sangat lama mengenal Seungri dan jika ia melakukan hal yang menyebalkan dengan sebuah pertanyaan yang pertama kali terlontar, maka hal yang memuakan lain yang akan Jiyong dengar setelahnya.

“Cepat katakan,” dengan sedikit berbisik Jiyong bersuar “ini tidak ada hubungannya dengan Noona mu kan?” setelahnya Jiyong menjuruskan kedua mata setajam elang pada manik mata Seungri yang tanpa ia sadari membuatnya menciut.

“Bagaimana kau tahu kalau aku akan menceritakan Noona?

“Kau belum sadar? Kau akan melakukan hal yang sama seperti ini jika itu menyangkut kekasihku, Dara, Sandara!”

Omona, apakah terlalu ketara?”

“Hei! Lee Seungri, sekarang katakan berita tentang Noonamu!”

 

Seungri POV

Aku sangat bersyukur bahwa dewa di langit memastikan bahwa Jiyong hyung sudah menyantap makanan sebelumnya. Saat perutnya sedikit terisi, Jiyong hyung bisa mengontrol emosi namun berbanding jika perutnya kelaparan, entah … aku bisa gila membayangkan hal yang mungkin akan mengancam hidupku. Meskipun emosinya sedikit terkontrol tapi sikap overprotective nya akan selalu ditemui jika itu menyangkut gadis yang sangat ia cintai, ya dia adalah tetanggaku, Dara Noona.

Lihatlah sekarang! Jiyong Hyung terus menggenggam erat handphonenya yang semula telah berulang kali ia coba hubungi tapi gadisnya tidak sekalipun menganggkat handphonenya. Aku tahu, itu sangat membuatnya gila karena terbukti bahwa pria di sampingku ini mengacak rambut klimis yang telah ia tata sebelum menjemput Dara.

Demi tanah yang belum aku tahu dasarnya, aku sungguh sangat menyesal untuk memberikan informasi mengenai Dara noona. Lagipula, Chaerin hanya menelponku dalam durasi beberapa detik saat aku menanyakan keadaannya selepas satu minggu sebelumnya ia sakit tapi gadis itu justru membuat lahar panas yang muncul di kepalaku saat ia mengatakan tengah berlibur bersama Dara noona juga teman lainnya yang artinya ada pria di antara liburan mereka.

“Seungri, bagaimana bisa kau baru mengabariku saat Dara sudah berangkat dengan pria itu huh?!”

Jiyong hyung terlihat sangat kacau. Jika dapat aku gambarkan, rupanya yang sekarang bukan seperti seorang pria yang mampu membuat hati wanita manapun terbuai oleh pesonanya. Rambutnya sudah dapat ditebak akan seperti apa tentunya, lalu ditambah matanya yang memerah seperti kekurangan tidur selama berhari-hari. Gila, sangat gila untuk diungkapkan bahwa Jiyong hyung bisa berubah rupa menjadi sosok yang tidak ingin kebanyakan orang lihat dari waktu lima belas menit saja!

“Hyung, sebenarnya mereka berlibur satu kelas dan itu artinya banyak gadis-gadis lain yang akan melindungi Dara noona, terlebih Chaerin bersama dengan mereka.”

Aku mengungkapkan semua kata-kata yang Chaerin berikan padaku saat aku berteriak murka padanya. Ya, Lee Chaerin memang bukan gadisku, kami hanya teman bahkan lebih layak seperti Tom and Jerry jika saja Chaerin tidak dalam kelas akselerasi meninggalkanku seorang diri yang dibuntuti oleh Naeun setiap harinya.

“Sekarang kau memperburuk setiap rentetan kejadian yang tersusun rapih di otakku, Seungri! Banyak gadis lain dan itu artinya banyak pula pria yang menemani mereka!” Suara teriakan Jiyong hyung membuatku tersedak sampai kaleng pepsi yang semula aku mainkan di lenganku kini terjatuh membuat noda kebiruan di lantai.

“Aniya, maksudku … ini hanya sebentar dan besok pagi akan aku pastikan kalau para gadis itu akan datang dengan aman ke rumah mereka masing-masing.”

“Tunggu, dan kau tadi mengatakan kalau mereka berlibur satu kelas? Bukankah Won Bin berada di kelas sejarah yang sama dengan Dara?”

Aku melongo, meninggalkan denting yang menyaring di tengah keheningan yang kami buat. Angin menebar dedaunan yang kering dan seperti dugaanku, Jiyong hyung mengumpat selagi matanya melotot juga menarik kerah kemejaku dengan amat murka.

“Apa kau gila?”

“Aniya, itu bukan kelas sejarah dan Won Bin hyung justru sedang berada di auditorium untuk mempersiapkan pementasan karya seni ulang tahun kampus kita. Chaerin mengatakan padaku untuk tidak khawatir karena mereka hanya berlibur ke pantai … apa namanya, um Uleung island, dan …..”

Uleung island? Tempat apa itu? Apakah di tempat itu memungkinkan untuk Chaerin berpakaian liar tanpa kehadiranku?

Layaknya slow motion, degup jantungku menggema dalam pendengaran. Keringat tiba-tiba mengalir entah darimana dan aku lantas berdiri sembari menggebrak meja kantin yang sepi ini. Sial, apa tadi Chaerin bilang, pantai? Para gadis itu pergi ke pantai dengan pria di sana dan artinya … mimpi buruk bagiku tiba-tiba menjadi kenyataan.

“Chaerin harusnya memakai pakaian itu saat bersamaku! Bukan dengan mereka pria-pria hidung belang!”

“Hei! Apa yang kau bicarakan?!”

“Hyung! Ayo kita menyusul mereka!”

.

.

.

***

.

.

.

Ini menjadi pengalaman yang mungkin sangat sulit untuk Jiyong lupakan. Baru tiga jam tadi ia mengisi perutnya dengan sea food dan sekarang ia perlu memuntahkan semua makan siangnya berkat kemudi Seungri yang tidak beraturan saat mereka melaju dengan kecepatan di luar batas nalar Jiyong pada bocah sepertinya. Lee Seungri menjadi sangat gila bahkan radio di dalam mobil ikut tenggelam suaranya dengan berbagai umpatan yang baru pertama kali Jiyong dengar. Dipikirnya, Seungri seorang dongsaeng yang manis dan sopan juga santun namun sekali menit yang dihabiskan di dalam perjalanan mereka … sosok Seungri seperti pria yang tidak mengenal sopan santun di Korea!

“HEI! Apa kau gila, huh?” Jiyong mendongkak selagi tangannya memegang pundak Seungri dan diberi tatapan menjijikan dari Seungri.

“Um hyung, bisa kau singkirkan tanganmu sebentar?”

Well, Jiyong sudah menghabiskan dua kantung plastik dari efek yang diberikan Seungri. Mata coklatnya membulat dengan amat sempurna saat Seungri menjaga jarak dengannya sebelum melemparkan obat pereda mual secara bersamaan.

“Jika boleh jujur, kau sangat sangat kacau sekarang hyung.” Seungri meringis seolah meninggalkan suara gagak di tengah terik siang jika kalian pernah melihat adegan komedi canggung seperti yang dialami pria penuh pesona seperti Kwon Jiyong.

“Aku?”

Martabatnya jatuh sejatuh-jatuhnya, pun dengan pandangan kosong menatap jalan setapak penanda letak lokasi mereka yang hampiri. Tak banyak perbuatan yang Lee Seungri lakukan untuk setidaknya melakukan cara sebagai pengampusan dosa. Pria itu justru menaik-turunkan kepalanya seolah menjawab setuju bahwa Jiyong sangat kacau sekarang.

“HEI! INI ULAHMU SEUNGRI!”

“Aku?”

“Kau pikir apa yang membuatku seperti pemabuk berat, huh?!”

“Oh ayolah hyung, kau bahkan tidak bisa meminum wine atau bahkan soju dalam satu kali tegukan. Apa kau pernah berlama-lama dalam pesta minum akhir tahun yang diadakan oleh Daesung hyung? Tidak ‘kan? Dan sekarang kau kacau hanya karena aku menyupirimu?”

Hening ….

Hening ….

Hening ….

Musik menegangkan mungkin akan sangat cocok untuk saat ini. Meneguk salivanya sendiri pun terasa amat sulit untuk dilakukan oleh Seungri. Jiyong bahkan bukan seorang sniper tapi matanya terus cekatan memantau pergerakan dari setiap anggota di tubuh Seungri. Memutilasi di persimpangan jalan untuk mempersingkat tujuan tempat mereka sangat cocok mungkin, karena bagaimana pun jalanan ini jarang untuk dilalui kebanyakan orang.

“Jika aku membunuhmu sekarang, itu urusan yang sangat mudah,” dengan dingin Jiyong bersuar tanpa memperdulikan wajah pucat pasi Seungri yang kini bahkan lebih menyerupai Mul gwishin1.

“Hyung, bagaimana pun kau sudah menganggapkau sebagai dongsaeng kan?” sedikit terkekeh canggung, Seungri mengelus tekuk lehernya dan memegang tangan Jiyong yang sebelumnya enggan untuk ia lihat sekalipun. “Kau juga sudah aku anggap sebagai hyung ku dan terlebih aku bisa lebih banyak membantumu dengan mengorek banyak informasi Dara noona agar hubunganmu dengan Dara noona berlangsung lama.”

“Hubunganku,” dengan suara berbisik akan sebuah tanya pada dirinya sendiri, Jiyong menemukan pernyataan lain yang hendak ia sampaikan untuk memastikan Seungri “baiklah, aku mengampuni semua tindakanmu saat ini karena kepribadianku sangat baik.”

Jiyong menyunggingkan senyumnya sembari berjalan menuju kursi kemudi sedangkan Seungri dibuat terdiam tapi akhirnya mengerti bahwa mereka akan menukar tempat kali ini. Tak lama setelah keduanya telah berada di dalam mobil, Seungri memperhatikan gps untuk menemukan letak Uleung island.

“Sekitar 1 km lagi, huh.”

“Hyung, bagaimana bisa kau tahu?”

“Tadi ada tanda jalan yang menunjukkan kita akan sampai sebentar lagi. Jika dipikir-pikir, aku sempat singgah sementara ke tempat ini saat musim panas tahun lalu.”

“Apa di sana Chaerin akan memakai bikini atau semacamnya? Tuhan …. bahkan untuk membayangkannya sudah hampir membuat kepalaku pacah.”

“Hei! Apa kau bertingkah konyol sejauh ini hanya karena memikirkan Chaerin dan bikininya? Lagipula apa yang salah, Chaerin sudah dewasa dan….”

“Bagaimana jika itu terjadi dengan Dara noona?”

“Hei! Itu tidak mungkin! Dia bukan tipe gadis yang akan memakai pakaian minim seperti itu dan aku sangat mengenalnya.”

“Setidaknya banyak para pria yang akan mendekatinya saat kau tidak ada kan, hyung.”

“HEI! JIKA MEREKA MACAM-MACAM, aku akan mendorong mereka dari tebing-tebing sekitar pantai yang kokoh itu!”

“Tebing? Apakah yang kau maksud seperti tempat dalam drama malam yang biasa Chaerin tonton itu? Drama dalam saluran KBS, apakah benar hyung?”

“Ya, jadi apa yang kau pikirkan setelah ini?”

Seungri terbahak dalam waktu yang cukup lama. Logikanya telah kalah oleh hatinya. Pria itu semula takut jika Chaerin memakai pakaian seksi tapi ia ingat bahwa Chaerin pernah mengatakan akan berlibur ke tempat seperti Uleung Island hanya untuk berselfie dan terlebih gadis itu baru sembuh dari sakitnya jadi tidak banyak hal yang akan membuat Seungri gigit jari.

“Kau tahu hyung? Aku bahkan seperti orang bodoh sekarang. Aku bukan kekasih dari Chaerin bahkan kita selalu bertengkar setiap kali bertemu, tapi entah mengapa aku selalu overpritective padanya.”

“Ya, kau memang selalu bersikap kekanakan jika itu menyangkut Chaerin.”

“Kau tidak melakukan hal yang sama kan sepertiku?”

“Aku?”

“Yayaya, aku tahu jawabannya dan jika kau melakukan hal yang sama persis sepertiku … buah tidak jauh dari pohonnya, adik akan sama seperti kakaknya.”

.

.

.

***

.

.

.

Jiyong POV

“Apa yang kau lakukan di sini, Ji?”

Mata bulat Dara sukses membuat mulutku tak henti menyuarakan kekaguman dari kecantikan alaminya. Gadis ini sudah sangat lama aku kenal walau sebelumnya kami tidak dikatakan sebagai teman dan bahkan bisa disebut sebagai musuh masa kanak-kanak. Dara lahir dengan sebuah talenta emas. Sejak dulu ia sangat pandai menulis cerita bahkan bermain piano di usia yang terbilang amat belia dan dari sanalah aku sering mengganggunya untuk mendapatkan perhatian.

“Kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat sedikit pucat dan ….” aku memegang tangan Dara yang kini mengusap dahiku dengan sapu tangan yang entah datang darimana.

Rasa canggung dan terkadang juga tubuh yang tiba-tiba membatu seperti ini masih sering menghantuiku saat aku bertatap muka dengan Dara. Melihat wajahnya yang tersorot sinar sunset juga ditambah dengan suasana laut, julukan Siren2 sangat cocok untuk Dara saat ini. Pesonanya memabukkan dan jika aku membandingkannya dengan masa kecil dulu, gadis ini sudah menjadi sosok yang berhak untuk diperebutkan oleh setiap laki-laki di muka bumi ini.

“….dan apa yang membuatmu datang ke sini bersama Seungri.” Dara melanjutkan ucapannya sembari memberi isyarat untuk melepaskan tanganku yang memegangnya.

“Ups, sorry.

“Jiyong, apakah ini salah satu sikap kekanakanmu padaku?”

Dara kini tertawa kecil sembari arah matanya mengarah pada dua sejoli yang tengah bertindak konyol dan banyak menjadi fokus karena perdebatan mereka yang dibatas nalar manusia normal selepas sakit seharusnya tidak bisa bersemangat untuk berkelahi dengan menjambak rambut seorang pria –Lee Chaerin dan Lee Seungri menjadi pusat perhatian sekarang.

Tunggu, arah mata Dara yang tengah mengapa seperti sihir yang membuatku ikut menengok ke arah Seungri dan Chaerin layaknya pesan secara tidak langsung. Heol, apakah gadis ini mulai mengolokku dan menyamakanku dengan si konyol Seungri?

“Apa? Kau menyamakan aku dengan si panda itu huh?” matanya menjeling dan sungguh membuatku tidak percaya saat ia bertepuk tangan sembari tertawa puas ditambah dengan menunjuk telunjuknya ke arahku.

“Park Sandara,” aku memanggilnya dengan suara menginstrupsi untuk diam dan gadis itu menuruti perintah.

“Baik, aku tidak akan tertawa lagi tapi kau seharusnya menjawab pertanyaan yang aku berikan tadi.” Balasnya dengan melipat kedua tangan. Matanya terlihat sangat serius tapi aku mengenalnya sangat lama, sekalipun ia memperlihatkan wajah serius itu bukan berarti ia akan masuk dalam obrolan yang serius terlebih selepas gadis itu tertawa puas.

“Aku hanya bosan dan kebetulan Seungri mengajakku untuk pergi ke tempat ini. Kau tahu kalau Seungri bertindak overpritective pada Chaerin ‘kan?”

“Benarkan? Bukankah kau sebelumnya berniat menjemputku ke kampus?” sedikit terbaca mimik tak percaya Dara saat gadis itu membulatkan mulutnya dan tersenyum singkat hingga diikuti tawa kecil yang entah mungkin datang dari pikiran di otaknya. “Aniya, kau pasti tidak membawakanku bunga seperti biasakan di hari sabtu, dan kau pasti tidak berdandan rapih untuk menjemputku juga memastikan bahwa aku adalah gadismu.”

“Ti–tidak, bagaimana mungkin aku akan terus melakukan hal konyol seperti itu secara berkali-kali. Hal itu bahkan sudah aku lupakan setelah kau menolakku bulan lalu.”

Mengucap dengan suara terbata, aku berharap tidak terlalu ketara untuk memastikan bahwa aku tidak membuat diriku malu karena masih mengharapkannya. Ya, bunga di setiap hari sabtu selepas aku mengutarakan cintaku satu bulan lalu memang kerap kali aku berikan tapi aku selalu memberikannya melalui bantuan Seungri.

“Kau puas mempermainkanku, huh?” Dara tertawa. Lagipula gadis ini selalu menemukan titik kelemahanku dan akan mengulang hal yang memalukan untuk berputar dari memori otak sampai akhirnya membuatku malu lagi.

“Jiyongie, kau selalu bersikap sama kepada semua gadis ne? Itu lucu.”

“Hyung!”

Saat aku dan Dara tengah terbawa suasana pantai di senja hari, tak lama Seungri berteriak nyaring dan melompat di antara kami. Seungri dengan wajah tegangnya kini menatapku dengan mata memohonnya sedangkan Chaerin yang berjarak tak jauh di belakangnya hanya mengepalkan kedua tangan seolah hendak membalas dendam karena mangsanya sudah lepas dari cengkramannya.

“Jiyong oppa, sekarang kau bisa membawa pria aneh itu bersamamu lagi.” Chaerin berteriak dengan gusar.

Melepaskan kacamata coklatnya, gadis bermata sipit itu melipat tangan dan sekilas memandang aku dan Dara secara bergantian.

“Dara eonni akan aku pastikan tidak akan dekat dengan pria manapun bahkan sebentar lagi kami akan pulang setelah pesta bakar ikan yang anak tadi dipancing oleh teman-temanku yang lain.”

Mwoya?!”

Baru selesai harga diriku tidak kembali ditindas oleh Dara, kini ucapan Chaerin yang dapat aku pastikan berasal dari mulut besar Seungri membuat kepalaku tiba-tiba tertimpa beban berton beratnya.

Ne hyung, kita bisa kembali lagi ke Seoul dan membiarkan mereka kembali dengan yang lain.” Seungri berbisik ke telingaku dan di sana aku justru mendapati tatapan curiga yang sulit aku tebak adanya makna lain di sana. “Gadismu akan baik-baik saja karena Chaerin selalu mengatakan bahwa mereka hanya berbincang dengan para gadis lainnya sedangkan yang pria mengabiskan waktu di tempat yang berbeda.” Sambungnya dengan masih berbisik ke arahku yang sesekali matanya melirik pada Chaerin yang sudah siap untuk menendangnya sampai Seoul.

“Baik Dara, sebaiknya aku membawa Seungri sekarang.” Pamitku pada Dara dan telah bersiap berdiri juga menarik Seungri untuk cepat-cepat menuju mobil namun tidak sesuai dugaan, pria itu mengentikan langkahnya dan membuatku siap untuk menikamnya jika itu memungkinkan.

“HEI! Lee Chaerin! Seharusnya kau bersyukur jika aku menjadi kekasihmu. Lihat, apa yang dilakukan Jiyong hyung untuk memastikan bahwa Dara noona baik-baik saja sampai kami rela menuju tempat yang bahkan belum pernah kami … aniya, maksudku tempat yang belum pernah aku datangi!”

Hening….

Hening….

Hening…..

Tiba-tiba saja, seperti jeli … tumpuanku hampir jatuh saat melihat Dara dengan wajah kaget juga banyak pasang mata lain menatap ke arahku juga tak jarang beberapa orang saling berbisik membicarakan antara aku dan Dara tentunya.

“HEI! Jika kau memang kekasihku, kau berhak melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Jiyong oppa untuk Dara eonni! Jangan banyak berharap!”

Perlukah untuk aku memberikan efek petir bersamaan saat Dara kian terlonjak dari duduknya yang semula nyaman ditambah mulutnya yang membulat seperti tidak percaya pada apa yang telah ia dengar.

“Dara, maksud Seungri dan Chaerin itu …..”

Belum sempat aku meluruskan banyak kesalahpahaman di sini, tak lama seseorang yang aku yakini termasuk fanboy Dara membuka suara beratnya. “Dara-ssi, bukankah pria itu yang kau tolak bulan lalu?” tanyanya yang membuat bisikan-bisikan lain memekakan telinga.

“Mwo? Apa yang kau katakan pada hyung ku?!”

“Apa yang kau maksud Joon Gook oppa?

Diam, tak banyak yang aku lakukan sekarang sementara sekelilingku justru gaduh dengan sebuah tanda tanya besar. Sial, seharusnya Seungri tidak bermulut besar saat sama sekali kehebatannya tidak dibutuhkan dan Chaerin pun tidak terlalu banyak berkomentar andai saja sikap dewasanya muncul saat tidak ada Seungri dihadapannya. Jadi, di sinilah aku sekarang yang diam membatu sembari memperhatikan dengan lamban orang sekitar yang terus menatapkan untuk memastikan sebuah jawaban yang mereka katakan sebagai pengakuan bahwa aku tidak menjalin hubungan apapun dengan Dara.

Dara, bicara tentang gadis itu. Sekarang ia pun ikut terdiam sekalipun beberapa gadis mulai mendekat kearahnya dan bertanya namun yang Dara lakukan hanya diam tanpa ekpresi yang diberikan lewat wajah cantiknya.

“Sebenarnya,”

“Dalam satu bulan belakangan, aku hanya sedang menilai Kwon Jiyong sampai sejauh mana menyukaiku.” Kini Dara bersuara, langkahnya mulai mendekat kearahku dan segaris senyum segar mulai terlukis di wajahnya. “Kalian tentu tahu kalau Jiyong sangat dekat dengan para gadis di kampus kita, dan karena itu aku membutuhkan penilaian lebih dibandingkan pria lainnya.” Kembali Dara menegaskan dengan jarak yang kian dekat denganku.

“Tapi, jika itu yang kau katakan berarti kalian belum berada dalam suatu hubungan special bukan?” lagi Kim Joon Gook bertanya yang disusul dengan tawa yang berusaha ia tahan dengan tangannya.

“Belum, memang belum.” Ungkap Dara terang-terangan dan seperti dugaanku sebelumnya bahwa Seungri maupun Chaerin hanya dibuat kebingungan karena sebelumnya mereka menyangka bahwa kami sepasang kekasih.

“Aku memang bukan kekasihnya tapi ….” ucapanku terhenti sejenak, menatap mata Dara yang sejurus dengan dalam dan gadis itu tersenyum hangat layaknya senyuman yang selalu aku harapkan setiap harinya.

“….tapi jika aku mengkhawatirkannya, itu bukan tindakan yang melanggar hukum bukan?” lanjutku yang diikuti tepukan, siulan, dan kegaduhan lain yang dibuat oleh orang-orang.

“Aku juga bisa mengkhawatirkan Dara kapanpun kalau begitu, Kwon Jiyong.” Kim Joon Gook berujar dengan sarkas. Pria itu memang sangat menyebalkan dan seperti yang diberitahukan oleh Seungri, selain Won Bin yang diidamkan Dara, Kim Joon Gook justru mengejar Dara sejak semester satu bahkan sampai memilih kelas yang sama tanpa tertinggal satu kelaspun dengan Dara.

“Tidak. Kau tidak bisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh pria ini.” Dara tiba-tiba memecahkan keheningan dan tatapan persaingan antara aku dan Kim Joon Gook. “Hanya Kwon Jiyong yang selalu bisa mengkhawatirkanku sekalipun kami belum ada dalam hubungan special karena bulan lalu aku bahkan belum menjawab pengakuan cinta dari Jiyong.”

“Mwo? Belum? Bukankah kau tidak mau menerima bunga dan coklat itu karena kau menolakku?”

“Aniya. Aku menolak coklat dan bunga karena itu terlalu kolot untuk jaman sekarang, Jiyongie.”

“Lalu?”

Dara berjalan mendekat kearahku, dentuman dalam jantungku kian tak beraturan. Gadis itu tersenyum dan entah dorongan darimana kini ia menarik kerah kemejaku …. hal yang sebelumnya tidak ditebak siapapun tiba-tiba terjadi begitu saja.

“Aku menerimamu untuk menjadi kekasihku.” Ungkapnya lirih setelah memutuskan ciuman kami.

 

 

 

To be continue

part 2 >>


1Mul Gwishin (물귀신) adalah hantu air, jiwa kesepian dari mereka yang telah tenggelam.
2Dalam mitologi Yunani, Siren atau ‘’’Seirenes’’’ (bahasa Yunani: Σειρῆνας)  adalah makhluk berwujud setengah wanita setengah burung yang menyanyikan lagu pada para pelaut yang lewat. Orang yang mendengar nyanyian mereka akan menjadi tidak sadarkan diri, sebagian menabrakkan kapal mereka ke batu karang dan sebagian akan menenggelamkan diri ke laut.

Hi guys! Long time no see huhuhu…. Tau gaa, ini aslinya yah Miss you so badly lah pokonya 😦
Dua bulan lebih ga pernah kontribusi di blog ini dan tiga bulan pas (telat sehari sih) akhirnya bisa posting chapter pertama. Duh, banyaknya utangku yang belum kesampean buat ngisi waktu di sini 😦
Btw makasih yang masih suka chat aku (gak apa, biar chat aku rame loh) dan selalu ingetin aku buat posting ini dan itu walaupun belum kesampean juga tapi aku makasih banget karena kalian udah ngingetin.
Well, inilah dia perjuanganku selama 3 hari berturut-turut cuman buat satu postingan yang minta ampunnya suka berhenti tengah jalan.
Cuman sekedar info sih kalo aku belum mulai UAS jadi kalo tiba-tiba hilang harap maklum yaah dan semoga kalian sedikit ada suka citanya karna postinganku hehe.
p.s : please jangan komen buat ‘lanjutinnya jangan lama-lama’ aku gabisa mastiin untuk sekarang dan tunggu ff oneshootku yang nanti sore baru mau proses yah hehe.

19 thoughts on “Good Boy : Part 1 (Overprotective)

  1. Yuhuuuu….ka pinda kembali.
    Awalnya aku kira dara sama jiyong udah jadian tapi ternyata belum tapi untungnya langsung jadian ditambah lagi mereka jadiannya didepan teman2nya
    Dara romantis banget sih terima cinta jiyong didepan teman2nya

  2. Kirain jiyong sm dara sudah jadian eh ternyata blm toh tp knp jiyongnya sudah protective gitu sm dara….. trus nanti gimana klu dara dah jadi pacarnya makin over tuh portectivenya….. dara sweet banget ya trima cintanya jiyong pake cium jiyong di dpn semua temannya bikin iri semua orang….
    itu seungri sm clnya dibikin jadian sekalian aja thor jd nanti bida double date deh….
    fighting ya buat authornya……

Leave a comment