My Wife is Seventeen Years Old! ~ Day #6

DGI POST 2

Title: MY WIFE’S SEVENTEEN YEARS OLD! | Author: Cimolxx92 | Main Cast: BIGBANG’s Kwon Jiyong  (G-Dragon), Sandara Park (2NE1), Mizuhara Kiko |Support Cast: YG FAMILY |Rating: PG-17| Genre: Drama,Romance, Family, Friendship |Length: Chapters

Disclaimer

Plot Is Mine. The Characters are belongs to God. Say No To Plagiarism!

 

Summary

“Maaf, Anda siapa?”

Kata-kata itu keluar dari seseorang yang tidur, makan, mandi, bertengkar, dan kentut dalam satu atap denganku.

~~~~

~ Day 6 : Hello! My Parents!!! ~

 

Dara mengancingkan satu persatu kemeja biru tua yang longgar dengan gugup, semenjak sepuluh menit yang lalu, Bom selalu memperhatikan setiap gerakannya didalam kamar rumah sakit itu dengan mata menyipit.

“Sebanyak 99% orang yang hidup didunia ini, 1% adalah aktor atau aktris – dalam kehidupan mereka masing-masing.” Bom berkata dengan nada sarkatis yang tidak dimengerti Dara.

“Bommie, aku tahu kau benar-benar marah. Aku minta maaf.” Dara menghampiri Bom yang duduk di pinggir tempat tidurnya. Disamping Bom, tergeletak sebuah tas besar yang memuat seluruh pakaian Dara. Mereka akan kembali ke Seoul malam ini. Setelah hampir satu minggu berada di rumah sakit Jeju, sekarang Jiyong sudah sangat sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa, walau Jiyong sempat memamerkan lukanya yang membekas pada lengannya yang penuh tattoo dan Dara ingin sekali memukul wajah Jiyong yang selalu menggodanya itu.

Bom mendesah lelah. “Dara, kau adalah aktris dalam kehidupanmu sendiri. Kau begitu bersinar dengan banyak pemeran pembantu.”

“La, Lalu?” Dara berkata bingung. Dara tahu kepribadian Bom yang sedikit ajaib, tetapi dia belum pernah mendengar Bom berbicara dengan menggunakan kata-kata seperti ini sebelumnya.

“Dalam sebuah film atau drama, terdapat seorang penulis naskah yang menghidupkan karakter-karakter yang bermain, penulis itu seperti tuhan, dia mampu membuat tokohnya merasa sedih, senang, marah, benci, iri, dan bahkan bisa mempermainkan kematian bagi sang tokoh. Dalam kehidupan yang nyata, tuhan adalah penulis cerita dalam kehidupan kita.” Bom berhenti sejenak dan menatap Dara. “Tetapi, kita bisa sedikit mengubah cerita yang ditulis tuhan dengan sedikit berusaha. Itulah kelebihan manusia.”

Dara mengangguk dan sedikit mengerti perkataan Bom. Tetapi perutnya yang mulai lapar mengganggu semua perkataan yang sudah Bommie susun dengan baik. Bommie terlihat seperti orang pintar yang maniak makan jagung.

“Jika kau berusaha, kau juga bisa mengubah takdir yang ditulis tuhan, maksudku… mengenai pernikahanmu.” Bommie menyentuh tangan Dara dengan sedih.

“Bommie…”

“Kau pasti sudah tahu kan, mengenai perceraian?” Bom menatap mata Dara, sorot mata Dara yang lugu, seperti yang dikenalnya saat SMA dulu. “Sebelum kau kecelakaan kau menceritakan sesuatu yang membuatku benar-benar marah dengan Kwon Jiyong.”

Dara memejamkan matanya dan kilasan ingatan itu kembali muncul. Jeritan putus asa Dara yang meminta cerai pada Jiyong. Cinta memang sulit, orang yang sudah bersumpah dihadapan tuhan untuk hidup bersama sampai tua saja… masih bisa berpisah hanya karena masalah-masalah kecil yang egois.

“Apa itu?” Dara memainkan jemarinya dengan takut.

“Kau bilang… kau melihat Jiyong mencium Mizuhara Kiko di parkiran kantornya.”

“Jadi, itukah alasan aku marah dan menggugat cerai Jiyong?” Dara berkata dengan tenang, diluar dugaan, dia merasa alasan seperti itu sangat konyol. “Aku orang yang tidak berpikiran sempit Bommie, aku tidak mungkin menceraikan orang yang jelas-jelas mencintaiku hanya karena masalah itu, tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Itu tidak mungkin kulakukan.”

“Kau benar-benar mengenal dirimu dengan baik.” Bommie tersenyum tipis. “Aku juga berpikir hal yang sama. Tetapi… saat itu kau terlihat sangat hancur dan putus asa… sehingga aku benar-benar marah pada Jiyong karena membuatmu jadi seperti itu.”

“Apakah aku berubah? Maksudku… karakterku yang seperti ini tiba-tiba berubah karena suatu kejadian?”

“Itu… keguguran…” Bommie menangkap sorot mata sedih Dara. “Kau keguguran karena terlalu lelah bekerja, setelah itu, kau jadi bersikap aneh. Pandangan matamu jadi dingin dan sedikit demi sedikit kau menjadi wanita yang angkuh. Dan TOP bilang, Jiyong bercerita padanya kalau kau pernah menangis sehabis kalian bercinta. Jiyong merasa ada yang tidak beres denganmu tetapi kau tetap tutup mulut dan bilang kalau semuanya baik-baik saja.”

“Aku menangis sehabis bercinta dengan Jiyong?” Dara melebarkan matanya dengan bingung. Mana ada hal seperti itu? Seorang istri menangis sehabis bercinta dengan suaminya sendiri?

Dara teringat dengan coretan kecil di saku jeansnya.

Mereka menyebutku wanita… tetapi aku hanya sebuah cangkang kosong… aku harap dia bisa menceraikanku dan menemukan wanita lain yang bisa memberikannya seorang anak…

“Cangkang kosong.” Dara berkata lirih, jantungnya berdetak dengan cepat dan keringat dingin mulai membasahi tangannya. Tidak, tidak, dia tidak ingin apa yang dipikirkannya menjadi kenyataan. Tidak! Sampai matipun dia memilih membohongi dirinya sendiri.

“Dara? Kau baik-baik saja?” Bommie menyentuh bahu Dara dan sedikit mengguncangnya.

Dara berusaha memfokuskan pandangannya dan menyadarkan dirinya kembali, Dara menatap Bommie dan mengatur napasnya yang terengah-engah, rasanya ada sepasang tangan tak terlihat yang mencekik lehernya dengan kuat.

“Itu… seperti teka-teki.” Akhirnya Dara mampu berbicara dan tersenyum pada Bommie. “Dan aku ingin memecahkan teka-teki itu.” Dara berkata sedih, kenapa hatinya jadi sedih begini?

“Dara…” Bommie ingin sekali membantu Dara, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa, seperti yang Dara katakan, itu adalah teka-teki yang harus dipecahkan Dara sendiri. Dengan ingatannya sendiri.

“Aku harap, tuhan menuliskan akhir yang bahagia untukku.”

======

Nuuna, bagaimana keadaan Hyung?

Dara tersenyum pelan saat mendengar suara khawatir dari Seungri, Dara melirik Jiyong yang menyetir dengan tenang disampingnya. “Dia baik-baik saja. Sekarang kami menuju Seoul.”

Jiyong menoleh kearah Dara dan mengangkat sebelah alisnya. Dara membuka mulutnya dan menyebutkan nama Seungri tanpa mengeluarkan suara.

“Beritahu panda itu untuk berhati-hati, aku akan segera membullynya.” Jiyong berkata mengancam, tetapi sudut bibirnya membentuk sebuah senyum.

Ya! Naga gila! Aku bisa mendengarmu!

Hening

Jiyong menyambar ponsel ditangan Dara dan mendesis dengan menakutkan “Siapkan pemakamanmu. Kau bisa booking yang paling murah.” Jiyong segera memutuskan sambungan saat Seungri mulai berteriak meminta maaf. “Anak itu semakin lama semakin menyebalkan.”

“Kalian begitu dekat. Seperti adik dan kakak.” Dara berkata geli sambil menatap ekspresi kesal Jiyong.

“Aku bertemu dengannya saat aku mengalami pubertas.”

Dara membulatkan mata menatap Jiyong dan merasa kalau kalimat yang baru diucapkannya itu terkesan… gay.

“Bu, bukan, bukan begitu maksudnya.” Jiyong berkata gugup saat menyadari apa yang ada di otak Dara. “Seungri itu sangat tahu wanita. Dia juga punya banyak sekali kenalan wanita, jadi aku sedikit belajar mengenai wanita darinya.” Jiyong melirik Dara dengan hati-hati. “Bukan berarti aku mengandalkan dia untuk meminjamiku video mesum.”

“Jadi dia itu meminjamimu video mesum, makanya kalian jadi akrab?”  Dara berkata santai dan membuka yogurt rasa vanilla ditangannya.

“Aku tidak bilang begitu!” Jiyong menatap Dara dengan mulut ternganga.

“Jadi begitu.” Dara mengangguk dan menjilat krim pada bibir merah mudanya yang alami.

GULP

Jiyong menelan ludah dengan susah payah saat memperhatikan bibir Dara. Sudah sangat lama sekali semenjak dia terakhir kali menyentuh bibir itu.

“Aku rindu dengan orang tuaku.” Dara menatap Jiyong yang tiba-tiba jadi kaku. “Apa mereka sama sekali tidak khawatir padaku? Aku ini anak mereka tetapi mereka seperti merasa tidak pernah memilikiku sama sekali.” Dara cemberut, bayangan terakhir orang tuanya adalah, ibunya yang kurus, pucat, dan keriput disana sini dan ayahnya yang merupakan pengacara publik yang sering memberikan soju pada Dara yang penasaran dengan rasa alkohol itu.

“Kau mau kesana?” Jiyong berkata lembut.

“A, apa? Tidak. Aku rasa kau masih sakit dan tidak bisa menyetir terlalu lama, lagi pula jarak Busan cukup jauh.” Dara menggeleng sambil memperhatikan luka yang ada dibalik lengan kemeja putih Jiyong. Luka itu masih diperban karena belum terlalu menutup.

“Kita punya waktu tiga hari sebelum kembali bekerja.” Jiyong berkata cerah dan bersemangat. “Lagi pula, aku juga sudah lama tidak makan sup kepiting buatan ibumu yang sangat enak itu! Ayo kita kesana! Bagaimana?”

Dara berpikir sejenak sambil memperhatikan wajah sumringah Jiyong. “Kau baik-baik saja?”

“Ya…, aku ini bukan jelly yang gampang hancur. Kau tidak tahu seberapa kuatnya aku???”

“Tapi anginnya kencang sekali, dan awan juga sangat gelap, sepertinya akan turun salju. Padahal ini sudah memasuki musim semi kan!” Dara menyalahkan cuaca yang tidak bersahabat dan cemberut. “Bumi ini sedang membalas manusia pelan-pelan, cuaca semakin tidak menentu. Itu salah manusia, kita ini adalah parasit yang merusak tubuh bumi. Makanya jangan salahkan bumi jika banyak bencana alam disana sini.”

Jiyong tidak tahu kalau pembicaraan mereka malah akan mengarah pada masalah bumi yang memang semakin lama semakin kritis ini. “Jadi kau setuju ke Busan kan?”

Dara tersenyum dan mencuri sebuah ciuman dipipi Jiyong. “Terimakasih.” Dara menatap Jiyong dengan lembut. Tatapan itu membuat hati Jiyong benar-benar hangat.

Wajah Dara memerah dan dia merasa seperti anak kecil yang ketahuan mencuri permen di toko. Jiyong memutar setir menuju arah plang hijau bertuliskan ‘Busan’ dan mulai melaju dengan kecepatan stabil. Keheningan mencekam keduanya yang tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tiba-tiba Dara teringat akan perkataan Bom, kau pernah menangis sehabis kalian bercinta.

“Jiyong, bolehkah aku bertanya sesuatu?” Dara menatap Jiyong, pria itu mengangguk sambil tersenyum, dia membuka dashboard mobil dan mengeluarkan sebuah lollipop, membukanya dan menempelkan dibibirnya.

“Kau mau?” Jiyong menyodorkan lollipop bulat berwarna merah itu kearah Dara, Dara segera menggeleng, membuat Jiyong tertawa ringan.

“Uhmmm, sebenarnya ini pertanyaan aneh, tapi aku penasaran.” Dara menggigit bibirnya, Saat itu sebuah bunga salju melaju turun dan terpantul di kaca depan mobil mereka. “Salju!!!” Dara terpekik riang. “Ini salju pertama semenjak aku kehilangan ingatan! Aku akan buat permohonan.” Dara memejamkan matanya dan melupakan pertanyaan yang tersangkut diotaknya, dia membuat permohonan seolah itu adalah permohonan terakhirnya hidup didunia.

Ketika Dara membuka mata, Salju putih mulai turun dengan lebat dan membuat jalanan berkabut.

“Kau mau Tanya apa?” Jiyong yang masih mengemut lollipopnya bertanya sambil menurunkan laju kendaraannya dengan hati-hati.

“Aku rasa, itu bukan pertanyaan penting.” Dara menerawang dengan sedih. “Aku, ingin punya anak bersama Jiyong.” Tiba-tiba kata-kata itu lolos dari bibir Dara dan Dara merasa sangat bodoh.

Tangan Jiyong sedikit bergetar pada kemudi, dia menatap Dara dengan lekat. Wanita disampingnya menyimpan suatu ketakutan saat mengatakan kata-kata itu. Dari tempat Jiyong, Dara terlihat sangat cantik. Rambut kecokelatan yang sedikit bergelombang terurai halus dipundaknya, kulitnya yang putih, hidungnya, bibirnya, matanya. Wanita paling cantik yang Jiyong lihat. Dan wanita itu menatap butiran salju yang semakin tebal dengan pandangan kosong.

“Jadi, apa yang ingin kau tanyakan padaku itu adalah, apakah aku akan punya anak dari Jiyong?” Jiyong memperhatikan raut wajah Dara yang berubah. “Itu kan yang ingin kau tanyakan?”

“A, aku…” Dara kehabisan kata-kata dan menunduk. Dia selalu kalah saat berhadapan dengan Jiyong.

“Kalau begitu, ayo kita buat.” Jiyong menepikan mobilnya dengan bunyi ban yang berdecit nyaring diatas trotoar yang licin.

Mata Dara melebar dengan ngeri saat mobil itu berhenti. Mereka sekarang sedang berada di jalanan terbuka yang lenggang dan dilalui beberapa mobil. Dan apa maksud kata-kata Kalau begitu, ayo kita buat???

Jiyong melepaskan sabuk pengaman pada tubuhnya dan dengan cepat melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuh Dara. Dara seperti orang bisu saat merasakan kehangatan Jiyong yang melepaskan sabuk pengamannya.

Kaca mobil mereka dipenuhi oleh butiran salju berwarna putih susu dan berembun, menghalangi pemandangan diluar, saat mesin dimatikan, dan pandangan mata Jiyong dan Dara terpaut…

(Maaf adek-adek dibawah umur yang punya pikiran suci, polos, Dsb, harap menjauh sebentar yaaa… dosa di tanggung sendiri :P)

“Ji… J,Jiyong… apa yang sedang kau lakukan?” Suara Dara bergetar saat Jiyong mengunyah permen lollipopnya dan membuang batang lollipop itu, hal selanjutnya yang terjadi adalah Jiyong menempelkan bibirnya pada bibir Dara yang memang sedang sedikit terbuka karena takut dan Dara seperti akan pingsan saat merasakan kehangatan lidah Jiyong masuk kedalam mulutnya dan bermain disana, membagi lollipop didalam mulutnya.

Aura panas tiba-tiba memenuhi mobil itu. Dara mencengkram jok kuat-kuat saat Jiyong mendominasi dirinya. Lidah Jiyong menjelajah dengan lapar dan terus melumat Dara, seolah Jiyong ingin membuktikan pada dirinya sendiri kalau apa yang sedang dilakukannya bukan sekedar dari imajinasi liar yang ada di kepalanya.

Suara erangan Dara lolos saat permen lollipop itu sudah benar-benar mencair didalam mulut mereka. Jiyong melepaskan Dara untuk menghirup oksigen yang rasanya semakin menipis didalam mobil itu, Jiyong menatap wajah Dara yang memerah dan terkejut atas apa yang baru saja terjadi.

“Manis bukan?” Jiyong menatap Dara yang tersipu dan tersenyum lembut padanya. “Mau coba yang manis lainnya?”

Demi tuhan… Dara ingin sekali berteriak dan memukul kepala Jiyong. Mereka sedang berada ditengah jalan dan Jiyong sedang berencana untuk…

“Dara…” Hembusan napas Jiyong yang hangat menyapu wajah Dara. Pandangan mata Jiyong sangat lembut. “Ini bukan pertama kalinya kita melakukan hal itu, tapi kau lupa. Kau lupa pada ciumanku, kau lupa pada sentuhanku, kau melupakanku.”

Dara bisa menangkap perasaan sakit Jiyong. Dia melukai Jiyong sedalam ini, dan Jiyong sama sekali tidak marah padanya dan tetap bersabar. Jika Dara berada didalam posisi Jiyong, Dia pasti akan marah. Marah karena sudah melupakannya orang yang mencintainya.

“Maaf…” Dara hampir saja meneteskan air mata saat mengatakan itu, tetapi dia menahannya. “Aku ingin mengingatnya… tapi aku juga takut…”

Jiyong mengecup kening Dara, turun kekelopak matanya, hidungnya dan dengan perlahan, Jiyong kembali menempelkan bibirnya pada bibir Dara. Jiyong menciumnya dengan lembut, dia ingin membuat Dara merasakannya, dia ingin membuat Dara tidak takut padanya.

Dara mulai membalas apa yang Jiyong lakukan padanya, tangannya meraba rambut hitam pria itu, Jiyong mendesah didalam mulut Dara saat merasakan tangan wanita itu membelai rambutnya dengan lembut, dia memperdalam ciuman mereka.

Dara semakin kehilangan akal sehatnya saat tangan Jiyong membelai punggungnya, kemeja Dara mulai kusut karena gerakan tangan Jiyong yang tidak sabar. Jiyong melepaskan ciumannya pada bibir Dara dan mulai mengecup rahang Dara, Dara sama sekali tidak sadar apa yang sedang terjadi pada dirinya karena faktanya sekarang dia sudah ada dipangkuan Jiyong, dengan kedua kaki yang menghimpit pinggang Jiyong, dan Jiyong juga tidak sadar kalau dia sudah tidak duduk di bangku kemudi dan menempati tempat duduk Dara dengan Dara berada diatas pangkuannya.

Tangan Jiyong berpindah pada kancing kemeja biru yang dipakai Dara, dengan perlahan dia membukanya sambil terus menghujani Dara dengan ciumannya. Jiyong menghirup harum manis Dara, aroma yang selalu bisa membuatnya tenang, Dara kembali mengerang saat merasakan lidah Jiyong menjilat leher jenjangnya dan menghisapnya dengan kuat.

Dara merasa sangat malu, kenapa dia bisa mengeluarkan suara memalukan seperti itu??? Gaaaaahhhh, mendengarnya saja membuat Dara malu sepenuh hati! Tetapi pikiran itu hanya mampir sebentar di otaknya karena sihir yang bibir dan lidah Jiyong ciptakan pada tubuhnya membuatnya kembali kehilangan akal sehat, Jiyong terus menghisap celah leher Dara yang sensitive hingga Dara mendongakan kepalanya kebelakang sambil mencengkram kerah kemeja Jiyong erat-erat seolah nyawanya bergantung pada selembar kain tipis itu.

Dulu, saat dia berusia 16 tahun, salah satu teman dikelasnya bercerita mengenai pengalamannya tidur dengan pacarnya. Dan itu seperti fantasi liar memalukan yang tidak akan pernah Dara bayangkan akan terjadi pada dirinya yang berdada rata. Tetapi sekarang, apa yang sedang terjadi??? Kenapa pria ini bisa terangsang dengan tubuhnya yang tidak berbentuk ini???

“Ji, Jiyong.” Dara kembali mengeluarkan desahan memalukan yang membuatnya ingin ditelan bumi saja saat Jiyong menenggelamkan wajahnya di sela payudara Dara yang mungil dan Dara sadar kalau payudaranya ternyata tidak seburuk saat dia remaja. “Hen… Hentikh…aaah…” Dara mendesah puas saat Jiyong menghisap putingnya dari balik branya. Gila, dia benar-benar sudah gila.

Jiyong melepaskan kancing kemeja Dara dengan sempurna namun tidak menarik pakaian itu, dia tengah sibuk menarik bra hitam Dara, saat Jiyong membuka kaitannya dan melepas kain tipis itu, dia dihadapkan dengan dada Dara yang mungil dan selalu membuatnya merasa gemas, Jiyong menciumi sekitar dada wanita itu. Dara menggeliat diatas pangkuannya dan semakin memeluknya dengan erat. Tidak bisa, Jiyong awalnya hanya berniat untuk mempermainkan Dara, tetapi sekarang dia tidak bisa menahan gelora gairahnya yang membuat teman baiknya dibawah sana semakin mengeras dan membesar.

“Hhhh…” Dara terengah seperti lari marathon dan mencoba menarik diri dari Jiyong, tetapi tubuhnya malah melakukan hal sebaliknya, Dara semakin menarik kepala Jiyong dan mendekapnya saat bibir Jiyong mulai memainkan putingnya. Dara menggigit pundak Jiyong, Jiyong mengerang frustasi didalam dekapan Dara.

“Hen, Hentikan… a, aku…” Dara merasa seperti menjadi bintang utama dalam sebuah film porno dan dia juga sangat takut dengan perasaan baru yang menyusup dihatinya, dia merasa takut dengan monster yang terbangun didalam tubuhnya yang membuatnya seperti terbakar kenikmatan dan menginginkan Jiyong lebih.

“Jiyong melepaskan dada Dara dan kembali menghisap lehernya, tangannya mencengkram rambut lebat Dara dengan sayang dan tangan yang satunya lagi menuju ke alat paling sensitive Dara. Sebelum tangan Jiyong sampai disana Dara membisikan sesuatu yang membuat Jiyong menghentikan kegiatannya.

“K,kita lakukan ditempat yang benar.” Dara berbisik lebih kepada dirinya sendiri. Jiyong sedikit memberikan jarak diantara mereka untuk melihat wajah Dara. Jiyong tersenyum dengan sayang dan mulai menenangkan teman baiknya dibawah sana, Dara terlihat setengah kecewa saat mengetahui permainan mereka terhenti, wajahnya memerah penuh gairah dan keinginan akan Jiyong, rambutnya berantakan, bibir bengkaknya sedikit terbuka dan mengundang, lehernya yang penuh dengan tanda Jiyong dan dadanya yang naik turun karena kehabisan napas. Cantik, wanita ini sangat cantik.

“Benar? Kau ingin melakukan ini ditempat lain?” Jiyong menarik Dara dalam pelukannya dan menyandarkan kepala Dara di bahunya. “Disini memang sempit, tapi akan asik.” Jiyong membentuk bibirnya menjadi senyuman nakal.

Dara mengangguk dan semakin memeluk Jiyong dengan erat. Jiyong memandang kaca mobil didepannya yang benar-benar berwarna seputih susu, salju sudah menumpuk di kaca dan kap mesin mobil mereka.

“God, aku bisa membuatmu setengah telanjang hanya dalam waktu enam menit.” Jiyong berkata sambil menatap detik jam digital diatas dashboard. “Aku… mencintaimu.”

Hening

Yang terdengar hanya deru napas mereka yang hangat dan detak jantung keduanya yang tidak beraturan. Dara ingin sekali membalas perkataan Jiyong, tetapi mulutnya terasa beku. Dia tidak tahu apa yang sedang dirasakannya ini adalah cinta atau bukan.

“Jantungku berdegub kencang, lalu aku merasa sangat nyaman dengan sentuhanmu, lalu aku merasa ingin memilikimu seperti ini, dan rasa sayang yang rasanya melebihi rasa sayang untuk diriku sendiri. Ini adalah apa yang sedang kurasakan, kalau ini namanya cinta, berarti aku mencintaimu.” Dara berkata ditelinga Jiyong, menghembuskan napas hangatnya disana dan membuat Jiyong merinding.

“Kata-kata yang sama yang kau katakan saat aku pertama kali menciummu di kelas yang kosong.” Jiyong tersenyum dan menarik Dara, menangkup wajah Dara dengan kedua tangannya dan mencium lembut bibir Dara. Jiyong sengaja tidak memperdalam ciuman mereka atau temannya dibawah sana akan kembali mengamuk, karena sekarang temannya itu juga belum sepenuhnya tenang dan masih marah.

Dara tersenyum dan mengelus rahang Jiyong. “Terimakasih.”

“Kau terlalu sering mengucapkan kata itu belakangan ini.” Jiyong terkekeh dan mengambil bra Dara yang dia lempar sembarangan dan mendarat di kursi kemudi disampingnya, Dara tersipu saat Jiyong memakaikan kain tipis itu ketubuh Dara. “Kau sangat cantik.” Jiyong mendesah sayang dan mengancingkan kemeja Dara yang sangat kusut.

(Sudah aman, silahkan dilanjut adek-adek)

Jiyong mulai menggeser duduknya dan mendudukan Dara di kursi penumpang, menarik sabuk pengaman dan memakaikannya pada Dara. Dara benar-benar merasa seperti habis naik roller coaster karena jantungnya tidak mau berdetak normal dan gairahnya belum juga reda. Jiyong merapikan kemeja Dara sekali lagi dan mengelus rambut Dara yang berantakan.

“Kita bisa melakukannya di kebun labu disamping rumah orang tuamu jangan khawatir.” Jiyong tersenyum dan mulai merapikan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan wajah terkejut Dara. Apa dia bilang KEBUN LABU???

“Kau benar-benar gila!” Dara cemberut. Jiyong tertawa dan mulai menyalakan mesin mobil, salju di kap mobil dan kaca mulai mencair karena panasnya mesin, Jiyong menginjak pedal gas dengan santai. Dara meraih botol mineral di dalam tasnya dan meminumnya.

Keheningan yang canggung mulai mengisi beberapa menit kemudian, Dara merasa sangat malu pada Jiyong. Aish! Dia sudah dewasa dan sudah sering melakukan itu dengan Jiyong tetapi karena tidak ingat jadi kacau seperti ini!!! Dara memukul kepalanya pelan dan Jiyong hanya bisa menertawai tingkah istrinya yang sedang sibuk dengan dialognya sendiri.

“Ah, nanti saat keluar pakai mantel dan juga syal, kalau ibumu melihat lehermu, aku takut dia akan memukuliku.” Jiyong melirik Dara yang diam-diam mencuri pandang kearahnya. “Kau sedang mengagumi ketampananku kan?” Jiyong berkata menggoda dan memainkan alisnya.

Wajah Dara memerah, dia membuang muka dan mulai memperhatikan pemandangan diluar yang tertutup salju. “Aku akan membuat omma memukulimu, tenang saja.” Dara berkata ketus.

“Ya! Aku tidak salah.”

“Kau salah karena sudah nakal padaku.” Dara mulai kembali bersemangat mengingat sebentar lagi dia bisa bertemu kedua orang tuanya. Apa mereka sehat? Dara benar-benar ingin tahu keadaan mereka. “Apa ommaku sering memukulimu?” Dara menghadap Jiyong dengan penasaran.

“Yah, walaupun dia memukuliku sambil menyembunyikan senyumnya, tapi aku suka, ibumu mengingatkanku pada sosok ibuku.”

“Baiklah, kalau begitu! Aku akan membuat omma memukulmu, kau menyukainya kan?” Dara tersenyum jahil dan geli melihat wajah Jiyong yang panik.

“Ya!”

“BUSAN! WE ARE COMING!!!”

======

Seoul, Kantor penyidik Blue House

“Kau masih tidak ingin buka mulut?” TOP duduk dihadapan Lee Joon dengan ekspresi dingin. Dia sangat lelah karena baru saja sampai di Seoul dan dia mendapat laporan kalau Korea Utara berencana untuk mengirimkan Batallion yang lain ke Seoul. Dalam waktu dekat, Presiden dengan Menteri pertahanan sipil akan melakukan pertemuan rahasia dengan Amerika Serikat untuk membahas tentang nuklir yang diam-diam dikembangkan oleh Korea Utara dan masalah peperangan Pakistan yang tidak kunjung berhenti. Dan, seluruh orang di Blue House tahu, kalau pengiriman Battalion yang lain ke Seoul adalah untuk mengacaukan pertemuan itu.

“Kami ingin menolongmu, Lee Joon-ssi.” TOP memajukan wajahnya menatap Lee Joon yang seolah telah kehilangan nyawanya.

“Satu-satunya cara untuk menolongku adalah dengan membunuhku.” Lee Joon menatap TOP. “Bunuh aku sekarang.”

Keheningan melingkupi keduanya, Mata TOP menatap tajam sinar mata Lee Joon. Orang Korea Utara selalu seperti ini. Mata mereka tidak memiliki kasih sayang dan mereka lebih memilih mati dari pada membocorkan informasi.

“Battalion70 akan menghancurkan kalian semua.” Lee Joon menyeringai. “Dengan Kamerad dan prajurit yang lebih terlatih dan pasukan yang lebih banyak. Lebih baik, persiapkan diri kalian dengan sempurna, aku akan merasa kasihan pada kalian sekarang.” Lee Joon mengakhiri perkataannya. “Tolong bunuh aku sekarang”

TOP mencatat kata-kata Lee Joon dengan seksama.  Battalion70. Kamerad Kim dan Lee Joon berasal dari Battalion75, Dan TOP yakin kalau mereka masih memiliki hubungan kekeluargaan.

“Peperangan antara Korea Selatan dan Korea Utara memang tidak memiliki akhir.” TOP mulai membereskan dokumen dihadapannya. “Tapi, kita adalah manusia, manusia yang memiliki perasaan. Aku membunuh untuk menyelamatkan hidupku, untuk bertahan hidup.” TOP bangkit dan dua orang penjaga berpakaian hitam masuk kedalam. “Aku tidak bisa membunuh sesama manusia, apalagi, manusia itu tidak sedang mengancam nyawaku dan terlihat menyedihkan.” TOP mulai berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan. Saat dia ingin membuka pintu, suara ledakan pistol terdengar menggema di dinding yang bercat pastel.

TOP menoleh dan melihat pistol ditangan Lee Joon, menempel di keningnya sendiri. Pria itu terjatuh dengan senyum konyol dan mata terbuka lebar.

“Itu bukan jenis kematian yang ku inginkan.” TOP menghela napas dengan sedih dan kembali melanjutkan langkahnya.

======

“Aku ingin ke pasar ikan!!!” Dara terpekik senang saat melihat beberapa ahjumma menjajakan ikan disepanjang jalan menuju rumah orang tuanya.

“Jalanan licin, kau dirumah saja.” Jiyong memperhatikan Dara yang menempelkan seluruh wajahnya pada kaca mobil. Dia terlihat seperti penguntit yang ingin mencuri ikan dalam baskom ahjumma-ahjumma itu.

Mobil berbelok di tikungan dan para penjual ikan menghilang dari pandangan Dara, Pemandangan yang selanjutnya Dara lihat adalah berpetak-petak kebun dan sawah yang tertutup salju tipis.

“Orang tuaku memilih tinggal ditempat ini?” Dara menoleh pada Jiyong yang sedang memperhatikan setiap tikungan jalan. Orang tua Dara adalah orang yang tidak bisa diam dan selalu keluar mencari uang. Tetapi tempat ini terlihat seperti tempat pensiunan, apakah kedua orang tuanya setua itu?

“Ayah dan Ibumu membutuhkan udara segar dan mereka sangat suka berkebun, dan lagi, mereka sudah tidak perlu menjaga anak norak sepertimu, makanya mereka memutuskan pindah kesini.” Jiyong berkata tenang dan melihat mata Dara berbinar saat menatapnya.

“Ini adalah pertama kalinya ada orang yang sangat tahu tentang aku dan keluargaku. Kau bahkan tahu kebiasaan omma dan kesukaannya.” Dara tersenyum senang pada Jiyong.

“Kau beruntung.” Jiyong terkekeh.

“Apa?”

“Karena punya suami sepertiku.” Jiyong mulai memakirkan mobil mereka di sebuah halaman luas. Dara memang tidak bisa mengelak. Pria disampingnya benar-benar sempurna, dia tampan, baik, mencintainya, sabar, dan… kaya raya. Dara memang sangat beruntung, Tetapi dia takut dirinya malah akan membawa kesialan pada Jiyong.

Jiyong menoleh pada Dara yang terlihat resah. “Apa lagi sih yang ada didalam otakmu itu?” Jiyong mendekatinya dan melepaskan sabuk pengaman Dara. “Kita sudah sampai.” Jiyong membelai rambut Dara dan tersenyum.

Dara memperhatikan sebuah rumah mungil berlantai dua dengan interior modern dihadapannya. Pagar menuju rumah dipenuhi tanaman jalar berwarna hijau hingga sepertinya pintu itu terbuat dari daun-daun hijau yang sedikit membeku, Sepertinya ayah dan ibunya benar-benar bertekad membuat rumah mereka hijau karena Dara hanya bisa memandang banyaknya pohon dan bunga.

“Sepertinya aka nada sedikit masalah ketika kita bertemu mereka.” Jiyong mulai terlihat khawatir.

“Kenapa?” Dara mengambil mantel dan mulai memakainya dan tidak lupa melilitkan syal putih disekeliling lehernya yang dipenuhi tanda yang dibuat Jiyong.

“Terakhir kali aku bertemu dengan mereka… mereka menyetujui perceraian kita.” Raut wajah Jiyong menggelap saat mengatakan kata cerai. Dara menelan ludah susah payah dan tangannya kembali berkeringat.

“Tenang saja, semuanya akan baik. Bommie sudah menelpon orang tuamu dan menjelaskan semuanya.” Jiyong membuka mobil dan keluar.

Ayah Dara adalah orang yang keras dan selalu mendidik Dara dengan menanamkan nilai agama dan kejujuran didalam otaknya, sedangkan ibu Dara selalu membuat Dara mandiri dan tidak bergantung pada siapapun, Dara mengerti kenapa mereka tidak menghubunginya selama ini. Dara menarik napas dalam dan mulai membuka pintu mobil, menjejakan kakinya di tanah licin, angin dingin segera menerpanya, menerbangkan rambut dan pikiran rumitnya saat berada didalam mobil. Jiyong berjalan mendekat dan menggenggam tangannya.

Mereka berjalan ke arah rumah saat suara seseorang memanggil Dara. Suara ibunya.

“Dara-yaa!”

Dara dan Jiyong menghentikan langkah, Dara berbalik dan melihat seorang wanita tua di usia yang hampir mencapai 60 tahun sedang menenteng sepeda dengan pakaian hangat, Keranjang sepeda itu penuh sayur mayur dan juga hewan laut, disampingnya seekor anjing berwarna cokelat menggoyangkan ekornya dan berlari menghampiri Jiyong.

“Omma…” Dara berkata lemah, ibunya sudah tumbuh semakin tua, rasa sedih, senang, dan kerinduannya tiba-tiba mendesak didalam hatinya, membuat matanya berair. Dara berlari pelan dan memeluk ibunya, harum khas ibunya segera menyambut penciumannya.

“Aigooo, kenapa tidak menghubungi jika mau datang?” Ibu Dara menatap Jiyong yang tersenyum dan menundukan kepalanya pelan. “Jiyongie, bantu aku, anak ini tiba-tiba jadi manja karena hilang ingatan.” Ibu Dara memukul punggung putrinya dengan sayang. Jiyong menghampiri mereka dan mulai menenteng sepeda yang dibawa Ibu Dara.

“Ommoni, anda sehat bukan?” Jiyong berkata ramah, dan sadar kalau keriput diwajah mertuanya semakin banyak.

“Tentu saja aku sehat! Berkat obat herbal yang selalu kau kirimkan tiap bulan, ayo masuk, disini sangat dingin.”

Mereka mulai memasuki halaman rumah dalam diam, Rumah itu terlihat mungil dari luar tetapi ternyata sangat luat didalamnya. Ditengah halaman terdapat sebuah pohon sakura yang tidak berdaun tetapi memiliki kuncup bunga sakura yang memohon untuk mekar, dibawah pohon besar itu terdapat sebuah balai lebar, tempat mereka biasa makan malam bersama jika ada acara spesial, atau sekedar minum dengan para tetangga.

“Ayahmu sedang berada dikantor polisi. Walaupun dia sudah pensiun, dia masih suka kekantor polisi dan sedikit membantu penyidik jika terdapat kasus, sore ini dia akan pulang.” Ibu Dara membuka pintu dengan bunyi berisik dan memasuki rumah. “Kalian harus menginap, aku akan membersihkan kamar kosong dilantai atas.” Ibu Dara menoleh kearah Dara yang tampak bingung dan seperti baru pertama kalinya memasuki rumah itu. Wanita tua itu mendesah sedih. “Jiyongie, aku benar-benar berterimakasih padamu, kau bahkan kuat menjaga si pembuat masalah ini saat dia tidak mengenalimu.”

Jiyong tersenyum pelan saat mendengar kata-kata itu keluar dari Ibu Dara, Dara menundukan kepala malu, Ibunya menaiki tangga dalam diam dan menghilang dari pandangan mereka berdua.

Jiyong memeluk Dara dari belakang untuk membuat gadis itu kembali nyaman. “Kau baik-baik saja?”

“Hum!” Dara mengangguk bersemangat. “Aku hanya kaget melihat ibuku jadi sangat tua seperti itu.”

“Kalau begitu, menginap disini, lagi pula aku sudah lama tidak mengobrol dengan aboji.” Jiyong melepaskan pelukannya dan melonggarkan kancing mantelnya. “Kita ini sering berkunjung kesini, jadi kau anggap rumah sendiri, jangan canggung seperti itu.”

Dara mengangguk dan mulai berjalan ketengah ruangan, ada ruang tamu dipisahkan dengan dapur dengan sebuah lemari antik yang di isi dengan bermacam tanaman, Dara sangat suka harum alami tempat itu, Dia berjalan cepat kearah lemari es untuk mencari jus apple dan menemukan Jus apple buatan tangan ibunya. Dara menjilat bibirnya dengan nikmat dan mulai mengeluarkan botol dingin itu.

“Kau mau minum?” Dara berteriak kearah Jiyong yang sedang duduk di sofa sambil bermain dengan anjing cokelat yang tambun di pangkuannya.

“Aku mau jus apple juga.” Jiyong menyahut sambil membelai anjing di pangkuannya. Dara berlari kecil kearah Jiyong dan duduk dilantai sambil memperhatikan anjing bermata cokelat bulat dipangkuan Jiyong.

“Siapa namanya?” Dara tersenyum dan ikut menyandarkan kepalanya dikaki Jiyong, wajahnya berhadapan dengan wajah si anjing.

“Dongja.”

“Dongja?”

“Hum, aku punya dua anjing sekarang, Dongja dan Dara, Double D.” Jiyong terkekeh saat tangan yang satunya membelai kepala Dara yang berada diatas pahanya, Dara mendengus marah dan segera bangkit.

Ommanya turun dari tangga sambil membawa beberapa lembar pakaian. “Kamarnya sudah selesai.” Ibu Dara menghampiri Jiyong dan Dara yang sedang menikmati jus apple mereka.

“Ommoni~.” Jiyong tiba-tiba berkata dengan nada manja dan membuat Dara hampir tersedak.

“Arraso, sup kepitingnya akan kubuat dengan porsi besar, terakhir kali kau makan hampir lima mangkuk, aigoo, sekarang beristirahatlah dikamar.” Ibu Dara berkata kesal tetapi menyembunyikan senyumnya. Dara tertawa saat melihat sikap ibunya seperti itu.

“Dan malam ini kita tidur satu kamar lagi.” Jiyong memainkan alisnya pada Dara dan membuat ibu Dara tertawa.

“Jiyongie, lakukan ditempat yang benar, terakhir kali kalian melakukannya di kebun labu samping rumah.” Ibu Dara tertawa terbahak-bahak bersama Jiyong.

“OMMA!!!” Dara berteriak melihat tingkah mereka. KEBUN LABU??? YANG BENAR SAJA!!!

“Tenanglah baby, malam ini aku akan melakukannya di atap rumah.” Jiyong meledak dalam tawa bersama ibu Dara, mustahil, ibunya memang sangat suka bercanda dan dia benar-benar cocok dengan Jiyong yang memang suka menggoda Dara.

“YA!!! AKU AKAN MEMBUAT KALIAN MENJADI BAGIAN DARI SUP KEPITING!” Dara bangkit dan mengejar Jiyong yang berlari cepat menaiki tangga.

Ibu Dara melihat suami istri itu menghilang dengan berisik ke lantai atas, dengan senyum masih tersungging, dia teringat kata-kata suaminya. Jangan menyusahkan Jiyongie lebih dari ini lagi, pria baik itu pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Dara…

Dara, aku harap kau akan baik-baik saja… Ibu Dara berkata sedih sambil menatap foto putrinya yang tergeletak di atas meja.

~To be Continue~

 

HALLOOWW!!! Tinggalkan komentar ya! ya! ya! hmmm, sebenernya masalah Korut dan Korsel ini terinspirasi dari Movienya si bingu THE COMMITMENT. Saya sangat terpesona sama kegantengan Mr. Choi di pilem itu, hehe. Dan untuk yadongnya gak hot sama sekali, maafkan saya, ini pertama kalinya nulis begituan soalnya -___- Oke! Semoga suka ceritanya dan bisa terhibur. Makasih udah baca dan selalu dukung. See u soon^^^ love love love u all, *Pyoong*

<<back next>>

114 thoughts on “My Wife is Seventeen Years Old! ~ Day #6

  1. Seneng deh bacanya😊apa lagi ibunya dara ma jiyong lucu..jd bisa lupain trauma penculikan ,,tp sempet sempetnya ada adegan ++di dlm mobil,,pas turun salju ,jd dingin2 empuk,✌👍

  2. Aigoo…adegan hotnya hampir merusak otakku
    Hahaha
    Eommanya dara sama jiyong lucu banget
    Yaaahhh…seenggaknya mereka melupakan sedikit kenangan buruk yang telah terjadi

Leave a comment