For The First Time part 6

Image

 

 

(Author’s POV)

 

Setelah menutup pagar, aku masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Hah, Dara sudah pergi dan melanjutkan aktifitasnya. Ternyata seperti ini ya yang dirasakan orang-orang menganggur. Bosan!

 

Handphoneku yang ada di saku tiba-tiba bordering, lagu Butterfly nya pun berkumandang.

 

Kulihat layar handphoneku, dan ternyata yang menelpon adalah Dami Nuna.

 

“Yeobeoseyo, Nuna.”

 

“Yeobeoseyo, Jiyong-ah. Eddiseo? (Dimana?)”

 

“Dirumah. Waeyo?”

 

“Aku ke rumahmu sekarang ya.”

 

“Ne? Ke rumahku? Ada apa?”

 

“Menemanimu. Aku tahu pasti kau kesepian.”

 

“Kau memangnya tidak sibuk? Bukannya butikmu sedang ramai-ramainya bulan ini?”

 

“Masalah butik ada yang mengaturnya, Ji. Kau ingin memakan apa?”

 

“Oh begitu. Hmm, aku sudah kenyang, Nuna. Tadi aku sudah sarapan.”

 

“Mwo? Kau memasak sendiri? Hebat~”

 

“Ani~ bukan aku yang memasak, tapi Dara hehehehe,” kekehku. Aku mana bisa memasak masakan seperti itu ck. Masak nasi saja gagal.

 

“Dara kerumahmu?? Ah, aku merindukannya. Apakah dia masih disana?”

 

“Dia baru saja pergi, Nuna. Katanya ada briefing dengan PD-nim 2ne1 TV sebelum perform comeback,” kataku sambil menutup pintu rumah.

 

“Oh begitu. Ck, sayang sekali tidak bertemu dengannya. Ya sudah, sepuluh menit lagi aku sampai rumahmu.”

 

“Ne, nuna. Itabwa (sampai jumpa)”

 

Aku menutup telponku. Hah, memang dia nuna kesayanganku. Tahu saja sekarang aku kesepian hahaha. Aku jadi ingat sudah tiga bulan lebih aku tidak bertemu dengannya. Aku terlalu sibuk dengan comeback bigbang kemarin, dan dia sibuk dengan butiknya.

 

Sambil menunggu kedatangan Dami nuna kerumahku, aku duduk di gazebo dekat kolam renangku. Iseng aku buka me2day dari iPadku. Ku lihat pesan-pesan dari para VIP yang memberiku semangat. Tak jarang aku tersenyum melihat kata-kata lucu dari mereka. Yah… selain Dara dan keluaragaku yang menjadi motivasi agar aku segera bangkit, VIP juga menjadi motivasi utama. Tanpa mereka, Bigbang tidak akan pernah dikenal bahkan tidak ada. Aku salut kepada mereka yang mendukung kami habis-habisan. Rela menyisakan sedikit uang untuk membeli album-album kami. Walaupun kadang-kadang, kami belum bisa memaksimalkan kepuasan mereka.

 

Tin! Tin!

 

Terdengar suara klakson mobil dari luar. “Ah, itu pasti Dami nuna.”

 

Aku langsung beranjak dari dudukku, lalu berlari kecil ke luar. Dan ya, benar. Mobil BMW tipe terbaru berwarna pink terparkir di terasku yang lumayan besar. Dia keluar dari mobil sambil menenteng barang belanjaannya.

 

Dia sekarang memakai celana jeans dan blues berwarna pastel dengan sweater berwarna pink muda dan wedges tujuh centimeter berwarna merah maroon.

 

“Bantu aku!” perintahnya.

 

Aku langsung turun membantunya membawa barang belanjaan dari mobilnya.

 

“Kau beli apa aja sih?” tanyaku setelah masuk dan menaruh barang-barangnya di atas meja makan.

 

“Hmm.. itu tadi beli sedikit bahan makanan dan beberapa vitamin untukmu.” Dia berjalan ke ruang tv lalu duduk di sofa panjang berwarna merah.

 

“Dara tadi kesini?” tanyanya lagi. “Pagi sekali dia.”

 

Aku menggidikkan bahu dan duduk di sebelahnya. “Yah begitulah. Dia mungkin khawatir dengan keadaanku sekarang.”

 

Dia menganggukan kepalanya lalu berdiri menuju kulkas mengambil minuman.

 

“Hmm, begitu ya. Hei, Ji… kau serius kan dengannya?” tanyanya setelah menyeruput segelas air.

 

“Kenapa kau bertanya seperti itu?”

 

“Ani… hanya bertanya saja. Kau serius kan?”

 

“Setelah tiga tahun menjalin hubungan, aku memang sudah berpikir untuk serius dengannya.”

 

Dia lalu duduk lagi disebelahku, lalu menaruh gelas di atas meja. “Menikah?”

 

Aku mengangguk. “Ya. Aku ingin menikah dengannya. Bukankah nuna suka sekali dengannya?”

 

“Siapa bilang aku tidak suka? Dari awal dia berhubungan denganmu, aku ingin dia menjadi adik iparku,” katanya lalu meminum lagi.

 

“Aku berencana untuk menikah dengannya tahun depan dan aku juga sudah melamarnya kemarin,” ucapku.

 

Kulihat dia tersedak saat mendengar ucapanku barusan lalu melotot kearahku. “Uhuk.. uhuk.. MWO??! Tahun depan??! Dan.. dan.. KAU SUDAH MELAMARNYA??!” teriaknya.

 

Aku menutup kedua telingaku agar gendang telingaku tidak pecah. “Iya. Kenapa memangnya?”

 

“Apa ini tidak terlalu cepat?” tanyanya sambil membersihkan air yang ada di bibirnya.

 

Kenapa Dara dan Dami nuna berkata hal yang sama sih. Ck! “Kurasa tidak. Aku dan dia sudah lama menjalin hubungan. Apa salahnya jika kami menikah? Bukannya itu bagus?”

 

“Kau memangnya sudah siap untuk menikah? Kau masih muda, Ji. Walaupun Dara sudah dalam usia yang matang, tapi kau… kau belum. Tidak bisakah kau menunggu dua atau tiga tahun lagi? Aku yakin Dara juga setuju.”

 

“Wae? Kau meragukanku? Apa salahnya aku menikah muda. Toh, aku mencintainya dan dia juga mencintaiku. Aku sudah berkecukupan dan mapan.” Kenapa sih? Apa salahnya aku ingin menikah lebih cepat. Toh Dara juga sudah setuju.

 

“Jangan egois seperti itu. Kau masih belum bisa menahan emosimu. Aku cuma tidak ingin kalian akan kecewa dengan pernikahan kalian.”

 

“Aku yakin tidak akan kecewa, nuna. Aku sudah memikirkan ini matang-matang sebelum melamarnya kemarin. Apa kau sudah tahu Joseph kesini?”

 

Dia mengerutkan kedua alisnya bingung. “Joseph? Nuguji (Siapa)?”

 

“Mantannya Dara waktu dia masih jadi artis di Filipina.”

 

Dia menganggukan kepalanya. “Ah ye, aku ingat. Kenapa dia?”

 

Aku mendesah, “Yah… waktu itu aku tak sengaja bertemu dengannya ketika aku ingin menjemput Dara setelah dia perform di SBS. Dia mengatakan ingin kembali lagi dengan Dara.”

 

Kulihat kedua bola mata Dami nuna melebar. “Jinjjaro? (Benarkah?) Dia bilang seperti itu kepadamu??” pekiknya.

 

Aku menganggukan kepala mengiyakan. “Hmm. Dia mengatakan hal itu kepadaku dan dia juga mengatakan hal yang sama dengan Dara.”

 

“Seolma (Tidak mungkin)…. Dia benar-benar mengatakan hal itu kepadamu? Berani sekali dia.” Mulut Dami nuna terbuka tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

 

“Maka dari itu, aku melamar Dara dan mengajaknya menikah tahun depan. Aku takut jika Joseph melakukan segala cara agar kami berpisah.”

 

“Jadi kau mengajak Dara menikah karena ada Joseph?” tanyanya sedikit tidak percaya.

 

“B-bu-bukan seperti itu juga. Aku juga mengajaknya untuk menikah karena aku juga sudah yakin dia memang jodohku.” Ah salah omong kan. Memang sih salah satu faktor mengapa aku mengajaknya menikah adalah Joseph.

 

“Kau masih muda, Ji. Masih banyak yang bisa kau lakukan. Apa tanggapan fans-fansmu jika tahu berita ini.” Kulihat dari raut wajahnya terpancar kekhawatiran.

 

“Tenang, nuna. Masalah fans, I can handle it,” ucapku meyakinkan.

 

Dami nuna mengalihkan pandangannya ke depan. “Oke, aku percaya padamu.”

 

Aku menepuk pundaknya pelan. “Terima kasih, Nuna kesayanganku. Ya, bagaimana dengan Yeoseob-ssi? Kalian sudah berpacaran selama enam tahun tapi aku belum mendengar berita membahagiakan darimu.”

 

Kwon Dami dan Yang Yeoseob memang perpaduan yang unik. Aku suka sekali dengan Yeoseob. Dia pribadi yang menyenangkan dan sopan. Dia juga memperlakukan kakak kesayanganku ini dengan sangat baik.

 

“Yeoseob? Ah, he’s fine. We’re… fine,” jawabnya lesu.

 

“Wae? Ada masalah?” tanyaku sedikit khawatir.

 

Dia menggelengkan kepalanya pelan. “Molla. Tapi seminggu ini dia terlihat sangat berbeda dari biasanya. Aku tahu, aku menjadi sangat sibuk satu bulan ini dan belum sempat bertemu dengannya. Aku…” Setetes air mata mengalir turun dari pelupuk matanya.

 

Kupeluk pundaknya, mencoba menguatkan. “Nuna… uljima (jangan menangis). Aku yakin dia… dia hanya terlalu rindu denganmu.”

 

“Hiks hiks… a-a-ku tak tahu lagi apa yang harus ku lakukan. Aku sudah mencoba untuk menanyakan mengapa dia begitu, tapi dia tidak menjawab apapun. Aku bingung harus bagaimana…” ucapnya dengan suara parau. Ah, jinjja. Aku tak bisa melihat orang-orang yang ku sayangi menangis seperti ini.

 

“Nuna… everything will be fine. He’s just missing you and maybe that’s the reason why he treated you like that. Well, actually, some problems can make your relation more getting stronger than before.”

 

Dia melepaskan pelukanku lalu menghapus bulir-bulir air mata yang menghiasi pipinya. “I know. I really know him, Ji. Mungkin dia bosan denganku,” ucapnya lalu tertawa miris.

 

“Tidak… tidak seperti itu, Nuna.”

 

“Tapi memang seperti itu. Aku juga tidak tahu kapan dia akan memintaku menikah dengannya. Awalnya kupikir memang kami berdua belum siap. Tapi, lama kelamaan aku juga lelah harus menjalani hubungan seperti ini.”

 

“Lalu? What will you do next? Give up? Hahaha, nuna-ya ini bukanlah dirimu yang ku kenal. Coba bicara dulu baik-baik dengannya. Dia pasti punya alasan khusus mengapa dia seperti itu.”

 

Dia menghembuskan napasnya berat. “Mollaseo. Jinjja molla (benar-benar tidak tahu). It’s about the time, Ji. Jika memang nanti kami harus berpisah… that is the best way for us.”

 

Aku mengusap-usap puncak kepalanya. “Everything’s gonna be alright, Nuna. Jjah, minumlah.” Ku ambil gelasnya dari atas meja lalu kuberikan padanya.

 

Dia mengambil gelas yang ada ditanganku. “Gomawoyo…”

 

“Hei, bagaimana dengan kasus Dae?” tanyanya.

 

“Ah… aku belum tahu, Nuna. Masalah yang dia alami sangat rumit.”

 

“Dia tidak menabrak pengendara itu kan?”

 

“Itu dia… menurut beberapa sumber, lelaki itu sudah tewas saat Daesung menabraknya. Tapi ada yang bilang juga, lelaki itu pingsan sebelum bertabrakan dengan Daesung.”

 

“Rumit sekali… semoga Bigbang bisa bangkit ya…”

 

“Yah… doakan kami saja Nuna. Tahun ini adalah tahun penuh cobaan untuk kami.”

 

Dia menepuk-nepuk pundakku. “Semua akan baik-baik saja, Ji.”

 

“Semoga…”

 

Everytime I come close to you (Everytime I feelin you~)

 

Handphoneku berdering, ada telpon masuk. Kulihat kontak nama yang ada di layar handphoneku. Ah ternyata Kush hyung.

 

“Ne, yeobeoseyo hyung. Ada apa?”

 

“Bisakah kau ke studio sekarang? Aku membutuhkanmu.”

 

“Ok, aku segera kesana.”

 

“Ne, gidarilkaeyo (Aku tunggu)”

 

“Ne… ne… itabwa.”

 

“Siapa?” tanya Dami nuna setelah kutup telponnya.

 

“Kush hyung. Dia memintaku untuk datang ke studio sekarang, dia butuh bantuan katanya.”

 

Dia mengangguk mengerti. “Hmm begitu, ya sudah kalau begitu aku juga harus kembali ke butik.”

 

“Geuraeyo (baiklah), tunggu sebentar ya nuna aku siap-siap dulu.”

 

“Ne….”

 

************

 

(Author’s POV)

 

Chaerin, Minji, dan Bom sudah berada di sebuah kafe untuk shooting 2NE1 TV yang akan disiarkan live di beberapa negara yang bekerja sama dengan MNET.

 

“Ne, yeoreobun. Hari ini adalah premier 2NE1 TV Season 3!!! Wuhu!!!” pekik Chaerin dibarengi dengan tepukan tangan Minji dan Bom.

 

“Dan hari ini tepat hari ulang tahun 2NE1 yang kedua!” tambah Bom.

 

“Ne, yeoreobun. Hari ini sangatlah spesial. Premier 2NE1 tv sekaligus ulang tahun kedua kami kyaakyaakyaa!” kata Chaerin sambil berjalan ke meja order untuk mengambil minuman dan makanan mereka.

 

“Eonni! Coba lihat ini di twitter!” ujar Minji menunjukkan iPhone nya kepada Chaerin dan Bom. “Mereka semua memberi kita selamat! Blackjack-deul! Kamsadeuribnida~” tambahnya lalu membungkukan badannya ke kamera.

 

“Ah, ada mention dari se7en oppa. Dia bilang, selamat untuk premier 2ne1 tv dan ulang tahun kita. Jeongmal, kamsahabnida oppa, yeoreobun!” tambahnya lagi sambil meminum minumannya.

 

Tiba-tiba pintu kafe terbuka. “Annyeong! Ah, maaf aku telat,” kata Dara lalu menaruh tasnya di sebelah Bom.

 

“Hmm tunggu, aku punya sesuatu di mobilku.” Lalu berlari kecil menuju mobilnya di luar.

 

Tak berapa lama kemudian Dara masuk dengan membawa sebuah bingkisan kecil berwarna dark blue. “Bom-ah, ini untukmu.” Lalu memberikan bingkisan kecil itu untuk Bom.

 

Bom membuka bingkisan itu, lalu dilihatnya sebuah kotak berwarna hitam (hmm :/ still wondering warnanya apa hahaha itu ngasal :p). Di dalam kotak tersebut ada gelang silver dengan tulisan “2NE1”. “Ah, yeppeoyo (cantik). Gomawoyo, Dara-ya,” ucap Bom lalu memeluk Dara yang duduk di sebelahnya.

 

Member 2NE1 yang lain seperti iri, jadilah mereka menggoda Bom. “Gelang itu kecil sekali, Eon. Memangnya muat di tanganmu? Hahaha ^^v” goda Chaerin.

 

“Muat kok!!” pekiknya sambil memasukkan gelang itu ke tangannya. Dan yak, gelang itu bertengger sempurna di pergelangan tangan Bom yang indah. “Igobwa (lihat ini). Muat kan? hahaha.”

 

Semuanya ikut tertawa, lalu Chaerin berjalan kea rah belakang seperti ingin mengambil sesuatu. “Aku juga punya sesuatu untuk kalian,” ucapnya lalu membagikan dua buah kotak untuk Dara dan Minji. Ah, ternyata gelang yang sama seperti Bom hmmm…

 

“Gomawoyo, Eonni,” kata Minji langsung memakai gelangnya. “Gomawoyo, Chaerin-ah,” tambah Dara.

 

Chaerin menganggukan kepalanya sambil tersenyum senang.

 

“Jjah! Mari foto! Hmm, bisa tolong foto kami?” tanya Chaerin pada seorang kru 2ne1 tv.

 

“Ne…” jawabnya. Lalu mereka berpose untuk berfoto.

 

Saat mereka syuting, sebenarnya ada yang memerhatikan mereka dari kejauhan. Lelaki bertubuh agak kekar memakai celana jeans warna khaki dipadu dengan statement t-shirt berwarna coklat muda dan juga leather jacket hitam yang bertengger sempurna di badannya. Ya… Joseph kembali.

 

“Haha dasar bodoh. Aku tak akan pernah berhenti berusaha untuk mendapatkanmu lagi, Sandy,” gumamnya pelan sambil memainkan kunci mobilnya.

 

Dara yang sedang sibuk melakukan shoot-shootnya bersama member 2NE1 yang lain tidak memerhatikan keberadaan Joseph kala itu. Setelah setengah jam Joseph berdiri di seberang kafe, akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

 

Sama seperti yang ia alami di dorm 2NE1, saat ia berjalan menuju mobilnya banyak netizen-netizen perempuan yang memujinya. Joseph yang tak mengerti apa yang mereka bicarakan hanya berlalu.

 

************

 

(H-1 KMW in Singapore)

 

(Author’s POV)

 

Hari ini, 2NE1 dan Bigbang (minus Daesung) akan pergi ke Singapur untuk mengadakan sebuah konser k-pop bersama beberapa grup idol lainnya. Saat ini anggota Bigbang sudah sampai di Incheon Airport. Sekarang mereka bergegas masuk untuk boarding dan menunggu member 2NE1 sampai.

 

Di bandara tersebut banyak sekali VIP, Blackjack, dan fandom lainnya untuk sekedar mengambil foto idola-idola mereka. Ada juga yang hanya berteriak-teriak histeris tanpa melakukan apapun.

 

Jiyong, Youngbae, Seunghyun dan Seungri sedang mengantri untuk giliran boarding mereka. Jiyong memakai topi fedora warna merah kesayangannya, dipadu dengan kaus putih polos, cardigan kotak-kotak hitam putih, dan tak ketinggalan kacamata hitam andalannya.

 

Dia terlihat agak resah… seperti menunggu seseorang. Dan lima menit kemudian member 2NE1 masuk ke dalam bandara Incheon. Histeria Blackjack yang memadati bandara membahana seantero ruangan. Security dan beberapa body guard menjaga member 2NE1 agar tidak terjadi hal yang tidak menyenangkan saat berdekatan dengan Blackjack. Tak jarang Blackjack memanggil-manggil nama bias mereka, seperti “Bommie Eonni!! Neomu yeppeo (Sangat cantik)!!” dan ada juga “Mingkki-ya himneseyo (semangat)!”.

 

Chaerin memakai sweater hitam dengan skinny jeans berwarna senada dan sepatu kets serta tas tenteng, berjalan duluan menuju bandara dari tempat mereka diturunkan.

 

Minji memakai kaos putih polos, cardigan hitam dengan scraft warna coklat muda, skinny jeans warna biru dan heels (kayanya heels deh hehehe agak gak jelas liatnya), menyusul di sebelah Chaerin.

 

Sementara itu Bom yang memakai tank top warna putih polos dan cardigan kuning kesayangannya dengan skinny jeans berwarna dark blue dan tas Luis Vuitton berwarna silvernya, menunggu Dara turun dari mobil.

 

Dara memakai kemeja kotak-kotak merah hitam, kaos putih polos, celana jeans, dan sneaker. Rambutnya diikat sebagian, seperti biasa.

 

Member yang sudah masuk ke dalam antrian boarding pass, bertemu dengan Jiyong lalu mereka berbincang-bincang sebentar. Dara masih meladeni fansnya yang ingin meminta tanda tangannya. Setelah selesai memberi tanda tangan, dia langsung berlari kecil menuju antrian boarding.

 

Dan tepat saat dia datang, Jiyong yang terlihat seperti menunggu seseorang melambaikan tangannya menyapa Dara. Pabbo! Seharusnya aku tak melakukan ini di depan publik! Rutuknya dalam hati

 

(HAHAHAHA BUAT YANG PENASARAN, check this link -> http://www.youtube.com/watch?v=01sRvkw_64o&list=PLB68C4586B7757F0B&index=14&feature=plpp_video – video credit to : youtube-blackangelvip18 and dara.ivyro.net)

 

 

************

 

(On the airplane)

 

(Jiyong’s POV)

 

Ah, Bigbang kali ini akan tampil pertama kalinya di luar Korea tanpa Daesung. Berat memang tapi… kami harus professional dalam karir kami.

 

Sebenarnya aku sangat bersemangat kali ini. Why? Hahaha karena 2NE1 ikut perform juga dengan kami. Yes! Akhirnya aku bisa berduaan dengan Dara.

 

Untungnya pesawat ini hampir semuanya diisi oleh grup idola dan beberapa kru mereka. Jadi, jika sekarang aku berduaan dengan Dara tidak akan ada yang tahu.

 

Dara duduk bersama dengan Bom agak jauh di belakangku. Sementara aku duduk dengan managerku Nam-Gook ssi.

 

“Nam gook hyung….” Panggilku.

 

“Ne?”

 

“Aku ingin ke tempat duduk Dara, bolehkah?”

 

Kulihat Nam-gook hyung sedikit berpikir lalu menengok ke kanan dan kiri. “Baik, tapi jangan lama-lama. Aku tak ingin kita ada rumor lagi menyangkut kau dan Dara. Arra (ngerti)?”

 

Aku mengangguk mantap lalu tersenyum lebar. “Ne! Algesseubnida, hyung!”

 

Aku melepaskan sitbeltku lalu beranjak dari tempat dudukku menuju Dara.

 

Youngbae dan beberapa kru melihat kearahku. “Mau kemana?” tanya Youngbae sambil menutup majalah sportnya.

 

Aku hanya mengerling kearah Dara sambil tersenyum, dan sepertinya Youngbae tahu maksudku. “Hmm… ingat jangan terlalu intens, Ji. Banyak yang mengintaimu disini,” ujar Jiyong mengingatkan.

 

“Arraseoyo, Youngbae-ya.”

 

Setelah sampai disebelahnya, ternyata ia sedang tertidur pulas di kursinya.“Dara-ya…” panggilku lembut sambil berlutut di sebelah tempat duduknya.

 

“Dara-ya…” panggilku lagi.

 

Ia menggeliat di kursinya lalu membuka matanya perlahan. “Hoam… hmm… nugu (siapa)?” tanyanya masih setengah sadar.

 

“Kekasihmu tercinta,” ucapku pelan dikupingnya.

 

Ia mengucek matanya, dan membuka matanya yang cantik. “Waeyo?”

 

“Ani… hanya kangen saja,” kataku sambil mengusap rambutnya.

 

“Hhh… aku kira ada apa. Sudah dimana ini?” tanyanya sambil merubah posisinya menjadi duduk tegap.

 

Aku menggidikan bahu, tidak tahu. “Molla.”

 

Dia menengok ke arah Bom nuna yang juga masih tertidur pulas. “Kau duduk dibawah?”

 

“Hmm. Wae?”

 

Dia menggeser duduknya agar menyisakan sedikit ruang. “Sini, duduk…” ditepuk-tepuknya ruang kosong disebelahnya.

 

Tanpa banyak berkata aku pun duduk disebelahnya. Badan kami bersentuhan sama lain, Dara memeluk pinggangku dan menaruh kakinya di atas kakiku, wajahnya berada di dadaku.

 

“Aku juga kangen. Sudah lima hari kita tidak bertemu,” ucapnya sambil mengeratkan pelukannya.

 

“Hmm. Kau pasti capek ya dengan debut 2NE1 kali ini?”

 

“Yah… lumayan.”

 

Aku mengelus puncak kepalanya dan mencium sekilas. “Ah, semangat ya sayang.”

 

Dia mendongakkan kepalanya menatapku dan tersenyum. “Gomawoyo, chagiya.”

 

“Jiyong-ah… kemarin Joseph masih menghubungiku..”

 

“Joseph? Hmm, lalu?”

 

“Dia mengajakku untuk dinner setelah kita pulang.”

 

“He?!” seruku pelan. Apa maksudnya lelaki itu? Berani-beraninya mengajak Dara dinner tanpa persetujuanku. Aigo~

 

Dia mengangguk. “Iya…” gumamnya sambil memainkan cardiganku.

 

“La-lalu… kau jawab apa?” tanyaku hati-hati. Ah! Sumpah mati jika bertemu dengan Joseph, habis dia!

 

“Menurutmu?” dia mendongakkan kepalanya menatapku.

 

Aku memalingkan pandangan darinya. “Molla,” jawabku singkat.

 

Dia terkikik pelan melihat tingkahku yang tiba-tiba berubah seperti ini. “Hahaha. Ya! Kau cemburu, he?” tanyanya lalu melanjutkan tawanya.

 

“A-a-ku ti-tidak cemburu kok,” aku mencoba bergeming. Cemburu?? JELAS!!!!

 

Dia memegang daguku, memberi isyarat untuk menatapnya. “AW!!!! APPO!!!!” teriakku.

 

Beberapa kru yang ada di sebelahku dan Dara terbangun karena teriakanku. “Astaga… berisik sekali…” protes salah satu dari mereka.

 

“Ah… mian…” ucapku lalu menundukkan kepala. “Ya! Kau sih. Sakit tahu!” gerutuku.

 

Dara hanya terkekeh pelan. “Hehehehe. Aku tidak tahan untuk tidak mencubit pipimu, Ji. Hahahaha neomu kwiyeowo (lucu sekali) uuuuu…”

 

Aku memukul dahinya pelan. “Dasar kelinci!”

 

“Hahahaha. Jadi… kau cemburu kan?”

 

“Iya! Wae??” seruku. Hhhh…sebenarnya aku malu untuk mengakui rasa cemburuku.

 

“Ck, coba daritadi bilang. Gengsi nya keterlaluan deeeeh.”

 

Ku usap-usap pipiku yang sepertinya memerah karena cubitan Dara tadi. “Terserahlah.”

 

“Ck…” dia berdecak. “Gak usah ngambek begitu. Jelek banget deh… Aku sudah menolak tawaran dinnernya kok,” jelasnya lalu merubah posisi kakinya yang mungkin sudah pegal.

 

“Jinjja?” pekikku senang. Ahahahaha seharusnya aku sudah tahu kalau Dara tidak akan pernah mau dinner dengan Joseph.

 

Dia mencolek hidungku sekilas. “Iya. Puas kan? Lagian aku juga tidak akan mau dinner dengannya tanpa memberitahumu dulu. Tapi… jika kau menyetujuinya, ya.. mungkin-“

 

“Tidak boleh! Aku tidak setuju! Pokoknya enggak!” seruku sedikit kencang sambil menggelengkan kepalaku mantap.

 

“Sssttt..” dia meletakkan jarinya di bibirku. “Jangan berteriak seperti itu, nanti Bom bangun.” Ah.. iya aku lupa ada Bom nuna disebelah kami. Ck, bisa-bisa kami mati jika tidurnya diusik.

 

“Ahahaha mian….”

 

“Gak akan kok… tenang saja. Kau bisa percaya padaku..” ucapnya lembut sambil memberikan senyum termanisnya untukku.

 

Aku mengangguk pelan lalu mencium puncak kepalanya sedikit lama. “Jjah, aku harus kembali ke kursiku. Cepat tidur… ok?”

 

“Yah.. sudah mau pergi?” tanyanya kecewa.

 

“Waeyo?”

 

“Aniyo, masih kangen aja. Kita sudah tiga minggu tidak bertemu…” ujarnya sedih.

 

“Ah… jangan seperti itu. Aku juga kangen dan masih ingin berlama-lama bersamamu, tapi… kau butuh istirahat. Aku tak ingin kau kelelahan karena jadwal. Dan aku juga sangat tahu, waktu tidurmu pasti sangat minim akhir-akhir ini,” jelasku.

 

“Iya sih… ya sudah sana kembali. Ingat, setelah kita sampai di Singapur jangan terlalu banyak interaksi di antara kita. Daragon shipper singapur pasti sedang mengintai kita,” dia mengingatkan. Ck, lagi-lagi harus backstreet. Kadang-kadang aku lelah dengan akting ku ini. Aku sudah tidak sabar untuk mengungkapkan pada dunia bahwa, We’re officially on dating. Grrr…. Mei 2012, please come faster.

 

“Hmm arraseo.” Aku menurunkan kakinya yang berada diatas pahaku, lalu beranjak berdiri. Hhh… agak pegal ya. Aku merapikan bajuku yang sedikit lecek.

 

“Annyeong,” ujarnya sambil melambaikan tangannya.

 

“Annyeong,” balasku melambaikan tangan juga lalu berjalan ke arah kursiku. Yah.. setidaknya berbincang dengannya tadi, sedikit membuatku lebih tenang. Walaupun hanya sebentar.

 

Kulihat manager sedang tertidur pulas di kursinya. Hahaha, pasti dia lelah mengurusiku setiap waktu. Mereka itu hebat. Selalu berada di sampingku, tak hanya untuk memberi tahu jadwal-jadwalku, tapi juga untuk menjagaku. Ah… gomawo, Nam-gook ssi.

 

 

-To Be Continued-

4 thoughts on “For The First Time part 6

  1. huahh…..mereka semua ke singapura. kenapa nggka ke indonesia aja ya…..hehehehheeheh
    aku nggak bisa liat videonya…. 😥
    Haish…..dasar sinyal..

Leave a comment