My Love, My Bodyguard #7

love-bodyguard

Author :: Yussie
Cast       :: Sandara Park, Kwon Jiyong, Lee Donghae, Lee Chaerin, Park Bom, and other cast

Happy reading ^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Suatu pagi yang cerah di kota Seoul. Terlihat keramaian orang yang berlalu-lalang, sibuk untuk memulai aktivitas masing-masing. Namun terlihat seorang yeoja yang sedari tadi hanya berjalan mondar-mandir di depan pintu sebuah gedung. Yeoja itu seperti orang yang sedang resah, karena sedari tadi dia hanya masuk-keluar pintu gedung berkali-kali. Ketika sudah di dalam gedung, dia memutuskan untuk keluar lagi. Hal itu terjadi berkali-kali sehingga menyebabkan orang-orang yang melihatnya hanya memandang penuh keheranan dan tanda tanya, sebenarnya kenapa dengan yeoja satu ini.

Yeoja itu bukanlah orang asing bagi mereka yang bekerja di gedung tersebut. Ya, itu karena yeoja tersebut juga bekerja di gedung itu. Mereka mengenalnya dengan nama Dara. Ya, Sandara Park yang saat ini menjadi pusat perhatian karena tingkah anehnya yang sedari tadi terlihat ragu-ragu untuk memasuki gedung tersebut.

“Aisht, aku sangat takut, aku sangat takut jika harus bertemu Kwon Jiyong lagi. Aku masih malu dengan insiden resort kemarin. Tapi aku masih terikat kontrak untuk menjadi bodyguardnya, eottokhe?” gumamnya sambil terus berjalan mondar-mandir tidak jelas.

Tanpa disadari Dara, orang yang sangat ingin dihindarinya sekarang ini sedang berjalan memasuki gedung. Kwon Jiyong yang melihat yeoja yang sangat ingin ditemuinya sekarang ini pun langsung mendekati yeoja tersebut tanpa ragu. Lalu Jiyong memanggil Dara, namun karena Dara masih sibuk dengan kegelisahan pikirannya sendiri, dia tidak menyadari panggilan dan kehadiran seorang Kwon Jiyong yang sekarang sudah berada di belakangnya, sampai Jiyong menepuk pundak Dara.

“Dara, apa yang kau lakukan disini? Ikutlah bersamaku, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Sapa Jiyong yang langsung dijawab dengan kekagetan yang teramat sangat di wajah Dara melihat orang yang sangat ingin dihindarinya ada di hadapannya sekarang.

“Ah Ji-Jiyong, oh ti-tidak apa-apa. Maaf sepertinya ada barangku yang tertinggal di mobil.” Jawab Dara yang langsung berjalan pergi meninggalkan Jiyong yang hanya bisa terdiam melihat dia ditinggalkan begitu saja oleh Dara.

Padahal Jiyong hanya ingin mengatakan kepada Dara untuk melupakan saja insiden di resort karena dia tidak ingin merasa Dara menjadi canggung lagi padanya akibat insiden memalukan itu. Kemarin setelah insiden itu, Dara langsung pamit pulang dan akhirnya Jiyong juga ikut pulang setelahnya karena moodnya menjadi tidak bagus, ditambah dengan kepergian Dara setelah insiden celana itu. Oleh karena itu, Jiyong merasa harus berbicara secepatnya pada Dara. Tetapi sepertinya Dara masih sangat merasa malu sehingga menghindari Jiyong. Hem, baiklah, mungkin Dara butuh waktu untuk menenangkan perasaannya, pikir Jiyong. Jiyong pun segera pergi menuju kantornya.

Sementara itu di parkiran mobil, terlihat Dara sedang duduk di kursi mobilnya dengan wajah yang dibenamkan di stir mobil, terlihat frustasi.

“Eomma, eottokhe, aku tidak berani untuk menunjukkan diri di hadapannya. Aku masih sangat merasa malu dan tidak tahu harus bagaimana.” Gumam Dara masih dengan wajah yang menempel di stir mobil.

Ketika Dara masih meratapi kebodohan yang telah dilakukannya kemarin, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita paruh baya yang berteriak-teriak “pencuri..pencuri..” sambil terus mengejar seseorang yang diduga merupakan pencuri itu. Dengan sigap Dara langsung keluar dari dalam mobilnya dan ikut mengejar pencuri tersebut. Di depannya terlihat seorang namja juga sedang mengejar pencuri tersebut.

Akhirnya, baik Dara maupun namja yang juga mengejar pencuri itu bisa menangkap pencuri tersebut. Pencuri itu sempat melawan dan mengeluarkan belati untuk menakut-nakuti keduanya, namun keduanya tak gentar dan berhasil membekuk pencuri itu. Tentu saja dengan keahlian beladiri yang Dara punya, pencuri itu dapat dengan mudah ditaklukannya. Ditambah dengan bantuan dari namja tak dikenal yang juga ikut membekuk pencuri tersebut. Dara mengambil tas yang dicuri dari tangan si pencuri, sedangkan namja tadi masih memegangi tangan si pencuri dan segera bersama si wanita paruh baya, mereka berjalan menuju kantor polisi terdekat yang berada tidak jauh dari situ.

Setelah keluar dari kantor polisi, Dara dan namja tak dikenal itu mengantarkan wanita paruh baya itu sampai naik taksi dan wanita itu tak henti-hentinya mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Dara dan namja itu. Setelah taksinya tidak terlihat lagi, Dara pun tersenyum lega, dan tanpa dia sadari, namja asing itu sedang memperhatikan wajah cantik Dara yang tersenyum sangat cantik.

“Hai, namaku Jung Ilwoo. Kau bisa memanggilku Ilwoo. Jika aku boleh tau, siapa namamu nona cantik?” ucapnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

“Oh, em, na-namaku Sandara Park. Kau bisa memanggilku Dara.” Balasku sambil menerima uluran tangannya tanda perkenalan kami.

“Baiklah Dara, senang bisa mengenalmu. Dan wow, kau tadi sangat hebat ketika melawan pencuri itu. Tak kusangka yeoja imut sepertimu bisa beladiri.” Ucapnya lagi sambil tersenyum manis.

“Oh, aku hanya belajar sedikit sebagai perlindungan diri saja. Dan senang juga bisa mengenalmu, em..aku bisa memanggilmu dengan?” Tanya Dara.

“Oppa, panggil saja aku Ilwoo oppa, neh. Karena kelihatannya kau lebih muda dariku.” Jawabnya sambil tersenyum sangat manis sekali. Oh Tuhan, dia tampan, gumamku dalam hati.

“Neh, oppa. Senang bisa mengenalmu. Err, kurasa aku harus kembali bekerja sekarang. Pasti bosku sudah mencariku yang tiba-tiba menghilang begitu saja.” Ucapku sambil tersenyum.

“Arraso, aku juga harus kembali ke kantorku. Aku juga sangat senang sekali bisa mengenal yeoja sepertimu. Kuharap lain waktu kita bisa bertemu lagi.” Ucapnya kemudian. Lalu kami pun saling melambaikan tangan sebagai ucapan perpisahan karena kami segera berjalan berlawanan arah.

Lima belas menit kemudian, aku sudah sampai di kantor. Kali ini aku sudah tidak ragu lagi untuk masuk ke kantor karena keberanianku untuk bertemu dengan Jiyong sudah terkumpul lagi. Ya, aku pikir aku memang harus menghadapinya, cepat ataupun lambat, karena aku tidak mungkin menghindarinya, tentu saja, aku adalah bodyguardnya. Lagipula, aku rasa aku akan merindukannya apabila sehari saja tak melihat wajahnya, hehe.

Ketika aku sudah berada di kantor, kulihat Jiyong sedang berdiri di depan pintu ruangannya, terlihat gelisah seperti sedang menunggu seseorang. Begitu dia melihatku, wajahnya langsung berubah tersenyum. Perlahan dia berjalan menghampiriku sambil tersenyum.

“Dara, mengapa lama sekali mengambil barangnya? Apakah terjadi sesuatu?” Jiyong langsung memberondongku dengan pertanyaan.

“Hah? Oh, mian Ji, aku, aku tadi ada urusan mendadak sebentar, jadi aku tidak langsung ke kantor.” Jawabku sambil menaruh barang-barangku di meja kerjaku.

“Hem, Ji, bisakah kita bicara sebentar?” tanyaku memberanikan diri. Ya, aku ingin meminta maaf pada Jiyong atas insiden celana kemarin.

“Oke, ayo kita bicara di ruanganku.” Ajak Jiyong. Kami berdua pun masuk ke dalam ruangan Jiyong. Lalu aku mulai memberanikan diri untuk meminta maaf.

“Ji, maafkan aku untuk kejadian kemarin ketika di resort. Aku sungguh-sungguh minta maaf Ji. Aku memang sangat ceroboh sehingga menyebabkan..” ucapanku terputus karena tiba-tiba Jiyong mendaratkan sebuah ciuman di pipiku, chup.

Aku pun langsung diam tak bergerak, tubuhku membeku seketika karena efek ciuman tiba-tiba dari Jiyong. Pipiku langsung bersemu merah, sangat merah. Omo, apakah aku hanya bermimpi Jiyong menciumku? Apakah ini dalam mimpiku? Saat kulihat Jiyong masih berada di hadapanku dan sekarang sedang tersenyum sangat maniiis sekali padaku, saat itulah aku tersadar bahwa ini nyata! Ini bukan mimpi! Kyaah, Jiyong menciumku! Aku dicium oleh seorang Kwon Jiyong, kyaaaah! Teriakku dalam hati penuh kesenangan. Omo, sekarang debaran jantungku tidak dapat kuatur iramanya, semakin kencang. Lalu kudengar Jiyong mulai berbicara dan aku berusaha mendengarkannya karena sekarang pikiran dan detak jantungku sedang tidak bisa kuatur karena perasaan yang kuat ini, perasaan berbunga-bunga, senang yang teramat senang.

“Sekarang kita impas Dara. Jadi kau tidak usah meminta maaf padaku lagi. Karena kau telah membuatku malu atas insiden di resort kemarin, maka aku menghukummu.” Ucap Jiyong sambil tersenyum penuh kemenangan.

Disaat aku masih memikirkan kata-kata Jiyong barusan, tiba-tiba Jiyong mendekat padaku dan mencium pipiku yang sebelahnya lagi, chup. Omo, apa ini, mengapa dia menciumku lagi? Kyaah…kyaaah.

“Dan yang satu tadi, sebagai hadiah dariku agar pipimu tidak hanya sebelah yang bersemu merah.” Ucap Jiyong lagi menggodaku dengan smile evilnya.

Kali ini pun aku masih terdiam mencoba mencerna dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Jiyong. Saat aku masih membeku sama sekali tidak bergerak karena kekagetanku tadi, Jiyong hanya tersenyum lalu kemudian mendekatkan dirinya pada diriku, kami semakin dekat dan dekat. Wajahnya sudah berada di depan wajahku. Aku bisa merasakan aroma tubuhnya. Hem, aku suka sekali aroma tubuhnya yang maskulin ini. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Oh, aku langsung terbuai oleh tatapannya. Matanya mengisyaratkan sesuatu. Sesuatu yang sangat dalam yang langsung membuatku seperti sesak nafas. Jantungku semakin berdetak kencang tak karuan.

Jiyong semakin mendekatkan wajahnya padaku. Perlahan dia menangkup kedua pipiku dan mengangkat wajahku sehingga saat ini mata kami saling bertemu. Matanya sangat indah dan sangat teduh, dan aku merasakan pancaran rasa yang sangat kuat dari matanya. Tatapan matanya mampu membuat tubuhku serasa terhipnotis dan aku merasakan perasaan yang sudah lama tidak kurasakan. Perasaan jatuh cinta, ya aku jatuh cinta pada seorang Kwon Jiyong. Kini aku sudah dapat memastikan bahwa perasaanku ini adalah perasaan cinta.

Kulihat Jiyong mulai bergerak semakin mendekatkan wajahnya pada wajahku dengan kedua tangannya yang juga membawa wajahku semakin mendekati wajahnya. Lalu kurasakan sebuah sentuhan lembut di bibirku. Jiyong menciumku, bibirnya sangat lembut, aku menyukainya. Kulihat dia tersenyum lembut, lalu dengan matanya dia memberikan isyarat, apakah dia boleh meneruskan untuk menciumku. Lalu tubuhku dengan sendirinya memberikan jawaban juga dengan sebuah anggukan.

Jiyong lalu melepaskan tangannya dari kedua pipiku. Dan sekarang tangannya berada di pinggangku. Lalu dia menarikku mendekati tubuhnya. Sekarang sudah tidak ada jarak di antara kami. Tubuh kami menempel satu sama lain. Walaupun aku belum pernah melakukan ini, tapi tubuhku seperti memberikan refleks sendiri untuk tidak menjauhinya, malah semakin mendekatkan diriku padanya. Mata kami saling menatap untuk beberapa detik. Perasaan ini semakin bergejolak di dadaku. Perlahan kurasakan bibir lembut Jiyong mulai mulai mendarat di bibirku lagi. Kali ini bukan hanya sekedar ciuman singkat. Jiyong mulai memperdalam ciumannya.

Aku pun mulai membalas ciumannya. Perlahan kupejamkan mataku, menikmati ciuman kami. Aku membalas ciumannya walaupun aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi kubiarkan Jiyong untuk membimbingku melakukannya. Aku semakin menikmatinya. Jiyong menggigit bibir bawah lalu kemudian bibir atasku. Dia mengulum bibirku. Aku pun membalasnya dengan melakukan hal yang sama. Perlahan lidahnya mulai memaksa masuk ke mulutku, aku membiarkannya. Lalu dia mulai semakin dan semakin memperdalam ciuman kami. Kami baru melepaskan diri ketika kami sudah kehabisan nafas.

Sambil terengah-engah, kami berdua tertawa kecil sambil tersenyum malu. Lalu kudengar Jiyong berkata “Saranghae Dara.” Aku pun kaget dengan pernyataan cintanya namun hatiku juga sangat senang karena berarti aku tidak hanya bertepuk sebelah tangan. Aku pun tersenyum senang, sangat senang. Perlahan aku mendekati telinganya lalu kubisikkan kata “Nado Saranghae, Ji”, sambil tersipu malu.

Kemudian kami berdua yang sedang dimabuk cinta perlahan mendekatkan wajah kami lagi dengan tangan Jiyong yang masih melingkari pinggangku. Kami mulai berciuman lagi, kurasa saat ini kami berdua sangat haus akan ciuman ini, seakan berkali-kali kami berciuman, kami masih belum merasa puas. Ketika kami akan memperdalam ciuman, tiba-tiba terdengar pintu ruangan Jiyong yang dibuka, lalu terdengar suara Seungri.

“Hyung, nanti kau a..” Ucapan Seungri terpotong karena dia langsung menutupi mulutnya dengan tangan begitu melihat apa yang sedang kami lakukan.

Kami pun langsung melepaskan diri satu sama lain begitu melihat Seungri yang sudah masuk ke ruangan dan langsung terdiam karena kaget melihat kami sedang berciuman. Suasana dalam ruangan pun langsung berubah kikuk. Aku langsung memalingkan diriku dengan membelakangi Jiyong dan Seungri sambil menunduk menahan malu karena baru kali ini aku berciuman namun langsung terlihat orang lain. Sedangkan Jiyong, langsung pura-pura membaca file pekerjaannya. Sementara Seungri, hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal karena kedatangannya yang tidak tepat waktu.

“Ekhem, tadi kau mau bicara apa Ri?” ucap Jiyong dengan suara yang dibuat sewibawa mungkin walaupun kenyataannya Jiyong masih merasa malu.

“Oh, tidak hyung, nanti aku akan mengirimimu pesan saja. Sekarang silahkan kalian berdua lanjutkan. Dan hyung, jangan lupa mengunci pintunya, hehe.” Ucap Seungri sambil menyeringai jahil.

“Bye hyung, bye Dara noona. Jangan lupa untuk pulang, neh. Aku hanya takut kalian berdua lupa waktu sehingga kelupaan untuk pulang. Ayaya, dunia sekarang pasti hanya seperti milik kalian berdua.” Ucap Seungri lagi, jahil menggoda Jiyong dan Dara. Alhasil wajahku pun semakin memerah karena malu. Sementara Jiyong, masih mencoba bersikap cool dan langsung menyuruh Seungri untuk segera mengerjakan tugasnya yang masih banyak itu.

Setelah Seungri keluar dari ruangan Jiyong, perlahan Jiyong mulai mendekatiku. Aku masih tetap menundukkan wajahku, aku saat ini sangat merasa malu, malu karena Seungri memergoki kami berciuman, sedangkan ini adalah ciuman pertama yang aku lakukan bersama orang yang aku cintai. Omo, rasanya aku ingin hilang saja untuk sementara waktu, eomma aku sungguh malu, namun di sisi lain aku juga merasa sangat bahagia saat ini.

Jiyong menangkup kedua pipiku, memaksa mataku untuk bertemu dengan matanya. Lalu perlahan dia mulai memelukku. Aku pun mencoba membalas pelukannya.

“Dara, jangan merasa malu lagi neh. Aku akan selalu berada di sampingmu. Menjagamu dan mencintaimu sepenuh hatiku.” Ucap Jiyong sambil memelukku semakin erat.

“Hem, neh Ji. Tapi, aku kan bodyguardmu, jadi seharusnya aku yang menjagamu, kan?” tanyaku polos dan langsung mendapatkan cubitan di hidung dari Jiyong.

“Aisht, kau kan bodyguardku hanya jika sedang bertugas. Namun jika kita sedang berdua, tentu saja aku yang harus menjagamu. Kau kan yeojachinguku sekarang.” Ucap Jiyong sambil mengelus lembut puncak kepalaku.

“Omo, benarkah itu Ji? Berarti sekarang kau adalah namjachinguku?” tanyaku dengan wajah penuh senyum.

“Neh, chagi, sekarang aku adalah namjachingumu dan kau adalah yeojachinguku. Jadi, jangan pernah kau memberikan senyuman ataupun meladeni godaan dari namja lain, arra.” Ucap Jiyong langsung menunjukkan rasa posesifnya.

“Tapi, jika namja itu Seungri, Yongbae atau Seunghyun, boleh kan Ji?” ucapku menggodanya.

“Yah, tetap saja tidak boleh! Pokoknya kau tidak boleh dekat-dekat dengan namja lain selain aku!” ucap Jiyong dengan nada menyombongkan diri.

“Tapi..Ji, aku punya seorang namja yang sangat dekat denganku. Kami sering makan bersama, kadang kami juga tidur berdua dan memakai kamar mandi secara bergantian.” Ucapku dengan nada yang kubuat seserius mungkin.

“Mworago! Benarkah itu Dara? Jadi kau sudah punya anak laki-laki?” Tanya Jiyong pura-pura kaget.

“Aish, yang kumaksud bukan anak laki-laki. Tapi aku mempunyai adik laki-laki, namanya Sanghyun.” Jawabku sambil mengerucutkan bibir. Ish, aku sebal karena tidak berhasil mengerjai Jiyong.

“Hihi, aku sudah tau kau ingin mengerjaiku chagi. Aku sudah mengetahui bahwa kau mempunyai adik laki-laki bernama Sanghyun. Yongbae yang memberitahuku.” Ucapnya sambil mencubit gemas pipiku. Aku masih mengerucutkan bibirku, lalu tiba-tiba, chup, bibir Jiyong mengecup cepat bibirku.

“Kalau kau masih cemberut seperti itu, aku akan terus mencium bibirmu sampai kau bisa tersenyum.” Ucapnya melihat aku yang terkejut dengan kecupan singkatnya. Pipiku langsung memerah karena malu. Jiyong yang melihat hal itu pun semakin tersenyum senang.

“Aku senang melihat wajahmu yang merona malu chagi-ah.” Ucap Jiyong membelai rambutku. Aku pun semakin merona malu.

Hari ini kami habiskan dengan terus berduaan, bahkan ketika meneruskan pekerjaan kami. Ya, Jiyong tidak mengizinkanku untuk keluar dari ruangannya, bahkan makan siang pun dia meminta Seungri untuk memesankan makanan untuk kami. Aku sudah memprotesnya karena aku tidak enak jika pegawai lain melihat kami seperti ini. Namun Jiyong bilang tidak masalah jika pegawai yang lain mengetahui bahwa kami sekarang sudah berpacaran. Gah, namja ini sangat keras kepala sekali. Akhirnya aku pun mengalah, lagipula aku tidak mau merusak kebahagiaan yang sedang kami rasakan sekarang.

Akhirnya jam pulang kerja tiba. Jiyong mengantarku pulang dengan mobilnya. Dia mengantarku sampai ke depan pintu apartemenku, katanya dia tidak ingin aku diganggu oleh namja lain di apartemen. Aish, sangat posesif sekali dia.

“Dara, selamat malam, selamat beristirahat neh. Jangan lupa mimpikan aku di dalam tidurmu. Jangan namja lain, arra!” ucapnya dengan nada bercanda member perintah padaku.

“Neh, siap bos! Akan segera kulaksanakan.” Ucapku sambil mengambil sikap hormat tentara. Jiyong yang melihatnya hanya tertawa sambil mengacak rambutku dengan penuh rasa sayang.

“Besok kita akan ada pertemuan dengan klien di luar kantor. Jadi kau segera beristirahatlah chagi.” Ucapnya sambil mengecup keningku. Pipiku kembali merona dibuatnya.

“Neh chagi. Kau juga hati-hati di jalan dan segeralah beristirahat ketika sudah sampai, neh.” Ucapku sambil memeluknya. Lalu kami saling berpelukan cukup lama dan akhirnya dengan berat hati Jiyong melepaskan pelukannya ketika aku mengingatkan bahwa ini sudah cukup malam. Setelah Jiyong melihatku masuk ke dalam apartemen, barulah dia pergi menuju lift dan pulang.

Keesokan harinya, restoran tempat pertemuan dengan klien

Aku, Jiyong dan Seungri sudah berada di dalam restoran tempat kami akan bertemu dengan klien. Jiyong terus memperhatikanku sehingga Seungri yang merasa gerah dengan kemesraan kami, berjalan menjauh berpura-pura menerima telepon. Aku sudah memperingatkan Jiyong bahwa aku tidak enak pada Seungri apabila dia terus saja memandangku seperti itu ketika kami sedang bekerja, namun Jiyong malah tidak mendengarkanku dan terus saja memandangiku. Dia bilang hari ini aku terlihat sangat cantik dan kata-katanya berhasil membuat wajahku merona lagi.

Akhirnya klien yang kami tunggu datang, Seungri segera kembali ke tempat duduknya. Kami bertiga pun berdiri menyambut klien kami. Meeting dengan klien kali ini pun berjalan lancar. G-Market berhasil mendapatkan kerjasama dengan klien yang bisa dibilang cukup potensial tersebut.

Jiyong sedang mengantarkan klien kami sampai ke pintu keluar dan dia meminta aku dan Seungri untuk tetap di tempat duduk kami. Namun kini aku hanya sendirian karena Seungri sedang ke toilet, kurasa dia tadi terlalu banyak minum air.

Ketika aku sedang sibuk memainkan ponselku sambil menunggu Jiyong dan Seungri kembali, tiba-tiba aku melihat sebuah bayangan yang mendekat ke arahku dan menyapaku.

“Dara, kau Dara kan? Sandara Park?” ucapnya menyapaku. Aku pun mendongak untuk melihat orang yang menyapaku. Ternyata dia adalah namja yang kemarin membantuku menangkap pencuri tas seorang ibu.

“Hem, oppa, Ilwoo oppa?” jawabku sambil berusaha mengingat namanya.

“Neh, ini aku Ilwoo. Wah sungguh suatu kebetulan jika kita dapat bertemu lagi. Hem, atau ini mungkin sebuah takdir yang mempertemukan kita kembali? Mungkin kita berjodoh.” Ucapnya sambil tersenyum manis menggodaku. Aku hanya diam tidak tahu harus menjawab apa dan aku hanya bisa tersenyum.

“Oh, kau mau bergabung dengan kami oppa?” tanyaku ketika kulihat Jiyong sedang menuju kesini.

“Kami? Jadi kau tidak sendirian Dara? Oh tentu saja, mana mungkin yeoja cantik sepertimu hanya sendiri disini. Apa kau bersama dengan temanmu?” Tanya Ilwoo oppa, namun belum sempat kujawab, kudengar suara Jiyong yang menjawab pertanyaan Ilwoo oppa.

“Neh, dia bersamaku, namjachingunya.” Ucap Jiyong tegas dan kudengar ada nada sedikit menakutkan dari suaranya. Aku belum pernah mendengar dia berkata dengan nada seperti ini, apakah dia marah melihatku berbicara dengan namja lain? Aisht, tapi kami kan hanya berbicara, tidak lebih, gumamku dalam hati.

Kulihat Ilwoo oppa segera mengalihkan pandangannya pada Jiyong. Mereka saling tatap namun seperti tatapan perang. Keduanya menunjukkan mimik wajah tidak suka. Apakah mereka sudah saling kenal? Mengapa tatapan mereka seperti orang yang sudah kenal? Pikirku mencoba menganalisa.

“Oh, jadi aku sudah kalah lagi darimu ternyata, Kwon Jiyong. Aku tidak menyangka jika akan bertemu lagi denganmu secepat ini.” Ucap Ilwoo oppa dengan nada sangat ketus.

“Neh, senang bertemu denganmu lagi Ilwoo hyung. Dan perkenalkan, dia adalah yeojachingu sekaligus sekretaris pribadiku, Sandara Park.” Balas Jiyong sambil memeluk tubuhku dari belakang.

Aish, apa-apaan Jiyong ini, masa kami bermesraan di depan orang yang baru kukenal, pikirku. Namun aku hanya berusaha tersenyum kepada Ilwoo oppa sambil berusaha melepaskan pelukan Jiyong karena sekarang sudah banyak pengunjung lain yang melihat ke arah kami bertiga.

“Ji, tolong lepaskan pelukanmu. Aku tidak enak kita menjadi tontonan pengunjung lain.” Bisikku pada Jiyong. Namun Jiyong bukannya melepaskan pelukanku malah semakin mempererat pelukannya padaku, ditambah sekarang dia malah menyenderkan lehernya di bahuku dan mencium leherku. Aisht, namja ini, walaupun sekarang kami sudah berpacaran namun tidak di keramaian seperti ini juga, aku merasa sangat malu dan kurasa sekarang wajahku sudah seperti kepiting rebus. Untunglah tidak lama kemudian Seungri datang. Dan kurasa Seungri juga mengenal Ilwoo oppa, karena kulihat wajahnya sangat terkejut ketika melihat Ilwoo oppa. Aku jadi penasaran, sebenarnya ada apa di antara Jiyong dan Ilwoo oppa, mengapa mereka seperti memancarkan aura permusuhan seperti ini?

“Baiklah, Dara, senang bisa bertemu denganmu lagi. Kuharap lain kali takdir bisa mempertemukan kita lagi, namun hanya berdua. Sayonara, Dara-ah.” Ucap Ilwoo oppa sambil mengambil punggung tanganku dan mengecupnya! Mwo, dia mengecupnya, dan itu di depan namjachinguku! Aisht, apa-apaan namja ini. Dan seketika itu juga kurasakan pelukan Jiyong semakin kuat dan kulihat tangannya mengepal menandakan bahwa dia marah.

Setelah Ilwoo oppa pergi, barulah Jiyong melepaskan pelukannya dan dia segera mengambil saputangannya, dibasahi dengan air dan dia mulai mengelap punggung tanganku yang tadi dicium Ilwoo oppa. Setelah itu dia menciumi seluruh punggung tanganku yang tadi sempat dicium oleh Ilwoo oppa. Seungri hanya tertawa geli melihat kelakuan hyungnya.

“Aku tidak mau kau sampai disentuh apalagi dicium namja lain. Maka ini kulakukan untuk menghapus jejak Ilwoo hyung tadi.” ucapnya menjelaskan padaku tentang kelakuan ajaibnya ini. Namun belum sempat aku bertanya mengenai ada masalah apa antara dia dan Ilwoo oppa, ponsel Jiyong berbunyi, kulihat sekilas nama Ahn Sohee tertera sebagai si penelepon. Jiyong meminta izinku untuk menjawabnya dan aku hanya memberikan anggukan sebagai tanda persetujuan.

Aku tahu jika Jiyong dan Sohee masih berhubungan baik, walaupun ada sedikit rasa cemburu di hatiku, namun aku berusaha menepisnya. Aku yakin jika Jiyong benar-benar mencintaiku, lagipula Sohee sudah mempunyai Dongwook oppa dan sekarang dia sedang hamil. Ya, Jiyong sudah menceritakan semuanya kepadaku, tentang kisahnya dengan Sohee, kenapa Sohee meninggalkan dia. Jiyong bilang, dia tidak ingin aku menaruh curiga tentang hubungannya dengan Sohee, karena itu Jiyong menceritakan semuanya padaku. Dan aku mempercayai Jiyong.

Kulihat raut wajah Jiyong berubah dan mulai menunjukkan kecemasan. Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa dengan Sohee? Tanyaku dalam hati. Kulihat Jiyong menutup teleponnya lalu dia segera menyuruh Seungri membayar bill di kasir. Lalu dia mulai menggenggam tanganku dan mulai mengajakku keluar berjalan menuju parkiran mobil. Setelah kami berada dalam mobil, barulah Jiyong menjelaskan kepadaku bahwa tadi Sohee menelepon sambil menangis histeris, katanya dia melihat suaminya, Dongwook, sedang masuk hotel bersama yeoja lain. Sohee sudah menunggu selama satu jam namun suaminya beserta yeoja itu belum juga keluar. Dan sekarang dia masih menunggu di depan hotel sambil menangis menahan perutnya yang mulai terasa sakit. Oh Tuhan, aku sungguh kasihan mendengar Sohee seperti itu. Walaupun kami memang belum saling mengenal, tapi aku merasa simpati padanya. Dan aku heran mengapa Dongwook oppa berubah menjadi seperti itu. Dongwook oppa yang kukenal dulu adalah namja yang sangat baik dan ramah.

Sesampainya kami di depan hotel yang tadi diinformasikan oleh Sohee, kami segera berlari mencari keberadaan Sohee. Dan kulihat ada seorang yeoja yang sedang terduduk di sebuah bangku dekat dengan taman depan hotel tersebut. Aku member isyarat pada Jiyong dan benar saja ternyata itu adalah Sohee. Jiyong segera menghampiri Sohee yang sedang menangis terisak sambil memegangi perutnya. Oh Tuhan, kuharap bayi yang ada di kandungannya tidak apa-apa, karena aku pernah mendengar bahwa wanita yang sedang hamil tidak boleh stress karena akan mengganggu perkembangan si bayi.

Kulihat Sohee segera memeluk Jiyong begitu dia melihatnya. Deg, hatiku serasa sakit melihat pemandangan ini. Aku cemburu, ya, yeoja mana yang tidak cemburu melihat namjachingunya sedang dipeluk yeoja lain, walaupun ini adalah situasi khusus. Andwee, Dara, tidak, kau tidak boleh menjadi egois sekarang! Sohee pasti sedang membutuhkan sandaran dan Jiyong memang orang yang paling dekat dengannya selama ini. Aku segera menghapus semua pikiranku tentang kecemburuan ini. Perlahan aku mulai mendekati Sohee dan duduk di sebelahnya.

Kudengar Jiyong berbicara untuk menenangkan Sohee, dan dia memintaku untuk menjaga Sohee sementara Jiyong ingin mencari Dongwook di dalam. Namun belum sempat Jiyong berdiri dari kursi, terdengar suara Dongwook oppa. Dia sepertinya sungguh terkejut melihat kami bertiga ada disini. Kulihat Dongwook oppa memang sedang bersama seorang yeoja dengan dress yang sangat pendek dan sedang bergelayut manja di lengan Dongwook oppa. Jiyong yang melihat hal tersebut langsung berjalan menuju Dongwook oppa dan segera melayangkan tinju di wajah Dongwook oppa. Sekarang mereka berdua sedang berkelahi.

Lalu kulihat Sohee berdiri dan mulai menghampiri yeoja yang tadi bersama Dongwook oppa. Sohee mulai menampar yeoja itu, aku pun segera menghampiri mereka berdua untuk melerai karena aku tidak mau terjadi apa-apa pada Sohee dan bayi dalam kandungannya. Yeoja itu pun melawan dan sekarang perkelahian antara Sohee dan yeoja itu tak bisa terelakkan lagi. Aku berusaha memisahkan mereka dan aku berusaha menepis pukulan-pukulan yeoja itu kepada Sohee. Namun tak kuduga yeoja itu ternyata kuat juga. Saat aku sedang berusaha menahan pukulan yeoja itu yang ditujukan kepada Sohee, tidak sengaja aku terdorong ke arah jalan raya sampai terjatuh di jalanan. Belum sempat aku berdiri, tiba-tiba kulihat sebuah truk besar sedang berjalan sangat kencang ke arahku. Kyaah, aku pun berusaha menghindar namun kakiku sangat sulit digerakkan, kurasa kakiku terkilir saat aku terjatuh tadi.

Jiyong yang mendengar teriakanku segera berlari menghampiriku, namun jaraknya masih sangat jauh dari posisiku. Tuhan, aku belum mau pergi dari dunia ini sekarang, doaku dalam hati sambil menutup mata, merasa takut akan apa yang terjadi selanjutnya. Lalu tiba-tiba kurasakan seseorang menggendong tubuhku dan segera mengangkatku dari jalan tepat saat truk tersebut sedang berusaha mengerem ketika melihat tubuhku yang terjatuh di jalanan. Hanya sepersekian detik tubuhku terangkat tepat saat truk itu sampai di tempatku terjatuh tadi. Jika saja aku terlambat ditolong, maka aku sudah tidak tahu apakah aku masih bisa hidup.

Perlahan kulihat wajah si penolong yang tadinya kukira Jiyong, namun ternyata aku salah. Ternyata malaikat penolongku adalah Ilwoo oppa. Ya, dia yang telah menyelamatkan nyawaku. Aku akan sangat berhutang budi padanya. Tak lama kemudian kulihat Jiyong telah sampai di tempat kami berada. Perlahan Ilwoo oppa mulai menurunkan tubuhku.

“Kau tidak apa-apa Dara?” tanyanya lembut. Aku hanya menganggukkan kepalaku, masih merasakan lemas di sekujur tubuhku karena peristiwa yang mempertaruhkan nyawaku tadi.

Perlahan kurasakan Jiyong memeluk tubuhku, sangat erat. Dan entah kenapa airmataku langsung mengalir. Aku merasa takut, sangat takut. Aku takut aku tidak bisa bertemu dengan Jiyong lagi, dengan eomma, Sanghyun, Bommie dan lainnya.

“Mianhe Dara. Maafkan aku tidak bisa menjagamu.” Ucap Jiyong sambil memelukku semakin erat. Bisa kudengar nada kekhawatiran dan penyesalan dalam suaranya. Akupun hanya bisa membalas pelukannya. Aku membutuhkan tubuhnya sebagai sandaranku karena rasanya tubuhku ini sangat lemas.

Perlahan kulihat Ilwoo oppa mendekati kami berdua. Aku segera melepaskan pelukan Jiyong dan membungkukkan badanku sebagai rasa terima kasihku yang sangat besar karena dia telah menyelamatkan nyawaku.

“Oppa, kamsahamnida. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa hidup jika kau tidak datang tepat waktu untuk menyelamatkanku.” Ucapku kepadanya. Perlahan kulihat Jiyong juga membungkukkan badannya pada Ilwoo oppa sebagai rasa terima kasihnya karena sudah menyelamatkan nyawaku.

“Neh, Dara, lain kali kau harus lebih hati-hati, neh.” Ucapnya sambil mengelus lembut puncak kepalaku.

Aku pun hanya bisa tersenyum. Lalu kulihat dia menoleh ke arah Jiyong.

“Dan kau, jika lain kali kau membahayakan Dara lagi dan tidak sanggup untuk menjaganya. Maka akan kupastikan, aku akan merebut dia darimu.” Ucapnya pada Jiyong.

Lalu perlahan kulihat Ilwoo oppa mulai berjalan menjauh. Sementara Sohee masih terduduk lemas karena melihatku yang tadi hampir saja tertabrak truk karena membelanya. Kulihat Dongwook oppa ingin membantunya berdiri, namun Sohee menepisnya. Sementara itu Jiyong mulai memelukku lagi. Dia memelukku sangat erat, kurasakan sebuah tetesan air membasahi leherku. Omo, apakah Jiyong menangis? Perlahan aku mendongakkan wajahku dan benar kulihat mata Jiyong sudah sembab dan airmatanya terlihat mengalir.

“Dara, maafkan aku yang tak bisa melindungimu. Aku, aku tadi sangat takut, memikirkan bahwa aku akan kehilanganmu. Maafkan aku Dara, maafkan aku.” Ucapnya dengan airmata yang terus mengalir di pipinya.

“Ji, aku, aku juga sangat merasa takut. Namun sekarang kenyataannya kita masih bisa bersama kan, Ji.” Ucapku menenangkannya walaupun sebenarnya hatiku sendiri masih belum tenang karena kejadian barusan.

“I love you Dara, really really love you.” Ucapnya sambil menambah erat pelukannya.

“I love you too, Ji. Really love you.” Jawabku membalas pelukan eratnya.

  • To be continue –

Hallo…maaf baru bisa update..kemarin sempet down mau update karena berita yang beredar, hihi..

sebenarnya agak bingung mau memasukkan momen DG yang mesra karena pasti teringat dengan foto itu..hikz..

tapi..karena aku masih punya hutang ff..jadi aku harus semangat untuk meneruskannya..semangat!!

dan aku harap (mungkin juga harapan semua applers), semoga saja takdir akan mempersatukan DG di akhirnya..happy ending

dan untuk yang kemarin tanya, kiko bukan mantannya Jiyong, tapi Sohee yang mantannya..

selamat membaca..semoga tidak aneh dan tidak mengecewakan ya..

 <<back next>>

23 thoughts on “My Love, My Bodyguard #7

Leave a comment