WITH #9

sayap3

Author : A’rum
Lenght : 1423 words/ Chapters
Genre : Romance, School Life, Slice of Life, Angst, Fantasy

 

Seorang namja tengah tertidur pulas didalam kamar sebuah rumah sakit ditengah kota Seoul. Namja itu baru saja melewati masa kritisnya. Beberapa jam yang lalu, Dokter Jang yang menanganinya terlihat berusaha keras membantunya melewati masa kritis. Namja itu terlihat pucat dan kurus. Tangan dan tubuhnya ditempeli banyak selang agar dia bisa bertahan hidup. Hampir satu tahun dia terus tertidur dalam keadaan seperti itu. Tidak pernah sekalipun dia membuka matanya lagi sejak kecelakaan yang menimpanya setahun yang lalu.

Orangtuanya hanya berharap suatu saat mereka bisa mendengar kembali suara putra tunggal mereka. Setiap hari mereka selalu berdoa dan menunggu keajaiban agar putra mereka segera sadar. Tidak banyak yang bisa mereka, bahkan dokter sekalipun lakukan untuk menyelamatkan putra mereka. Dokter Jang pernah memvonis bahwa putra mereka sudah tidak dapat ditolong lagi. Hanya keajaiban lah yang dapat menolongnya.

Dan entah keajaiban apa yang sore ini telah menyelamatkan putra mereka. Saat masa kritisnya lewat, keadaan detak jantung dan denyut nadinya berangsur-angsur normal seperti sebelum kecelakaan. Dokter Jang telah memberi tahu mereka bahwa keadaan tubuh putra mereka sedikit demi sedikit telah kembali seperti semula. Hanya tinggal menunggu dia terbangun dari tidur panjangnya.

“Kuatlah Tuan Kwon. Jangan buat orang yang menyayangimu sedih.”

Suara itu terus menggema dalam benak namja tersebut. Seakan memberinya semangat dan kekuatan untuk kembali hidup.

”Suara siapa itu? Siapa dia sebenarnya? Ada apa denganku? Kenapa aku merasa seperti terlahir kembali. Dimana ini? Kenapa aku tidak bisa melihat semuanya. “ Namja itu terus meneriakkan hal itu dalam benaknya.

Didalam mimpinya, namja itu melihat setitik cahaya. Cahaya yang datang bersama dengan sosok seorang yeoja yang sedang berdiri diam. Yeoja tersebut mengulurkan tangannya seolah mengajaknya keluar dari kegelapan. Tetapi begitu dia mengulurkan tangannya, yeoja itu malah semakin menjauh dan masuk kedalam cahaya. Dan dengan langkah ringan, seakan rasa sakit yang membelenggunya hilang, dia berjalan mengikuti yeoja itu untuk masuk kedalam cahaya.

***

“Ya~ Santoki.”

Suara seseorang membuyarkan lamunan Dara. Dara menoleh dan melihat seorang yeoja yang sedang menggembungkan pipinya yang chubby dan penuh dengan jagung menatap kesal padanya.

“Apa kau tidak mendengarku?” Bom bertanya kembali pada Dara.

“Ya~ aku mendengarmu. Aku mendengar kau bercerita tentang namja yang kau temui kemarin saat membeli anak-anakmu kan?”

“Aish, aku baru saja berkata bahwa namja itu baru saja lewat didepan kita.” Bom terlihat gemas saat Dara tidak mendengarnya.

“Ya~ apakah dia juga siswa sini?”

“Anio, sepertinya dia anak sekolah lain yang akan mengikuti pertandingan persahabatan siang ini. Kajja, kau harus mengikutiku melihat namja itu.” Bom meraih tangan Dara dan menyeretnya pergi ke lapangan basket.

“Ya~ kau ingin melihat namja itu? Bukannya mendukung temanmu yang akan bermain dalam pertandingan itu.” Dara menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Park Bom, sahabatnya.

Sudah 2 bulan berlalu sejak festival itu selesai, berarti sudah 2 bulan juga Dara melewati hari-harinya tanpa Jiyong. Semua orang kembali beraktivitas seperti biasa. Semua orang terlihat berusaha keras tidak selalu terpuruk dengan kepergian Jiyong. Yongbae telah kembali bermain sepak bola. Minggu lalu dia terpilih menjadi salah satu pemain Timnas. Park Bom juga telah kembali gila dengan jagung-jagungnya. Meskipun kadang Dara masih melihat Bom sedang menatap sedih pada loker Jiyong. Seunghyun, tentu saja tetap menyukai Bom, meskipun dia tahu bahwa akan susah menghilangkan kesedihan dimata Bom. Seungri dan Chaerin seperti biasa selalu bertengkar meskipun semua orang tahu bahwa mereka saling menyayangi. Daesung dan Minji juga semakin dekat dan sering terlihat pulang bersama karena rumah mereka searah.

Siang ini, sedang berlangsung pertandingan basket persahabatan di sekolah SMA YG Seoul. Seunghyun yang menjadi kapten tim terlihat tengah berteriak kepada anggotanya, seakan-akan anggotanya banyak melakukan kesalahan dalam pertandingan ini.

“Apa yang dia lakukan sih? Ku rasa, semua anggotanya tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan skor mereka memimpin.” Bom terlihat heran melihat kelakuan Senghyun.

“Pabo, itu karena kau terlihat mendukung lawan.”  Dara tersenyum melihat Seunghyun yang berkali-kali melirik Bom dibangku penonton dengan senewen.

“Apa salahku? Aku juga mendukung dia.” Bom terlihat membela diri.

“Kau memang mendukungnya unnie, bahkan kau juga memegang bendera lambang sekolah kita. Tetapi matamu terus saja melotot pada pemain lawan.” Chaerin menjelaskan tanpa menoleh pada Bom. Matanya terus fokus menyaksikan pertandingan.

“Ne unnie. Kau bahkan tadi berteriak memanggil namja yang baru kau kenal itu.” Minji tersenyum pada Bom.

“Ya~ apa yang salah. Aku kan juga ingin mendukung Siwon.” Bom kembali menatap Kapten tim lawan yang baru saja memasukkan bola pada keranjang.

“Kau gila unnie.” Chaerin berkomentar.

“Dan pabbo.” Dara menambahkah.

“Jangan lupa dengan tidak peka.” Minji menahan tawa.

“YA~”

***

“Dara, mianhe kau harus menemani eomma kembali. Padahal kau sedang sibuk belajar untuk ujian besok.”

“Gwencana eomma. Lagi pula hari ini teman eomma akan keluar dari rumah sakit kan? Jadi eomma harus menemaninya.” Dara tersenyum tulus pada eommanya.

Sore ini, Dara menemani eommanya kembali kerumah sakit. Beberapa minggu ini dia jadi sering mengunjungi tempat tersebut. Dara juga telah mengenal beberapa dokter dan pasien yang berada disekitar kamar teman eommanya. Saat melewati kamar 217, entah apa yang membuatnya berhenti didepan pintu tersebut. Dara selalu merasakan perasaan sedih saat melihat pintu tersebut.

“Semoga kau kuat tuan Kwon”

Hanya itu yang selalu Dara ucapkan sebelum berjalan pergi. Dan tanpa Dara sadari, seorang namja yang berada dibalik pintu itu selalu merasakan perasaan hangat saat Dara berada didepan pintu kamarnya. Dan kerana semua itu keadaan namja tersebut berangsur-angsur pulih. Selang yang menempel pada tubuhnya telah dilepas. Dia juga tidak memerlukan kembali alat bantu pernafasan. Keadaanya sudah 80% sembuh, hanya tinggal menunggu dia sadar.

“Bibi Lee, chukae karena hari ini akan keluar dari rumah sakit.” Dara memberikan bunga pada bibi Lee, teman eommanya.

“Gomawo Dara-ah, kau semakin hari semakin cantik saja.” Dara hanya tersenyum manis menanggapi pujian bibi Lee.

“Eomma, aku akan keluar membeli minuman. Eomma ingin sesuatu?”

“Ani. Kau berhati-hatilah.”

“Ne eomma, aku akan keluar sebentar.” Dara berjalan keluar dari kamar bibi Lee. Dia semakin mempercepat langkahnya saat dia hampir dekat dengan kamar 217. Dan seperti biasa, dia berdiri sebentar menatap pintu tersebut. Dara memejamkan matanya dan berdoa sedikit lebih lama dari biasanya.

“Tuan Kwon, mungkin ini yang terakhir aku mengunjungi pintumu. aku juga tidak mengerti kenapa aku selalu berdiri didepan pintumu. ” Dara terlihat memikirkan sesuatu.

“Seingatku, aku tidak mempunyai kenalan bernama Kwon. Aku juga tidak tahu seperti apa kau itu? Tapi, aku yakin kau itu seorang kakek tua yang berjalan memakai tongkat kekekeke.”

“Mianhe, karena selalu mengganggumu. Aku hanya tidak ingin melihat orang yang menyayangimu bersedih.” Dara teringat seorang ahjuma selalu menangis setiap kali keluar dari dalam kamar itu.

“Amnyeong. Aku berharap suatu hari aku bisa bertemu denganmu.” Setelah mengucapkannya, Dara hendak berbalik pergi saat tiba-tiba pintu itu terbuka. Dokter Jang yang telah dia kenal keluar bersama dengan seorang pria setengah baya yang terus-terusan mengucapkan terima kasih padanya.

“Oh, Dara. Apa yang kau lakukan disini?” Dokter Jang terlihat kaget melihat Dara berdiri didepan pintu pasiennya.

“A ani. Aku hanya lewat saja Dokter, hehehe” Dara terlihat salah tingkah.

“Ah, aku pernah melihat mu sebelumnya. Kau selalu berdiri memandang pintu kamar ini. Aku selalu ingin bertanya, tetapi kau pergi dengan cepatnya. Apa kau mengenal putraku?” Ahjushi itu bertanya lembut pada Dara.

“Putra? Jadi tuan Kwon itu bukan seorang kakek-kakek?” Dara terkejut mendengar kenyataan bahwa orang yang selalu dia doakan itu seorang namja seumuran denganya.

“Hahaha jadi kau selama ini tidak tahu kalau Jiyong yang dirawat disini adalah namja seumuran denganmu?” Dokter Jang tertawa melihat kekagetan di raut wajah Dara.

Dan kekagetan Dara bertambah saat Dokter Jang menyebutkan nama tuan Kwon.

“Ji… Ji.. Jiyong?” Dara merasakan bibirnya kaku mengucapkan nama itu.

“Ne, kurasa kau tidak mengenal putra ku. Tetapi terima kasih karena kau sering berdiri disini. Mungkin dengan adanya kau, Jiyong akhirnya berangsur-angsur pulih.” Ahjushi ayah Jiyong terlihat senang melihat Dara.

“Jinjayo? Syukurlah kalau tuan Kwon berangsur-angsur pulih. ”

“Apa kau ingin melihatnya? Tetapi saat ini dia masih belum sadar.” Ayah Jiyong menawari Dara untuk masuk.

“Benarkah aku boleh melihatnya?” Ada perasaan tidak sabar didalam hati Dara.

“Yeobo, kemarilah.” Seorang ahjuma berteriak memanggil suaminya.

Dokter Jang dan ayah Jiyong pun segera masuk kedalam setelah mengajak Dara untuk ikut masuk. Dan seakan jantungnya berhenti berdetak, Dara menatap kaget pada sosok seorang namja yang kini tengah berusaha membuka kedua matanya. Dokter Jang segera mendekat dan memeriksa keadaan namja tersebut. Seorang ahjumma yang berada disamping tempat tidur terlihat menangis bahagia sambil memeluk suaminya, ayah Jiyong.

Dara semakin melebarkan matanya saat mata namja itu melihat tepat pada mata Dara. Nafas yang dari tadi ditahannya segera keluar bersamaan dengan air mata yang perlahan menetes dipipinya. Ada perasaan kaget bercampur senang saat Dara menatap namja itu. Jantungnya berdetak semakin cepat saat melihat wajah namja itu. Namja yang selalu dia doakan setiap harinya. Namja yang selalu dia sebut dengan tuan Kwon. Namja yang nama dan wajahnya pun mirip dengan belahan jiwanya. Park Jiyong.

to be continue…

<<Sebelumnya Selanjutnya >>

43 thoughts on “WITH #9

  1. tadinya bakal ngira kalo ff ini menjurus ke sad ending dan aku ga mau baca lagi
    tapi entah knp malah terus baca sampe chap ini
    mianhae karna baru komen di chap ini
    tapi serius ini bikin penasaran kaget seneng tapi sedih juga. jiyong yg dirumah sakit itu bukan park jiyong kan? dia udah 1tahun di rumah sakit sedangkan park jiyong baru 2blm meninggal. tapi inget kata jiyong yg katanya dia pengen selalu bersama dara walaupun dia ga inget dara. jadi park jiyong masuk ke roh kwon jiyong????
    pleasee update!!! ini hampir mati karna penasaraaaannnnnnnnnnnn

Leave a comment