When I’m Gone [2/4]

wig

Author : Zhie
Main Cast : Park Sandara, Kwon Jiyong
Support Cast : Ahn Sohee, Minzy, Seungri

“Dia…yeoja itu lagi?” Tanya seorang namja berjas putih duduk dipinggiran meja kerja rekannya yang tengah sibuk memperhatikan selembar data diri pasien yang kini menjadi bahan pembicaraan mereka.

“Ne.” Jawab lawan bicaranya singkat.

“Aigo…sepertinya kau perlu memanggilkan psikiater atau dokter kejiwaan untuknya, aku rasa dia gila.” Ucap namja itu lagi, membuat rekannya yang tengah duduk dikursi kerja menatapnya tajam.

“Berhenti menyebutnya gila, Seungri-ah. Aku rasa ia hanya memiliki sebuah tekanan.”

“Ne…dan tekanan itulah yang membuat ia menjadi gila.”

“Ya!” Bentakkan itu cukup membuat namja bernama Seungri tersentak, dan hampir terjatuh dari meja yang ia duduki.

“Omo, kau berhasil mengagetkanku Kwon Jiyong.” Gerutunya kesal.

“Karena itu berhentilah menganggap yeoja itu gila Seungri-ah, aku akan buktikan padamu kalau ia tidak perlu psikiater atau sejenisnya…dan bisa kupastikan, saat itu kau yang akan menjadi gila karenanya.” Jawab rekannya itu penuh percaya diri berdiri dari duduknya dan memakai kembali jas putihnya.

“Mwo? Apa maksudmu itu, hah?” Tanya Seungri menghalangi langkah rekannya yaitu ‘Dr. Kwon Jiyong’ yang beranjak pergi meninggalkan ruangan.

“Hanya mengingatkanmu dengan ucapan, karena kadang apa yang kita ucapkan itu dapat berbalik menimpa diri kita…jadi berhati-hatiah dengan ucapan anda Dr. Lee Seungri.” Jawabnya dengan serius membuat Seungri terpaku membeku ditempatnya berdiri, ia ngeri mendengar kata-kata rekan satu profesinya itu…hingga tanpa ia sadari rekannya Kwon Jiyong bersusah payah untuk menahan tawanya. “Baiklah, brother…aku harus kembali mengontrol pasien-pasienku sebelum jam jagaku habis. Dah.” Ucap Jiyong kemudian kembali membuat Seungri tersadar. Dan saat pintu telah tertutup…terdengar tawa keras Jiyong dari luar ruangan.

“YA! KAU MEMPERMAINKANKU KWON JIYONG!!!!”…”Aisht, apa-apaan dia…itu sama sekali tidak lucu.” Ucap Seungri akhirnya menghapus keringat dinginnya yang sempat keluar dan pergi dari ruangan itu.

Jiyong Pov

Aku baru saja selesai memeriksa pasien-pasien rawat inap, dan kini tinggal satu lagi pasien yang tersisa didaftarku. ‘Sandara Park’. Aku sedang menuju kamarnya sekarang, dengan asisten disampingku tentunya.

“YA! AKU BILANG, AKU TIDAK LAPAR…KELUAR SEKARANG JUGA!” Langkahku seketika terhenti saat terdengar pekikannya yang khas itu. “Aigo…dia mulai lagi.” Kupercepat langkahku untuk sampai ke kamarnya.

“Tapi, anda belum makan apapun seharian ini.“

“YA!”

‘Prang’

Tepat saat itu aku membuka pintu kamar ia dirawat, dapat kulihat nampan dan mangkuk berserta isi-isinya berserakan. Kini kembali aku menatap tajam yeoja yang tengah duduk ditempat tidurnya.

“Apa yang kau lakukan, hah?”

“…..” Ia hanya diam tak meresponku.

“Minzy-ah, kau tidak apa-apa?” Tanyaku pada Minzy, salah satu perawat dirumah sakit ini yang kukenal dengan baik.

“Ne…gwanchana, Dr. Kwon…aku akan segera membereskannya.” Jawabnya dengan cepat mengambil barang-barang yang berserakan.

“Ne…gomawo Minzy-ah, kau bisa pergi sekarang.” Ucapku saat ia telah selesai membereskannya. Aku kembali mendesah melihat yeoja dihadapanku ini. Ia tampak lebih buruk dari sebelumnya. “Daesung-ah, kau bisa tinggalkan kami berdua? Aku ingin bicara dengannya.” Ucapku kemudian pada asistenku, Kang Daesung.

“Ah….Ne, baiklah Dr. Kwon.” Jawabnya meninggalkan kamar bernomor 404 ini, dan kini tinggal aku bersamanya…aku perlu membicarakan hal-hal yang kuanggap serius dengannya sekarang. Aku kembali menarik kursi dan duduk tak jauh darinya.

“Seharusnya kau tidak perlu bersikap seperti itu tadi.” Ucapku setenang mungkin. “Kau membuatnya takut, dan kau bisa saja-“

“Melukainya.” Ucapnya memotong perkataanku. ”Aku benar-benar bisa melukainya.” Lanjutnya kembali membuatku tersentak.

“YA! Sandara-“

“Berhenti Dokter Kwon-“

“Mwo?” Aku mengerutkan keningku.

“Berhenti mengasihaniku, berhenti berpura-pura memperhatikanku…berhenti memasang wajah khawatirmu untukku.”….”Aku…muak melihat itu.” Ucapnya kali ini membalas tatapanku. Aku tahu tidak mudah untuk mengubah persepsinya tentang sesuatu…hingga aku tidak ingin membuang energi untuk mengelak dan menjawabnya. Lama kami terdiam dengan saling menatap…dan akhirnya aku kalah, kualihkan tatapanku darinya dan menghela nafas panjang.

“Aigo…ini tidak benar.” Batinku lirih, karena sesaat aku merasakan dadaku tiba-tiba berdetak lebih cepat. Aku mulai yakin ia benar-benar dapat membunuh seseorang dengan tatapannya itu. “Aku tidak peduli bagaimana anggapanmu tentang diriku sekarang, karena ini adalah termasuk tugas dan tanggung jawabku pada dirimu saat kau berada di tempat ini.” Ucapku akhirnya berhasil menghentikan detakan tak wajar di dadaku. “Aku hanya ingin kau kembali memikirkan, benarkah kau tak lagi menginginkan kehidupan? Karena perlu kau sadari semua yang berada dihidup ini adalah sesuatu yang berharga…sayang untuk dilewatkan dan disia-siakan, dan cobalah untuk kembali memikirkan pilihanmu…apa yang kau pilih sebelumnya, itu bisa dirubah Sandara.”…”Dan satu lagi, kau boleh bersikap buruk pada dirimu dan hidupmu tapi janganlah bersikap buruk pada orang lain.” Mata kami kembali bertemu, ”Ehm…tapi jika itu denganku tidak masalah…karena aku bisa menghadapinya, aku tidak akan mundur atau menjauh darimu bagaimanapun sikapmu padaku.”

“….”

“Kau mengerti?” Ia memalingkan wajahnya dariku, aisht…dia mulai lagi mengacuhkanku. Akupun berdiri dari dudukku dan memencet bel yang ada disamping tempat tidurnya. Tak lama Minzy kembali datang…

“Ne…Dr. Kwon?”

“Ambilkan lagi makanan untuknya, dan taruhlah nanti dimeja…ia akan makan jika ia lapar, tak usah menungguinya. Aresso?”

“Ne…araesso.” Jawabnya Minzy berlalu pergi dari kamar ini, kembali kualihkan pandanganku pada yeoja yang sama sekali tak menghiraukanku.

“Aku akan pergi sekarang, istirahatlah.” Ucapku sebelum meninggalkan kamar itu, aku dapat melihat ia kembali menatap kosong keluar jendela…aku benar-benar ingin tahu apa yang menjadi bebannya sekarang. Mengapa setiap kali dirawat hanya salah satu pesuruh yang datang untuk melihat keadaannya dan menjemputnya? Dimana keluarganya, hah? Aku mulai memijit keningku, aigo…bertemu dengannya sesaat membuat pikiranku kembali terkuras. Aku lelah, aku butuh istirahat. Dengan pasti kutinggalkan kamar itu tanpa kembali melihatnya.

Dara Pov

Aku sekilas melihat kepergian Dr. Kwon, aku dapat melihat punggungnya menghilang dibalik pintu yang telah tertutup, kembali aku menatap hampa. Semua kata-kata yang namja itu lontarkan kembali terngiang ditelingaku.

‘Benarkah kau tak menginginkan kehidupan?’

Aku mengembangkan senyumku miris…

‘Cobalah untuk kembali memikirkan pilihanmu.’

Aku kembali memaksakan senyumku…

“Dr. Kwon, masihkan kau akan berkata seperti itu jika tahu siapa sebenarnya aku? Masihkah kau akan membawa nama kehidupan dihadapanku saat kau tahu siapa aku? Dan masihkah kau meminta untuk kembali memikirkan pilihanku disaat kau tahu siapa aku? Dan disaat orang-orang disekitarku dengan tegas mengatakan apa yang pantas untukku tanpa perlu aku menanyakan apa pilihanku. MATI. Itu adalah pilihan yang telah mereka tentukan untukku, dan seharusnya kau mengerti dengan perkataanku…aku benar-benar bisa melukai seseorang, aku benar-benar bisa melakukannya…bahkan dengan Eommaku, aku benar-benar melakukannya.”

‘Tes’

Kembali aku tak dapat menahan tangisku, aku terisak menekan dadaku yang kini mulai terasa sesak. Bayangan-bayangan itu kembali terlintas dihadapanku, anio….anio, aku tidak ingin mengingatnya.

Dan pintu kembali terbuka, aku menunduk…aku tak ingin ada satu orangpun yang melihat airmataku. Aku tak ingin mereka kembali mengasihaniku…aku tak ingin perhatian yang sebenarnya adalah kepura-puraan itu selalu mereka tujukan padaku.

“Mianhe…apa yang terjadi dengan anda? Apa ada yang sakit? Katakan padaku.” Ucapnya perawat itu setelah meletakkan makanan yang ia bawa dimeja. Entah mengapa aku benar-benar tak bisa mengontrol airmataku, aku kembali terisak saat tiba-tiba kejadian masa lalu kembali terlintas dibenakku tanpa bisa kucegah. “Omo…tenanglah, aku akan memanggil Dokter untukmu.” Lanjutnya kemudian.

“Jangan lakukan!” Ucapku menghentikan langkahnya. Iapun terlihat kembali mendekatiku berusaha untuk menyentuhku. ”Andwae…jangan menyentuhku, atau aku akan melukaimu….jadi pergilah, kumohon PERGILAH!!!” Teriakku kembali disela tangis yang kutahan.

“Tapi, anda-“

“Kubilang…PERGIIIII!”

‘Brak’ Dan tepat saat itu pintu kembali terbuka, aku tertegun sesaat…beberapa perawat dan seorang Dokter masuk melihat kearahku, dapat kulihat tatapan mereka yang seakan jijik kepadaku. Well…itu sudah biasa bagiku, mendapatkan tatapan seperti itu membuatku kembali mengerti. Tak ada yang menginginkan keberadaanku di dunia ini.

“Ada apa ini? Aku mendengarnya berteriak?” Tanya salah satu perawat yang baru masuk.

“Anio…dia hanya-“

“Aku akan memberikannya obat penenang.” Ucap namja berjas putih yang kuyakin ia salah satu Dokter disini, dan dengan sigap beberapa orang memegang tanganku agar aku tak berontak. Aku hanya menatap tajam orang-orang yang tengah memegangiku ini…sungguh ini menyakitiku, tapi aku terlalu lelah untuk mengelak dan menjelaskan semuanya. Tak ada yang akan mengerti, tak ada yang akan mau mendengarkan…tak ada yang mau mempercayaiku. Aku lelah, sungguh aku lelah.

“Tunggu, apa yang akan kau lakukan?” Tanya sebuah suara yang membuatku kembali mendongak, aku melihat ia datang kembali dengan terengah-engah. Dr. Kwon…Dr. Kwon Jiyong, dan entah mengapa airmata yang telah kutahan kini kembali jatuh saat melihatnya…ada perasaan lega dihatiku saat ia datang.

Jiyong Pov

Langkahku terhenti saat beberapa orang mengatakan pasien dari kamar 404 berteriak histeris. ‘Sandara Park’, dan dengan segera aku berbalik untuk kembali kekamar itu. “Apa lagi yang terjadi dengannya kali ini? Aisht!”

“Tunggu, apa yang akan kau lakukan?” Tanyaku saat melihat Seungri akan menyuntikkan sesuatu padanya dan kuyakin itu adalah obat penenang.

“Dia memerlukan ini, Ji.” Jawab Seungri cepat.

“Ani…anio, ia tak butuh itu…ia akan tenang dengan sendirinya.”

“YA! Apa yang akan kau pikirkan, hah? Dia bisa saja melukai orang.”

“Dia tak melakukannya Seungri-ah.” Jawabku tegas, akupun melihat makanan yang berada dimeja dan mengalihkan pandanganku pada Minzy. “Minzy…apa dia melukaimu?”

“A…anio, dia tak melakukan apapun padaku.”

“Kau dengar? Ia tak melakukan apapun.” Ucapku lebih tegas dan tajam dari sebelumnya.

“Tapi Ji, dia-“

“Sudahlah! Kalian lepaskan dia…aku yang akan bertanggung jawab jika ia melakukan sesuatu.” Lanjutku membuat Seungri mendekatiku.

“Dr. Kwon Jiyong.”

“Seungri-ah, dia pasienku…aku tahu apa yang dia butuhkan.”…”Pergilah…gomawo karena perhatian dan pengertianmu.” Dan kulihat iapun akhirnya menghela nafas panjang.

“Baiklah….kajja, semuanya keluar dari kamar ini.” Perintah Seungri kemudian kepada perawat yang masih berkumpul. ”Ji, berhati-hatilah.” Ucapnya setengah berbisik saat ia telah berada disampingku.

“Omona, kau pikir aku sedang berhadapan dengan siapa, hah?”

“Dia cukup menakutkan bagiku.” Jawabnya membuatku sedikit terkekeh.

“Ia hanya seorang yeoja.” Ucapku kemudian.

“Iya tapi dia ‘gila’.” Jawabnya, lagi-lagi membuatku menatap tajam padanya…sungguh aku tak suka satu kata itu.

“Anio…sudahlah pergi.”

“Kau benar akan semalaman disini bersamanya?”

“Aku harus menjaganya, kau tahu itu?”

“Aisht, jam jagamu telah habis dan kau merelakan waktu istirahatmu untuk menjaga yeoja ini? Itu menggelikan.”

“Lebih menggelikan lagi kalau aku harus menjagamu Seungri-ah.”…”Sudahlah pergi, kau sedang bertugas sekarang.” Ucapku dengan mendorong tubuhnya untuk keluar dari kamar ini.

“Aisht…baiklah, baiklah….tak usah mendorongku, aku akan pergi. Tapi Ji…bukankah ia butuh satu borgol lagi untuk tangan yang satunya, kurasa itu akan lebih aman.”

“YA!” Ia benar-benar menguji kesabaranku ternyata.

“Ok…ok…araesso.” Ucapnya benar-benar menyerah sekarang dan akhirnya Dr. Lee Seungri itupun melangkah pergi keluar dari kamar ini.

Akupun kembali berbalik, kini yang ku lihat adalah tubuh yeoja yang gemetar dengan sisa-sisa air matanya yang masih terlihat.

Aigo, baru beberapa menit yang lalu kau terlihat kuat seperti karang, dingin bagaikan bongkahan es…tapi lihat, sekarang kau benar-benar terlihat sangat lemah dan rapuh bagaikan daun yang telah mengering hingga dapat terbawa dengan mudah oleh angin. Haruskah aku mengatakan itu padamu? Cih.

Aku melepas jas putihnya dan menggantungnya ditempat yang telah ada, lalu kembali kuambil kursi dan meletakkannya tepat disamping tempat tidur Dara. Aku duduk dengan tenang. “Mereka menyakitimu?” Tanyaku kemudian…ia tak menjawab, hanya terdengar isakan tangis yang tertahan dari mulutnya. “Mianhe.” Ucapku kemudian dan satu kata itu mampu membuatnya menatapku seketika, tapi bukan tatapan yang tajam seperti biasa. “Mereka tak bermaksud menyakitimu…jadi mianhe, aku meminta maaf atas nama mereka.” Lanjutku, dan tepat saat itu tangisannya semakin pecah…aku terkejut melihatnya tapi tanpa aku sempat berpikir, aku segera menariknya kedalam pelukanku…membiarkannya menumpahkan segala beban yang ia rasakan. “Menangislah….menangislah, jika itu membuatmu lebih tenang maka menangislah.”

“Hikz….Eom…..Eomma, Op…oppa. Hikz….mianhe.”….”Mianheyo…. Oppa mianhe… Eomma- Aku ingin mengatakannya…Mianhe…” Hanya itu ucapan yang terdengar disela isak tangisnya. Ia mengatakannya berulang-ulang, semakin lama aku semakin mempererat pelukanku…karena entah mengapa aku merasa dadaku semakin sesak saat mendengarnya menangis seperti ini,  aku seperti dapat merasakan apa yang ia rasakan…ini menyakitkan. “Sandara…apa yang sebenarnya terjadi padamu, hah?” Tanyaku lirih, walaupun kutahu ia tak akan pernah mau menjawabnya.

—-

Aku akan beranjak keluar dari kamar ‘Sandara Park’ saat ia telah tertidur, tapi terlebih dahulu kupastikan kalau ia tetap hangat. Kuperbaiki selimutnya untuk menutupi tubuh mungilnya. Kini aku dapat melihat bagaimana wajahnya saat tertidur…ia terlihat lebih tenang, entah mengapa aku lebih senang melihat ia seperti ini. Aku lebih dapat melihat bahwa ia adalah yeoja yang manis, tak terlihat tatapan tajam dan penuh keputusasaan. Tak bisakah ia menjadi seorang gadis pada umumnya? Gadis yang memiliki pandangan hari kedepan yang cerah. Aku yakin ia bisa mendapat hidup lebih baik dari yang ia bayangkan. Aku kembali tersentak saat raut wajahnya tiba-tiba berubah, kerutan didahinya seperti menyiratkan kalau ia tengah bermimpi buruk sekarang, dan kulihat ia mulai gelisah… dengan cepat aku menggenggam telapak tangannya lembut agar ia kembali tenang, dan itu berhasil.

“Sandara…aku tak tahu pasti apa yang kini telah membebanimu tapi aku pasti akan membuatmu merubah pilihanmu, aku akan membuatmu kembali memiliki tujuan untuk hidup Sandara. Percayalah.” Gumanku pelan seakan itulah janjiku padanya…yah, walaupun itu sulit tapi bukan Kwon Jiyong namanya jika harus menarik kembali kata-katanya.

To be continue…

Please leave comment ! By the way, here’s the link to my daragon fanficts others:

Love Dust
Fault It’s True
Disguise
Look at Me
Witchlove
Saranghae. Babbo!!!
Haru-haru

Aigo…mianhe, aku merasakan ini chapter yang gagal…tapi yah, pikiranku mentok sampe sini. (Btw…malem ini SBS Gayo Daejeun. Kyaaaaaaaaaaaaaa…berharap ada Daragon Moment, entah kenapa jadi Deg2an sendiri nunggux kekeke>>>I Hope it Tonight>.<). Hengsho.^^

<<back next>>

68 thoughts on “When I’m Gone [2/4]

Leave a comment