SECRET : Trece

secret

Author :: Sponge- Y
Main Cast :: Kwon Jiyong (26 th) | Park Sandara (26 th)
Support Cast :: Bae Soo Bin (27 th) | Seungri (23 th) | Lee Chaerin (22 th) | etc
Genre :: Sad | Romance

Akhirnya bisa update juga. Selamat membaca ^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dara POV

Aku merasakan bibir lembut Jiyong melumat bibirku. Jika aku bisa, ingin rasanya aku menghentikan waktu untuk selamanya. Jadi begini rasanya berciuman? Ini sangat manis. Aku benar- benar mencintai namja ini. Aku tidak ingin kehilangan dia.

“Kajja kita pulang.” Ucapnya pelan setelah melepaskan bibirnya dari bibirku. Tampak sekali raut kekhawatiran di wajahnya. Apa aku membuatnya sangat khawatir tadi? Padahal aku hanya berjalan- jalan sebentar ke sisi lain di tepi sungai han. Kenapa dia harus seperti ini? Sebegitu takutnya kah dia kehilanganku?

“Ya, kenapa masih diam disitu? Kajja kita pulang.”

“Ne? Ahh… arasso.” Kataku lalu mengikutinya dari belakang.

——

Kita sudah sampai di apartemenku sekarang. Dari tadi Jiyong hanya diam saja seperti mengabaikanku. Apakah dia marah karena kejadian tadi? Aku tahu itu memang salahku tapi tidak seharusnya juga dia marah seperti ini.

“Ji, kamu mau makan?” Aku mencoba untuk mengajaknya bicara.

“Anni. Aku sudah kenyang.” Jawabnya tanpa melihat ke arahku sedikit pun.

“Jinjja? Bahkan kamu belum makan.”

“Aku keluar dulu. Mungkin aku tidak akan pulang malam ini.” Katanya lalu berjalan menuju pintu keluar.

“Waeyo? Kamu marah padaku?” Tanyaku sambil mengikutinya dari belakang.

“Anni. Tidurlah, jangan mengkhawatirkanku.”

Aish…. Sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa dia selalu bertindak seenaknya saja kepadaku? Heol.. menyebalkan.

——

Jiyong POV

“Hyung… bangunlah!” Teriak Seungri sambil mengguncang- guncang tubuhku.

“Wae? Aku masih ngantuk.”

“Paman Lee, diluar ada paman Lee.” Katanya panik.

“Mworago? Maksudmu paman Lee datang kesini?” Dengan enggan aku membuka mataku dan bangun dari tidurku.

“Ne. Sebaiknya temui saja dia hyung. Ekspresinya sangat menakutkan.”

“Aish… arasso.” Aku lalu berjalan keluar kamar dengan malas. Kupikir aku tahu ada apa dia datang kemari. Setelah sampai di ruang tamu aku melihatnya sedang duduk dengan ekspresi dingin.

“Wae?” Tanyaku.

“Kamu di rumah? Tidak tinggal lagi di apartemen Dara?” Cihh… bahkan dia tahu jika akhir- akhir ini aku tinggal disana.

“Anni.”

“Lupakan Dara.”

“Wae? Kenapa aku harus melakukannya?”

“Karena tidak seharusnya kamu mencintai Dara, Ji. Kamu telah jatuh cinta pada orang yang salah.”

“Aku tahu. Bahkan seharusnya aku membencinya.”

“Lalu kenapa? Kenapa kamu masih tetap berada di sisinya?”

“Aku tidak bisa membiarkan paman menyakitinya.”

“Jika kamu tidak ingin melihatnya terluka, tinggalkan dia.” Katanya sambil berdiri dan tersenyum sinis.

“Mwo? Apa maksudnya?”

“Aku bisa membunuhnya kapan saja, Jiyong. Tapi jika mau, kamu bisa mencegahnya.”

“Sebenarnya apa maksud anda hah?” Bentakku.

“Tinggalkan Dara, dan bunuh Park Tae Soo.”

“Lalu jika aku tidak mau?”

“Jangan menyesal jika aku membunuh Sandara.”

“Ya! Dasar bajingan!” Bentakku sambil mencengkeram kerah bajunya. Selama ini, aku masih menghormatinya karena dia adalah orang yang telah membesarkanku dari kecil. Tapi mendengar apa yang dikatakannya hari ini, ingin rasanya aku membunuhnya dengan tanganku sendiri.

“Hyung… tenanglah. Apa yang kamu lakukan?” Seungri yang tiba- tiba datang mencoba melepaskan cengkeramanku.

“Bukankah aku sudah pernah memperingatkanmu, Jiyong?” Kata paman Lee setelah aku melepaskan cenkeramanku pada kerah bajunya. Aku hanya diam saja sambil menatap tajam kearahnya. “ Pikirkan baik- baik. Aku sedang tidak bercanda.” Lanjutnya sambil berjalan menuju pintu keluar.

“Ahh… dan satu lagi. Seungri-ah, ajari hyung- mu itu bagaimana caranya balas budi.” Katanya sebelum dia benar- benar menghilang dari balik pintu. Argghh… apakah dia sangat membenci Park Tae Soo? Dia telah dibutakan dengan rasa dendam.

“Hyung…” Kata Seungri menyadarkanku. “Jangan terlalu dipikirkan. Aku tahu dia hanya mengancammu saja.” Lanjutnya.

“Mollayo. Aku sangat pusing sekarang.”

——

Sandara POV

Gah…. Yang benar saja. Namja yang bernama Kwon Jiyong itu benar- benar menyebalkan. Bahkan sampai siang ini dia belum juga menghubungiku. Apa dia sangat marah? Tapi konyol sekali jika dia marah hanya karena kejadian semalam.

Saat ini aku sedang berada di sebuah kedai makanan untuk menemui Hwang Jang Eum. Menurut informasi yang aku dapatkan, dia baru saja diterima kerja disini. Tapi entah kenapa, dimana pun aku berada, apa pun yang sedang aku lakukan, tetap saja hanya ada Jiyong yang berputar- putar di kepalaku. Namja itu benar- benar membuatku gila.

“Permisi, jaksa Park.” Sapa Hwang Jang Eum yang baru saja muncul dari dalam.

“Ahh, ne. Silahkan duduk.” Dia menurut lalu duduk di kursi yang berada di depanku.

“Tapi kalau boleh saya tahu, ada apa anda ingin menemui saya? Apa kasus yang kemarin belum selesai?”

“Annimida. Hanya saja ada sesuatu yang ingin aku tanyakan pada anda.”

“Mwo? Apa itu?”

“Apa anda mengenal orang ini?” Tanyaku sambil menyodorkan foto Appa bersama Lee Hyun Woo.

“Ne?” Dia terlihat sangat terkejut melihat foto tersebut. “S-saya tidak mengenalnya.” Lanjutnya.

“Jinjja? Bagaimana dengan yang ini?” Kali ini aku memberikan foto yang berisi dia dan Lee Hyun Woo. Dia hanya menatap foto tersebut tanpa mengatakan apa- apa.

“Bagaimana? Anda benar- benar tidak mengenalnya?” Tanyaku lagi.

“Kenapa jaksa Park harus bertanya tentang ini? Apa ini ada hubungannya dengan kasus kemarin?”

“Sudah kubilang semua ini tidak ada hubungannya dengan kasus kemarin. Anda hanya perlu mengatakannya dengan jujur, apakah anda mengenalnya atau tidak.”

“Dia mantan suamiku.”

“Lalu apakah anda mengenal orang yang bersama mantan suami anda di foto yang pertama tadi?”

“T-tidak.” Jawabnya terbata- bata. Aku bisa merasakan adanya perubahan pada ekspresi wajahnya. Aku tahu dia pasti sedang berbohong. Oh ayolah…. aku pasti sudah tahu karena aku adalah seorang jaksa.

“Kumohon, katakan yang sebenarnya. Aku tahu ada sesuatu yang anda sembunyikan.”

“Kenapa saya harus mengatakannya?”

“Karena saya ingin tahu. Beberapa waktu yang lalu, ada seseorang yang sengaja mengirimkan foto- foto tersebut kepadaku. Aku sangat penasaran, apa maksudnya semua itu.”

“Semua itu sudah lama berlalu, dan sekarang tidak ada hubungannya lagi denganku. Jika tidak ada lagi hal lain yang ingin anda katakan, anda bisa pergi.” Mwo? Dia mengusirku? Cihh… dasar tidak tahu berterima kasih. Seandainya saja saat pengadilan waktu itu jaksanya bukan aku, pasti dia masih mendekam dalam penjara sekarang.

“Anniya. Aku tidak akan pergi sebelum anda mengatakan yang sebenarnya.”

“Kalau begitu terserah anda saja.” Katanya sambil berlalu meninggalkanku. Heol! Menyebalkan. Baiklah, aku akan menunggunya sampai dia mau mengatakan yang sebenarnya. Dia belum tahu siapa aku.

—–

Dengan kesal aku melirik ke arah jam tanganku. Ternyata sudah jam delapan malam dan aku masih menunggu ahjumma menyebalkan itu. Aish… sudah hampir seharian aku berada disini, aku sangat lelah.

“Apakah anda belum juga menyerah? Pulanglah, kedai ini sudah mau tutup.” Kata Hwang Jang Eum menghampiriku.

“Aku tidak akan pergi sebelum anda mengatakan yang sebenarnya.”

“Aish… anda sangat keras kepala. Memangnya apa hubungan semua itu denganmu hah?”

“Ne?”

“Kenapa anda sangat ingin tahu? Apa hubungan foto- foto itu denganmu?”

“Karena orang yang bersama mantan suami anda di foto itu adalah ayahku. Aku hanya merasa ada sesuatu yang tidak beres.”

“Mworago? Jadi kamu anaknya Park Tae Soo?” Tanyanya terkejut.

“Anda mengenal ayahku? Ahh.. tentu saja. Siapa yang tidak mengenalnya.”

“Pergi dari sini.” Bentaknya tiba- tiba. Ekspresi wajahnya juga berubah, seperti menahan emosi. Ada apa dengannya? “Pergi dari sini!” Ulangnya lagi sambil menarikku paksa untuk berdiri.

“Wae?” Aku hanya menatapnya bingung.

“Aku tidak ingin berhubungan lagi dengan seseorang yang telah menghancurkan hidupku.”

“Mwo? Apa maksudnya menghancurkan hidup anda?” Aku semakin bingung dan tidak mengerti.

“Kamu benar- benar ingin tahu apa yang telah dilakukan Appamu bertahun- tahun yang lalu?”

“Ne?”

“Kamu juga ingin tahu apa hubungan mantan suamiku dengan ayahmu?”

“Ne. Kumohon, katakanlah.”

“Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Lagipula, bukankah kamu seorang jaksa?” Tanyanya sambil tersenyum licik. “Tujuh belas tahun yang lalu ayahmu menabrak seseorang hingga meninggal. Demi menutupi kesalahannya dia membunuh satu- satunya saksi dalam kasus tersebut dan menjadikan mantan suamiku sebagai kambing hitamnya. Dengan diiming- imingi sejumlah uang, dia meminta mantan suamiku untuk mengakui semua kesalahan yang telah diperbuat ayahmu.” Jelasnya panjang lebar. Anni. Apa yang dia katakana? Itu tidak mungkin. Appa yang aku kenal tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu.

“Dan karena kejadian itu, aku harus membesarkan putriku seorang diri. Dulu Tuan Park juga mengatakan akan menjamin kehidupanku dengan putriku. Tapi apa kenyataannya? Waktu itu kami benar- benar kehabisan uang dan berniat untuk menagih janjinya. Dan hasilnya, kami hanya diusir begitu saja.” Lanjutnya lagi. Tubuhku melemas. Benarkah apa yang dikatakan orang ini? Bisakah aku mempercayainya?

“Jika dipikir- pikir, berapa orang yang hidupnya telah berhasil dihancurkan oleh Appamu? Pertama aku, aku harus kehilangan putriku beberapa tahun yang lalu. Kedua, orang yang kehilangan istrinya itu dan harus diperlakukan dengan tidak adil, dan terakhir adalah anak dari saksi mata yang dibunuh ayahmu itu. Aku pernah mendengar, dia hanya hidup dengan ayahnya saja dan ayahmu malah membunuhnya. Saat itu dia masih terlalu kecil dan harus hidup sebatang kara. Sangat tidak adil bukan? Dulu hanya orang yang berkuasa dan memiliki banyak uang lah yang menang.”

Aku hanya diam menunduk sambil mengepalkan kedua tanganku. Cairan bening sudah mulai keluar dari mataku. Itu semua tidak mungkin. Appa bukanlah orang yang seperti itu.

“Wae? Kamu tidak percaya? Tapi itulah kenyataannya, betapa busuknya ayah yang selalu kamu banggakan itu. Asal dia tahu saja, sepandai apapun dia menutupi kebusukannya itu, suatu saat pasti akan tercium juga.”

“Sudah cukup!” Teriakku sambil menutup kedua telingaku. Aku tidak ingin mendengarkannya lagi.

“Baiklah, kurasa sudah cukup panjang aku menceritakannya padamu.” Katanya lalu pergi begitu saja. Apa yang baru saja aku dengar? Haruskah aku mempercayainya? Lalu bagaimana jika apa yang dikatakan Hwang Jang Eum itu benar? Apa yang harus aku lakukan? Argghhh!!! Bagaimana ini?

Dengan sisa tenaga yang kumiliki aku berjalan keluar dari kedai ini. Aku benar- benar lelah sekarang. Apakah semua ini ada hubungannya dengan teror yang kudapatkan beberapa waktu yang lalu?

——

Jiyong POV

Aku sedang dalam perjalanan menuju ke apartemen Dara. Sudah seharian ini aku tidak menghubunginya, dan itu membuatku sangat merindukannya. Aku masih memikirkan apa yang dikatakan paman Lee tadi pagi. Aku tahu, itu bukan hanya sebuah ancaman. Haruskah aku membunuh Park Tae Soo demi melindungi Dara? Anni. Aku memang sangat membencinya, tapi aku pernah berjanji bahwa aku tidak akan menjadi seorang pembunuh.

Trililit. Trililit. Terdengar nada dering ponselku berbunyi menandakan ada telepon masuk. Aku mengambilnya dan melihat nama Dara terpampang di layar ponsel.

“Wae?” Tanyaku setelah mengangkat teleponnya.

“J- ji, bisakah kamu menjemputku?” Jawabnya dengan nada bergetar. Apa yang terjadi dengannya? Apa dia menangis?

“Wae? Apa yang terjadi? Dimana posisimu sekarang?” Tanyaku panik.

“Di kedai makanan daerah Gyeongju.” Dia menjawab pelan kemudian mematikan sambungan teleponnya.

“Yeoboseyo? Dara? Ya!” Shit! Apa yang terjadi padanya? Tanpa menunggu waktu lagi aku segera memutar mobilku dan menuju ke daerah Gyeongju. Aku mencoba untuk menghubunginya lagi tapi ponselnya tidak aktif. F*ck! Jika terjadi sesuatu padanya, aku benar- benar akan membunuh paman Lee.

Aku telah sampai di daerah Gyeongju dan disini terdapat banyak sekali kedai makanan. Lalu kedai makanan manakah yang di maksud Dara? Aish… kenapa yeoja itu selalu membuatku gila? Aku turun dari mobil dan mengedarkan pandanganku untuk mencari Dara. Tiba- tiba aku melihatnya sedang duduk di sebuah halte tak jauh dari tempatku berdiri. Dengan segera aku berlari menghampirinya.

“Dara, apa yang terjadi hah?” Tanyaku. Dia tidak bergeming dan tetap menunduk. Apakah dia menangis? Ya, sepertinya dia menangis. Aku bisa mendengarkan isakannya. Aku lalu ikut duduk di sampingnya.

“Wae? Apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis?” Tanyaku lagi dengan suara yang sedikit kupelankan. Dia mendongak dan menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan.

“Seseorang bilang padaku jika ayahku adalah seorang pembunuh.” Katanya di sela- sela isak tangisnya. Aku terkejut mendengarnya. Apakah dia sudah tahu tentang apa yang telah dilakukan Park Tae Soo?

“A- apa maksudmu?”

“Itu pasti tidak mungkin kan Ji? Appa bukan orang yang seperti itu kan?” Tanyanya dengan wajah memelas. Aish…. Siapa yang telah menceritakan semua itu padanya?

“Tentu saja itu tidak mungkin.” Kataku sambil menariknya ke dalam pelukanku. Aku berbohong karena tidak tega melihatnya seperti ini. “Tapi siapa yang bilang begitu padamu?” Lanjutku.

“Hwang Jang Eum. Kamu mengenalnya? Dia tersangka dari kasus yang kutangani waktu itu. Beberapa waktu lalu ada seseorang yang mengirimkan beberapa foto kepadaku. Karena penasaran, aku menyelidikinya. Dan Hwang Jang Eum bilang, mantan suaminya pernah disuruh untuk mengakui kesalahan Appa. Appa menabrak seseorang sampai meninggal dan membunuh satu- satunya saksi dalam kejadian tersebut.” Aku membeku mendengar apa yang diceritakan Dara barusan. Jadi dia benar- benar menyelidiki foto- foto yang aku kirimkan padanya waktu itu? Dasar yeoja bodoh. Kenapa dia harus melakukannya? Anni. Akulah yang bodoh. Kenapa aku harus mengiriminya foto- foto itu? Dan itu artinya dia akan segera mengetahui semuanya. Mengetahui bagaimana ayahnya sebenarnya dan mengetahui betapa jahatnya aku. Tapi bagaimana reaksinya jika dia mengetahui semua itu? Tentu saja dia akan sangat membenciku dan tidak akan mau mengenalku lagi. Aish…. Bisakah aku kehilangannya? Aku semakin mengeratkan pelukanku. Tidak, Jiyong. Aku tidak boleh egois. Toh dari awal juga aku sudah salah karena harus mencintainya. Aku tidak akan membuatnya lebih menderita lagi dan sesudah semua ini berakhir aku hanya perlu meninggalkannya.

“Sudahlah jangan dipikirkan lagi. Kajja kita pulang saja.” Ajakku.

“Anni. Kamu tidak ingin menghiburku?” Tanyanya sambil menatapku dengan tatapan memelasnya.

“Mwo? Apa yang kamu inginkan?”

“Kajja kita pergi ke pantai.”

“Mworago? Dara, ini sudah malam. Kita pulang saja ne?”

“Shireo. Pokoknya aku ingin pergi ke pantai. Jika kamu tidak mau, aku bisa pergi sendiri.” Katanya sambil cemberut. Cihh… tadi saja dia terlihat menyedihkan dan sekarang dia terlihat sangat menyebalkan.

“Baiklah. Kajja kita ke pantai.” Kataku akhirnya dan dia hanya tersenyum.

—-

Saat ini kita sudah sampai di pantai dan ini sangat dingin. Sebenarnya terbuat dari apa kepala yeoja ini? Aku yang memakai jaket saja kedinginan, apalagi dia yang tidak memakainya?

“Pakailah.” Kataku memberinya jaket yang kukenakan tadi.

“Ne? lalu bagaimana denganmu? Kamu hanya memakai kaos saja.”

“Pakailah. Tidak usah memikirkanku.”

“arasso.” Dia menurutiku dan memakai jaketku tersebut. Dia lalu duduk tepat di pinggir pantai ini. Aku mengikutinya dan duduk di sampingnya.

“Bagaimana jika semua yang dikatakan Hwang Jang Eum itu benar Ji? Bisakah aku menerimanya?” Katanya dengan tatapan lurus ke depan.

“Tentu saja. Walau terkadang kebenaran itu menyakitkan, tapi kita harus tetap menerimanya. Kamu pasti bisa karena kamu adalah yeoja yang kuat.”

“Benar juga. Aku kuat karena ada kamu di sampingku.” Katanya sambil tersenyum menatapku. “Selama kamu tetap berada di sampingku, semenyakitkan apa pun kebenaran itu, aku pasti bisa menghadapinya.” Lanjutnya. Hatiku seperti tertusuk mendengarnya. Bagaimana jika dia tahu yang sebenarnya? Akankah dia mau menerimaku untuk tetap berada di sisinya?

“Wae? Kamu menangis?” Tanyanya. Mwo? Apakah aku menangis? Cihh… sejak kapan aku menangis hanya karena cinta?

“A- anniya. Lihatlah, pasirnya berterbangan hingga mengenai mataku. Sangat perih.” Kataku berbohong.

“Pembohong. Apa kamu terharu mendengar kata- kataku tadi?”

“Sudah kubilang aku tidak menangis.”

“Bohong.”

“Ya!”

“Kekeke, kamu sangat menyeramkan jika sedang marah.” Katanya sambil memelukku dan membenamkan wajahnya di dadaku.

“Tapi kamu sering membuatku marah.” Aku membalas pelukannya dan membelai lembut rambutnya.

“Mianhe.”

“Arasso. Tidak usah meminta maaf.” Seharusnya aku yang meminta maaf padamu, Dara. Aku yang telah membuatmu harus mengetahui semua ini.

“Gomawo, Ji. Kamu membuatku lebih baik. Jika tidak ada kamu pasti aku masih sangat sedih sekarang.”

“Ne.”

“Tapi Ji, bolehkah aku meminta sesuatu?”

“Apa?”

“Aku ingin suatu saat nanti kamu akan melamarku di pantai.”

“Ne? M- melamar?”

“Wae? Aku ingin kamu melakukannya di pantai karena aku sangat menyukai pantai.” Aish… Dara, tidak tahukah kamu jika hal tersebut tidak akan pernah terjadi? Tidak tahukah kamu jika kita tidak ditakdirkan untuk bersama? Argghh… ini membuatku gila. “Wae Ji? Kamu tidak mau?” Tanyanya lagi.

“Ahh… ne. Suatu saat aku akan melakukannya.” Dasar bodoh. Sampai kapankah aku akan terus membohonginya seperti ini?

“Hm. Aku akan menunggunya.”

—–

Dara POV

“Dara, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu.” Kata Soo Bin oppa yang tiba- tiba masuk ke dalam ruanganku.

“Hm, baiklah. Duduklah oppa.” Kataku menyuruhnya duduk. “Tentang apa?” Tanyaku.

“Dimana Eunjung dan Myungsoo?”

“Mereka sedang ada urusan di luar. Wae?”

“Anniya. Akan lebih baik saja jika hanya ada kita berdua.”

“Aish… memangnya apa yang ingin kamu bicarakan?”

“Tentang foto yang kamu tunjukkan beberapa waktu yang lalu. Aku sudah menyelidikinya.” Ahh… benar juga, beberapa waktu lalu aku sudah menunjukkan foto tersebut kepada Soo Bin oppa dan memintanya untuk membantuku menyelidikinya. “Tapi kuharap kamu bisa menerima kenyataannya Dara.” Lanjutnya. Apa maksudnya? Jangan- jangan yang dikatakan oleh Hwang Jang Eum kemarin adalah benar.

“Ne. katakana saja.”

“Orang yang bersama Appamu di foto tersebut adalah Lee Hyun Woo, mantan suami Hwang Jang Eum. Dia baru bebas beberapa tahun yang lalu karena kasus tabrak lari.”

“Lalu apa hubungan dia dengan ayahku?”

“Setelah aku menyelidikinya lebih lanjut, ternyata yang melakukan tabrak lari tersebut adalah ayahmu dan dia membayar Lee Hyun Woo untuk mengakui kesalahannya. Ayahmu juga telah membunuh satu- satunya saksi dalam kejadian tersebut.” DEG. Ternyata apa yang dikatakan Hwang Jang Eum kemarin adalah benar? Jadi orang seperi itukah Appa yang selama ini selalu aku banggakan?

“Dara? Apa kamu baik- baik saja? Mianhe, aku harus mengatakan ini kepadamu.”

“Sebenarnya aku juga sudah mengetahuinya, oppa.”

“Ne? Darimana kamu mengetahuinya?”

“Ya! Kamu lupa? Aku juga seorang jaksa.” Kataku dengan senyum yang kupaksakan.

“Aish, arasso. Mulai sekarang kita lupakan saja kasus ini.”

“Anni. Ini merupakan sebuah tindak kejahatan, aku akan menyelidikinya lebih lanjut.”

“Mworago? Ya! Apa kamu ingin memenjarakan ayahmu? Apa kamu sudah gila Dara? Lagipula kasus ini sudah lama ditutup.”

“Lalu apakah kamu akan membiarkanku hidup dengan rasa bersalah? Kamu pikir berapa orang yang sudah diperlakukan tidak adil oleh Appa? Karena Appa, seseorang harus kehilangan istrinya. Karena Appa, kehidupan Hwang Jang Eum dan Lee Hyun Woo hancur dan mereka harus kehilangan satu- satu putri yang mereka miliki. Karena Appa, anak dari satu- satunya saksi dalam kejadian tersebut harus kehilangan ayahnya dan hidup sebatang kara. Kamu pikir akankah aku hanya membiarkannya saja, oppa?”

“Dara….”

“Ahh… ne. Lalu bagaimana keadaan anak dari saksi yang dibunuh Appa itu? Apa kamu juga menyelidikinya oppa? Dimana dia tinggal sekarang?”

“E-em.. i- itu…”

“Wae?”

“E-em… o-orang itu adalah Jiyong. Selama ini dia tinggal dan dibesarkan oleh orang yang istrinya ditabrak ayahmu itu, Dara.” Mwo? Orang tersebut adalah Jiyong?

“N- ne?”

“Bukankah dulu aku sudah mengatakannya padamu jika aku merasa ada yang aneh dengan Jiyong? Tapi kamu mengelaknya dan sudah dibutakan oleh cinta palsunya.”

“Mwo? Apa maksudnya cinta palsu?”

“Jadi kamu belum mengerti? Selama ini Jiyong mendekatimu hanya karena dia ingin balas dendam padamu, Dara. Dia bersama dengan orang yang istrinya ditabrak ayahmu itu berniat untuk membalas dendam dengan memanfaatkanmu.”

“Jadi maksudmu dia hanya memanfaatkanku? Dia…. Dia tidak sungguh- sungguh mencintaiku?”

“Ne. Dan orang yang mengirimkan foto dan rekaman video tersebut adalah Jiyong. Kemungkinan, orang yang menerormu juga adalah dia.”

“Pembohong. Itu tidak mungkin, oppa.” Ya, Soo Bin oppa pasti sedang berbohong. Jiyong yang aku kenal tidak mungkin melakukan hal itu. Dia pasti tulus mencintaiku dan tidak hanya memanfaatkanku saja.

“Tapi kenyataannya seperti itu, Dara.” Tidak mungkin. Jika benar dia hanya ingin memanfaatkanku saja, lalu apa artinya perhatian yang selama ini diberikannya padaku? Kenapa dia menciumku? Dan kenapa juga dia selalu melindungiku? Soo Bin oppa pasti sedang berbohong.

“Tinggalkan dia, Dara. Dia bukan orang yang baik- baik.” Kata Soo Bin oppa lagi.

“Tidak mungkin!” Bentakku dan sekarang cairan bening sudah mulai keluar dari mataku.

“Sudah kubilang ini kenyataannya, Dara. Sekeras apa pun kamu menyangkalnya, tetap inilah kenyataan yang sebenarnya.”

Bisakah aku mempercayai Soo Bin oppa? Tapi selama ini aku sangat mengenalnya dan Soo Bin oppa tidak pernah sekali pun berbohong padaku. Oh Tuhan… kenyataan apa lagi ini? Sudah cukup aku menerima kenyataan pahit jika Appa adalah orang yang jahat dan sekarang haruskah aku menerima kenyataan bahwa Jiyong hanya memanfaatkanku saja? Bisakah aku menerimanya? Dan sanggupkah jika aku harus kehilangannya? Anni. Semua itu pasti bohong. 

….. ser continuado …..

Sebelumnya saya minta maaf jika di chap ini alurnya terlalu cepat dan terkesan buru- buru. Selalu tinggalkan komentar chingu ^^

<< Atrás Próximo >>

64 thoughts on “SECRET : Trece

  1. Kasian dara unnie, baru juga jiyong perhatian dan bener bener sayang semuanya malah kebongkar. 2orang yang dia sayangi menyakiti hatinyaa uhh 😭😭😭😭😭😭😭

Leave a comment