Stay With Me (4/6)

stay with me

Author: Jung Yoorey || Title: Stay With Me || Cast: Sandara Park (Dara 2NE1), Kwon Jiyong (GD Big Bang) || Other Cast: Find it by yourself || Genre: Romance, Angst, Fluff || Rating: Teenager || Backsound’s: GD – Without You

Nah karena chapter sebelumnya pendek banget, maka di chapter ini akan lebih panjang dari sebelum2nya, tapi mian kalo masih ga memuaskan;(

Happy reading, applers!



5 january 2007

Mungkin Jiyong sudah tidak mengingat kalau Sandara pernah menjadi bagian dari hidupnya dulu. Ia telah dibutakan oleh ketenaran.

Sandara menepuk tangannya sendiri ketika ia selesai menyanyikan sebuah lagu. Dengan pelan ia meniup lilin ber-angka 3 sederhana itu sehingga ia terjebak dalam kegelapan. Bibirnya tersenyum manis.

Happy anniversarry, Kwon Jiyong.”

Tidak ada balasan seperti dulu. Senyum Sandara tidak pudar. Ia bahkan tersenyum lebar sambil menggenggam sebuah pigura putih. Sandara memeluk pigura itu dengan erat dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

bogoshippo (aku merindukanmu).. Ji..” lirihnya. Dan tepat saat itu setetes air lolos dari sudut matanya diikuti tetesan lain yang tidak berhenti jatuh. Sandara dengan cepat menghapus air matanya dan mencoba untuk tetap tersenyum.

Sandara memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Ia ingin menyembunyikan wajahnya. Bisa saja Jiyong tiba-tiba datang dan melihatnya menangis. Jiyong pasti tidak suka itu.

Oleh karena itu Sandara mencoba untuk terus tersenyum walau matanya telah lelah menangis.

*

14 Februari 2007

Sandara menyusuri N Seoul Tower seorang diri sambil sesekali menghela nafas berat. Ia memang menunggu bulan ini. bulan dimana ia bisa menghubungi Jiyong. Tapi naasnya, nomor Jiyong sudah tidak aktif lagi. Dan.. Jiyong bahkan telah dikabarkan dekat dengan salah satu penyanyi satu agencynya, Lee Chaerin.

Sandara menekan dadanya saat matanya menangkap sebuah gembok yang entah kenapa bisa menjadi sangat menonjol dibanding ribuan gembok yang mengelilinya. Sandara mendekati gembok itu. Tangannya bergetar menyentuh gembok itu. Sedetik kemudian rasa dingin menyentuh permukaan jemarinya yang menyentuh gembok itu.

Sandara menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang bergejolak. Tapi ia tetap menahan air matanya. Bagaimanapun ia tidak boleh menangis. Bagaimana kalau Jiyong tiba-tiba datang dan melihatnya menangis? Sandara tidak mau membuat Jiyong khawatir. Ia harus kuat. Harus.

Sandara menggenggam gembok itu dan membaca tulisan mereka di gembok masing-masing. Sandara tersenyum pahit mengingat kenangan mereka dulu saat memasang gembok itu.

Sandara merasakan sesuatu telah menggenang di pelupuk matanya membuat pandangannya mengabur. Dengan susah payah Sandara menahan air yang akan segera jatuh dari matanya itu dengan cara mendongak.

Sandara tidak sengaja memutar gembok itu untuk melihat tulisannya di gemboknya sendiri. Tapi matanya tertumbuk pada sebuah tulisan di belakang gembok silver itu. seingatnya ia tidak pernah menulis di belakang situ karena Jiyong memutuskan untuk membiarkan Sandara saja yang menulis. Tapi.. kenapa ada tulisan disana?

Sandara dengan pelan membalik gembok itu dan seketika dadanya terasa ditekan hebat sehingga terasa sangat sesak. Pertahanannya kembali roboh. Sandara merasakan kakinya lemas dan ia jatuh terduduk di depan gemboknya dan Jiyong. Sandara menutup mulutnya dengan punggung tangan untuk meredam isakannya agar tidak memancing tatapan orang lain. Tapi nyatanya semua orang yang lewat tetap menatapnya kasian dan iba. Sandara tidak peduli lagi dengan semua itu. ia benar-benar sedih sekarang.

Sandara merasakan seluruh badannya bergetar hebat dan air matanya turun dengan deras. Isakannya memenuhi tempat itu. hatinya benar-benar tersayat. Ia baru sadar sekarang kalau saat itu Jiyong bukan mencari dompetnya, tapi ia kembali untuk menuliskan sebuah pesan di gembok mereka. Sandara tidak peduli lagi dengan kenyataan dia menangis didepan umum. Ia tidak peduli jika saja Jiyong tiba-tiba datang. Buktinya Jiyong sudah melupakannya. Melupakan Sandara. Dan apa yang Jiyong tulis itupun hanyalah omong kosong.

Dara-ah, maukah kau menikah denganku? –Kwon Jiyong

*

4 may 2007

Sandara menarik nafasnya ketika ia sudah benar-benar berada didepan sebuah apartement yang Sandara ketahui sebagai tempat tinggal Big Bang. Ya, Sandara memutuskan untuk menemui Jiyong untuk memastikan hubungan mereka. Ayolah, Jiyong tidak pernah mengabarinya selama 9 bulan terakhir dan malah dirumorkan berkencan dengan seorang penyanyi lain.

Sandara mencoba untuk menekan bel. Namun tidak ada satupun yang membuka pintu. Akhirnya setelah 6 kali memencet dan tidak mendapat respon, Sandara memilih untuk duduk di samping pintu menunggu Jiyong. Mungkin saja ia sedang keluar. Sandara bertekad untuk menemui Jiyong, apapun halangannya.

5 hours later..

Sandara merasakan tubuhnya bergetar menahan dingin. Dari jendela gedung, Sandara dapat melihat beberapa butiran putih menempel di jendela dan menjadi air. Salju. Ya, salju pertama di tahun 2007. Sandara memejamkan matanya menahan dingin. Ia hanya memakai hoodie milik Jiyong dulu dengan celana panjang yang longgar sehingga memudahkan udara menyusup.

“Jiyongie.. dimana kau..” lirih Sandara pelan. suaranya mulai berubah menjadi berat.

Tepat ketika itu terdengar suara lift dan derap beberapa langkah kaki. Sandara menoleh dengan senyum mengembang ketika melihat sosok yang ditunggunya sedang berjalan kearahnya sambil memainkan ponselnya. Rambutnya berubah menjadi blonde, tapi Sandara tetap mengenalinya. Sandara hendak berdiri untuk menyapa Jiyong ketika tiba-tiba seorang perempuan langsung memeluk pinggang Jiyong manja. Beberapa lelaki mengikutinya di belakang.

“Jiyong! Kau meninggalkanku.”

Jiyong menoleh dan tersenyum pada perempuan itu. Hati Sandara terasa tercabik penuh. kini tangan Jiyong merangkul perempuan itu dengan lembut. “Maaf, aku terlalu sibuk membalas sapaan fansku, Chagi (sayang).”

Deg

Jantung Sandara terasa ingin lompat begitu saja dari tempatnya. Telinganya salah dengar kan? Jiyong tidak memanggil perempuan itu dengan ‘sayang’, kan? Sandara berdiri dengan pelan. Ia mencoba untuk memastikan kalau yang ia lihat itu benar Jiyong atau bukan. Untuk sekarang, Sandara berharap jika itu bukan Jiyong.

Tidak. Ia tidak salah lihat dan tidak salah dengar. Semuanya terlihat jelas sekarang. Jiyong mengecup kening perempuan itu dan mereka tertawa bersama. Jantung Sandara terpacu dengan begitu kuat. 2 orang lelaki berjalan mendahului Jiyong dan perempuan itu. Mereka masih belum menyadari keberadaan Sandara.

Barulah ketika salah satu dari 2 lelaki yang jalan didepan Jiyong itu menangkap sosok Sandara di depan apartement mereka. “Oh? Nuguya? (siapa kau?)”

Lelaki disebelahnya ikut menoleh dan mengernyitkan keningnya melihat Sandara yang seperti patung didepan apartement mereka. “Aku sepertinya mengenal dia.” lirihnya.

Sementara itu Jiyong dan perempuan itu sudah berada dibarisan paling belakang untuk mengumbar kemesraan mereka. seorang lelaki mendekati Sandara.

“Hey gadis manis, apa yang kau lakukan disini? ingin fanservice?” ucap lelaki itu yang langsung mendapat hadiah pukulan di kepalanya dari seorang lelaki lain.

“Seungri-ah, kau itu pede sekali. Siapa tau dia fansku.” Ucap lelaki itu pada Seungri. Seungri sendiri hanya mengelus kepalanya yang dipukul.

“Seunghyun hyung (kakak laki-laki), kau bahkan jauh lebih pede dariku.” kesal Seungri pada Seunghyun—lelaki yang memukulnya.

“Aish sudah sudah. siapa namamu? Aku sepertinya mengenalmu.” seorang lelaki dengan mata yang terlihat tertutup itu mendekati Sandara yang terus diam seperti patung.

“Youngbae hyung, kau itu sok kenal sekali.” celetuk seseorang disebelahnya yang ternyata memiliki mata yang hampir sama dengan si Youngbae itu.

Lelaki itu mendekati Sandara. “Aku Kang Daesung. Ah kau pasti sudah tahu, ya hehehe.” Ucapnya sambil cengengesan tidak jelas.

Sementara itu Sandara terus diam dan hanya fokus pada pasangan yang berada paling belakang. Mereka tidak menyadari kalau Sandara tengah menatap mereka karena mereka sangat sibuk bertukar tawa.

“Ji..” Sandara tidak dapat melanjutkan ucapannya. Nafasnya tercekat. Kakinya kembali lemas dan matanya mulai mengabur karena sesuatu menggenang di pelupuk matanya.

Hyung, sepertinya dia ingin menangis.” Bisik Seungri pada Seunghyun. Seunghyun hanya mengangkat bahunya.

Youngbae sendiri berusaha untuk mengingat siapa perempuan dihadapannya ini. ingatannya kembali ketika ia masih sekolah menengah atas. Matanya melebar, dia mengenal perempuan itu. Dengan cepat Youngbae mendongak dan menunjuk Sandara kaget. “kau Sandara, kan?”

Jiyong yang sedang bercanda bersama Chaerin—perempuan dipelukannya—terbelalak. apa ia tidak salah dengar? ‘Sandara’. Nama yang pernah singgah di kehidupannya dan telah Jiyong lupakan.

Jiyong akhirnya sadar jika seluruh teman segrupnya itu berhenti. Dengan perasaan yang tidak enak, Jiyong menoleh ke depan pintu apartement mereka dan matanya seperti hendak keluar.

“Sa-Sandara?” gumamnya kaget. Semua mata kini tertuju pada Jiyong.

Chaerin menatap Jiyong. “Kau mengenalnya?” tanya Chaerin. Jiyong segera melepaskan dirinya dari Chaerin dan mendekati Sandara. Chaerin terlonjak bingung.

Hyung, kau mengenalnya?” tanya Daesung bingung ketika Jiyong berjalan mendekati Sandara.

Sandara sendiri merasakan dadanya dihantam. Bibirnya bergetar. “Ja-jangan mendekat…” ucap Sandara dengan suara bergetar. Ia meremas tangannya sendiri sampai sebuah cairan hangat keluar dari telapak tangannya akibat kukunya yang begitu tajam menembus kulit.

Jiyong merasa dirinya adalah lelaki terbodoh sekarang. Bagaimana bisa ia lupa kalau ia masih memiliki Sandara? Bagaimana mungkin?? Dadanya terasa sesak ketika melihat setetes air turun dari mata kekasihnya itu.

“Ka-kalian masih sepasang kekasih? Kupikir kalian sudah putus.” Celetuk Youngbae sambil menggaruk tengkuknya. Ucapannya itu tidak mendapat tanggapan apapun.

“Ke-kenapa kau ada dis—”

Plak

Entah Sandara mendapat keberanian dari mana, tangannya melayang di wajah Jiyong. Tidak terlalu keras, Sandara memang hanya ingin menyadarkan Jiyong bahwa lelaki itu telah menghianatinya.

Jiyong, Chaerin dan teman-temannya terperangah kaget. “Aku kecewa padamu. Kita putus.”

Akhirnya Sandara mengucapkan kalimat itu. kalimat yang sudah ia tahan sejak 9 bulan lalu hanya karena ia percaya semua janji bodoh dari Jiyong. Apakah ia semudah itu dibodohi? Apakah ia semudah itu dipermainkan? Apakah Sandara benar-benar setolol itu?

Tanpa babibu lagi, Sandara segera berlari meninggalkan apartement Big Bang itu dan turun lewat tangga darurat. Jiyong masih tertegun ditempatnya. Kakinya terasa benar-benar lemas.

Youngbae mendengus pada Jiyong dan mengejar Sandara. Sebenarnya ia, Sandara, dan Jiyong adalah teman sekelas di sekolah menengah atas dulu. Youngbae bahkan pernah menjadi teman sebangku Sandara selama 1 tahun. Sampai akhirnya Jiyong dan Sandara pun menjadi sepasang kekasih, posisi Youngbae pun tergeser oleh Jiyong di samping Sandara. Youngbae juga mendapat tawaran menjadi trainee di YG ketika ia sedang mengikuti kontes menari di sekolah lain. Di YG lah ia bertemu dengan Jiyong. Saat itu Jiyong dan Sandara masih berpacaran. Sampai akhirnya Jiyong tidak pernah mengungkit lagi soal Sandara semenjak mereka debut sampai sekarang. Tidak salah kan kalau Youngbae mengira mereka sudah putus? Bahkan Jiyong sekarang memiliki Chaerin. Jujur saja, Sandara berubah menjadi lebih cantik dan dewasa membuat Youngbae sedikit sulit mengenalnya. Rambut Sandara ketika sekolah dulu tidak sepanjang sekarang dan selalu diikat. Berbeda dengan sekarang.

Youngbae membuka pintu tangga darurat untuk mengejar Sandara. Kakinya terus melompati anak tangga dengan cemas. Bisa saja sesuatu terjadi pada Sandara kan? Selaku sahabat Sandara dulu, Youngbae merasa ia harus berada disisi Sandara sekarang mengingat Sandara adalah anak yatim dan tidak memiliki siapapun untuk meluapkan emosinya.

Baru saja Youngbae akan kembali menuruni anak tangga, langkahnya terhenti karena sebuah siluet yang meringkuk di sebuah anak tangga yang berada 5 meter didepan. Youngbae mengenal siapa orang itu. Sandara.

Youngbae sangat ingin mendekati Sandara. Tapi ia sadar sekarang, Sandara perlu sendiri, ia tidak butuh siapapun sekarang. Youngbae memutuskan untuk mendudukkan dirinya di sebuah anak tangga dan memperhatikan Sandara yang sedang terisak dengan begitu dalam.

*

Sandara berlari meninggalkan Jiyong menuju tangga darurat dan menghilang dibalik pintu. setelah tersengar bunyi bedebam pintu yang cukup nyaring, air mata Sandara turun dengan sangat deras setelah ia menahannya mati-matian didepan Jiyong tadi. Ia tetap tidak mau Jiyong melihatnya menangis. Ia tidak mau terlihat lemah. Walau pada akhirnya setelah yakin kalau Jiyong tidak melihatnya lagi, barulah Sandara menangis dengan begitu menyakitkan. Mengeluarkan seluruh amarahnya.

Bruk

Sandara terduduk disebuah anak tangga karena kakinya sudah benar-benar lemas. Sandara benar-benar hancur sekarang. Dimana seluruh janji yang Jiyong beri padanya? dimana seluruh kepercayaan yang Jiyong beri padanya? dimana seluruh tawa yang Jiyong beri padanya? dimana seluruh cinta yang Jiyong beri padanya?

Sandara benar-benar tidak percaya bahwa Jiyong begitu mudah melupakannya. Sandara mencoba untuk bersabar, memang tidak begitu lama, tapi itu sudah cukup membuatnya menderita. Jiyong yang selalu ia andalkan, Jiyong yang selalu ia banggakan, Jiyong yang selalu percayai, Jiyong yang selalu ia sayangi.. semuanya hancur.

Wae (kenapa) Jiyong-ah.. Wae..? Kenapa kau lakukan ini padaku? Hiks hiks..” Sandara merasakan bibirnya bergetar kuat. Ia meremas hoodienya itu untuk mengalihkan getaran tubuhnya.

“Kenapa semudah itu kau melupakan janjimu?” lirih Sandara pelan. ia meremas bagian jantungnya berada. Terasa berdenyut disana.

“Ka-kau bilang hiks hiks kau tidak akan meninggalkanku.. Jiyong-ah, wae?”

“Apa kau tidak mencintaiku lagi?”

“Apa aku sudah tidak penting lagi untukmu?”

“Apa aku tidak cukup untukmu..?”

Wae Jiyong..?”

Wae?”

“Kau tau hiks betapa sulitnya aku menunggumu seorang diri seolah kau pasti akan datang padaku.. tapi..”

“Aku tidak mengerti Jiyong. Aku tidak bisa mempercayaimu lagi.. hiks hiks..”

“Kenapa kau lakukan hal ini?”

“Tidak sadarkah kau kalau aku benar-benar tersiksa?”

“Kenapa aku harus mencintaimu?”

Wae..? hiks..”

“Kau brengsek. Kau adalah lelaki paling brengsek Kwon Jiyong!”

“Tidak taukah kau kalau Sandara menunggumu?!”

“Tidak taukah kau kalau Sandara menjadi orang tolol karenamu?!”

“Tidak taukah kau kalau Sandara benar-benar mempercayaimu semua omong kosongmu?!”

“Tidak taukah kau kalau Sandara benar-benar mencintaimu?!”

“Tidak taukah kau..? hiks hiks..”

YAK KWON JIYONG, KENAPA KAU MENGHIANATIKU?!!”

Jeritan 3 oktaf Sandara membuatnya benar-benar terlihat menyedihkan. Sandara sudah tidak mampu lagi menahan seluruh amarah dan kekecewaannya pada Jiyong. Ia telah menunggu Jiyong. Ia mencoba untuk tidak menangis. Ia percaya kalau mungkin Jiyong sibuk sehingga tidak bisa menghubunginya. Ia bertahan karena janji Jiyong yang berkata tidak akan meninggalkan Sandara. Dan Jiyong menghancurkan semuanya.

Bahu Sandara naik turun dengan hebat bertanding dengan isakan dari bibir tipisnya yang sudah tidak teratur dan membuatnya sedikit sesak nafas. Dadanya terasa dipompa. Tapi itu tidak menghalanginya untuk terus mengeluarkan air matanya. biarlah hari ini ia menangis. Mengeluarkan seluruh kemarahannya.

“Aku bodoh hiks hiks.. aku sangat bodoh mempercayaimu..” ucapnya disela isakannya yang makin membesar. Tangannya mulai memukul kepalanya sendiri dengan cukup keras. Sandara merasakan air matanya mengalir makin deras seolah tidak akan berhenti.

Sandara menghentikan aktivitas memukulnya itu dan meremas rambut cokelatnya sendiri upaya menghentikan rasa sakit dihatinya. Bisakah ia mati saja? Bisakah ia melupakan semuanya? Bisakah ia mengalami amnesia saja? Asal bisa membuat Jiyong pergi dari pikiran dan hatinya, Sandara akan melakukan semuanya.

Tangan mulusnya mulai bergerak menutup wajahnya sendiri. Membenamkan wajahnya disana seakan ingin mendengar isakannya sendiri. Tidak pernah ia merasa sesakit ini. Apa ini yang disebut patah hati? Kenapa rasanya begitu sakit? Kalau tahu, Sandara tidak akan pernah mau merasakan apa cinta itu.

Jiyong lah yang memberitahunya apa cinta itu. Jiyong lah yang memberinya rasa cinta itu. Jiyong lah yang membuatnya tau cinta itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. benar-benar merusaknya.

Sandara menikmati setiap isakannya. Mungkin ini adalah seluruh air mata yang ia tahan demi Jiyong. Demi Jiyong yang dengan tidak tau dirinya membuat semua pertahannya retak dan hancur berkeping-keping.

Sandara terluka. Sangat dalam.

Semua karena Jiyong.

Karena ia mencintai lelaki itu.

Dan akhirnya terluka karenanya.


 to be continue…


Jangan lupa tinggalin jejaknya ya~ hengsho #applers !

1|2|3|4|5|6-end

56 thoughts on “Stay With Me (4/6)

  1. huwaa 😥
    jujur thor aku smpe nangis bca part ini #lapingus #lebay
    aku kesel , kecewa sma jiyong , pngen bnget tuh aku mutilasi si jiyong 😦

  2. Sedih banget
    Jahat banget jiyong menghianati dara
    CL lagi orang ketiganya
    Aigoo…jahatnyaa jiyong sampe mengingkari janjinya sendiri

  3. Yahhh nangis dehh😭😭 nggak bisa bayangin gimana kalo aku diposisinya dara unnie yang dikhianati gitu. Kok bisa sih jiyong ngelupain dara unnie gitu? jahaatt😭😭😭

  4. Aqu ikutan nangis .😭😭
    Ji ppa gga tau diri pisan .pas susha dar unie sllu ada .pa udh jadi idol aja lupa gtu aja ma unie .
    Keuheul dda .😈😈

Leave a comment