Rasa yang Tertinggal (Short Fic)

daragon manip

Author : Gadizs
Cast : Daragon

Yupz…ada kiriman FF lagi hari ini, kali ini dari si Gadizs >>> Gomawo Ne, dah ikut meramaikan Blog DGI >.<. Kami dengan senang hati menerima dan langsung mempostx kekekeke. So…bagi para Readers, happy reading. Hengsho. ^^

Just Dara Pov

***

Kami duduk terdiam, bersebelahan dan aku merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang sangat kurindukan….memori masa SMA.

“Aneh, ya?” Tanyanya sambil terus menatap ke papan tulis, sementara aku memandang wajahnya.

“Hmm?”

“Kita ini aneh, sudah tidak bertemu selama empat tahun, begitu bertemu kita bertemu disini. Padahal, kita janji ketemu di kafe seberang kan?”

Aku tersenyum sambil memandang jendela-jendela kelas yang terbuka lebar. Empat tahun lalu, ketika aku kelas II SMA, ini adalah kelasku. Kursi yang kududuki sekarang, dulunya adalah kursiku dan jiyong yang duduk di sebelahku sekarang, dulunya adalah ketua kelasku, teman sebangkuku, sekaligus teman baikku.

“Aku rindu masa lalu.” Ucapku pada Jiyong. senang rasanya mengingat kembali masa-masa SMA yang tak terlupakan. “Aku ingat waktu kita pertama kali bertemu. jujur aku bingung sekali mengapa orang sepertimu bisa diangkat jadi ketua kelas. Kau selalu datang terlambat, tampangmu seperti orang bangun tidur. Selalu lupa mengerjakan tugas rumah, bahkan terkadang suka membantah guru walaupun kamu yang salah.”

Jiyong tertawa kecil mendengar celotehanku. “Itu karena nilai raporku baik, makanya aku diberi kesempatan memperbaiki diri.”

Angin sepoi-sepoi yang berhembus seolah membawa aura masa lalu, perlahan memori itu muncul ke permukaan terlihat dan terasa jelas di mataku.

Flashback***

Suasana kelas terasa sangat bising, bel tanda masuk kelas sudah berbunyi, namun anak-anak masih sibuk di luar kelas. Lalu, tergesa-gesa Jiyong menyeruak masuk ke kelas, dan langsung duduk di kursi sebelahku.

“Nyaris saja.” Ujarnya pada diri sendiri. nafasnya sedikit ngos-ngosan. sepertinya dia berlari sepanjang gerbang sekolah menuju ke kelas.

“Seharusnya kau datang lebih pagi.” Saranku padanya. Sekejap, Jiyong seperti terkesiap. Namun sedetik kemudian, dia tersenyum dan mulai memasang tampang cool-nya yang biasa. dia tak menanggapi ucapanku dengan serius dan tak pernah di tanggapinya.

Jiyong selalu baik padaku, dia selalu menjadi orang pertama yang menyadari kondisi dan perasaanku. Ketika aku menangis karena ulangan matematikaku mendapat angka 5, dia menungguku sampai aku puas menangis. Lalu dia memberikan saputangannya padaku dan menawarkan diri untuk menjadi guru privat gratisan.

Jiyong itu baik, selalu baik…teman terbaik, hanya itu atau lebih tepatnya. ‘kupikir’ hanya sebatas itu. Sampai suatu hari…di hari kenaikan kelas, dia ingin berbicara berdua saja denganku.

“Naik kelas!” Seruku riang. “Kau peringkat berapa? Hei! Kenapa muram begitu?Rapormu tak sebagus yang kau inginkan?”

“Raporku baik. seperti biasa, juara satu.” Sahut Jiyong dengan tenang.

“Lalu, kenapa mukamu muram begitu?”

“Aku ingin bilang…….sampai jumpa.” Ujar Jiyong pelan.

“Eh?”

“Aku….melanjutkan kelas III di luar negeri, Dara. Appaku di pindah tugaskan. Jadi…..aku juga ikut pindah.”

Angin berhembus pelan, membawa aroma rumput….perlahan, mataku mulai terasa panas. aku tahu air mataku akan segera menetes.

“Jahat!” Ucapku keras.

“Hah?” Jiyong terlonjak kaget.

“Sejak kapan kau tahu akan pindah? Sudah lama kan? Kenapa tak bilang dari dulu?Aku….aku….aku tak rela, Jiyong! Selalu kau yang baik padaku. aku tak pernah sempat membalas apa-apa, aku tak pernah memberi apapun!” Air mataku sudah menggenang di pelupuk mata, mengaburkan pandanganku…yang kutahu hanyalah Jiyong masih di depanku. Lalu ketika aku terisak, untuk pertama kalinya Jiyong memelukku.

“Sssttt….jangan menangis Dara. kamu adalah hal yang terbaik yang kumiliki selama dua tahun ini. Kamu tak perlu memberi, karena memang aku tak pernah meminta.”

“Kalau begitu, mintalah sesuatu.” Ucapku sambil melepaskan pelukan jiyong.

Jiyong terlihat berfikir sebentar. “Jangan pernah lupakan aku, sekalipun kita jauh. Sekalipun kau punya teman baru yang jauh lebih baik dariku. sekalipun kau…..sudah punya pacar.”

flashback end

***
Aku mengerjap, memaksakan diri untuk kembali ke masa sekarang dan mengamati Jiyong sekilas. Jiyong yang sekarang memang lebih tinggi dari Jiyong yang dulu. tapi sepertinya, dia tetap Jiyong yang sama.

“Sebenarnya, kita janjian bertemu di kafe, setengah jam lagi. Tapi, kenapa kamu di sini?” Jiyong bertanya sambil membaca coretan di meja.

“Ya, memang begitu. Aku kangen sekolahku.” Jawabku sambil membaca coretan di meja.

“Tempat ini berharga bagiku. tempat yang ingin aku kenang seumur hidupku. kau sendiri, kenapa di sini?”

Sama seperti empat tahun lalu, Jiyong berfikir dulu sebelum menjawabku.

“Karena sekolah ini mempertemukan aku dengan orang yang berharga dalam hidupku.”

“Orang itu aku…iyakan?” Tanyaku tanpa malu-malu.

“Menurutmu?”

“Pasti aku.”

“Nih.” Jiyong menyodorkan kertas kecil padaku.

“Baca kalau sudah di rumah.”

Perjalananku menuju rumah terasa sangat lama, aku duduk gelisah di dalam bus. Berkali-kali kutahan diriku agar tak membuka ataupun mengintip surat itu sebelum tiba di dalam kamarku. Dan begitu sampai di rumah, secepat kilat aku lari ke dalam kamar dan menguncinya. Dengan berdebar-debar, kubuka surat itu.

30 MEI 2008
Aku sayang kamu, Dara
Mau jadi yeojachinguku?
Diiringi cinta dan kasih sayang
-jiyong-

Jantungku berdebar semakin kencang, segera kuraih ponsel dan menelponnya. Suara “Yeobseyo” Jiyong terdengar pelan.

“Itu empat tahun yang lalu-” Bisikku pelan tanpa basa-basi.

“Ya…….”

“Apakah masih berlaku?” Tanyaku. Jiyong tak langsung menjawab, perasaanku langsung gundah, cemas…aku mulai jalan mondar-mandir. “Jiyong?”

“Aku………Saranghae, Dara. Mau jadi yeojachinguku?” Suara jiyong terdengar seperti nyanyian dari surga.

“Yes I do…nado saranghae, Jiyong.”

END

Note Author : #okech…..selesai hmmmm….sebenernya ini bukan hasil karyaku,ini aku sadur dari kumpulan cerpen……kekekekeke. #mianhae *bow 90*

29 thoughts on “Rasa yang Tertinggal (Short Fic)

Leave a comment