THE PROTECTOR [7] : Trouble With The Boys – 1

protect copy

Author :: Rachi
Length :: Chapters

 

Annyeong ^_^
Mianhae mianhae mianhae, baru bs update sekarang, pekerjaan sya lagi bnyak T_T jadi updatenya gk bs cepet2 kyk biasanya. Dan krn hawanya kalau malam serasa di Puncak, jadi bawaannya pengen tidur ajah, hohoho…
Msh ingatkah chingu sma jln ceritanya? Mdh2an msh yah, hehe..
Met reading…

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Hey, Ji?

Seunghyun menggoyang-goyangkan tubuh Jiyong yang matanya masih tertutup rapat dan terbaring lemah di kamar inap salah satu rumah sakit. Sesaat setelah Jiyong tertembak, Dara segera menghubungi Seunghyun dan Youngbae yang langsung memutar balik mobil mereka kembali ke restaurant. Dari pemeriksaan dokter di rumah sakit, Jiyong mengalami dua kali luka tembak di bagian perut. Untungnya tembakan itu tidak sampai mengenai ginjalnya.

“Ini aku, TOP dari Bigbang. Apa kau mendengarku? Yuhuuu..?” tanya Seunghyun yang mendapat pukulan dari Youngbae di lengannya

“Jika kau tidak bangun-bangun, aku akan menyanyikan lagu untukmu. BOOM! Shakalaka! BOOM! Shakalaka! BOOM! Shakalakaaaaaa…!“

“Hyung,  diruangan ini hanya ada kita bertiga. Nyanyianmu sangat menusuk telingaku.” Youngbae menutup telinganya erat-erat mendengar nyanyian aneh Seunghyun.

“Ssstt, diam. Youngbae, kenapa dia tak sadar-sadar juga?” Seunghyun menepuk-nepuk kedua pipi Jiyong dengan kedua tangannya dan mencubitnya beberapa kali. Tak mendapat respon dari Jiyong yang tertidur, ia memainkan wajah Jiyong dengan cara menggerak-gerakkan pipinya ke atas dan ke bawah seperti adonan kue.

“Hyung, hentikan itu!” Youngbae mencoba menghentikan kelakuan absurd Seunghyun yang makin lama makin aneh.

“Hehe, wajah Jiyong saat tidur lucu sekali. Yongbae, Bagaimana kalau dia kucium saja?”

“Apaa?!”

Seunghyun menutup mata sambil memonyongkan bibirnya. Saat jarak wajah mereka semakin dekat, sesosok tangan menutup seluruh wajahnya. “Berani mendekat, aku akan menceburkanmu ke dalam sungai hyung.” Jiyong berkata dengan suara parau dan matanya masih terpejam.

“Ji, akhirnya kau sadar juga!?”

“Karena suara anehmu menganggu tidurku.”

“Hehehe. Maafkan aku. Lalu bagaimana keadaanmu sekarang?

“Kepalaku sedikit pusing. Apa yang terjadi setelah aku tertembak hyung?”

“Kau pingsan Ji.” Youngbae duduk di samping tempat tidur tempat Jiyong berbaring. “Apa yang kau ingat terakhir kali?” tanyanya.

“Seingatku aku dan Dara sedang berada di parkiran mobil dan bersiap pulang. Setelah aku memakaikan sabuk pengaman pada Dara, aku kembali ke kursi pengemudi. Dan saat membuka pintu, aku mendengar suara letusan pistol dan merasakan sakit di bagian perutku sebelah kanan. Terakhir kali kuingat aku sudah terkapar disamping ban mobil dengan perut berdarah.” Sambil tiduran Jiyong melihat tangan kirinya terbalut infusan dan luka diperutnya sudah dibalut perban.

“Apa kau tahu siapa yang menembakmu Ji?” tanyanya lagi.

“Aku tidak yakin. Yang kulihat ia seorang pria dan mengendarai mobil sport merah.” Jiyong beranjak bangun dari tidurnya. “Untung saja kau bisa selamat Ji. Aku sudah melapor pada Inspektur Han. Mereka akan segera mengurus kasus ini. Lebih baik kau beristirahat disini dulu.” Ucap Youngbae

“Mana Dara?” Jiyong melihat sekeliling dan hanya mendapati mereka bertiga di dalam ruangan. Tak tampak keberadaan Dara dan Bom.

“Jangan khawatir dia aman.” Jawab Seunghyun.

.

“Apa dia baik-baik saja?”

“Dia bersama Bom.” Jawabnya lagi.

“Tak terjadi sesuatu dengannya kan?”

“Yah! Ada aku didepanmu, kenapa kau malah menanyakan dia sih?” ucap Seunghyun ketus sembari mengerucutkan bibirnya.

“Hyung, dia masih menjadi tanggung jawabku sampai kasus ini selesai.” Kata Jiyong santai.

“Hmm, apa kau yakin dia hanya sekedar ‘tanggung jawabmu’ saja?” Goda Seunghyun.

“Ya. Kenapa?”

“Tidak kenapa-kenapa. Sudahlah. Sebentar lagi Dara akan datang.”

***

Sandara POV

Aku berjalan di koridor rumah sakit bersama Bom dan para polisi Busan yang mengawalku di belakang. Kami baru saja membeli makan siang untuk Jiyong. Aku berharap ia menyukai makanan yang aku beli. Semalaman tidurku tak tenang. Masih terbayang dengan jelas di kepalaku bagaimana Jiyong ambruk didepanku. Kalau saja waktu itu aku tak marah padanya hanya gara-gara pertengkaran kami yang tak penting, mungkin hal seperti ini tak perlu terjadi. Aku tak berhenti menangis saat menunggu Jiyong dioperasi untuk mengeluarkan proyektil peluru yang bersarang di perutnya. Saat membuka pintu, aku mendengar suara Seunghyun dan Youngbae yang sedang berbicara dengan Jiyong. Tanpa aba-aba dari otakku, tubuhku secara refleks berlari kencang menuju Jiyong dan memeluknya sangat erat.

“JIYONG!!!”

Aku berlari sambil berteriak dan membenamkan wajahku ke dadanya. Tak peduli dengan bungkusan makanan yang terjatuh dari tanganku.

“Maafkan aku, hiks, hiks, hiks, seharusnya aku menuruti perkataanmu. Aku janji tak akan mengulanginya lagi.” Kataku. Jiyong mengusap-usap punggungku dengan tangan kanannya. Lalu tangannya bergerak ke pinggangku dan menarikku dalam pelukannya. Tanpa sadar kami berpelukan makin erat.

“Uhukk, uhuk, apa kalian sudah selesai?” tanya Seunghyun pura-pura terbatuk.

Seketika aku tercekat mendengarnya. Aku lupa bahwa di ruangan ini ada banyak orang. Aku tak berani menengok ke belakang dan masih membenamkan wajahku di dada Jiyong. Apa yang harus kulakukan?! Berpikir Dara, berpikir. Aku memang sangat mengkhawatirkan kondisi Jiyong saat ini tapi aku tidak mau mereka berpikir bahwa diantara kami ada hubungan istimewa.

 

“Bagaimana lukamu Ji?” akhirnya aku memberanikan diri bertanya padanya dengan mendongakkan kepala menatap matanya. Jiyong tersenyum.

“Sudah lebih baik. Maaf, seharusnya aku yang menjagamu tapi malah aku yang tertembak.” Ujarnya mengelus-elus rambutku. Tangan kirinya masih tergeletak di sisi tempat tidur dengan selang infus di pergelangan nadinya.

“Ji, aku pergi dulu, aku ada urusan sebentar.” Seunghyun melihat jam di tangannya. Ia mengambil jas di kursi dan memakainya dengan tergesa-gesa.

“Kau mau kemana hyung?” tanya Jiyong.

“Aku ada janji dengan seorang teman.” Jawabnya.

“Seunghyun, kau mau kemana? Mau kutemani?” kata Bom tiba-tiba muncul dari arah belakang.

“TIDAKKK!!? Maksudku tidak terima kasih Bom, aku bisa sendiri.” Jawab Seunghyun dengan canggung. Ia buru-buru keluar ruangan setelah berpamitan dengan Dara dan Youngbae. Sedangkan Bom terlihat kebingungan.

***

Di ruang rawat inap yang sepi ini hanya tinggal aku dan Jiyong. Setelah Seunghyun pergi, Youngbae pergi menemui suster untuk menanyakan kondisi terakhir kesehatan Jiyong. Bom ikut bersamanya. Para polisi Busan masih berada di markas untuk bertemu dengan Inspektur Han. Setelah kejadian pelukan tadi, kini kami menjadi canggung. Kulihat Jiyong hanya memainkan tali infusnya. Dan aku? Sejak tadi aku hanya menunduk menatap lantai rumah sakit. Dadaku berdebar kencang sekali. Apa karena pelukan tadi? Ah tidak, tidak, jangan berpikir yang macam-macam Dara. Itu hanya pelukan biasa. Pikiranku bercampur aduk hingga tidak mendengar ucapan Jiyong yang sedari tadi memanggilku.

“Dara… Dara…?”

“Uh-ohh, ya?”

“Apa kau melamun?”

“Ti-tidak.” Ughh, kenapa aku mendadak gelagapan. Jiyong menyeringai melihatnya.

“Apa ada yang bisa kubantu?”

“Hmmm. Bisakah kau ambilkan handuk kecil di lemari itu?” Jiyong menunjuk sebuah lemari kecil di sebelah ranjang rumah sakit. Aku membuka kunci lemari itu dan mencari handuk kecil yang ia ingin gunakan. Aku sedikit terkejut mendapati pistol di dalam handuknya.

“Untuk apa handuk kecil ini Ji?” tanyaku.

“Aku ingin mencuci muka, membersihkan aura-aura aneh yang Seunghyun hyung berikan padaku lewat sentuhan tangannya.” Jawab Jiyong sekenanya. Aku hanya tertawa mendengarnya.

“Biar kubantu.”

Aku membawa handuk dan sebuah baskom kecil ke dalam toilet. Mengisi baskom dengan air hangat dan duduk di hadapannya. Jiyong duduk dengan kaki masih di ranjang dan mengenakan piyama rumah sakit. Aku memeras handuk kecil yang sudah dibasahi air hangat dan perlahan mengusapkannya ke wajah Jiyong. Tangan kananku memegang handuk dan tangan kiriku memegang baskom agar tidak jatuh. Aku mulai mengusap dari mata, hidung, pipi hingga dagunya. Ketika sampai di bibirnya, aku menelan ludah. Bagaimana mungkin seorang Piccolo mempunyai bibir yang merah?! Damn it. Dan entah apa yang merasukinya karena ia tidak banyak bicara seperti biasanya. Ia hanya menatapku dari tadi dan itu yang membuatku takut.

“Apa ada sesuatu diwajahku?” tanyaku.

Dia hanya diam.

“Kenapa kau memperhatikanku dari tadi?” tanyaku lagi.

Dia masih tak menjawab. Tiba-tiba, wajahnya mulai mendekat dan memperpendek jarak diantara kami. Aku berhenti mengusap. OH MY GODDDD!  Sebenarnya apa yang akan ia lakukan? Jangan bilang kalau dia akan menciumku. Apa dia mau menciumku?? Kyahhhh!!

Tanpa sadar kedua mataku sudah tertutup rapat. Tangan kiriku mengenggam erat baskom yang ada di pangkuanku. Sedangkan tangan kananku, mengepal keras handuk kecil tadi. Aku merasakan nafasnya sudah berhembus di depan hidungku. Aku menunggu. Dan menungggu. Namun tak ada satupun ciuman yang datang. Akhirnya aku membuka mata dan mengejapkan mata berkali-kali. Kulihat Jiyong memiringkan kepalanya ke kiri.

“Dara, kau punya lingkaran hitam di bawah matamu.”  Dengan perkataan itu, ia menarik kembali tubuhnya dan mengambil handuk kecil dari tanganku. Apa dia baru saja mempermainkanku? Arrgghhh, PICCOLOOOO!!! Stop teasing me!!

Aku memukul dadanya hingga ia berteriak kesakitan. “Ouwchh, apa yang kau lakukan?” tanyanya sambil mengelus-elus dadanya yang kupukul pelan. Aku melengos ke samping mendengar ucapannya. Jiyong meletakkan handuk dan baskom di atas meja sebelah ranjang tidurnya. Ia menarik pinggangku dengan sekali tarikan hingga tubuhku kini menempel rapat pada tubuhnya.

“Ji-Jiyong..?” kataku dengan kedua tangan kuletakkan didepan dadanya. Aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya namun kurasakan dia justru semakin mendekapku kian erat. I’m trapped!!

“Kali ini aku serius.” Ucapnya sembari menatap bibirku. Tak lama kemudian, aku merasakan sepasang bibir sudah menempel ke bibirku. Eotteoke? Eotteoke? Aku tidak bisa berpikir. Aku sedikit ragu apakah akan membalas ciumannya atau tidak. Tapi bibirku berkata lain. Aku sudah membalas ciumannya, oh my god… Saat ia akan memiringkan kepalanya, tiba-tiba,

PRANGGGG

***

Seunghyun POV

“Ada yang bisa kubantu Tuan Choi?” Dokter Cho bertanya padaku sambil membetulkan kacamatanya yang sedikit miring.

Aku mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya sekaligus. Gugup. Itu yang kurasakan saat ini. Sebenarnya aku tak ingin kemari tetapi makin lama ‘penyakit’ yang ku derita makin parah dan aku tak mau menjadi headline di surat kabar besok pagi bahwa aku, Choi Seunghyun, salah satu anggota tim SWAT terbaik di Korea dikabarkan sakit parah dan tidak bisa memenuhi tugas negara karena satu penyakit mematikan, yaitu mimisan. HAAA. Aku memutuskan untuk menemui seorang dokter kenalan ayahku. Ia dapat kupercaya. Tak mungkin ia akan membocorkan rahasia pribadiku. Aisht, aku mengesampingkan rasa malu dengan datang kesini. Bahkan aku tak bilang pada Jiyong dan Youngbae. Jika mereka tahu aku kesini, mereka tak akan berhenti untuk mengolok-olokku.

“Uhmm, Dokter Cho, aku punya penyakit yang cukup mengangguku.”

“Katakan saja.”

“Setiap kali aku melihat seorang gadis, hidungku pasti mimisan. Itu terjadi bukan hanya sekali tapi berkali-kali, Dok.” Kataku dengan serius.

“Apa wajahnya sangat menyeramkan?” tanya Dokter Cho.

Aku memikirkan wajah Bom. Dia jauh dari kata buruk, bahkan wajahnya sangat putih bersih. Aku menggeleng menjawab pertanyaan Dokter Cho.

“Apa dia punya penyakit kulit di tubuhnya?” tanyanya lagi.

Aku kembali memikirkan Bom. Tubuhnya sangat padat, berisi dan ehemm, sexy. Dlihat sekilas pun orang-orang pasti berpikiran Bom sangat menjaga kesehatannya. Bahkan kulitnya sangat mulus. Aku menggeleng lagi.

“Apa hanya pada gadis itu hidungmu selalu mimisan?” Aku mengangguk-angguk.

“Ya. Mimisanku makin deras mengalir jika wanita itu memakai rok mini dan baju tanpa lengan.” Aku  antusias bercerita. Dokter Cho menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari melepas kacamatanya. Ia terkekeh pelan. Sepertinya ia tahu apa yang menyebabkan aku mendapat penyakit ‘aneh’ itu.

“Benarkah?”

“Hu-uhh..” Aku mengangguk-anggukkan kepalaku seperti anak kecil.

“Apa kau pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya?” Dokter Cho menaruh pulpen ke mejanya.

“Hmmmm…?” Aku berusaha mengingat kejadian yang sama persis dengan yang kualami dulu.

“Sebenarnya pernah dok.  Saat aku pertama kali bertemu dengan tunanganku beberapa tahun yang lalu. Kejadiannya hampir sama seperti ini. Tapi apa hubungannya dengan hal ini dok?” tanyaku penasaran. Dokter Cho mengambil pulpennya kembali dan mulai menulis sesuatu diatas kertas yang ia ambil dari mejanya. Lalu kertas itu ia berikan padaku.

“Tuan Choi, tugasku sebagai seorang dokter adalah membantu meringankan sakit si pasien, baik dengan obat maupun dengan nasehatku. Tapi untuk kasus semacam ini, sepertinya kau salah memilih dokter.” Ujar Dokter Cho.

“Apa maksudmu dok?” tanyaku kian penasaran.

Dokter Cho menggoyangkan telunjuknya menandakan bahwa di kertas itu tertulis nama seseorang yang ia yakin orang itu adalah orang yang tepat untuk mengatasi ‘penyakit’ yang kualami.

“Dia kenalanku dan salah satu dokter terbaik di bidangnya. Kau bisa berkonsultasi dengannya. Setiap sore, ia membuka praktek dirumahnya. Aku sarankan kau segera menemuinya Tuan Choi.” Ujar Dokter Cho sambil memakai kacamatanya kembali.

Aku mengamati tulisan di kertas itu dan membacanya dalam hati. dr. Kim Hee Chul, Psikolog dan Ahli Hipnotis.

 ……………………………………………….

– to be continue –

<< Back Next >>

69 thoughts on “THE PROTECTOR [7] : Trouble With The Boys – 1

  1. omoooo jiyong cium dara waw tapi tiba tiba ada apaa yaa?? penasaran .
    wkwkwkwk ngakak baca part nya top sumpah cuma liat bom aja mimisannya kayak udh kebanjiran darah wkwkk 😀

  2. Jiyong sama dara makin deketnih………………prok prok prok
    Ada hee chul….pasti balkalan nambah seru and rame nih cerita.

Leave a comment