Wonderfully Stupid #2-End [Twoshoot]

WS

Author : Reni Bintang

Anyeong readers-nim 😘😘😘
Happy reading !!!!

Jiyong Pov

Ini sudah hari kesepuluh aku menjalani taruhanku dengan Dara dan bisa aku bilang peluangku untuk menang sepertinya bertambah banyak karena sudah beberapa hari ini Dara memperlakukanku dengan lebih baik, dia masih sering mengomeliku tapi tidak sepedas omelannya sebelum aku menawarkan taruhan ini dan yang lebih penting Dara sekarang mulai menerima ajakanku untuk pergi berdua setelah sesi mengerjakan tugas berakhir. Kemarin aku dan dia pergi ke sebuah kafe dan disana kami banyak mengobrol tentang dia yang sebenarnya sudah banyak aku ketahui -apapun tentang Dara pasti aku tahu- dan juga tentangku dan keluargaku. Aku senang karena bisa berbagi cerita dengan Dara itu seperti aku diberi kesempatan kedua untuk hidup lagi.

Sekarang aku dan Dara sedang makan disebuah warung yang menjual beberapa makanan ringan dan ramen. Dara tentu saja memesan ramen karena itu adalah makanan kesukaannya sedangkan aku memesan ceker ayam pedas kesukaanku.

“kau serius tidak ingin makan ini?” tanyaku kepada Dara sambil menyodorkan sepotong ceker ayam kepadanya yang dia balas dengan memandang jiji kepada ceker ayam itu.

“jauhkan itu dariku.” Katanya sambil memundurkan tubuhnya. “itu menjijikan.” Sambungnya sambil bergidig.

“ini makanan terlezat.” Kataku sambil memakan ceker ayam yang aku pegang. Dara duduk tegak lagi lalu kembali menyantap ramen yang ada dihadapannya. “kau benar-benar harus coba ini.”

“aku tidak akan pernah mau mencobanya.” Katanya dengan mulut yang penuh ramen. “aku heran kenapa orang-orang suka memakan kaki ayam.” Sambungnya.

“kau bisa bilang seperti itu karena kau tidak pernah mencobanya.” Kataku yang masih mengunyah. “aku yakin pasti kau akan ketagihan setelah tahu bagaimana dahsyatnya rasa ceker ayam ini.” Kataku sarkas yang dia balas dengan kembali bergidig.

“jangan coba-coba kau memintaku untuk memakannya.” Katanya yang aku balas dengan tertawa kemudian mengangguk menyerah karena Dara susah sekali untuk di provokasi.

“Dee.” Kataku setelah agak lama.

“huh?” balasnya yang masih sibuk dengan ramen panasnya. Aku tersenyum karena Dara akhirnya menjawab saat aku memanggilnya dengan nama panggilan yang aku buatkan untuknya.

“kau mau kemana setelah ini?” tanyaku.

“ya sudah pasti pulang. Dasar bodoh.” Katanya tanpa melihatku.

“aku harus membeli sesuatu di toko buku. Kau tidak keberatan menemaniku sebentar?” tanyaku. “aku akan mengantarmu setelah buku yang aku cari ketemu.” Sambungku, dia mengangguk tanpa melihatku.

“Jiyong boleh aku meminjam ponselmu?” tanyanya tiba-tiba setelah sebelumnya melihat ponselnya. Aku menyerahkan ponselku kepadanya. “aku akan menghubungi eomma karena aku akan pulang telat, ponselku mati jadi apa boleh aku menelpon eommaku dengan ponselmu?” tanyanya yang langsung aku balas dengan anggukan. Dia tersenyum kemudian langsung menelpon rumahnya dan memberitahu mereka bahwa dia akan pulang telat. “terimakasih.” Ujarnya setelah menutup telpon dan mengembalikan ponselku.

“kau harus membayarnya nanti.” Kataku sambil menerima ponselku yang dia ulurkan.

“dasar perhitungan.” Katanya sambil mendengus yang aku balas dengan tertawa karena senang menggoda Dara. “Ji.” katanya tiba-tiba sambil melihatku. “apa kau sudah menghafal semua yang akan kita presentasikan nanti?” tanyanya kepadaku. aku mengangguk lalu tersenyum yang membuatnya mengerutkan keningnya. “kenapa kau tersenyum seperti itu?” tanyanya curiga.

“aku hanya senang karena kau memanggilku seperti itu.” Ujarku.

“aku?” tanyanya sambil menunjuk dirinya dengan jari. “memangnya aku memanggilmu apa?” tanyanya lagi.

“iya kau baru saja memanggilku Ji dan cuma kau yang memanggilku seperti itu.” Ujarku yang dia balas dengan gelengan mengelak.

“wah kau pasti mengada-ada.” Katanya sambil berdecak. “mana mungkin aku memanggilmu seperti itu.”

“Dan Dara kau tadi menyahut saat aku memanggilmu Dee.” Kataku lagi sambil tersenyum. “apa sekarang kau sudah mengizinkanku untuk memanggilmu seperti itu?” tanyaku.

“Wah pasti kau benar-benar sudah gila. mana mungkin aku menyahut saat kau memanggilku dengan panggilan yang kau berikan.”

“berhentilah mengelak.”

“aku tidak mengelak. Aku memang tidak melakukannya.”

“wah lain kali aku harus merekamnya supaya kau tidak bisa mengelak lagi.” kataku sambil berdecak karena Dara terus mengelak.

“rekam saja semua percakapan kita.” katanya santai. “kau bisa mendengarnya saat kau merindukanku nanti karena setelah tugas ini dan taruhan kita berakhir maka kau tidak akan bisa lagi mendengar suaraku.” katanya kemudian menjulurkan lidah.

“tapi kenapa aku punya firasat bahwa kau yang akan selalu merindukanku nanti?”

“aku merindukanmu?” tanyanya sambil sedikit tertawa. “berhentilah bermimpi dasar namja gila.” Ujarnya lagi.

“aku bahkan mendengar nada keraguan saat kau mengatakannya barusan.”

“kau sudah mulai berdelusi.” Kata Dara lagi. “aku tidak mungkin jatuh cinta kepadamu. Aku tidak akan pernah. Harap catat itu.” Sambungnya.

“jangan percaya diri dulu Dara.” kataku sambil tersenyum meledeknya. “masih ada waktu empat hari untukmu menyadari bahwa kau mungkin sudah jatuh cinta kepadaku.”

“otakmu pasti sudah rusak karena terlalu banyak makan kaki ayam itu.” Kata Dara yang aku tanggapi dengan mengedikkan bahuku.

“siapa yang tahu.”

Dara Pov

Sialan sialan sialan. Dasar namja gila sialan. Dia berani sekali mengambil kesempatan saat aku sedang tidak fokus. Tadi saat dia mengantarku ke depan gerbang rumah, dia tiba-tiba mencium pipi kananku saat aku sedang mengambil kunci di dalam tasku dan setelah aku sadar dengan apa yang telah terjadi lalu berinisiatif untuk memukulnya ternyata dia sudah berdiri jauh dari hadapanku dan tanpa merasa bersalah dia hanya melambai dan mengucapkan selamat malam. Sialan karena dia kini berhasil membuatku tidak bisa tidur, aku sekarang benar-benar menyesal karena telah menerima ajakan taruhan bodohnya ini.

Aku menyesal karena sekarang dia pasti mengira bahwa aku sudah jatuh cinta kepadanya karena akhir-akhir ini aku setuju untuk menghabiskan waktu berdua bersamanya dan saling bertukar cerita. Aku yakin dia salah paham dan mengira bahwa hubungan kami semakin dekat padahal aku melakukannya karena aku memang sedang jenuh dan butuh teman untuk berbagi cerita. Aku bersedia berbagi cerita kepadanya karena entah kenapa aku merasa nyaman untuk melakukan itu. Damn Dara apa yang barusan kau katakan? kau nyaman dengannya? Ah aku sepertinya sudah benar-benar gila karena terlalu banyak menghabiskan waktu dengan si gila itu.

lalu apa yang kau lakukan kepadanya?” Aku yakin sekarang Bom sedang tertawa terpingkal di kamarnya setelah aku mengatakan apa yang telah si gila Jiyong lakukan kepadaku.

“aku tadi ingin memukulnya tapi dia sudah menjauh dariku saat aku tersadar.” Jawabku sambil mengerang kesal.

Dara kau beruntung sekali mendapatkan ciuman selamat malam dari si keren Jiyong.” Ujar Bom lagi yang masih tertawa. “hati-hati Dara karena semua pemuja Jiyong pasti akan menjambak rambutmu jika mereka tahu Jiyong sudah menciummu.” Ujar Bom membuatku langsung memegang rambutku.

“ah jangan sampai itu terjadi. Jangan sampai orang lain tahu bahwa Jiyong mencium pipiku.” Kataku sambil mengerang. “bomie kau harus jaga mulutmu.” Kataku penuh peringatan kepada Bom supaya dia tidak membocorkan apa yang telah aku ceritakan kepadanya.

baiklah aku akan tutup mulut.” Katanya kemudian kembali tertawa sedangkan aku hanya mengerang kesal. “Dara??” tanyanya setelah tawanya reda.

“apa?”

apa jantungmu berdetak dengan cepat sekarang?” tanya Bom. Aku langsung menaruh tanganku didepan dada untuk memeriksanya dan benar bahwa jantungku sekarang berdetak dengan sangat-sangat cepat.

“iya.” Kataku setelah memastikan.

lalu apakah pipimu memerah?” tanyanya lagi membuatku melihat cermin yang berada di dekat lampu tidur.

“iya.” Kataku lagi.

siap-siap Dara untuk menerima Jiyong karena aku yakin sekarang kau sudah mulai jatuh cinta kepada namja tampan itu.” Kata Bom langsung membuatku melebarkan mataku karena syok.

“apa yang kau katakan huh?” tanyaku.

jantung dan pipimu sudah menjadi bukti bahwa kau merasakan debaran dan getaran saat Jiyong menciummu. Itu adalah tanda awal saat seseorang jatuh cinta.

“jantungku berdetak cepat dan pipiku memerah karena aku sangat kesal kepadanya.” kataku mengelak. Aku tidak mungkin jatuh cinta kepada Jiyong. “aku sangat marah makanya bisa seperti itu.” Ujarku lagi.

Dara jangan mengelak.” Kata Bom lagi kini dengan nada serius.“Aku sangat yakin sekarang kau telah jatuh cinta kepada Jiyong karena sudah sejak dari seminggu yang lalu kau selalu menelponku tengah malam seperti ini hanya untuk bercerita tentangnya. Kau mungkin selalu mengatakan kesal kepadanya dengan semua yang dia lakukan tapi tidak dapat kau pungkiri bahwa Jiyong kini sudah mulai menarik perhatianmu sehingga dia selalu menjadi topik utama saat kau ingin berbicara.” Kata Bom panjang lebar. “jadi persiapkan dirimu Dara untuk menerimanya.”

“ya!” pekikku kepada Bom. “aku tidak akan menerimanya. Tidak akan pernah.” Ujarku tegas.

jangan seperti itu. Kau pasti akan menyesal jika terus menyangkal seperti itu.” kata Bom lagi.

“aku tidak akan menyesal Bomie.” Kataku. “aku tidak jatuh cinta kepadanya jadi aku yakin tidak akan menyesal.”

Dara masih ada waktu sampai taruhanmu dengan Jiyong berakhir.” Kata Bom lagi. “aku harap kau bisa memikirkan perasaanmu sendiri selama waktu itu. Pikirkan dengan baik-baik Dara karena aku sangat yakin bahwa hidupmu pasti akan berbeda setelah hari itu datang.”

“aku tidak perlu memikirkannya Bomie.” Kataku lagi. “aku sudah jelas mengatakan kepadamu bahwa aku tidak jatuh cinta kepadanya jadi aku tidak akan menerimanya. Dan aku juga yakin bahwa hidupku pasti akan berubah karena akhirnya aku bisa lepas dari si gila itu.”

ya sudah lakukanlah itu jika menurutmu itu benar.” Kata Bom. “tapi jangan menangis dihadapanku nanti jika Jiyong tidak menampakkan dirinya dihadapanmu lagi.”

“aku tidak akan menangis karena namja gila itu. Tidak akan pernah.” Kataku lagi kemudian mematikan panggilanku kepada Bom dan membanting ponselku karena aku sedikit kesal. Bagaimana mungkin Bom bisa mengatakan bahwa aku jatuh cinta pada Jiyong? aku yakin Bom pasti salah dan aku yang benar. Dan bagaimana mungkin dia mengira aku akan menangis karena Jiyong? apa dia pikir aku yeoja lemah yang menangis hanya karena seorang namja?

Jiyong Pov

Hari ini adalah hari sabtu dan biasanya aku akan tidur sampai siang pada hari ini, tapi hari ini aku bangun pagi-pagi sekali dan pergi ke sebuah taman yang berada disekitar rumah Dara untuk bisa melihatnya. yang aku tahu dia selalu melakukan lari pagi setiap hari sabtu di taman ini dan aku berharap bisa bertemu dengannya sekarang. Semalam setelah aku memberikan kecupan selamat malam kepada Dara aku sama sekali tidak bisa tidur dan ingin lagi bertemu dengannya sesegera mungkin makanya hari ini aku rela bangun pagi dan menunggunya di taman ini.

Aku sudah menunggu sekitar sepuluh menit dan akhirnya aku bisa tersenyum saat melihat Venus-ku itu melintas dihadapanku dengan earphone yang terpasang pada telinganya. Sepertinya dia sama sekali tidak sadar bahwa aku sedang memperhatikannya. Aku langsung berdiri dari kursi taman yang tadi aku duduki dan ikut berlari mengejarnya.

“selamat pagi.” Kataku yang kini sudah berlari disampingnya.

“kau?” tanyanya sedikit terkejut setelah melihatku. “apa yang kau lakukan disini?” tanyanya tanpa berhenti dari aktivitasnya.

“sedang jogging sepertimu.” Kataku sambil tersenyum.

“kau jogging di taman ini?” tanyanya yang aku balas dengan anggukan kepala. “memangnya disekitar rumahmu tidak ada taman?” tanyanya lagi.

“ada sih. Tapi disana tidak ada wanita cantik.” jawabku sambil menaikan alisku yang malah membuatnya meringis. “bagaimana tidurmu?” tanyaku. “aku tidak bisa tidur setelah menciummu tadi malam.” kataku lagi yang langsung membuatnya berhenti.

“ya pabbo.” Teriaknya kepadaku. “apa yang kau lakukan tadi malam huh?” teriaknya lagi. “berani sekali kau melakukan hal tidak senonoh kepadaku.” sambungnya sambil memukul bahuku dengan keras.

“ya kenapa kau memukulku?” jawabku sambil meringis karena pukulan Dara benar-benar sakit. “aku kan hanya melakukan sesuatu yang sering dilakukan saat sedang berkencan.” Kataku membela diri.

“tapi kita tidak sedang berkencan.” Teriaknya lagi sambil mendengus. “kau selalu saja mengambil kesempatan dariku. Dasar bodoh.” Katanya dengan kesal.

“kau tidak suka?” kataku dengan sedikit kecewa. “baiklah jika kau tidak suka. Aku tidak akan melakukan hal seperti itu lagi.” sambungku yang dia balas dengan dengusan kemudian dia kembali melanjutkan aktivitasnya tadi.

“Dara nanti malam kau ada acara?” tanyaku lagi setelah kembali mensejajarkan tubuhku dengannya yang masih jogging. “aku ingin mengajakmu pergi nanti malam, itupun jika kau mau.” Kataku lagi. aku sebenarnya cukup yakin bahwa Dara akan menolakku lagi tapi walaupun begitu aku tetap harus bertanya. Dan ketika Dara akan membuka mulutnya tiba-tiba saja aku merasakan bahuku ditepuk oleh seseorang.

“Hai Jiyong?” Sapa Jessica yang kini sudah berlari disampingku.

“hai Jes.” Kataku menyapanya. “apa yang kau lakukan disini?” tanyaku.

“aku sedang lari pagi. Aku memang sering melakukannya untuk menjaga tubuhku tetap bugar.” Jawabnya riang. “aku baru tahu kau juga suka jogging ditaman ini.” katanya sambil tersenyum.

“aku baru pertama kali kok disini.” Jawabku. “aku sedang mengejar jodohku disini.” Kataku bergurau yang dia balas dengan tertawa riang.

“wah sepertinya kita berjodoh karena bertemu ditempat ini.” katanya sambil tersenyum yang aku balas dengan tertawa.

“jes apa kau selalu terlihat cantik saat sedang jogging?” tanyaku karena melihatnya memakai makeup tebal.

“iya begitulah. Aku memang selalu terlihat cantik dimanapun dan kapanpun.” Jawabnya sambil tersenyum. Jessica melirik kepada Dara yang kini ternyata telah menambah kecepatannya sehingga dia berlari meninggalkan aku dan Jessica dibelakangnya.

Sorry Jes.” Kataku sambil melihat Jessica. “aku harus mengejarnya.” Kataku tanpa mendengarkan jawabannya kemudian aku menambah kecepatanku untuk mengejar Dara.

Dara Pov

Aku membalikkan kepalaku kebelakang untuk melihat Jiyong namun namja gila itu sudah tidak menemuiku, aku yakin dia berhenti mengikutiku karena dia telah berhasil menemukan wanita cantik yang dia cari. Aku mengerang kesal karena semua namja memang sama saja.Si gila Jiyong mengabaikan aku setelah dia bertemu dengan seorang yeoja yang memakai baju olahraga seksi yang menonjolkan semua lekukan badannya. Sialan, kenapa aku harus kesal? Itukan urusan Jiyong. kenapa aku harus marah dia mengabaikanku? Aku pasti sudah gila karena terlalu lelah. Aku berhenti berlari kemudian duduk disebuah bangku taman terdekat.

“kenapa kau meninggalkan aku?” tanya Jiyong yang kini sudah duduk disampingku. Dia sekarang membawa satu botol air mineral.

“aku tidak ingin mengganggumu dengan teman wanitamu.” Kataku yang kini sedang terengah-engah karena lelah.

“kau sama sekali tidak mengganggu. Malah dia yang mengganggu.”

“kau sepertinya senang sekali bertemu dengan temanmu itu.” Kataku sambil mendengus. “apa dia wanita cantik yang kau maksud tadi?” tanyaku. Dia tertawa sambil membuka botol air yang dia pegang.

“kau cemburu ya?” tanyanya membuatku melihatnya dengan mulut yang dilebarkan. Tingkat percaya dirinya memang sudah sangat parah.

“kenapa pula aku harus cemburu?” tanyaku kepadanya. dia menyerahkan air mineral itu kepadaku yang langsung aku terima lalu aku meminumnya.

“mungkin karena kau tidak suka jika wanita lain berbicara denganku.” Katanya yang membuatku berhasil memuntahkan air yang sedang aku minum. Aku menyemburkan minuman itu tepat pada wajahnya.

“Ji maafkan aku.” Kataku dengan panik setelah melihat wajahnya yang basah. Aku mengambil sapu tangan yang ada di kantongku lalu mulai membersihkan wajahnya dengan sapu tangan itu. “aku tidak sengaja, aku benar-benar minta maaf.” Kataku lagi yang masih terus mengelap wajahnya. Dia hanya tersenyum saat aku melakukannya.

“yang sebelah sini masih basah.” Katanya sambil memegang tanganku lalu menuntunnya ke bagian lain wajahnya. Sialan ini ternyata sedang mengambil kesempatan untuk memegang tanganku. Aku melepaskan tanganku lalu melemparkan sapu tanganku padanya.

“kenapa kau selalu mengambil kesempatan untuk menyentuhku?” kataku kesal sambil berdiri dari tempat dudukku. Si bodoh itu malah tertawa mengejek bukannya minta maaf. Aku menatapnya dengan kesal kemudian berbalik dan berjalan meninggalkannya dan si bodoh itu ternyata berdiri dan mengikuti langkah kakiku. “berhenti mengikuti bodoh.” Kataku sambil menghentikan langkah dan berbalik untuk melihatnya.

“aku hanya ingin mendengar jawabanmu.” Katanya. Aku menautkan kedua alisku karena tidak mengerti.

“jawaban apa?” tanyaku.

“kau ada acara malam ini?” tanyanya. “aku ingin mengajakmu pergi.” Tanyanya lagi sambil melihatku.Aku akan menolaknya saat tiba-tiba saja aku mendengar suara ponselnya berbunyi. “sebentar.” Katanya sambil mengambil ponselnya lalu menempelkan ponselnya didekat telinga. Aku tidak berniat untuk menguping tapi karena aku berada di dekatnya jadi sekarang aku tahu bahwa dia sedang berbicara dengan seorang Yeoja dan sepertinya Yeoja itu meminta bantuan Jiyong nanti malam dan dari yang aku dengar Jiyong tidak menolak permintaan itu dan memberikan jawaban yang menggantung pada si penelpon itu. Dia mematikan panggilannya kemudian kembali melihat kepadaku. “jadi bagaimana?” tanyanya lagi. “bisa jalan denganku nanti malam?” tanyanya. Aku diam dengan berbagai macam pikiran di kepalaku, aku tadi ingin menolak tawarannya tapi entah kenapa aku malah bingung setelah mendengarnya menerima telepon itu dan tiba-tiba saja aku berniat untuk merubah pikiranku.

“jemput aku jam tujuh.” Kataku akhirnya membuat dia langsung melebarkan mata, dia sepertinya sedikit terkejut dengan jawabanku dan sebenarnya aku sendiripun terkejut dengan jawaban yang aku berikan. Aku membalikkan badanku kemudian berjalan meninggalkan dia yang masih tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Aku sekarang sedang merutuki diri sendiri karena tiba-tiba saja mau di ajak pergi olehnya.

Jiyong Pov

Wah ini benar-benar langka. Aku sudah mempersiapkan diriku untuk kecewa saat aku akan mendengarkan jawaban Dara yang aku ajak untuk pergi nanti malam karena memang dia selalu menolak saat aku mengajaknya tapi hari ini tiba-tiba saja Dara menerima tawaranku membuatku langsung melebarkan mata dan mulutku karena tidak percaya dengan apa yang dia barusan katakan. ketika aku sadar dari lamunanku ternyata Dara sudah tidak ada dihadapanku dan saat aku melihat dia sudah berjalan tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku langsung berjalan dengan langkah cepat untuk dapat menyusulnya.

“Dara kau tidak bercanda kan tadi?” tanyaku saat sudah berada disampingnya lagi. “kau benar-benar menerima ajakanku kan?”

“kenapa?” tanyanya tanpa repot melihat kepadaku. “kau ingin aku menolaknya?” tanyanya lagi yang aku balas dengan gelengan cepat.

“aku hanya kaget mendengarnya tapi selebihnya aku sangat senang.” Kataku sambil tersenyum senang.“kau mau langsung pulang setelah ini?” tanyaku yang dia balas dengan anggukan kepala. “aku akan mengantarmu.” Sambungku.

“tidak usah.” Katanya. “aku bisa pulang sendiri.” Kata-kata ini aku dengar lagi.

“baiklah aku tidak akan memaksa.” Kataku sambil memasukan tanganku pada saku celana. “sampai bertemu lagi nanti malam.” sambungku sambil berjalan mundur kemudian melambaikan tanganku kepadanya yang sama sekali tidak dia balas. Raut wajahnya sangat datar jadi aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang Dara pikirkan kali ini. tapi sekarang aku menjadi semakin percaya diri bahwa Dara sudah menyukaiku dan mungkin sudah jatuh cinta kepadaku. aku semakin yakin bahwa pada akhirnya Dara akan kalah dalam taruhan kami.

Dara Pov

Aku melihat jam di tanganku dengan sedikit gelisah, sudah jam setengah tujuh malam dan sebentar lagi Jiyong pasti akan datang untuk menjemputku namun aku masih belum memakai apapun untuk pergi dengannya. Aku bingung harus memakai baju apa karena Jiyong tidak memberitahu akan membawaku kemana. Aku takut salah kostum makanya aku daritadi hanya memandangi lemari pakaianku. Tapi jika aku pikirkan lagi kenapa aku harus repot begini? Aku hanya akan pergi dengan namja gila itu dan kenapa aku malah memikirkan baju yang cocok untuk aku pakai? Kenapa aku memikirkan penampilanku? Aku pasti benar-benar gila sekarang. Aku menggelengkan kepalaku dan memukulnya beberapa kali lalu mengambil baju secara random. Bodoh amat jika aku salah kostum, aku kan hanya akan pergi dengan Jiyong.

“Unnie ada seseorang yang mencarimu.” Aku mendengar suara Durami adikku saat aku sedang memakai lipstik.

“suruh dia tunggu sebentar lagi.” kataku tanpa melihat adikku.

“Sanghyun sedang menemani namja itu.” Jawab adikku kemudian dia duduk di ranjangku sambil memperhatikanku. “Unnie sejak kapan kau punya pacar yang sekeren itu?” tanyanya kepadaku.

“aku tidak punya pacar.” Kataku sambil membenahi dandananku.

“lalu namja itu?” tanyanya. “aku pikir dia pacarmu.”

“dia hanya namja gila yang naksir berat kepadaku.” kataku asal sambil memakai tasku kemudian kembali melihat pantulan wajahku dicermin.

“hanya namja gila?” tanya adikku yang aku balas dengan anggukan. “kau menyukainya ya?” tanyanya lagi. “kau bahkan akan pergi berkencan dengan namja itu.”

“tidak sama sekali.” Kataku sambil menghadap adikku. “dan kami tidak sedang berkencan.”

“jika kau tidak menyukainya kenapa kau repot-repot berdandan?” tanya adikku sambil melihatku dari atas kebawah. “bukankah kau berdandan untuk mengesankannya?” tanyanya lagi. aku menggaruk leherku karena bingung. Kenapa aku berdandan? Pasti karena aku akan pergi keluar, makanya aku berdandan.

“aku pergi.” Kataku tanpa menjawab pertanyaan adikku. “bilang pada ibu bahwa aku akan pulang sedikit malam.” kataku lagi.

“semoga berhasil dengan kencanmu.” Teriak adikku saat aku sudah berada di depan pintu kamarku.

“aku tidak akan berkencan.” teriakku sambil cemberut karena dia tidak percaya dengan apa yang aku katakan.

Jiyong Pov

“kau mau mengajakku kemana?” tanya Dara yang saat ini sedang berjalan disampingku. Dara sangat cantik malam inidengan pakaian yang dia kenakan. Dia hanya memakai gaun one-piece sederhana beraksen bunga-bunga yang dia padukan dengan jaket denim diatasnya. Aku tidak salah jika menobatkan dia sebagai venus karena dia memang selalu terlihat cantik dengan apapun yang dia pakai. “aku tahu kau terpesona kepadaku. tapi bisakah kau berhenti tersenyum? caramu tersenyum sangat membuatku takut.” Katanya sambil melihatku.

“kenapa? Kau takut tidak bisa menahan diri saat melihat senyuman mautku?” tanyaku yang dia tanggapi dengan mulut yang dibuka lebar.

“aishh tingkat kepercayaan dirimu itu ternyata sudah sangat akut.” Katanya sambil melihat kepadaku dengan tatapan tidak percaya. “parah!!” sambungnya yang aku balas dengan tertawa. “jadi kita mau kemana?” tanyanya lagi.

“ke suatu tempat dan aku yakin kau akan menyukainya.”

“kapan kita akan sampai?” tanyanya lagi. “kita sudah berjalan cukup lama.”

“sebentar lagi juga sampai.” Kataku. Aku sengaja tidak membawa kendaraan dan mengajak Dara untuk berjalan supaya aku bisa lebih lama menikmati moment kami berdua. Aku berjalan dengan pandangan lurus kedepan dan aku tidak bisa memungkiri bahwa wajahku terus tersenyum sepanjang jalan, aku masih tidak bia percaya bahwa Dara ada disampingku saat ini. saat aku sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba aku merasakan sentuhan hangat pada telapak tanganku dan sebelum aku menyadarinya kini Dara sudah memegang telapak tanganku dan menyeretku ke sebuah toko yang menjual aksesoris.

“aku ingin melihat-lihat dulu.” Katanya setelah berdiri di depan toko itu. Aku mengangguk untuk memberikan persetujuan kepadanya. dia kemudian masuk kedalam toko itu lalu mulai menyusuri setiap display yang ditampilkan. Matanya berhenti saat menemukan scrafs. “menurutmu mana yang lebih bagus?” tanyanya sambil memegang scrafswarna abu polos ditangan kanannya dan scrafs warna kuning lembut di tangan satunya. Aku mengambil scrafs yang dia pegang ditangan kirinya lalu memakaikan pada lehernya.

“menurutku kau cantik dengan warna ini.” kataku sambil tersenyum dan aku bersumpah melihat wajah Dara yang memerah karena tersipu. Aku kembali tersenyum kemudian memanggil pegawai toko itu. “aku beli yang ini.” kataku sambil menunjuk scrafs yang Dara pakai kemudian menyerahkan kartu debitku.

“kenapa kau membelinya?” tanyanya sambil mengangkat tangan untuk melepaskan scrafs itu. “aku tidak memerlukan ini.” sambungnya. Aku langsung menahan tangannya yang masih berusaha untuk melepas scrafsitu.

“pakailah, anggap itu sebagai hadiah dariku. Ini kencan pertama kita jadi aku ingin memberikan sesuatu untuk kau ingat.”

“kita tidak berkencan.” katanya dengan penuh penekanan tapi dia melepaskan tangannya dan tidak berusaha untuk melepas scrafs itu. Dia kembali berjalan menyusuri sudut lain di toko itu dan kembali berhenti saat melihat display topi. Aku memperhatikannya yang sepertinya sedang memilih dan tangannya kemudian mencapai sebuah baseballcap berwarna hitam bertuliskan GET OUT. Aku pikir selera fashion-nya benar-benar swag tapi aku menjadi terpaku ketika tiba-tiba dia memakaikan topi itu di kepalaku. “kau terlihat keren.” Katanya sambil mengangkat jempolnya setelah memakaikan topi itu.

“aku keren?” tanyaku. Dia mengangguk.

“dan sepertinya kau akan terlihat lebih tampan jika warna rambutmu normal.” Katanya lagi sambil mengambil dompetnya. “aku akan membelikanmu itu.” Sambungnya sambil berjalan ke meja kasir dan aku membuntutinya dengan senyuman lebar diwajahku.

Saat aku dan Dara sedang menunggu kasir mengemas belanjaan kami, aku melihat Dara mengambil sebuah cincin yang di pajang di dekat meja kasir. “yang ini berapa?” tanya Dara kepada pegawai yang sedang mengemas belanjaan kami.

“itu hanya contoh saja. Aslinya kami tidak pajangkan soalnya yang asli terbuat dari bahan emas putih murni.” Kata pegawai itu sambil tersenyum. “harganya menyesuaikan dengan harga emas.” Sambungnya.

“saya ingin beli ini.” kata Dara masih sambil melihat cincin itu. “aku menyukai modelnya.” Sambungnya sambil melihatku.

“maaf tapi itu hanya bisa dibeli dua pasang. Karena itu adalah model cincin pasangan jadi anda tidak bisa membeli satu bagian saja.”

“begitukah?” tanya Dara kecewa. “sayang sekali.” Sambungnya kemudian menyimpan lagi cincin itu.

“anda bisa membelinya bersama pasangan anda.” Kata pegawai itu sambil melihat kepadaku. aku tersenyum mendengarnya. Bahkan semua orang saja mengira aku adalah pacarnya.

“maaf tapi dia bukan pasangan saya.” Ujar Dara membuat kebahagiankumenguap seketika.

Dara Pov

Mulutku terbuka sangat lebar saat aku telah sampai di tempat yang Jiyong ingin tunjukkan kepadaku. mataku juga terus terbuka takjub dengan apa yang aku lihat di depanku. Aku dan dia berada disebuah rooftop gedung dan dia bilang gedung itu adalah milik keluarganya. Aku benar-benar terkejut dengan apa yang aku lihat sekarang, Jiyong menyiapkan ini untukku? Oh my God ini sangat indah dan aku benar-benar menyukainya.

“kenapa kau diam saja?” tanyanya sambil meraih tanganku lalu menuntunku untuk duduk disebuah sofa yang telah dia siapkan. Dihadapan sofa itu ada sebuah layar besar dan meja yang diatasnya sudah ada beberapa soda, popcorn, dan beberapa coklat kesukaanku. Jika melihat proyektor yang ada di meja lain aku yakin bahwa dia akan mengajakku menonton film disini.

“Ji?” tanyaku sambil melihat kepadanya. “kau menyiapkan ini semua?” tanyaku lagi sambil kembali melihat kesekeliling kami yang sudah ditata dengan begitu indahnya.

“sebenarnya aku menyuruh orang lain. aku hanya bilang ingin menghabiskan waktu berdua dengan seseorang yang sangat spesial dan dia membuatnya seperti ini. kau suka?”

“ini sangat indah.” Gumamku.

“syukurlah kalau kau menyukainya.” Ujarnya sambil tersenyum kemudian menyuruhku untuk duduk di sampingnya. “aku tahu kau sangat menyukai film bergenre drama.” Katanya lagi sambil mengambil sebuah kotak diatas meja hadapan kami kemudian dia menyuruhku untuk memilih film yang ada di kotak itu. Dan saat aku memilih aku sadar ternyata memang sangat banyak hal yang Jiyong ketahui tentang aku, dia bahkan tahu film-film yang sangat aku sukai.

“aku ingin menonton yang ini.” kataku sambil menyerahkan dvd yang telah aku pilih. Dia melihat lalu tersenyum.

“seperti yang aku kira. Kau sangat menyukai Channing Tatum bukan?” ujarnya setelah melihat judul film itu. Aku mengangguk kemudian dia mulai memasuka dvd itu kedalam laptop yang sudah disiapkan dan tidak lama kemudian filmnya mulai. “selamat menikmati.” Katanya sambil memberiku sekaleng soda yang sudah dia buka.

“terimakasih.” Kataku sambil tersenyum kemudian kembali memfokuskan pandanganku pada layar besar di depan kami. aku sudah menonton film ini puluhan kali tapi aku sama sekali tidak pernah merasa bosan menontonnya dan saat ini dengan Jiyong yang berada di sampingku membuat suasana lebih menyenangkan. Entah kenapa aku sangat merasa nyaman dengan Jiyong sekarang.Apakah yang dikatakan Bom itu benar? Apakah aku benar-benar telah jatuh cinta kepadanya?

“kau menikmatinya?” tanyanya setelah film ini hampir habis. Aku mengalihkan pandanganku kepadamya lalu mengangguk pelan.

“gomawo.” Kataku.“ini pertama kalinya aku melakukan hal ini dan aku senang karena ini sangat menyenangkan.” Ujarku sambil tersenyum, aku melihatnya tersenyum juga. Selama beberapa saat aku dan dia hanya saling menatap tidak lagi peduli dengan film yang masih berputar di hadapan kami. Aku tidak tahu siapa yang memulai tapi kini aku rasakan dirinya telah semakin dekat kepadaku dan sejurus kemudian aku merasakan tangan dinginnya yang membelai wajahku dengan lembut lalu dia menangkub wajahku dan sedetik kemudian aku merasakan sentuhan lembut bibirnya pada bibirku.

Aku menjadi kaku karena sama sekali tidak siap dengan ini, dan aku melebarkankedua mataku saat aku merasakan Jiyong kini sudah sedikit melumat bibirku. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi kepadaku tapi aku meyakini bahwa suasana malam ini telah mendorong diriku untuk menikmati apa yang sedang dia lakukan sehingga yang aku lakukan selanjutnya adalah menutup mataku dan mulai membalasnya dengan membiarkan lidahnya terus menyusup kedalam mulutku dan sesekali memberikan lumatan pada bibirnya.

Dia membebaskan bibirku setelah beberapa saat lalu menyentuhkan dahinya pada dahiku membuat wajah kami benar-benar sangat dekat dan sekarang aku merasakan deru napasnya yang seharum daun mint berhembus tepat diwajahku. Sekali lagi aku tidak tahu apa yang telah terjadi kepadaku karena sekarang yang aku lakukan adalah aku mengangkat kedua tanganku dan meletakkannya di kepala bagian belakang Jiyong lalu tanpa berpikir panjang aku mendekatkan bibirku dankembali melumat bibir Jiyong yang membuat kami akhirnya terlibat ciuman panas seperti tadi namunkali ini aku yang memulainya.

Jiyong Pov

Hari ini adalah hari terakhir taruhanku dengan Dara, dan hari ini juga adalah hari penentuannya apakah Dara akan menjadi kekasihku atau apakah aku akan berhenti mengharapkannya. Aku tidak tahu pasti mana yang akan terjadi namun aku sedikit percaya diri aku akan menang setelah kami berciuman di rooftop gedung dua malam yang lalu saat aku mengajaknya pergi. Aku menciumnya duluan tapi selanjutnya Dara yang menciumku. Jika dia tidak menyukaiku maka aku yakin Dara tidak akan mungkin berani melakukan hal itu.

Sebenarnya setelah hari itu aku belum bertemu lagi dengan Dara karena tugas kami memang sudah selesai jadi kami tidak bertemu lagi untuk mengerjakan tugas, aku juga tidak mencoba untuk menghubunginya karena ingin membuat dia merindukanku. Ditanganku kini sudah ada dua tiket pertunjukkan Yiruma untuk malam ini. rencananya aku akan memberikan dua tiket ini kepada Dara dan mengajaknya untuk menonton berdua denganku.

“bukankah hari ini hari terakhir kau taruhan dengan Dara sunbae?” tanya Yongbae. Aku mengangguk. “apa kau sudah siap untuk menjauhi yeoja yang sangat kau puja itu?” tanyanya lagi.

“aku harus siap.” Kataku. “tapi sepertinya Dara akan menjadi pihak yang kalah.”

“maksudmu dia jatuh cinta kepadamu?”

“dia sudah jatuh cinta kepadaku. aku bisa melihat dari senyumnya saat dia tersenyum kepadaku.” kataku percaya diri.

“kalau ternyata kau salah?” tanya Yongbae lagi. aku menatapnya dengan kesal. Kenapa dia harus mengatakan hal itu saat aku yakin bahwa Dara akan menjadi kekasihku. “jangan marah Dude, aku hanya bertanya karena bisa saja kau salah mengira, iyakan?” tanyanya lagi.

“kalau aku salah berarti aku harus pergi dari kehidupannya dan harus melupakan dia selamanya.” Kataku. Tapi apakah aku sudah benar-benar siap untuk menjauhi Dara? aku belum pernah memikirkan ini sebelumnya tapi sekarang setelah Yongbae bertanya aku seakan tersadarkan bahwa sebenarnya aku tidak siap jika harus kalah. Aku sudah terbiasa untuk menemui Dara setiap hari. Jika aku kalah maka sepertinya aku akan menyalahkan diriku sendiri karena telah mengajaknya untuk taruhan karena itu berati taruhan ini yang akan membuatku menjauhi Dara. Sekarang aku menyesal karena telah mengajaknya taruhan bodoh ini. Dara benar bahwa taruhan ini sangat bodoh.

Dara Pov

“apa itu?” tanya Bom saat melihatku memegang dua buah tiket yang baru aku temukan di dalam lockerku.

“tiket pertunjukkan Yiruma.”

“bukannya kau kehabisan tiketnya?” tanyanya lagi.

“Jiyong yang memberikannya.” Kataku. Aku mengambil ponselku yang tadi berbunyi menandakan ada pesan masuk.

Dara nanti malam aku akan menunggumu di shelter dekat gedung pertunjukan Yiruma. Kau yang bawa kedua tiketnya dan jika kau tidak datang maka itu berarti kau menang dan aku kalah. Sampai jumpa nanti malam

Aku mendesah setelah melihat pesan dari Jiyong. hampir dua hari aku tidak bertemu dengannya dan seperti yang Bom pernah katakan kepadaku bahwa aku harus mulai memikirkan perasaanku untuk Jiyong. Jadi setelah aku menciumnya malam itu aku langsung memikirkan semua yang telah terjadi kepada kami dan akhirnya aku sampai pada satu titik yang menyimpulkan bahwa aku menyukainya. Aku telah kalah dan telah jatuh cinta kepada Jiyong. Tapi aku bingung karena aku tidak bisa menjadi kekasihnya. Aku tidak bisa menjadi kekasih namja yang statusnya juniorku. Aku tahu angka memang tidak penting, tapi aku ini anak sulung dari keluargaku jadi aku harus berhati-hati dengan semua tindakan yang akan aku lakukan nantinya karena aku akan menjadi panutan adik-adikku. Belum lagi menurutku pacaran dengan seseorang yang lebih muda itu sangat tidak masuk akal, seolah aku tidak punya pilihan lain dan aku yakin akan menjadi bahan gosip jika berkencan dengan pria yang lebih muda.

“kau akan menerimanya kan?” tanya Bom kepadaku. aku diam karena masih belum punya jawaban yang tepat. Aku masih bimbang. “Aku yakin kau pasti akan menyesal jika kau masih memikirkan egomu itu.” Kata Bom lagi. dia tahu bahwa aku sudah menyukai Jiyong dan dia juga tahu bahwa aku tidak ingin berkencan dengan namja yang lebih muda karena aku merasa harga diriku akan jatuh jika aku melakukan itu. “mempertahankan harga dirimu tidak akan membuatmu bahagia Dara.” katanya lagi dengan nada pedas.

“bomie aku mohon tidak sekarang.” Kataku dengan frustasi. Aku masih pusing dan bingung namun sahabatku ini malah menyudutkan aku dan membuatku kesal. “aku mau pulang. Kau makan saja sendiri.” Kataku sambil berjalan meninggalkannya sendirian. Kepalaku pusing, hatiku bimbang. Tuhan apa yang harus aku lakukan dengan hatiku?

Jiyong Pov

Aku duduk dengan gelisah sambil sesekali menengok ke kiri dan ke kanan berharap Dara akan datang dari salah satu arah. Aku menunggunya dari tadi dan aku yakin sekarang pertunjukkan Yiruma pasti sudah dimulai. Aku menunggu sudah hampir tiga jam lamanya tapi dia belum datang. Anni, aku rasa Dara tidak akan datang. Apa aku kalah? Apa ini akhirnya?

Aku memasukan tanganku pada saku mantel yang aku pakai lalu mengambil kotak cincin pasangan yang Dara inginkan. Aku membelinya untuk Dara karena aku yakin bahwa malam ini dia akan menjadi milikku. Tapi sepertinya Yongbae benar bahwa aku salah mengira. Aku mengira dia jatuh cinta kepadaku, aku mengira dia mencintaiku tapi ternyata perasaannya masih tetap sama seperti dulu. Aku penasaran kenapa dia menciumku waktu itu? Dan aku sangat ingin bertanya kepadanya apa arti ciuman itu untuknya. Aku memutuskan untuk menunggu selama lima belas menit lagi tapi setelah waktu berlalu sosoknya belum terlihat juga. aku semakin yakin bahwa aku benar-benar telah kalah.

Aku menghembuskan napas panjang sekali lagi kemudian berdiri dari tempatku duduk, aku menyimpan bunga dan kotak cincinyang aku bawa di kursi shelter lalu aku berjalan pergi meninggalkan tempat ini setelah sebelumnya mengirimkan pesan untuk Dara. mengatakan bahwa aku mencintainya dan mengucapkan selamat tinggal.

Dara Pov

Sudah satu minggu berlalu sejak malam itu. Malam dimana taruhan antara aku dan Jiyong berakhir. Aku belum bertemu dengannya lagi sejak ciuman kami, Jiyong tidak lagi menungguku keluar dari kelas seperti biasanya, dia tidak pernah lagi mengirim pesan-pesan konyol kepadaku, dan dia sudah dua kali tidak masuk kelasnya yang sama denganku. Jiyong sudah berhasil membuatku merindukannya. Aku benar-benar sangat ingin bertemu dengan Jiyong.

“kau mencari siapa?” tanya Bom. Aku dan dia kini sedang duduk di kantin untuk makan. Aku tadi mengedarkan pandanganku untuk mencari Jiyong tapi sepertinya dia tidak ada disini.

“aku tidak mencari siapa-siapa.” Kataku setelah duduk tegak lagi.

“kau mulai mencarinya? Kau mulai merindukan Jiyong?” tanya Bom dengan nada mengejek. Aku tahu Bom sekarang sangat kesal karena aku membiarkan Jiyong pergi dari hidupku. Aku juga marah kepada diriku sendiri karena jujur sekarang aku menyesal.

Tapi sebenarnya ada satu hal yang tidak aku katakan kepada Bom, bahwa malam itu aku datang, malam itu aku pergi untuk menemui Jiyong di tempat dia menungguku tapi aku terlambat karena setelah aku sampai disana aku hanya mendapati setangkai bunga mawar dan sekotak cincin pasangan, cincin yang pernah ingin aku beli. Aku mengambil kedua benda itu lalu tidak lama kemudian ponselku berbunyi dan saat aku lihat ternyata itu pesan yang dikirimkan oleh Jiyong. aku menangis saat itu, karena hatiku sakit saat membaca pesan dari Jiyong. aku bodoh karena telah membiarkan Jiyong pergi dari hidupku. Aku bodoh karena terlalu lama berpikir hingga membuat Jiyong namja yang telah berhasil membuatku jatuh cinta malah menjauhiku sekarang.

“Dara itu Jiyong.” kata Bom membuyarkanku dari lamunan panjang. Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah pandangan Bom dan saat aku melihatnya disana ada Jiyong yang sedang berjalan bersama seorang namja. Aku melebarkan mataku saat aku melihat warna rambutnya yang telah dicatdengan warna normal dan aku bersumpah Jiyong semakin mempesona dengan warna itu.

Dia terus berjalan dan sebentar lagi dia akan lewat didepan mejaku dan Bom. Aku telah bersiap mengangkat tanganku untuk menyapanya namun aku langsung mengurungkan niatku saat ada seorang Yeoja cantik menghampirinya dan tersenyum kepadanya. wanita cantik itu menyapa Jiyong yang Jiyong balas dengan senyuman kemudian mereka berjalan bersama melewati mejaku dan Bom. Hatiku hancur saat melihatnya tersenyum kepada Yeoja lain dan air mata mulai turun dari mataku saat Jiyong lewat dihadapanku tanpa sekalipun menengok kepadaku seolah aku bukan orang yang dia kenal. Apa aku sekarang sudah menjadi orang asing baginya? Aku melihat Bom yang sekarang memandangku dengan ekspresi “sudah aku bilang” di wajahnya. Dara selamat karena kau telah menjadi orang idiot yang termakan semua kata-katamu sendiri.

Jiyong Pov

Aku melihat Dara tadi siang saat aku akan makan di kantin. Aku akhirnya bertemu dengannya, aku senang karena akhirnya bisa melihat wajah cantik itu lagi tapi disaat yang sama aku juga sedih karena tidak bisa menyapanya walaupun aku sangat ingin melakukan itu. Aku sudah berjanji untuk menjauhinya karena aku telah kalah taruhan dengannya.

Selama seminggu terakhir ini aku sudah menyalahkan diriku sendiri karena aku yang telah membut keadaan kami seperti ini sekarang. Jika aku tidak mengusulkan untuk taruhan ini maka aku yakin bahwa aku masih bisa mendatanginya dan menggodanya setiap hari. Aku lebih suka seperti itu walaupun Dara akan selalu marah jika aku melakukannya tapi aku tidak keberatan asal aku masih bisa menemuinya dan melihatnya. Aku sangat mencintai Dara dan sekarang karena kebodohanku aku membuatnya lebih jauh dari jangkauanku. Selamat Jiyong karena kebodohanmu itu telah membuat kau tidak memiliki kesempatan untuk menemui dan memiliki yeoja cantik itu lagi.

Ketika aku sedang merutuki diriku sendiri karena kebodohan yang telah aku lakukan, aku tiba-tiba mendengar suara ponselku berbunyi. Aku melihatnya dan ternyata ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Aku mendekatkan ponselku pada telinga kiriku setelah menggeser layar ponselku.

“Yeoboseyo?”

Dara Pov

Sialan. Kenapa hari ini sangat menyebalkan sekali sih? Setelah tadi siang aku diabaikan oleh Jiyong dan sekarang aku harus terjebak hujan disini? Kenapa hidupku sangat menyedihkan seperti ini? ini sudah lewat dari jam malamku dan aku yakin pasti ibuku kini sedang khawatir karena aku belum pulang. Ponselku ketinggalan di rumah jadi aku sama sekali tidak bisa memberi kabar kepada keluargaku. Aku terus berdoa di dalam hati supaya hujan ini cepat berhenti sehingga aku bisa cepat pulang. Aku sangat ingin membenamkan kepalaku di dalam air hangat saat ini.

Aku kedinginan sekarang jadi aku terus menggesekan kedua tanganku untuk menghangatkan diri dan saat itu tiba-tiba saja aku merasakan ada seseorang yang mendekat kearahku yang sedang berteduh di depan salah satu toko yang sudah tutup.

“hai manis. Kau sendirian?” tanya orang itu. Sumpah aku takut sekarang karena aku mencium bau alkohol dari mulut orang itu yang semakin berjalan menghampiriku. “kenapa gadis manis sepertimu disini malam-malam seperti ini?”

“jangan ganggu aku.” Kataku dengan suara bergetar karena dingin bercampur takut.

“kau kedingininan kan?” tanyanya lagi membuatku mundur satu langkah. “kau ikut saja denganku, aku akan memberikanmu kehangatan nona manis.” Katanya lagi sambil terus berjalan membuatku terus mundur namun kini aku merakan tubuhku sudah tersudut.

“tolong menjauh dariku.” Jeritku saat orang itu semakin mendekat kepadaku.

“ayolah jangan jual mahal seperti itu.” Katanya sambil menyeringai saat dia sudah membuatku benar-benar tersudut. Aku melepaskan sepatu yang aku pakai lalu melemparkan sepatu itu kepada orang itu, namun dia dengan mudah dapat menghindari lemparan sepatuku membuatku semakin ketakutan dan hampir menangis. Aku menjerit dan langsung menjatuhkan tubuhku dan berjongkok sambil membenamkan wajahku saat orang itu akan menyergap tubuhku. Aku terisak dan terus berdoa kepada Tuhan untuk mengirimkan pertolongan untukku. Sekarang aku sedikit mendengar suara benturan benda keras yang dipukulkan dan selanjutnya aku mendengar suara yang ditimbulkan oleh perkelahian tapi aku tidak berani untuk membuka mataku dan melihat apa yang sedang terjadi. Aku takut dan semakin takut setiap detiknya jadi aku terus membenamkan wajahku pada dua telapak tanganku dan tidak peduli dengan apa yang terjadi, aku hanya mengkhawatirkan diriku sendiri sekarang.

Setelah beberapa saat aku merasakan sentuhan pada bahu. Aku menjerit lagi karena terkejut dan takut jika orang tadi melakukan sesuatu yang buruk kepadaku.

“Dara tenanglah. Ini aku.” Ucap lembut seseorang yang sudah aku kenal. Aku mengangkat wajahku dan melihat wajah seseorang yang sangat aku rindukan. “kau tidak perlu takut karena orang mabuk itu sudah pergi.”

Jiyong Pov

“apa yang kau lakukan disini malam-malam seperti ini huh?” tanyaku dengan nada sedikit membentak kepada Dara. Aku khawatir kepadanya setelah ibunya menelpon dan mengatakan bahwa Dara belum pulang padahal ini sudah sangat malam. Aku mencarinya dan sekarang setelah menemukannya aku menjadi sedikit marah karena Dara tidak bisa menjaga dirinya sendiri. “kau harusnya cepat pulang. Ibumu sangat mengkhawatirkanmu.” Dia menatapku dengan sorot mata yang menunjukkan kelegaan. “apa yang akan terjadi jika aku tidak datang? Kau harusnya bisa menj-” sebelum aku bisa menyelesaikan apa yang akan aku katakan Dara telah memeluk tubuhku dengan erat.

“terimakasih.” Katanya ditengah pelukannya. Aku mendengar dia sedikit terisak. “terimakasih karena telah menolongku.” Ujarnya lagi. Hatiku sakit mendengar isakan yang dia keluarkan dan secara otomatis tanganku langsung membalas pelukannya dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya. Aku yakin Dara pasti sangat takut tadi dan aku sangat bersyukur karena aku datang tepat waktu sehingga orang mabuk tadi tidak berhasil melakukan sesuatu kepada Dara.

“tidak apa-apa.” Kataku berusaha untuk membuatnya lebih baik. “kau baik-baik saja dan aku sudah disini.” Kataku lagi sambil terus mengusap punggungnya. “berdirilah.” Kataku sambil melepas pelukannya pada tubuhku lalu memegang bahunya dan membantunya untuk berdiri. “aku akan mengantarmu pulang.” Kataku yang dia balas dengan anggukan pelan. Aku kemudian menggiringnya masuk kedalam mobilku setelah sebelumnya memakaikan sepatunya yang telah terlepas.

“Ji wajahmu.” Ucapnya saat aku sedang membantunya memakai sabuk pengaman. Aku langsung melihat wajahku pada kaca spion dan aku merasakan sakit setelah sadar bahwa wajahku kini sudah sedikit memar karena pukulan yang diberikan oleh orang mabuk tadi.

“sialan.” Kataku sambil sedikit meringis sambil melihat wajahku.

“aku akan mengobatinya setelah kita sampai rumahku.” Katanya dengan nada khawatir.

“tidak perlu.” Kataku sambil menyalakan mesin mobilku. “aku akan mengobatinya sendiri.” Kataku lagi. Setelah ini aku harus kembali menjauhinya karena aku adalah pria sejati yang selalu menepati janji jadi aku tidak akan menemuinya lagi.

Aku dan dia berkendara dengan diam. Aku tahu suasana kami masih sangat canggung setelah kejadian malam itu. Aku sedikit melirik kepadanya yang duduk dengan gelisah disampingku dan sepertinya ada sesuatu yang ingin dia katakan kepadaku.

Kami sampai di depan rumahnya dalam waktu lima belas menit saja.Aku membantunya untuk membuka sabuk pengaman yang dia pakai lalu diam dan menunggunya untuk keluar dari mobilku. Dia kembali menatapku dengan gelisah lalu beberapa detik kemudian aku mendengar suara pintu mobil yang dibuka namun Dara masih belum keluar. Aku melihatnya sekali lagi kemudian yang selanjutnya terjadi adalah Dara kembali menutup pintu mobilku.

“Jiyong malam itu aku datang.” Ujarnya pelan sambil menunduk. Aku sedikit terkejut mendengarnya.

“apa maksudmu?” tanyaku. “aku menunggumu selama tiga jam lebih dan kau sama sekali tidak muncul dihadapanku.”

“aku datang tapi kau sudah tidak ada, aku datang dan setelah sampai disana aku baru menerima pesan yang kau kirimkan.” Katanya lagi kini sambil melihat kepadaku. “aku datang dan aku hanya menemukan ini.” katanya lagi sambil menunjukkan sebuah kalung yang dia pakai, dan aku terkejut ketika melihat cincin yang aku beli untuknya telah dia jadikan liontin kalung itu.

“Dara apa sebenarnya yang ingin kau katakan?”tanyaku karena mulai bingung.

“aku jatuh cinta kepadamu Jiyong.” Akunya sambil melihatku. “aku jatuh cinta karena taruhan bodoh kita, tapi aku lebih bodoh karena aku selalu menyangkalnya dan aku bodoh karena membiarkanmu pergi dariku.” Katanya lagi. “kau telah menang bahkan sebelum taruhan kita berakhir dan aku sangat bodoh karena tidak menyadarinya.”

“kau jatuh cinta kepadaku?” tanyaku yang dia balas dengan anggukan kepala pelan.

“kau menang karena aku selalu merindukanmu sekarang, aku selalu mencarimu dan selalu ingin bertemu denganmu.” Katanya dengan sorot mata sedih. “aku tidak suka saat melihatmu tersenyum kepada wanita lain bahkan aku menangis saat tadi siang kau mengabaikanku dan pergi dengan wanita lain.” katanya lagi dengannada sedih.

“Dara,-”

“jangan bicara dulu aku mohon.” Katanya lagi. “aku tahu ini sudah sangat terlambat Ji jadi aku bisa mengerti jika kau sudah mendapatkan wanita lain. aku memang sakit hati tapi aku bisa apa? Aku tidak bisa melakukan apapun karena aku yang telah membiarkan wanita lain memilikimu.” Katanya. “siapapun wanita itu aku harap kau bisa bahagia dengannya.” Katanya lagi. dia menghembuskan nafas berat. “aku sudah mengatakan apa yang ingin aku katakan. aku sudah menghancurkan harga diriku sekarang jadi aku tidak akan menyesal lagi karena aku telah jujur kepadamu.” Ujarnya kemudian memegang knop pintu mobil. “selamat tinggal Ji dan terimakasih karena telah mengantarku.” katanya lagi kemudian hendak membuka pintu mobil namun aku langsung menahan tangannya.

“aku mohon jangan pergi dulu.” Kataku. Dia menatapku dengan bingung. “sekarang giliranmu untuk mendengarkan aku.” Kataku lagi yang dia balas dengan anggukan. “Dara wanita itu bukan siapa-siapa. Wanita itu Chaerin, dia hanya sahabatku dan bukan wanita yang aku temukan untuk menggantikanmu.” Kataku lagi sambil memegang tangannya. “aku masih mencintaimu dan jujur saja selama seminggu ini aku sangat tersiksa karena aku tidak bisa menemuimu padahal aku sangat ingin melihatmu. Selama seminggu ini aku menyalahkan diriku sendiri karena aku merasa bahwa aku adalah orang yang telah membuat hubungan kita menjadi seperti ini. Aku menyalahkan diriku sendiri karena aku menawarkan taruhan bodoh itu kepadamu.” Kataku lagi. “tapi sekarang setelah aku mendengar semua yang kau katakan tadi aku tidak lagi menyesal karena ternyata taruhan bodoh itu telah membuatmu jatuh cinta kepadaku dan taruhan bodoh itu telah membuatmu merelakan harga dirimu untuk mau mencintai aku.” Kataku lagi. “aku sangat mencintaimu dan sangat sulit untukku menjauh darimu Dara karena yang selalu aku inginkan adalah menjadi kekasihmu bukannya pergi dari hidupmu.” Dia menatapku dengan mata hazelnya yang menunjukkan keteduhan. “Dara maukah kau menjadi keka-” Dara meletakkan salah satu jarinya dibibirku, menahanku untuk melanjutkan kata-kata yang sering aku katakan kepadanya yang akan aku katakan lagi malam ini.

“sekarang izinkan aku untuk mengatakan kata-kata itu.” katanya pelan sambil melihat mataku dan menggenggam tanganku dengan erat. “Jiyong, maukah kau menjadi kekasihku?”

THE END

<<< Back

Ahhh maafkan aku. Aku rasa telah mengecewakan kalian. Jujur aku sedikit tidak puas dengan ini tapi kalau kelamaan aku takutnya gak sempet lanjutin lagi soalnya sekarang lagi bener-bener banyak tugas yang menggunung belum lagi skripsi yang menanti untuk diselesaikan. Jadi sekali lagi aku mau mohon maaf jika kalian tidak puas dengan chapter ini.

Makasih untuk komentar kalian di chapter 1 dan aku harap kalian masih mau komentar di chapter terakhir ini. dan yang untuk minta after story two people, insya allah nanti kalau ada waktu aku bakal buatin special buat para readers tercinta.

Sampai jumpa di Ffku yang lain. hengsho Applers semua.

32 thoughts on “Wonderfully Stupid #2-End [Twoshoot]

  1. sampe akhir aku tetap salut sama jiyong.
    gereget jga dara gk mau ngakuin perasaannya…..tpi pda akhirnya dara ngaku jga…..wkwkwk
    endingnya kurang kak….aku pengennya lihat mereka pacaran terus moment mereka yg romantis…..hehehe
    tpi keren kok…..ditunggu after story two peoplenya, ff2 DG yg keceww lainnya….dan sequel dri wonderfully stupid klo bisa itu jga kak…hehhe
    semangat.
    dan semangat jga buat ngerjain tugas+skripsinya kak. 😉

  2. Seneng akhirnya dara ngakuin jg klu dia dah jatuh cinta sm jiyong sblm taruhannya berakhir…. dan akhirnya happy ending seneng deh bacaya…. bagus kok unnie nggak ngecewain tp klu bisa dibikinin sequelnya ya hahaha…..
    ditungguin ff two people khususnya ya jangan lama lama……
    fighting buat authornya buat ngerjain tugas2 kuliahnya mudah mudahan di beri kelancaran dan klu ada waktu ditunggu ff lainnya ya unnie

  3. Baper asli bacanya…
    Keren thor, tp msh kurang greget nihh endingnya..
    Semoga dibikinin sequel nya..
    Finally happy ending, meskipun harus ada nangis”annya dlu..
    Sosweet abis dehh nihh ff..
    Ayoo thor buat ff” yg gak kalah abis dri ini..
    Ditunggu juga after story two people sama ff ini..
    Hwaiting!! Hengsho!!

  4. Feelnyaaaaaa oh my gosh aku speechless. Akhirnya dara mau ngelepas harga dirinya. Perasaan akhir akhir ini baca tentang jiyong yang ngejar ngejar dara deh dan aku juga bikin satu ff yang nyeritain jiyong ngejar dara haha. Warbyasah banet haha
    Udah ah makin ngelantur. Semangat lanjut ff yang lainnya eonniiii, keep writing daragon fanfic^^

Leave a comment