DESTINY FOR THE KING [Part. 14]

defta

Author : Defta

Cast     : Sandara Park, Kwon Jiyong, Jung il Woo

Genre   : Drama, action (maybe), Kolosal

***

Suara lonceng dari sebuah kuil menggema di seluruh bukit itu, sebuah kuil yang terletak diatas bukit yang tiak terlalu tinggi itu menyajikan ketentraman hati para pengujung yang datang untuk berdoa. Ditempat itulah Dara berada setelah berpisah dengan Jiyong.

Pria itu ? Dara tak tahu bagaimana kabarnya. Ketika ia berdoa ia akan meyebutkan nama Hanbin yang pertama, kemudian Jiyong, Jiwon dan Hayi secara berurutan. Ia berdoa untuk kesehatan anggota keluarganya.

Dengan baju berwarna coklat krem Dara keluar dari tempat pemujaan dengan nampan pemujaan ditangannya. Ia berjalan keluar untuk membagikan makanan dalam nampan itu ke seluruh kuil. Dara baru menuruni anak tangga kedua saat tanpa sengaja matanya menangkap sosok ketiga anaknya yang berdiri di depan gerbang.

“Eomma Mama…” Hayi menjerit dan langsung berlari kearah Dara.

Dara meletakkan nampan pemujaannya di anak  tangga yang paling tinggi dan menyambut pelukan hangat dari Hayi.

“Bagaimana kau bisa kesini ?” Tanya dara setelah Hayi melepaskan pelukannya.

Hayi tersenyum “Kakak pertamaku adalah raja negri ini, dan kakak keduaku adalah pejabat paling tinggi di kepolisian Joseon, perkara yang sangat mudah untuk menemukan dimana EommaMama tinggal”

Tak lama Jiwon bediri di dekat Hayi dan membungkuk kepada Dara. “Bagaimana kabar anda ? Apa anda makan dengan baik ? Apa  tempatnya nyaman ? Apa anda dapat tidur dengan…..”

“Kau terlalu banyak bertanya oppa !!” Hayi menyela ucapan Jiwon dan langsung namja itu balas dengan sebuah pukulan dari tangan kanannya.

“Apa kalian masih bertengkar ?” Dara bertanya dengan nada rendah, hingga kedua insan itu menundukkan kepalanya dengan dalam seolah mereka melakukan sebuah kejahatan yang berat. “Jangan terlalu sering melakukannya”

“Neh EommaMama”Jawab keduanya bersamaan.

Dara kemudian melirik kearah belakang Hayi dan Jiwon, dimana Hanbin tengah memunggunginya, namja itu masih setia berdiri diantara pintu gerbang.

“Dia merasa bersalah, dia bahkan tak bisa tidur tanpa bantuan obat”

“Hayi…. dia sudah bilang untuk tidak mengatakannya pada EommaMama”

“Apa kau tega membiarkannya seperti itu ?, dia merasa bersalah setiap saat, bahkan sekarang dia sering menanyakan apa yang harus dia lakukan agar tidak salah langkah lagi”

“Tapi…”

Meninggakan kedua orang yang lagi-lagi tengah bertengkar itu, dara melangkahkan kakinya dengan perlahan, menjejaki hamparan tandah yang coklat dia terus berjalan dan berhenti tepat di depan punggung putra pertamanya.

“Hanbin-ah…” Panggilnya dengan lirih.

Hanbin membalikkan badannya perlahan dengan kepala yang masih tertunduk.

“Kenapa raja negri ini menundukkan kepalanya ?”

Mengerti ucapan Dara, perlahan Hanbin mengangkat wajahnya dan bertatap mata dengan Dara. “Karna saya merasa bersalah” jawab Hanbin.

Bibir dara membuat sebuah lengkungan tipis. “Kau tidak salah sama sekali Hanbin-ah, jangan menyalahkan dirimu sendiri, Kami melakukan ini untuk melindungimu”

Sebuah isakan kecil lolos dari bibir Hanbin.

“Jangan memikirkan kami, pikirkanlah dirimu sendiri, kerajaan dan rakyatmu”

“Bagaimana saya bisa melakukan itu ?”

“Kau bisa melakukannya sayang, jadilah Raja yang bijaksana”

“Oppa bisa melakukannya” Suara hayi terdengar dari balik punggung Dara.

“Aku tidak menyerahkan posisiku untuk disia-siakan, jadi jangan pernah mengecewakanku, Hanbin-ssi” Lanjut Jiwon sambil tersenyum dengan lebar.

Hanbin berhambur dalam pelukan Dara, kemudian Hayi dan Jiwon menyusul.

===

Hari semakin siang ketika Hanbin, Jiwon dan Hayi berpamitan untuk pulang.

“Kalian pulang saja, aku ingin disini bersama EommaMama” Rengek hayi sambil menghentak-hentakkan kakinya, ia terus memohon kepada kedua kakak lelakinya untuk membiarkannya tinggal dikuil bersama dengan Dara lebih lama.

“Tak ada yang akan mejemputmu lagi kalau kau disini, ayo pulang !!” Jiwon menarik telinga kanan Hayi.

“Jiwon-ah… jangan melakukan itu pada adikmu”  Tegur Dara yang sama sekali tidak diindahkan oleh namja itu.

“Kami pegri dulu EommaMama” Pamit Hanbin pada Dara.

“Hati-hati dijalan, dan jangan biarkan kedua adikmu itu terus bertengkar”

“Akan saya usahakan”

Selepas kepergian ketiga anaknya, Dara berjalan menuju tempat terakhir ia meletakkan nampan pemujaannya. Ia kemudian berbalik dan tiba-tiba melihat sosok Jiyong berdiri beberapa meter didepannya. Ditatapnya lekat-lekat sosok itu seolah itu adalah sebuah imajinasi semata. Sosok itu perlahan berjalan mendekat dan semakin dengan kepadanya, sosok itu terlihat pucat dan kurus, pandangannya juga terlihat kosong.

“Dara-ah…”

Dara kemudian sadar bahwa itu benar-benar Jiyong, itu suara jiyong yang sagat ia rindukan, suara pria yang sekarang berstatus mantan suaminya sejak 2 minggu yang lalu. Air mata tanpa permisi jatuh dari pelupuk mata Dara.

Masih dengan Dara yang menatap Jiyong, pria itu berjalan mendekat dan semakin dekat sampai akhirnya ia limbung

#BRAK #PRANG…  Suara jatuhnya tubuh Jiyong ke tanah diringi dengan jatuhnya nampan yang berada ditangan Dara. Wanita itu langsung berlari kearah tubuh Jiyong yang sudah berada diatas tanah. Dara meraih tubuh Jiyong, kemudian meletakkan kepala pria itu diatas pangkuannya “JEONHA.. apa anda mendengar suara saya ? Jeonha….” Dara bertanya dengan khawatir.

“JEONHA !!!” Sebuah suara wanita lain ikut terdengar setelah mendengar teriakan Dara.

Tak lama kemudian sosok Yongbae dan Hyorin terlihat oleh retina Dara dan pasutri itu langsung berhambur kearahnya dan Jiyong.

“Saya sudah bilang untuk tidak mengijinkan jeonha datang kesini, beliau sedang sakit” Hyorin berkata dengan kesal kepada Yongbae.

Yongbae mengedipkan matanya beberapa kali, tanda tak mengerti . “Apa katamu ? Aku melakukannya karna dia telihat sekarat dan akan mati, aku tak tega untuk tak mengabulkan kenginannya”

“Tapi sekarang lihat akibatnya, Jeonha jatuh pingsan”

“Hey hey hey…” Yongbae mendelik kepada Hyorin sambil menunjuk wanita itu. “Kenapa kau mengkhawairkan pria lain, kenapa kau menyalahkan suamimu ini ? dan kenapa kau mengabaikan perintahku untuk tidak berlari ? kau lupa kau sedang mengandung eoh ?!!” Pria itu berkata panjang kali lebar membuat Hyorin jengah.

“Tapi,….”

“Apa kalian hanya akan berdebat sampai sore dan membiarkannya disini tanpa pengobatan ?” Suara lemah lembut Dara terdengar.

Pertengkaran antara suami istri itupun terhenti seketika. Yongbae beranjak untuk meraih tubuh Jiyong dan menyimpannya di atas punggungnya, Dara berada didepan untuk menunjukkan letak kamarnya, sedang Hyorin mengekor dibelakang dengan langkah perlahan.

Setelah meletakkan Jiyong diatas kasur, Yongbae berdiri dan keluar dari ruangan bersama dengan Hyorin, membiarkan Dara dan Jiyong berada di ruangan itu berdua.

Dara hanya menatap wajah itu tanpa berniat untuk menyentuhnya, ia hanya dapat mengeluarkan air mata melihat Jiyong terbaring lemah dihadapannya, melihat bagaimana kurusnya pria itu hingga tulang pipi diwajahnya terlihat dengan jelas.

“Jangan menangis” sebuah suara membuat wajah Dara yang menunduk menjadi menatap satu-satunya orang yang ada di ruangan itu selain dirinya. “jangan menyalahkan dirimu sendiri”

Perlahan namun pasti sepasang kelopak mata yang menyimpan sepasang mata berpupil coklat emas itupun terbuka, sedikit menyesuaikan cahaya yang sedikit gelap. Didalam sana, Jiyong hanya menatap wajah Dara, mentapnya dengan segala kerinduan yang terimbun dari dalam hatinya, menatapnya seakan-akan ini adalah terakhir kalinya ia bisa menatap pemilik wajah nan teduh itu.

“Kenapa anda bisa seperti ini ?” Tanyanya masih dengan nada yang lemah lembut seolah dia tengah berbicara dengan seorang bayi yang mungkin tak mengerti maksudnya.

“Karna aku sangat merindukanmu, aku merindukanmu hingga aku hanya bisa bernafas ketika menyebutkan namamu”

Dara memejamkan matanya dengan rapat, hingga setetes air mata kembali jatuh ke pipinya. Tapi dengan cepat Jiyong menghapus air mata itu dengan ibu jarinya.

“aku yang salah” Ucap Jiyong lirih.

Sekali lagi suara isakan lolos dari bibir mungil Dara.

— Sementara itu……

Yongbae berdiri dengan menyilangkan kedua tangannya didada.

“Apa anda marah ?”  Tanya hyorin yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya.

Yongbae masih diam dan membuang wajahnya untuk tidak bertemu dengan wajah Hyorin.

“Baiklah saya bersalah maafkan saya” Hyorin membuat pengakuan tapi Yongbae masih saja diam membuat Hyorin mulai kesal. Sambil mengerucutkan bibirnya Hyorin mulai bejalan menjauh dari Yongbae.

Tapi baru saja kakinya berjarak 5 langkah dari Yongbae, namja itu menarik tubuhnya dan memeluknya dari belakang.

“Kau tidak boleh berdiri lebih dari 5 langkah dariku” Ucapnya sambil meletakkan dagunya di bahu Hyorin.

“Tidak akan lagi”

Yongbae kemudian membalikkan tubuh Hyorin. Lalu berlutut untuk mensejajarkan wajahnya dengan perut Hyorin yang masih rata. “Kau baik-baik saja ? Apa eommamu menyakitimu ?”

Hyorin merengut mendengar ucapan Yongbae. “Apa ada Eomma yang mau menyakiti anaknya sendiri ?”

“Apa kau lihat sayang, eommamu semakin cantik, walau dia sedang marah” Gombal Yongbae hingga pipi Hyorin langsung bersemu merah. “Apa lagi kalau dia sedang merona”

“Hentikan…”

“Aku lapar, ayo pergi untuk mencari makanan”

“Tapi bagaimana dengan…”

“Mari beri mereka waktu untuk berdua, Kita lihat keadaan mereka setelah makan”

Hyorin hanya mengagguk mananggapi usulan Yongbae.

***

Warna jingga menghiasi langit di sebelah barat, menandakan bahwa waktu itu senja mulai datang, yongbae dan hyorin baru saja kembali dari pasar untuk mencari makanan.

Hyorin melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam tempat dimana terakhir kali ia bertemu dengan Dara dan Jiyong, diikuti dengan Yongbae dibelakangnya. Perlahan wanita itu menggeser pintu kayu, berusaha untuk tidak membuat suara sedikitpun.

“Dara-ssi… apa anda didalam ?” Tanyanya dengan suara merendah.

Merasa tidak ada jawaban dari dalam sana, Yongbae mengambil inisiatif untuk langsung membuka dengan lebar pintu dihadapan mereka. Suara gesekan antara kayu itu terdengar keras,diiringi rasa keterkejutan dari kedua pasangan suami istri itu.

Bagaimana tidak ?, kedua orang yang tengah mereka cari tidak ada ditempatnya. Sekali lagi tidak ada ditempatnya.

“Kemana mereka ?” Hyorin bertanya pada Yongbae.

Yongbae masuk kedalam ruangan itu dan mulai menjelajah kesetiap sudut ruangan. Ia tak menemukan siapapun disana, hingga retina matanya menangkap sebuah benda berwarna hitam dan tersampir diatas daun jendela. Benda itu bukan sengaja diletakkan disana, karna kain hitam itu berjerat paku yang tertancap dijendela itu.

Perlahan yongbae meraih benda itu dan menggenggamnya erat.

“Apa terjadi sesuatu ?” Suara lembut hyorin dan tangan halus wanita itu menyentuh bahu Yongbae.

Pria itu mengangguk kecil. Ia lalu berbalik dan menatap Hyorin. “Sesuatu yang besar akan terjadi” Keheningan sesaat terjadi antara kedua insan itu, sampai Yongbae melanjutkan ucapannya. “Bisakah kau tetap tinggal disini ? Aku janji aku akan kembali dengan selamat”

Dengan cepat Hyorin meraih tangan Yongbae, menggenggam tangan itu dengan erat, dan kemudian menggeleng pelan. Sesetetes air mata jatuh dari sudut matanya. Yongbae yang melihat hal itu langsung menghapus air mata yang sudah jatuh ke pipi wanitanya.

“Aku berjanji” Yongbae kemudian menyentuh perut rata Hyorin dan mengelusnya pelan. “Appa akan pergi sebentar, jangan nakal didalam sana, jangan buat eomma-mu kesakitan”

Sekali lagi air mata yang kurang ajar itu turun dari mata indah Hyorin.

“Aku akan kembali, aku pasti akan kembali” perlahan yongbae melepaskan genggaman tangan hyorin dari tangannya. Sebuah protes kecil menghalangi langkahnya, tapi ia tersenyum dan terus berusaha untuk mebuat hyorin lebih tenang.

Yongbae mengagguk sambil kembali tersenyum, ia meraih tubuh Hyorin, memeluknya dan mencium puncak kepalanya. Setelahnya ia pergi meninggalkan hyorin sendiri diruangan itu.

===

Gelap, berdebu, dan pengap. Adalah kesan pertama saat jiyong membuka kedua matanya yang terasa berat, ia mengingat saat dara mencoba diambil seseorang berpakaian serbahitam dari pelukannya. Ia juga ingat bagaimana dengan eratnya ia berpelukan dengan Dara, hingga keduanya berakhir ditempat seperti ini.

Ia melirik kesamping dan menemukan dara yang diikat sama seperti dirinya.

Samar-samar ia mendengar suara orang yang bercakap-cakap.

“Kenapa kau bawa dia bersama dengan Dara ?” Jiyong mengenal betul siapa pemilik suara itu, seseorang yang pernah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Jung Il Woo.

“Kami berusaha keras melepaskan keduanya, tapi gagal, jadi kami membawa keduanya”

Suara helaan nafas Ilwoo terdengar jelas di telinga Jiyong. “Itu sudah terlanjur, lagi pula tak ada ruginya membawanya kemari, dia juga akan tau akhir dari kerajaannya”

Tak lama setelah itu, satu-satunya pintu di ruangan itu terbuka dengan lebar. Menampakkan siluet tubuh seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Ilwoo.

“Tidurmu nyenyak adikku ?” Ucapnya dengan nada sarkasme, matanya menatap langsung pada mata coklat Jiyong.

Kedua kelopak mata Jiyong menyempit. “Apa yang kau rencanakan ?”

“Aku ?” Ilwoo menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya, lalu ia tertawa dengan sangat keras. “Kau bertanya pada harimau lapar yang tengah mengejar mangsanya”

“Eungh…” Suara lenguhan kecil dara terdengar, wanita itu mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk melalui pupil matanya.

“Kau sudah bangun ? Apa kau baik-baik saja ?” Tanya Jiyong bengitu melihat Dara membuka matanya.

Dara mengangguk lemah membalas pertanyaan dari jiyong.

“Berhubung kalian berada disini bagaimana jika kalian bertemu dengan seseorang ?”

Tak lama kemudian pintu yang berada di belakang Ilwoo-pun terbuka, menampakkan seorang pria berpakaian hitam tengah menyeret dua orang yang wajahnya ditutup kain dan tangannya diikat. Kedua orang itu langsung di lempar hingga terjatuh di depan Jiyong dan Dara. Kemudian ilwoo menyuruh pria yang membawa kedua orang tadi untuk membuka penutup wajah mereka.

“Chaerin-ssi..” Dara memekik ketika orang yang wajahnya ditutup adalah Chaerin bersama dengan Dongbae.

“MAMA…” Chaerin tak kalah terkejutnya dengan dara.

“Baiklah, kalian bisa reuni sebentar, dan saling bertukar cerita, karna aku yakin cerita kalian sungguh sangat menyedihkan, dan akhirnya akulah yang akan tertawa”  salah satu sudut bibir Ilwoo menarik keatas, meremehkan.

Selanjutnya ilwoo dengan angkuh meninggalkan ruangan itu.

“Apa yang terjadi ?” Dara bertanya.

“Jiwon… dia… jiwon….” Dengan tergagap-gagap Chaerin menjawab pertanyaan Dara. “orang itu menyuruh Jiwon untuk membunuh Raja”

“APA !!!”

#FLASHBACK#

Hanbin, Jiwon, dan Hayi tiba diibukota ketika dengan tiba-tiba Jiwon menghentikan kuda yang ditungganginya, lalu turun dari punggung kudanya.

“Ada apa ?” Tanya Hayi.

Bukannya menjawab pertanyaan adiknya itu, Jiwon meraih tubuh Hayi dan memindahkannya keatas punggung kuda yang ditunggangi Hanbin.

“Kalian duluan saja”

“Kau ingin bertemu orangtuamu ?” Jiwon hanya tersenyum konyol menjawab pertanyaan dari Hanbin. “Baiklah, pulanglah tepat waktu”

Jiwon mengagguk dengan antusias, kembali menaiki kudanya dan mengambil jalan lain yang berbeda dengan Hanbin dan Hayi.

Ketika ia sampai ditempat yang ia tuju, ia menemukan bahwa beberapa orang berpakaian hitam tengah menyandera orangtuanya.

“Kebetulan sekali kita bertemu disini Jiwon-Gun”

“Siapa kau ? Lepaskan mereka” Ucapnya yang didomisili dengan nada perintah.

Orang itu tertawa dengan keras, “Aku bukan orang yang bisa kau perintah sesuka hatimu”

Jiwon bersiap meraih busur dan panahnya saat tiba-tiba ia limbung karna seseorang memukul bagian belakang lehernya.

Jiwon membuka matanya dengan berat, mengumpulkan tenaganya dan mengumpulkan ingatannya bagaimana ia bisa berada ditempat yang gelap dan berdebu itu. Ketika ia mengingatnya ia mendongakkan kepalanya dan langsung disambut sebilah pedang yang berada di bawah lehernya.

Tepat didepannya kedua orangtuanya juga bernasib sama seperti dirinya, bedanya, mulut kedua orangtuanya itu diutup dengan kain.

Orang lain yang berada didepannya adalah pria berbadan tegap, sambil mengikat tangannya dibelakang badannya itu. Dan pria itu berada disudut gelap dimana Jiwon tidak dapat

“Siapa kau ?” Tanya Jiwon dengan nada marah.

 Pria itu berjalan ke sisi terang agar Jiwon dapat melihatnya dengan jelas. Ya tentu saja, pria iu adalah Jung Ilwoo.

“Aku ? Aku pamanmu, kau tak mengenalku ?”

“Aku tak punya paman sepertimu”

Dengan gerakan cepat Ilwoo meraih dagu jiwon, bersamaan dengan itu sebuah rintihan kesakitan tertahan lolos dari bibir Chaerin dan Dongbae, kedua orang itu disiksa dengan cara dipukul pahanya.

“Berhenti bersikap keras kepala atau kau akan melihat kedua orangtuamu mati di depan mata kepalamu” Ilwoo lalu mendorong dagu Jiwon hingga ia jatuh ke belakang. “Aku punya satu perintah” Pria itu berdiri tepat di depan Jiwon.

“Aku tak akan sudi menjalankan printahmu”

Sekali lagi Donghae dan Chaerin disiksa dengan cara yang sama, membuat Jiwon memekik memanggil ayah dan ibunya itu.

“Kau akan melakukannya, karna nyawa kedua orangtuamu ada ditanganku”

Jiwon diam seribu bahasa, hanya menatap mata Ilwoo dengan tatapan benci.

“Hancurkan dinasti Kwon, bunuh rajanya dan bawa tahta itu ketanganku”  Raut keterkejutan tergambar jelas dari wajah Jiwon dan kedua orang tuanya. “Kau tenang saja, kau hanya perlu membunuh Hanbin dan membawa tahtanya padaku, masalah prajurit-prajurit kecil yang menjadi penghalang bagimu, aku bisa menyingkirkanya”

#FLASHBACK END#

“Jadi dia punya orang dalam ?” Jiyong bertanya.

“Neh” Donghae mengagguk kecil. “Dari yang saya dengar, dia punya 50 di gerbang, 75 di istana jiwon, 50 diistana Hanbin dan 80 di istana Hayi”

“Itu hampir 40 %  total prajurit diistana”

“Ini salah kami, seharusnya Jiwon tidak datang untuk bertemu kami, kami hanya beban baginya” Chaerin berkata dengan lirih.

“itu tidak penting sekarang, yang terpenting adalah cara keluar dari tempat ini”

“Kapan kudeta itu akan dilakukan ?”

“Lusa”

==TBC==

WAJIB BACA

Tinggal 1 part terakhir plus epilog, maaf defta ngilang lama banget, maklum pulang camping langsung dituntut puasa, jadi mood ngetiknya males banget.

Dan FF baru yang defta janjiin, defta kasih sedikit bocorannya.

FF 1

“Ahn Sohee-ssi …”

“Dia sangat cantik, tapi aku tak bisa merawatnya”

“Ahn sohee-ssi”

Tiba-tiba wanita bernama Sohee itu berlutut tepat di depan nona Park.

“Saya mohon rawatlah dia”

“Kenapa saya harus melakukannya ?” Balas nona Park dengan dinginnya, dia bahkan tidak berniat untuk menolong sohee untuk berdiri.

Perlahan Sohee berdiri dengan sedikit kesusahan. “Karna anda adalah seorang wanita yang kesepian, sama seperti saya”  Semua orang yang menyaksikan agedan itu sedikit tercengang. Begitu juga dengan Nona Park yang tak kalah tercengangnya. “Setidaknya anda memiliki waktu yang lama untuk berada di dunia ini” Sohee member jeda pada kalimatnya. “Sedang saya, saya hanya tinggal menunggu malaikat maut menjemput saya”

Suasana hening terjadi begitu saja, semuanya terdiam seolah menunggu cerita dari Sohee.

Perlahan Sohee meraih tangan Nona Park dengan pelan, lalu memasukkan tangan putih nan halus itu kedalam lubang yang berada di sisi incubator itu. Ketika tangan Nona Park menyentuh kulit pucat berkerut bayi yang berada disana, gerakan menggeliat kecil di lakukan olehnya membuat Nona Park terlonjak kaget dan segera menarik kembali tangannya.

“Dialah yang nantinya akan menjadi pendamping anda, dialah yang akan menemani ada di dunia yang kejam ini, dia akan menjadi alasan anda untuk bertahan, dan dia juga yang akan menjadi jiwa baru bagi anda”

 

FF 2

Dunia ini terbagi menjadi 2 buah bagian, yaitu bagian gelap dan bagian terang. Di dunia yang berada di bagian terang akan merasakan apa itu yang namanya kebahagiaan. Tapi apakah di bagian gelap itu tidak ada kebahagiaan ? tentu saja ada. Hanya orang disana menyebutnya dengan kesenangan.

Kebanyakan dari kalian pasti akan berfikir dunia gelap identik dengan rokok, miras, kekerasan, obat-obatan terlarang dan sex. Kalian tidak salah, kalian sangat benar sekali.

Bau pengap dari asap rokok, bau alcohol dari minuman keras, bau amis dari darah, bau kimia dari obat-obatan terlarang dan juga bau pesing dari sperma, semuanya melebur menjadi satu dalam dunia gelap itu. Sangat mudah untuk masuk kedalam dunia itu, tapi untuk keluar, nyawa taruhannya.

Saran ? tinggalkan komentar di bawah ini kekekkeke ❤ Defta

 

22 thoughts on “DESTINY FOR THE KING [Part. 14]

Leave a comment