Oh, Dara! : Chapter 6

oh dara

Author :: Cyscha
Cast :: Sandara Park (Dara 2NE1), Kwon Jiyong (G Dragon Bigbang)
Support Cast :: 21BANGS, YG FAM
Genre :: comedy, romance

^Happy Reading^

~ 6 ~ 

Dara merapatkan jaketnya menghindari hembusan angin malam menyentuh kulitnya secara langsung. Sepi dan dingin langsung menyergap ketika dia baru saja keluar dari pelataran YG building untuk segera menuju dorm 2NE1.

Ponselnya bergetar. Chaerin menelponnya karena khawatir di jam selarut ini Dara belum juga pulang.

“EONNIE?? EODDIYA??” Teriakan Chaerin menggema memaksa gadis itu menjauhkan benda tersebut secepat mungkin dari telinganya.

“Mianhae Chae, aku sedang dijalan pulang.” Jawab Dara.

“Ne, cepatlah pulang.”

Putusan terputus. Dara memasukan lagi ponselnya kesaku.

‘Kenapa harus begini?’ Desisnya perlahan menyeka sekilas air yang mengalir dari sudut matanya.

Flashback

Dara Pov

Pandanganku nanar tak menentu ketika sekali lagi CEO Yang menatapku memohon pengertian, Senyumnya menghias berusaha membuatku untuk tenang tentang ucapannya yang justru terlanjur menyakitiku.

“Aku harus berpikir ulang tentang keadaan ini. Kau sangat baik dan terlalu baik dibanding yang lain, tapi sebelum 2NE1 debut dan kau resmi menjadi membernya aku harus memikirkan sekali lagi posisimu. Ini sebenarnya mungkin sangat memberatkan tapi kenyataannya tetap keputusan ini yang harus kupilih.” Aku mendengar beliau menghela nafasnya. Membuat jantungku semakin terasa berdenyut.

“Debutmu akan segera di atur. Maafkan aku Dara, tapi menjadi aktris kurasa lebih cocok untukmu.” Beliau menyudahi ucapannya membuatku sekali lagi merasa teriris.

Jika hanya menjadi aktris tak perlu aku berada disini? Aku sudah jauh lebih dulu menjadi aktris di filipina dan itu bukan jiwaku, bukan duniaku juga bukan impianku. Aku ingin sukses sebagai penyanyi karena basic awal aku merintis karis di dunia hiburan adalah sebagai penyanyi. Haruskah aku menerima jika sekarang beliau menginginkan aku berhenti dan memulai kontrak baru sebagai aktris?

Kuhela nafas saat merasakan paru-paruku menyempit menyesakkan dada.

“Sajangnim, bisakah aku memikirkan ini terlebih dahulu?” Pintaku berusaha membendung desakan airmata.

Beliau mengangguk dan memberiku seulas senyum seolah mengatakan bahwa beliau akan memberikanku sedikit waktu untuk berpikir.

Aku meninggalkan ruangannya dengan sesak. Ini membuat sebagian harapanku pupus. Kenapa ketika aku sudah melambung beliau memikirkan untuk menghentikkan langkahku?

Entah karena alasan apa tapi sungguh aku mencintai dunia menyanyi. Bahkan jika harus memaksakan diri menjadi aktris itu tidak akan maksimal.

Flashback End

***

“Kenapa kau?”

Suara seseorang mengagetkanku. Aku memiringkan kepalaku kesamping dan bola mataku sempurna menangkap sosok Jiyong.

“Apa yang sajangnim katakan?” Tanyanya.

“Aku akan membatalkan kontrak.” Sebenarnya aku tidak sedang menjawab pertanyaan Jiyong, aku hanya memikirkan bahwa itulah keputusan terakhirku.

“Kenapa?”

Dia berhenti dan menatapku dengan rasa penasaran.

Aku hanya menatapnya sekilas kemudian melangkah kearah sebuah bangku dipinggir jalan yang sudah benar-benar sepi.

“Aku tidak bisa meneruskan kontraknya..” Dengan berat aku memulai bercerita. Beruntung aku bertemu dengannya ketika bebanku sudah hampir merobohkan pertahananku.

Dia diam saja mengikutiku dan memilih duduk bersebelahan, sebelah tangannya merogoh sakunya mengeluarkan sebungkus rokok.

“Menjadi aktris bukan impianku, aku tidak ingin sama sekali menggeluti dunia itu karena..”

“Karena apa?” Dia menyalakan rokoknya.

“Aku pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan, dunia akting dan model membuatku takut untuk kembali menerjunkan diri kesana. Fotoku yang hanya mengenakan lingerie tersebar. Aku dipaksa melakukan pemotretan itu.” Merasakan lagi kesakitan jika mengingat kejadian itu. Aku jera dan tidak ingin melakukannya lagi sekarang. Yaa sekarang aku belum siap.

Dia menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya kasar membuatku nyaris terbatuk.

“Matikan rokokmu Ji..” Pintaku sambil meraih paksa rokok itu dari tangannya dan melemparkannya jauh-jauh.

“Dara..”

“Panggil aku noona..”

“Aisshh.. Aku tidak bisa melakukan itu.”

Bibirku menekuk membuatnya tertawa ringan.

“Tetaplah disini kumohon.”

Aku menggeleng. “Tidak.” Kemudian melemparkan tatapanku ke arah menghindari matanya yang menyorotku dengan cara berbeda.

“Aku sudah memutuskan untuk mundur.” Yaa aku yakin itu adalah yang terbaik.

Dia tertawa. “Kau salah satu harta yang sajangnim inginkan. Aku tidak percaya dia melepasmu begitu saja, kenapa tidak membuat beberapa kecocokan pada kontraknya. Misalnya kau bisa menjadi member 2NE1 tapi dengan catatan bahwa kau juga harus bersedia dengan job diluar 2NE1.”

“Itu terdengar sangat melelahkan.” Cibirku tak setuju dengan sarannya.

“Aku akan usahakan bahwa kau layak di 2NE1.”

Ucapannya hanya mendapat respon senyuman dariku karena aku tau itu tidak akan mungkin karena 2NE1 sudah diputuskan akan debut segera mungkin dan aku tidak diperkenankan berada di group itu.

Ponselku berdering lagi. Aku merogoh benda tersebut. Nama Bom kali ini menghiasi layar.

“Mereka mungkin sudah mencemaskanmu.” Komentar Jiyong saat melihat nama Bom.

Aku mengangguk. “Iya, 1 jam yang lalu Chaerin menelponku dan aku mengatakan aku sedang dijalan.”

“Yeoboseyo?” Sapaku setelah menekan tombol yes.

“Dalong dimana kau? Ini hampir jam 12, dan kau belum juga kembali. Apa kau baik-baik saja?” Seru Bom panik dengan 1 kali tarikan nafas.

Jiyong merebut ponselku sebelum aku sempat menjawab pertanyaan Bom.

“Noona dia bersamaku. Jadi tidak usah kalian tunggu. Kami akan pulang keapartemenku.” Jiyong memutuskan sambungan telpon Bom. Aku tercengang sepersekian detik mencerna ucapannya. Mataku berkedip bahwa dia benar mengatakan bahwa aku akan pulang bersamanya keapartemen pribadi milik albino ini.

“Mari kita pulang!” Ajaknya sambil menyerahkan ponselnya ketanganku.

“Jiyong..” Aku menatapnya tajam. “Aku tidak mau pulang keapartemenmu.” Tegasku sebelum akhirnya memutuskan berlari meninggalkan albino idiot itu sendirian.

“Dara!!”

Aku merasakan tanganku sudah tergenggam. Membuatku mau tak mau berhenti.

“Jiyong, antarkan aku pulang ke dorm 2NE1.” Kataku menatapnya memohon.

Dia membelai kepalaku lembut dan tersenyum. “Ayoo.” Tangannya menarikku kembali keparkiran YG.

***

Jiyong Pov

Aku dan Dara sudah berada di mobil. Dan Kami belum berbicara satu sama lain sejak Dara menceritakan bebannya. Aku mengerti jika dia kecewa dengan keputusan sajangnim, dan aku merasakan hatiku sesak saat melihat kekecewaan tergambar jelas disorot matanya.

Dia melirikku dengan tatapan sendu ada gurat khawatir di wajahnya, mungkin juga perasaan dilemanya tentang keputusan yang harus dia pilih.

“Dara-yah” tegurku pelan.

Gadis itu tidak menjawab hanya menoleh sekilas.

“Apa yang kau pikirkan? Bukankah hatimu sudah mantap akan mundur? Tapi aku melihat kebimbangan dimatamu. Pikirkan secara jernih apa yang sebaiknya kau pilih.” Aku bertanya sambil tetap memfokuskan kearah jalan.

Terdengar helaan nafasnya pelan “Aku merasa tidak mampu. Sajangnim melihat jelas ketidakmampuanku.” desisnya getir.

Aku tercekat. Hatiku kembali terasa perih ketika mendengar betapa terlukanya dia.

“Aku harus pulang kembali, setelah dengan keberanian menerima kontrak lalu aku gagal bahkan sebelum aku memulai. Ini terdengar menyedihkan, dan aku tidak percaya bahwa memang aku gagal. Aku tidak layak menjadi penyanyi.” Dara menangis. Disaat aku mencoba mencari bola matanya dia menghindar, menyeka kasar rintik bening yang turun perlahan.

Aku diam tak dapat bersuara, dadaku bergemuruh melihat bagaimana gadis ini menangis menumpahkan bebannya.

“Tapi ini tidak salah. Sajangnim benar bahwa aku tidak layak berada di 2NE1, aku sadar secara pasti mereka bertiga memang memiliki skill diatas rata-rata. Hanya saja ini terasa menyakitkan ketika aku harus gagal setelah aku dinyatakan lulus.” Lanjutnya dengan tawa getir. Kemudian aku mendengarnya terisak.

“Dara” panggilku memegang bahunya lembut. “jangan menyerah saat kau sendiri memiliki tekat! Jangan merasa tidak mampu ketika kau sadar kau bisa bekerja keras, kau memang terlihat berbeda dari mereka, tapi justru perbedaanmu itulah kelebihanmu. Mereka tidak akan bisa seperti kau tapi kau pasti bisa menjadi seperti mereka. Berjuanglah, tunjukkan pada sajangnim bahwa karena kau berbeda dari mereka kau harus berada di 2NE1.” aku mencoba menenangkannya. Memberinya jaminan bahwa aku bisa mengatur apa yang dia mau asal dia memilih tinggal.

“Dara yang ku kenal tidak lemah.. Dia seseorang yang mampu bekerja keras untuk mencapai keinginannya. Ku mohon jangan menyerah! Kita harus meyakinkan Sajangnim bahwa kau mampu. Aku akan membantumu Dee karena aku melihat kemampuanmu yang luar biasa.” Senyum hangat melukis wajahku, Aku mencoba menatap matanya lembut. Dan sebagai hadiah dia memberiku sebuah senyum tipis. senyum itu? Aku sungguh menyukainya.

“Aku tidak yakin aku bisa..”

“Percaya padaku!”

“Ne, arraseo hanya itu yang kujadikan pegangan!!” Jawabnya dengan anggukan kecil.

Mobilku sudah berhenti di depan dorm 2NE1 tapi dia hanya memandang sayu belum juga bergerak membuka pintu mobil.

“Masuklah, sudah malam. Besok aku akan bicara pada sajangnim.” Perintahku saat dia masih diam terpaku. “Ah ne.. Aku harus masuk.” Katanya lesu. Tangannya sudah hampir membuka pintu saat aku menarik tubuhnya kearahku.

“YA Apa-apaan kau ini?” Teriaknya kaget. Bibirnya mulai membentuk kerucutan. aku tersenyum melihatnya. Dara yang pemarah! dia tetap tak berubah.

“Kumohon jangan menyerah Dee.” Kataku terdengar seperti sebuah permohonan.

Dara menatapku dengan tatapan berbeda.

“Terimakasih. Aku akan memikirkan saranmu.”

Lalu kami berdua tersenyum. Dadaku berdebar halus ketika menyadari wajah kami yang hanya berjarak beberapa senti. Ini terlalu dekat bahkan bisa kudengar detak jantungnya.

“Engg.. Ak-aku harus masuk.” Katanya gugup menarik wajahnya memperpanjang jarak antara kami.

“Dara kau melupakan sesuatu?” Panggilku lagi.

“Ah.. Apa?” Tanyanya panik.

“Tidakkah kau berniat mengucakan selamat malam padaku??” Kataku menggoda.

“Mwo?? Benar-benar tidak penting.” Dia mengerucutkan mulutnya. mengacuhkanku!

“Aku masuk dulu. Terimakasih tumpangannya.” pamitnya hendak keluar. Tapi lagi-lagi tangannya kutarik. kupegang erat.

“YA!! Namja brengsek! Apa maumu? Aishhh aku sudah lelah bodoh. Dan aku mau istirahat.” teriaknya kesal dengan mata melotot kearahku.

“Takkan kulepaskan sebelum kau mengucapkan selamat malam.” Aku tetap keras kepala! Entah kenapa aku sangat suka saat Dara cemberut! Atau berteriak kesal karena ulahku. Dan aku membenci ekspresinya tadi, ketika dia merasa terluka, kecewa dan menangis.

Dara menyipitkan matanya, bisa kurasakan aura kesal terpancar dari ekspresi dan sorot matanya.

“Selalu memaksakan kehendak.” Desisnya sinis.

“Apa itu benar-benar sulit?” Dara mendengus. “Baiklah, aku mengalah! SELAMAT MALAM KWON JIYONG!!!!” Teriaknya kencang tepat ditelingaku.

Aku mengerutkan keningku saat merasakan telingaku berdengung dan sakit. Tapi dia masih menatapku.

“Waeyo? apalagi? Atau itu masih kurang?” Tanyanya dengan senyum sinis.

“Aku rasa tidak seperti itu caranya mengucapkan selamat malam pada orang yang benar-benar baik padamu. kau tidak pernah menonton ya? Mau kuajarkan??” Aku mengedipkan mata padanya.

“Mwo?? Apa maksdumu? Tidak perlu bukankah yang tadi itu lebih dari cukup?” Matanya membulat sempurna.

“Caranya seperti ini..” aku mendekatkan wajahku kewajahnya. mata kami bertemu dan aku bisa merasakan Dara resah. Wajahnya memasang ekspresi ketakutan yang sama saat pertama kali aku menciumnya.

“Jangan macam-macam bodoh! Atau akan ku congkel matamu.” Ancamnya bergerak mundur saat wajah kami semakin dekat, aku bahkan bisa merasakan hangat hembus nafasnya menerpa wajahku.

“K-ka-kau mau apa? Kwon Jiyong.. Jika kau berani melakukannya lagi aku bersumpah akan menyebarkan pelecehan yang kau lakukan terhadapku ke media.” Ancam Dara pelan. dia reflek memundurkan wajahnya menghindariku, tapi aku justru menarik tubuhnya hingga dia semakin mendekat.

Melihat Dara semakin kelihatan takut membuatku merasa senang. aku sungguh menikmati melihat wajahnya memucat. Dasar yeoja babbo!!

“Selamat malam chagi-ah” bisikku mesra lalu menjauhkan wajahku darinya.

Aku bisa mendengar Dara terkesiap kaget kemudian setelah otaknya kembali normal dia menarik nafas lega!

Aku menatapnya dengan dahi berkerut. “memangnya apa yang kau pikirkan gadis apel?” Tanyaku setelah melihatnya begitu ketakutan.

“Aniya, aku tidak berpikir apa-apa.” jawabnya cepat. dia mencoba menenangkan dirinya sendiri.

“Harusnya tadi aku menciummu.” ujarku santai dan sedetik kemudian tamparan halus mendarat dibahuku.

“Kau akan mati jika berani melakukannya lagi.” Geramnya melotot tajam kearahku.

Dia membuka pintu mobil dan keluar. Tapi sebelum dia menutup pintu aku melihatnya melongok kedalam.

“Waeyo?”

“Ji.. terimakasih untuk malam ini.” Ucapannya terdengar sangat tulus. Aku menjawabnya dengan sebuah senyum hangat.

***

Dara Pov

“Katakan darimana kau semalam?” Bom menodongku dengan garpu saat kami duduk bersama menikmati sarapan.

Aku meliriknya lalu mengarahkan pandangan melirik dua member lainnya, tatapan mereka sama saja dengan Bom.

“Aku tidak kemana-mana.” Jawabku cuek sambil menyuapkan sepotong roti.

Bom melipat tangannya didepan dada sembari tetap memasang tatapan menyelidik.

“Kau bersama Jiyong bukan?” Nada suaranya seperti sedang menghakimi.

“Ya benar..”

“Jadi kau benar tidur diapartemennya?” Teriak Bom exited. Matanya menghilang saat bibirnya membentuk senyuman.

“Unnie pelankan suaramu.” Protes Minzy.

“Mianhae, aku hanya terlalu bersemangat.” Bom memasang wajah sumringah ketika kembali menatapku.

“Kalian pacaran? Semalam itu kalian benar tidur bersama? Kau bisa menyingkirkan Kiko? Ilmu apa yang kau pakai?” Bom kembali bertanya antusias, membuatku menghela nafas bahwa aku telah salah bicara.

“Pertanyaanmu begitu banyak. Bagaimana Dara unnie bisa menjawab.” Protes Chaerin mencibir.

“Cuma ada satu jawaban untuk semua pertanyaan Bom yaitu TIDAK!” Bom terkesiap tak percaya. Tapi kemudian senyumnya kembali mengembang.

“Tidak perlu merasa takut bercerita dengan kami. Aku akan menjamin mulutku dan kedua mulut bebek ini bisa di rem, jadi tidak akan bocor.” Kedua alisnya dinaik-naikkan membuatku menatapnya semakin malas.

“Jawabannya tetap tidak! Karena memang kenyataannya tidak ada apa-apa.” Bom cemberut dan memalingkan pandangannya. Apa dia merasa kecewa bahwa tidak ada hal menarik yang kukatakan? Biang gosip.

“Jadi darimana unnie semalam?” Minzy membuka suara.

Semalam?

Aku bertemu Jiyong. Itu benar. Tapi sebelum itu? Ku pejamkan mataku menghalau bayangan menyakitkan tentang perbaruan kontrak yang di minta sajangnim. Haruskah aku menceritakannya pada mereka? Tapi sebaiknya mungkin mereka juga perlu tau.

“Aku menemui sajangnim. Dia mengatakan sesuatu tentang debutku.” Ketika mengatakan itu hatiku kembali berdenyut sakit.

“apa yang dia katakan? Apa debut 2NE1 akan di tunda lagi?” Tanya Chaerin menatapku penasaran.

kepalaku menggeleng. Berat rasanya menceritakan ini tapi tetap saja aku harus memberitahu mereka. “Bukan tentang 2NE1.. Tapi tentang aku.” Desahku gamang. Perasaan sakit membuatku semakin tidak ingin bercerita.

“kenapa denganmu?” Bom menyipitkan matanya.

“aniya.. Tidak apa-apa. Ayoo kita pergi.” Aku menggeleng cepat mengalihkan pembicaraan ketika merasakan desakan airmata dipelupuk mataku.

Chaerin melirik jam dipergelangan tangannya. “Ah ya.. Aku harus pergi sekarang. Kajja Minggki..” Ajaknya menarik maknae berdiri.

***

“Apa yang kau sembunyikan Dara?” Bom kembali menyelidikiku ketika aku tengah mengeratkan tali ketsku.

“Tidak ada.”

“Jangan bohong! Apa yang sajangnim katakan?” Tanyanya meraih tanganku dan kami berjalan bergandengan menuju lift.

“Tidak ada Bomie. Dia hanya bercakap-cakap tentang karirku, hanya itu.” Kuharap Bom berhenti bertanya.

Dia diam. Kami berjalan bersebelahan dengan di temani keheningan, hanya terdengar desah nafasku yang mulai tidak teratur saat mengingat kembali ucapan sajangnim.

“Dee..”

Aku menoleh. Bom memberiku senyum lembut.

“Jujur, apa yang sudah terjadi padamu?” Sebelah tangannya memegang bahuku mencoba membuatku yakin bahwa aku harus percaya padanya.

Kupejamkan mataku sebentar kemudian menarik nafas panjang untuk memulai bercerita.

“Bomie-ah, aku akan mundur. Sajangnim memintaku berhenti..” Lirihku pelan sambil menatapnya kosong.

Mulut Bom terbuka. Sebelah tangan sudah reflek menutup mulutnya. Dari ekspresinya tentu saja dia tidak percaya dengan ucapanku.

“Apa yang terjadi Dara?” Kali ini dia bertanya dengan ekspresi datar. Aku bisa merasakan dia tengah mengendalikan emosinya.

“Aku akan kembali ke filipina secepatnya.” Aku mengakhirinya. Rasanya tidak bisa menceritakan lebih banyak lagi.

“Dara, maksudnya bagaimana? Kenapa kau harus kembali ke filipina? Bukankah sudah fix sebelumnya?” Bom mengejar langkahku. “Aku akan bicara pada Minzy dan Chaerin.” Katanya mantap.

Langkahku terhenti. “Tidak Bom. Jangan ceritakan pada mereka.” Pintaku.

“Tapi Dara.. Mana bisa seperti ini. Debut 2NE1 akan kembali di tunda jika kau keluar.” Bom menatap resah kearahku.

Mataku berkaca-kaca sekarang. “Kalian akan tetap debut meskipun tanpa aku.” Aku meyakinkannya.

“Ta-“

“Sudahlah Bomie.. Ini sudah jadi kesepakatan. Bahkan sajangnimpun memperbarui kontrakku. Aku tidak layak jadi penyanyi! Jadi kumohon jangan mencegahku kembali.. Aku mohon Bom..” Isak tangisku memotong ucapan Bom. Sedari tadi aku menahan tapi akhirnya tangisanku tak bisa kubendung.

Bom terpaku menatap iba kearahku, dan aku merasakan jemarinya bergerak menghapus jejak airmataku.

“Dara..” Panggilnya lembut. Meraih pinggangku dan menenggelamkan tubuhku dalam pelukannya.

“Mianhae Bomie-ah.. Mianhae..” Inilah pertama kalinya aku kalah tidak bisa menutupi kehancuranku didepan orang lain.

“Aku mendukung apapun keputusanmu. Kami akan selalu mencintaimu. Tapi jangan menyerah seperti ini kumohon..” Bisiknya parau, aku yakin dia tengah menahan tangisnya.

“Terimakasih Bom..” Desisku pelan membiarkan airmataku tumpah perlahan membasahi bahunya.

 

~ To be Continue ~

<< Back  Next >>

41 thoughts on “Oh, Dara! : Chapter 6

Leave a comment