She’s The One – [Chapter 1] : Dibawah Cahaya Bulan

she's the one daragon

Jiyong Pov

Kwon Leader kau baik-baik saja?” Itu si bungsu kami VI. Ia selalu mengecek keadaanku dari waktu ke waktu. Sejak hari itu, aku selalu keluar ruangan ketika tidak ada yang dikerjakan. Aku melirik kepadanya, tersenyum dan mengangguk.

“Tentu saja … wassup?”

“Aku lah yang seharusnya menanyakan itu padamu? Wassup leader?”

“Nah,tidak ada apa-apa ….” Aku menatapnya.

“Apa Kau yakin?”

“Hei, apa yang Kau maksudkan dengan itu?”

“Yah, aku baru saja mendengar Kau berbisik “Dara” …. ngomong-ngomong siapa ia?” Aku mengedipkan mata, apakah aku benar-benar mengatakan namanya?

“A-apa?”

“Oh, leader.. Kau tidak dapat menyangkal itu … aku mendengarmu keras dan jelas ..”

“Aish hentikan saja! Ok?” Dengan itu aku meninggalkanya dan berjalan langsung ke kamarku.

“Wah! Hyung menyembunyikan sesuatu!” Aku masih bisa mendengar suara VI menggoda sebelum akhirnya aku menutup pintu.

Aku melemparkan diri ke tempat tidur. Memejamkan mata dengan kuat. Dan kenangan datang mengalir seolah itu baru terjadi kemarin.

Flashback….

Tahun 2006.

Sajangnim memberikn kami waktu untuk bersantai sebelum kami akhirnya debut sebagai kelompok hiphop terbaru dari YG … Bigbang.
Kami memilih pantai. jarang bagi kami bisa pergi ke tempat seperti ini, sebagian besar di Seoul dingin. Syukur saja ini musim panas, kami bisa lebih menikmati liburan .

ini malam terakhir Kami. Kami memiliki api unggun. Semua orang asik bermain sementara aku memutuskan untuk berjalan sebentar di pantai. Itu sudah pukul 9 di malam hari. Bulan begitu terang itu membuatku mudah untuk melihat kemana ku melangkah.

Tawa dan musik dari api unggun memudar saat aku berjalan lebih jauh. Aku ingin menikmati malam terakhir hanya dengan mengagumi pemandangan. Ketika aku mendengar seseorang menangis. Itu isak tangis samar dari seorang gadis. Aku benar-benar berpikir itu adalah hantu atau apapun…. tapi aku melihat sosok mungil depan, ia menatap laut hitam luas … ia punya selusin kaleng bir berserakan di sampingnya …. Aku pikir tidak akan ada masalah pada awalnya, jadi ku putuskan untuk melewatinya saja.

Tapi ketika ia berdiri dan bergoyang berjalan langsung menuju pantai, aku jadi khawatir. Bagaimana jika ia tenggelam? Aish! Tanpa berpikir jelas aku berlari kepadanya dan memegang tangannya.

“Hey Nona!”

Yah!” Ia melihat ke arahku dengan mata marah. Whoa! Ia begitu cantik! Gadis tercantik yang pernah aku lihat sejauh ini. Sesaat aku lupa apa yang ku lakukan di sana.

Uhm .. Ha-hati-hati noona, Kau mabuk ...”

“Aish dan …. siaaapaa kamuh berkata begituh hah!?”

“Hei Aku hanya kekhawatiran ok aku tidak ingin kau berada di hati nurani aku selamanya jika sesuatu terjadi padamu …?” Aku menariknya kembali jauh dari gelombang besar.

“T-tinggalkan aku …. a-aku ingin mengakhiri hidupku ….”

Oh, ayolah Noona, tidak seburuk itu, jangan berpikir melakukan itu ok?” Ia menatapku. Air mata tiba-tiba jatuh di pipinya dan ia duduk di pasir dan menangis lagi. Aku hanya tidak bisa membiarkan diriku meninggalkannya seperti ini jadi aku tetap tinggal dan melihatnya menangis.

“T-terima kasih …” Aku mendengar ia berbisik padaku. Wajahnya berkilauan putih ketika terpapar cahaya bulan. Jantungku berdetak seolah itu tidak pernah terjadi sebelumnya.

“Ti-tidak masalah ..”

Kami terdiam untuk sementara, dan hanya mendengarkan suara ombak mencium pasir.

“ngomong-ngomong, aku …. Dara …” Ia berbicara setelah beberapa saat.

“Uhm … Ji …. Kau dapat memanggilku itu ..”

“Terima kasih, Ji sudah menemani orang asing yang gila …” Ia tersenyum letih.

“Itu tidak masalah ….” Aku tersenyum kembali padanya.

“Kemarilah …”

“H-ha?”

“Kemarilah …” Ia benar-benar tersenyum sekarang.

“O-ok ..” Aku perlahan-lahan duduk di dekatnya.

“Terima kasih ….” Ia berbisik padaku, aku memalingkan wajahku, terlambat untuk mengetahui bahwa wajahnya begitu dekat. Dan kami saling menatap ….

Aku tidak tahu apa yang merasuki kami.
Aku menemukan diriku menciumnya.
Kami berdua lapar dan menginginkan lebih.
Tanganku menelusuri lekuk tubuhnya saat ia menanggalkan pakaianku.
Aku seperti terbakar panas ketika kulit kami bersentuhan satu sama lain.
Sial! Aku tidak pernah mendambakan yang seperti ini …
Ia menjawab dan menerima posesifku padanya.
Rasanya seperti tidak ada yang bisa menghentikan kami.
Kemudian aku tersadar, ia masih perawan!
Aku melihat ia menggigit bibirnya …. aku berhenti.
Ia menatapku dan tersenyum saat ia menggerakkan tubuhnya.
Itu membuatku gila!
Dan aku hilang kesadaran seperti ekstasi, ketika kami berdua bergabung dan menikmati kemurnian moment tersebut.
Kami berdua menghirup udara …. semua begitu cepat, aku pusing dan tidak berpikir waras lagi.
Ia menatapku dengan mata yang tidak akan pernah bisa kulupakan.
Aku begitu sangat menginginkannya.
Ia menciumku lagi dan api mulai membakar aku.
Untuk kedua kalinya, lebih lama dan lebih manis …

Aku terbangun.
Aku merasa dingin karena angin pagi.
Lalu aku ingat Dara.
Aku melihat ke sekeliling.
Ia telah pergi!!

<<back  next>>

Story by : Truelies

Full credit : asianfanatics

30 thoughts on “She’s The One – [Chapter 1] : Dibawah Cahaya Bulan

Leave a comment