My Boyfriend is Dokkaebi [Chap. 8]

MYD

Author : Oryns
Tittle : My Boyfriend is Dokkaebi
Main Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong
Support cast : Park Bom, Jung Yonghwa, Song Minho
Genre : Fantasy, Romance

“Aku sudah mengerti apa yang dimaksud namjachingu.”

“Lalu…”

“Aku ingin kau menjadi yeojachingu-ku.”

=====

SANDARA PARK

 “Dara…” aku terlonjak kaget mendengar seongsangnim memanggilku. Menyadarkanku yang sedari tadi tidak memperhatikan pelajaran matematika yang beliau terangkan.

“Iyaa, ada apa seongsangnim.”

“Apa yang sedang kamu pikirkan, Sandara Park. Ku perhatikan dari jam pertama saya mengajar, pandanganmu tidak memperhatikan apa yang saya terangkan.” Ujar seongsangnim sambil membenarkan letak kacamata dengan lensa tebal yang ia pakai.

Keringat dingin mulai mengalir dipelipisku. Aku mulai mencari alasan agar seongsangnim yang dikenal galak ini tidak memberikanku sebuah hukuman.

“Sebenarnya, aku sedang memikirkan Park Bom.” Tentu saja aku berbohong. Sejujurnya yang aku pikirkan dari tadi adalah Jiyong. Aku juga tidak mengerti mengapa aku memikirkan makhluk itu.

“Apa kau tau, alasan dari absennya Bom?.” Tanya seongsangnim kemudian.

“Ahh, soal itu…aku juga tidak begitu tau, seongsangnim.” Jawabku apa adanya. Karena memang aku sendiri tidak tahu alasan mengapa Bom tidak masuk sekolah selama 2 hari. Dan anehnya Bom tidak mengirim surat atau menghubungiku.

“Kalau begitu, kau harus menemui Bom dirumahnya hari ini. Aku tahu kalian bersahabat.” Ucap seongsangnim dan merapikan buku-bukunya untuk bergegas meninggalkan kelas.

“Ne, seongsangnim.” Balasku. Aku memang sudah berniat untuk menemui Bom jika hari ini dia juga tidak masuk sekolah. Sungguh, tidak biasanya Bom seperti ini.

=====

“Dara…” Panggil Hyunwo teman sekelasku.

“Wae?” Jam istirahat baru berbunyi. Aku baru ingin beranjak dari kursiku namun Hyunwo menghentikanku.

“Aku ingin minta tolong. Tadi, sanjangnim menyuruhku mengembalikan buku-buku ke perpustakaan. Tapi aku ada urusan lain di Klub Jiujitsu. Jadi bisa tidak jika kau saja yang mengembalikan buku-buku itu ke perpustakaan. Tolong ya…” Sebelum aku bisa menjawab, Hyunwo sudah berlari meninggalkanku sendiri. Aku hanya bisa mengerutu kesal. Apalagi letak perpustakaan yang harus melewati gedung kelas 3.

Dengan susah payah aku membawa buku-buku besar itu dikedua lenganku. Baru saja aku melewati depan kelasku, aku sudah merasa kelelahan. Jika saja ada Bom, pasti aku tidak akan kerepotan seperti sekarang.

Sekuat tenaga aku menaiki anak tangga dengan buku-buku dikedua lenganku. Aku benar-benar merasa pegal hingga akhirnya memutuskan untuk beristirahat dan duduk sebentar dianak tangga. Disini aku tidak sendiri, ada beberapa yeoja yang juga duduk dianak tangga seperti yang sedang aku lakukan. Sepertinya mereka sedang membahas sesuatu yang serius.  Entah kenapa aku jadi penasaran dan sedikit mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

“Kau bercanda ya? Hantu? Apa masih ada yang percaya hantu di zaman seperti sekarang.” Ucap salah seorang yeoja dari tiga yeoja yang ada didepanku.

“Kau pikir aku bohong. Aku serius. Bahkan ada rekaman CCTV-nya jika baju-baju itu hilang begitu saja. Kalian tau kan jika orang tua ku memiliki Departemen store di daerah Gangnam. Akhir-akhir ini pakaian pria sering hilang dan merugikan bisnis kedua orang tua ku.”

‘’Awalnya orang tuaku mencurigai pelanggan dan mulai meningkatkan keamanan, tapi setelah mereka mengecek rekaman CCTV, baju-baju itu hilang begitu saja dari tempatnya. Aku sampai merinding jika melihat rekaman CCTV itu lagi.” Yeoja beramput pendek yang ada ditengah-tengah temannya itu bercerita panjang lebar. Entah kenapa, aku langsung teringat akan Jiyong. Mungkinkah…?.

“Dan yang lebih menyeramkan lagi…baju-baju yang telah hilang, beberapa hari kemudian baju-baju itu sudah ada ditempat semula dengan keadaan yang tidak bersih lagi. Aku benar-benar takut, bagaimana jika itu benar ulah hantu atau jin.” Aku merasa mereka seolah sedang menceritakan Jiyong. Dengan was was, aku meninggalkan tempat itu dan menuju perpustakaan.

Saat aku mulai melewati area kelas 3 aku sangat cemas jika aku akan bertemu dengan Yonghwa oppa. Aku berharap untuk tidak bertemu dengan namja itu. Namun, aku tidak sengaja menubruk seseorang yang baru keluar dari dalam kelas. Aku segera meminta maaf tanpa aku sadari jika orang itu adalah dia.

“Maaf, aku tidak sengaja.” Ucapku sambil menunduk berulang kali. Suara yang familiar terdengar oleh telingaku. Aku mendongak dan mendapati wajah Yonghwa yang sudah berada didepanku. Aku kaget hingga hampir menjatuhkan semua buku jika saja Yonghwa oppa tidak menarik tubuhku hingga bersandar padanya. Aku merasa wajahku memerah.

“G-Gomawo.” Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba aku jadi tergagap. Aku langsung manjauh dari Yonghwa oppa yang masih memperhatikanku.

“Kau mau kemana dengan semua buku itu?.” Yonghwa oppa bertanya dengan mengeluarkan suara yang sangat lembut sampai membuat telingaku geli mendengarnya.

“Aku harus mengembalikan semua ini ke perpustakaan.”

“Kebetulan sekali, aku juga ingin pergi ke perpustakaan. Sini, biar aku bantu membawanya.” Yonghwa oppa tersenyum lebar sambil mengambil hampir semua buku yang ada dikedua lenganku, menyisahkan satu buku saja untukku bawa.

“Tapi, aku takut merepotkan oppa.”

“Kau sudah berubah rupanya. Dulu, kau senang saat setiap kali harus merepotkanku.” Ucapan Yonghwa oppa membuatku terdiam. Mengapa ia membahas cerita lama. Lalu, kami mulai berjalan.

“Dara…” Yonghwa oppa menoleh kearahku. Aku berusaha untuk tetap tenang walau sebenarnya aku sangat gugup untuk mengobrol dengannya.

“Ne.”

“Apa aku terlambat untuk mengucapkan kata itu?”

“Mwo?”

“Mianhae…aku minta maaf Dara.” Mataku membulat tak percaya dengan apa yang ku dengar.

“Aku menyesal. Selama ini aku merasa kesepian. Aku mulai menyadarinya saat namja lain mendekatimu. Aku sangat marah pada diriku saat mengingat betapa bodohnya aku dulu.  Bahkan aku merasa malu untuk menyapamu, mianhae Dara. Ini semua salahku.” Aku melihat sebuah ketulusan dari ucapan Yonghwa oppa. Hatiku merasa sakit, luka lama kembali menganga dari hatiku. Aku menahan air mata yang ingin keluar saat menatap matanya.

“Ani oppa. Aku yang membuat keadaannya menjadi seperti sekarang. Jika saja aku menerima kenyataan dan tidak mengatakan perasaanku padamu, semua tidak akan terjadi seperti ini. Oppa tidak akan meninggalkanku. Semua ini salahku yang memiliki perasaan khusus pada oppa. Harusnya aku memikirkan perasaan oppa.” Ucapku. “Aku seharusnya menerima kenyataan jika oppa hanya mengganggapku sebagai Jung Soojung, Bukankah begitu oppa?.” Sambungku lirih, saat mengungkit tentang Soojung, adik Yonghwa oppa yang hilang.

“Dara, kau salah. Memang benar selama ini aku tidak melihatmu sebagai seorang yeoja, tapi aku tidak pernah menganggapmu sebagai pengganti Soojung. Kumohon maafkan aku yang datang terlambat. Aku tidak ingin mengabaikanmu lagi, aku ingin kita kembali seperti dulu. “ Ucapan Yonghwa oppa membuatku tidak mengerti. Apa sebenarnya yang oppa maksud? Apa mungkin ia juga menyukaiku? Atau ia hanya ingin membuat hubungan kami menjadi semakin rumit.

Aku menoleh menatap Yonghwa oppa saat aku merasakan sentuhan lembut diatas kepalaku. Aku terdiam menerima perlakuan lembut Yonghwa oppa, sama seperti yang dulu sering dia lakukan.

Aku masih merasa canggung dengan suasana ini. Kami berjalan dalam diam sampai akhirnya kami tiba di perpustakaan saat Yonghwa oppa kembali membuat langkahku terhenti dengan ucapannya.

“Tapi, Siapa namja yang kita temui beberapa waktu lalu. Namja dengan rambut dicat merah. Apa benar dia namjachingumu?.” Aku menatap Yonghwa oppa kaget saat mendengar ucapannya. Mengapa Yonghwa oppa kini seperti ingin tahu tentang kehidupan pribadiku. Dulu, dia tidak seperti ini.

Aku masih tidak tahu harus menjawab apa. Ucapan Jiyong waktu itu kembali terlintas dalam pikiranku saat Jiyong memintaku menjadi pacar resminya. Aku bahkan belum tahu pasti apa aku harus menerimanya atau tidak. Dan sekarang Yonghwa oppa malah menanyakan hubungan kami. Oh tuhan…T_T

“Ahh, dia…teman yang tidak sengaja aku kenal.” Yonghwa oppa masih terus menatapku. Sepertinya bukan itu jawaban yang ingin dia dengar.

“Dia-Dia bukan namjachinguku.” Sambungku. Aku menutup mulutku karena kaget dengan jawaban yang aku ucapkan. Aku melihat Yonghwa oppa tersenyum kecil mendengar ucapanku. Tapi kenapa aku merasa menyesal dengan ucapanku barusan. Sebenarnya ada apa denganku. Ahk, molla…

“Syukurlah kalau begitu. Oppa tidak akan membiarkan sembarang namja mendekati mu.” Yonghwa oppa mengodaku dengan senyuman jahilnya. Aku merasa Yonghwa oppa kini sudah kembali seperti dulu. Aku tersenyum lalu memberikan buku satu-satunya yang ku bawa padanya. Yonghwa oppa tidak keberatan dengan yang aku lakukan. Ia justru terlihat senang.

“Ayo cepat.”  Aku sengaja berjalan lebih cepat darinya, aku menoleh dan tersenyum melihat  Yonghwa oppa mengikutiku masuk kedalam perpustakaan.

=====

Author

Dara dan Jiyong sedang dalam perjalanan menuju rumah Bom. Dara sengaja menganjak Jiyong ikut dengannya karena setelah mereka selesai mengunjungi Bom, Dara akan membawa Jiyong ke pusat perbelanjaan yang ada di sana.

Dara tidak terlalu khawatir jika nanti Bom akan bertemu Jiyong. Dara sudah siap jika Bom memberinya pertanyaan bertubi-tubi.

Mereka berdua akhirnya sampai didepan pintu rumah Bom. Saat itu pintu terbuka dan memperlihatkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat awet mudah dan cantik. Dara langsung membungkukkan badan saat melihat ibu Bom, Jiyong yang melihat sikap Dara buru-buru menirukannya dengan canggung. Ibu Bom yang mengenali Dara lalu tersenyum dan langsung mempersilahkan Dara masuk dan mengantar mereka kekamar Bom.

“Aigoo, kau sudah lama tidak kemari.” Ucap ibu Bom sambil memeluk lengan Dara akrab. Dara hanya tersenyum malu-malu lalu menyisipkan rambutnya kebelakang telinga. “Kau bahkan menjadi jauh lebih cantik sekarang.” Sambung ibu Bom.

“Kamshahamida omoni.” Ucap Dara sopan. Sementara Jiyong masih terus menempel disamping Dara.

“Kau sudah sangat jarang kemari, dan sekali kemari kau langsung membawa pacarmu bersamamu.” Goda ibu Bom yang langsung di sangkal Dara.

“Anio omoni. Dia…” Dara bingung harus mengenalkan Jiyong seperti apa. “Dia salah satu teman dekat Bom di sekolah. “ Ucap Dara kemudian. Dara merasa bersalah harus berbohong.

“Jinjja? Tapi sepertinya aku baru kali ini melihat namja itu. Hmm… dia lumayan juga, aku langsung menyukainya saat pertama kali melihatnya.” Dara menahan tawanya, mendengar ucapan ibu Bom. Kemudian ibu Bom berbisik pada Dara “Tapi dia bukan pacar Bom kan? Top akan sangat marah jika tahu Bom memiliki pacar.” Ibu Bom tertawa saat melihat ekspresi kaget Dara.

“Aku hanya bercanda.” Ucap ibu Bom kemudian, sembari mengedipkan sebelah mata. Dara hanya tersenyum. Lalu ibu Bom meninggalkan Dara dan Jiyong tepat didepan pintu kamar Bom.

Dara mengetuk pelan pintu Bom dan suara dari dalam menyuruh mereka masuk. Dara ragu-ragu apakah dia harus membawa Jiyong ikut masuk dengannya atau dirinya sendiri yang masuk. Namun saat melihat Jiyong yang terlihat sangat bersemangat, Dara akhirnya memutuskan untuk masuk bersama Jiyong.

“Annyong Bommie.” Sapa Dara saat melihat Bom tengah terbaring dikasurnya. Jiyong tepat berada dibelakang Dara.

“Hai Dara.” Balas Bom dengan suara yang sedikit serak. sepertinya Bom terkena demam.

“Bagaimana keadaanmu?.”

“Aku merasa lebih baik. Ohh, kau juga membawanya bersamamu? Aku pikir kau tidak akan mengenalkan dia denganku.” Ucap Bom kaget saat juga melihat Jiyong. Jiyong tersenyum kaku sembari melambaikan tangannya untuk menyapa Bom.

“H-Hai Bom. Kau sakit?.”

“Ya, Cuma demam.” Balas Bom masih terus memperhatikan Jiyong. jiyong bingung, tidak tahu harus menatap kemana saat Bom terus menerus mengawasi setiap gerak geriknya.

“Ahh, ceritanya panjang. Aku janji akan segera menceritakannya saat kau pulih nanti.” Kata Dara tiba-tiba.

“Jinjja? Kau sudah janji,  aku tidak akan memaafkanmu jika kau berbohong.” Tatap Bom pada Dara yang membuat Dara ngeri.

“Tapi, kenapa kau tidak mengirim surat dan memilih absen. Kau bahkan tidak memberi tahu ku jika kau sedang sakit.” Ucap Dara kemudian dengan nada kesal yang dibuat-buat. Jiyong tidak ingin mengganggu mereka berdua dan memilih untuk melihat-lihat kamar Bom yang cukup luas itu. jiyong bahkan membandingkannya dengan kamar Dara yang kecil dan sempit.

“Aku pikir aku cuma kelelahan dan akan baik-baik saja keesokan harinya, tapi ternyata tidak. Orang tua ku baru pulang dari luar negeri hari ini, jadi mereka baru mengetahuinya. Aku  berniat memberitahumu dan memintamu untuk membuatkanku surat, tapi ternyata aku terlalu lelah sampai-sampai tidak sempat memberitahumu.” Ucap Bom sambil bersandar didipan. Dara duduk disamping Bom sembari meneliti wajah pucat sahabatnya itu.

“Apa yang kau lakukan hingga membuatmu terlihat menyedihkan seperti sekarang?.”

“Sepertinya aku terlalu lelah mencari buku ku yang hilang.”

“Hilang? Buku apa yang hilang, mungkin aku bisa bantu mencarinya.” Ucap Dara prihatin. Hanya untuk mencari buku yang hilang, Bom sampai jatuh sakit.

“Buku dunia roh ku,  Yang waktu itu aku beli denganmu. Aku baru menyadari, jika sudah lama aku tidak pernah melihat buku itu lagi, dan saat aku mencarinya kemana-mana aku tidak bisa menemukannya.” Jawab Bom yang membuat Dara tercengang. Dara seketika menoleh kearah Jiyong yang juga sedang melihatnya. Jantung Dara berdegub kencang. “Kenapa Bom membahas buku dunia roh itu sementara Jiyong ada disini>.<” Pikir Dara.

“Ohh, bu-buku Itu… sepertinya aku melihatnya ada di loker mu.” Bom memandang Dara dengan curiga.

“Tadi aku mau meminjam buku catatan yang ada dilokermu, aku juga melihat buku itu ada disana.”

“Kau sangat aneh Dara.”

“Hahaha, bukannya sudah dari dulu ya kalau aku ini aneh” Jantung Dara berdegup kencang.  Dara tidak tahu mengapa ia berkata seperti itu. Sebenarnya buku Bom masih ada dengannya. Bukan diloker melainkkan di bawah tepat tidurnya. Dara sampai lupa untuk mengembalikan buku Bom saat perhatiannya terfokus pada Jiyong.

“Kau serius??? Gomawo sudah menemukan buku ku Dara.”  Ucap Bom girang. Wajah Bom yang tadinya pucat kini terlihat baik-baik saja. Tapi tidak dengan Dara. Ia menggerutu dalam hati menyesali ucapannya. Sekarang ia harus memikirkan bagaimana caranya menggembalikan buku Bom tanpa ketahuan olehnya.

“Kau terlihat sudah sembuh.” Dara memaksakan tersenyum.

“Sepertinya begitu, aku terlalu senang. Sepertinya besok aku akan kembali bersekolah.” Ucap Bom dengan semangat.

“O-ow…AKU MATI!!!T_T” Pikir Dara.

=====

Sementara Dara dan Bom masih  berbicara mengenai banyak hal Jiyong masih sibuk berkeliling sampai tidak sadar jika dia sudah tidak berada didalam kamar Bom. Dengan santai Jiyong berjalan keluar dari kamar Bom. Jiyong menyukai setiap interior yang ada di rumah Bom yang menurutnya unik. Langkah Jiyong terhenti saat matanya melihat foto keluarga diatas meja. Foto yang terdiri dari Bom, TOP, dan kedua orang tua mereka yang tampak bahagia.

Jiyong memegang foto itu dan melihatnya dengan tatapan aneh. Matanya hanya terfokus akan sosok namja yang berdiri disebelah Bom. Entah apa yang membuat Jiyong sangat tertarik pada TOP. Tiba-tiba Jiyong merasakan sakit pada kepalanya. Jiyong menjatuhkan foto yang ia pegang dan langsung memegangi kepalanya yang terasa nyeri. Beruntung Dara segera datang saat ia menyadari Jiyong menghilang. Dara kaget saat melihat Jiyong.

“Jiyong, Ada apa. Apa kau sakit?.” Tanya Dara panik yang melihat Jiyong kesakitan.

“Tidak. Aku baik-baik saja. Ayo kita pergi dari sini, Dara. Kumohon…” Jawab Jiyong lemah.

“Arasso. Aku ambil tasku dulu dikamar Bom. Tunggu aku disini, jangan kemana-mana.” Dara kembali menuju kamar Bom untuk mengambil tasnya.

Jiyong masih merasa sakit dikepalanya namun ia menahannya. Ini pertama kalinya Jiyong merasa kepalanya sakit sejak dirinya tinggal didunia manusia. Jiyong memungut foto yang tadi ia jatuhkan.

“Dimana aku bertemu namja seperti dia? Wajahnya sangat tidak asing.” Pikir Jiyong. Jiyong berbalik saat seseorang memengang pundaknya.

Sentuhan lembut Dara membuat Jiyong kaget, namun saat menatap mata cemas Dara.. gemetar di seluruh tubuh Jiyong mendadak hilang. Jiyong merasa aman saat dirinya melihat Dara.

“Ada apa?.” Tanya Dara cemas melihat Jiyong masih menatapnya.

Jiyong mengalihkan pandangannya “Bukan apa-apa.”

“Ayo kita pulang.” Dara menarik tangan Jiyong. Jiyong menatap Dara yang kini tepat didepannya, menatap punggung mungil yeoja itu. Kini, mata Jiyong beralih ketangan Dara yang erat menggenggam tangannya. Ia tidak ingin Dara melepaskan tangannya. Perlahan, Jiyong mempererat genggaman tangannya di tangan Dara. Membuat yeoja itu menoleh kemudian tersenyum manis. Hanya melihat senyum Dara saja, sudah bisa membuat kekuatan Jiyong pulih. Jiyong merasa beruntung bisa mengenal Sandara Park.

====

Jiyong

Aku dan Dara memasuki sebuah toko yang menjual berbagai macam jenis pakaian, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Disini terdapat pakaian untuk yeoja maupun namja. Aku masih belum tahu mengapa Dara membawaku ke tempat ini. Aku mengikuti Dara kesana kemari. Tempat ini sangat ramai, dan aku tidak begitu suka dengan tempat yang ramai. Membuat kepalaku sakit.

“Bagaimana dengan yang ini? Ini sepertinya bagus.” Dara berbalik dan menatapku sambil menyodorkan beberapa baju pria.

“Untukku?.” Tanyaku bingung.

“Tentu saja untukmu. Jika bukan untukmu, untuk siapa lagi.”

“Tunggu dulu, apa maksudnya? Kenapa tiba-tiba kau membelikanku pakaian.”

“Aku sudah tau bagaimana caramu memperoleh semua pakaian yang kau gunakan selama ini. Kau mencurinya kan?.”

“Apa? Aku mencuri. Tidak. Bagaimana bisa kau menuduhku mencuri.” Ucapku kesal. Dara menarik napas, lalu menatapku dengan malas.

“Lalu bagaimana caramu mendapatkan semua pakaian-pakaian itu?.” Tanya Dara. Aku terdiam tidak tahu harus menjawab apa.

“Aku…memakai kekuatanku.” Jawanku. Dara hanya memutar bola matanya dengan malas.

“Aku meminjamnya.” Sambungku.

“Kau bercanda ya.” Ucap Dara sambil memukul lenganku. Aku meringis kesakitan, lalu Dara menarikku ke ruangan kecil.

“Berhentilah bicara. Sekarang kau coba pakai baju-baju ini.” Aku mengernyit melihat Dara menyerahkan semua baju yang ia bawa kepadaku. Aku mengikuti arah mata Dara yang menyuruhku masuk kedalam ruangan kecil yang ada didepan kami. Aku masih menatap tak mengerti kearahnya

“Cepat masuk. Dan ganti bajumu, lalu perlihatkan padaku.” Dara mendorongku masuk, lalu menutup pintu. Aku mulai mengganti pakaianku dengan pakaian yang ku pegang.  Setelah selesai mengganti pakaian, aku memperhatikan wajahku didepan cermin. Tiba-tiba aku merasa malu jika harus menunjukannya pada Dara. Aku takut ia tidak menyukainya…

Sandara Park

Aku menunggu Jiyong yang sedang mengganti bajunya. Tak lama pintu terbuka dan Jiyong keluar dengan menenakan celana  jeans berwarna netral dan kemeja biru dengan lengan yang ia gulung. Jiyong terlihat sangat berbeda dari sebelumnya. Kini ia terlihat sangat maskulin. Aku berani bertaruh wanita manapun yang melihatnya sekarang akan kehilangan oksigen >_<.

“Berhenti menatapku seperti itu. Wajahmu benar-benar jelek.” Ucap Jiyong dengan senyum kebanggaannya.

Sialan… jika bukan karna aku yang membawanya kesini, dia pasti tidak akan bisa memakai baju seperti itu. jadi apa salahnya jika aku sedikit menggambil keuntungan darinya.

“Coba sekarang kau berputar.” Jiyong menurut dan mulai berputar layaknya seorang model yang sedang memamerkan pakaian yang dikenakan. Aku kembali tertegun saat menyadari jika Jiyong sangat tampan.

“Bagaimana menurutmu?.” Jiyong membelakangiku dan menunjukan bagian tubuhnya yang paling aku suka. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari punggung Jiyong. Mataku beralih ke price tag yang  bertengger di leher berlakang Jiyong, aku segera melihatnya dan betapa terkejutnya aku saat melihat nominal yang tertera.

 Ohh tuhan, ini sangat mahal. Aku melirik merek yang Jiyong pakai. THOM BROWNE. Aku menyesal memilihkan pakaian itu tanpa memperhatikannya terlebih dahulu. Tapi aku sudah jatuh cinta dengan pakaian itu saat melihat Jiyong memakainya.

“Baiklah, kita ambil ini.” Ucapku lemah. Aku menyemangati diriku sendiri untuk menabung lagi nanti. Jiyong menoleh dan tersenyum senang. Ukh, dia sangat tahu barang bagus rupanya.

“Kau terlihat bahagia.”

“Karena kau membelikannya untukku.”

Deg

Hanya dengan satuucapan singkat dari Jiyong, aku menjadi malu. Segera aku menyodorkan beberapa pakaian yang tadi sudah aku pilih saat Jiyong mengganti pakaiannya. Kali ini aku memilih dengan hati-hati dan melihat harganya terlebih dahulu.

“Coba lagi yang ini. Kita harus membeli beberapa pakaian. Satu saja tidak cukup.” Ucapku lalu mendorong Jiyong kembali ke kamar pas.

Jiyong keluar dengan wajah mengkerut. Aku tertawa saat melihatnya mengenakan baju warna kuning terang dengan motif bunga-bunga. Aku segera menggeleng, menandakan baju itu tidak cocok dengan wajahnya. Dan menyuruh Jiyong mengganti lagi dengan yang lain.

Jiyong keluar dengan pakaian berbeda dari yang tadi, tapi entah kenapa tidak ada yang membuatku terkesan seperti yang pertama. Entah sudah berapa kali Jiyong mengganti pakaiannya. Leher ku terasa mau patah karena terlalu banyak menggeleng. Jiyong berjalan kearahku dan lagi-lagi akupun menggeleng. Tidak begitu suka dengan pakaian Jiyong kali ini. Apa mungkin karena harganya yang murah???.

 “Ayo kemari..” Aku bingung saat Jiyong menyeretku mengikutinya ke dalam kamar ganti. Saat kami sudah berada didalam kamar ganti, Jiyong mengunci pintu.

“Mau apa kita didalam sini.”

“Aku ingin ganti baju.”

“Lalu, mengapa membawa ku masuk dengan mu.”

“Kau diam saja disini sampai aku selesai mengganti pakaianku dan menunjukkannya padamu.”

“Mwo!!” Aku melongo mendengar ucapan Jiyong. Apa sebenarnya yang namja itu pikirkan.

“Aku lelah jika harus keluar masuk hanya untuk melihat mu menggeleng. Kupikir kau juga sama lelahnya denganku. Jadi kita begini saja.”

“Kau sudah gila. Aku ingin keluar.” Ucapku seraya memengang knop pintu. namun Jiyong menahan pergelangan tanganku.

“Tetap disini.”

“Tidak.” Jawabku tegas.

“Mengapa kau selalu tidak mau mendengarkanku Dara.” Wajah Jiyong menengang menahan marah. Entah kenapa aku justru merasa bersalah padanya.

“Baiklah, aku tetap disini.”

Kecanggungan yang sangat lama terjadi diantara kita berdua. Tempat ini sempit dengan aku dan Jiyong didalamnya. Aku tidak tahu harus berbuat apa saat Jiyong mulai melepas bajunya. Aku menunduk memperhatikkan kedua kakiku yang terasa lemas. Kemudian aku teringat dengan percakapan Yonghwa oppa tadi siang.

“Kau ingat dengan namja bernama Yonghwa yang kita temui beberapa waktu yang lalu?.”

“Ya, aku mengingatnya. Wae?.” Ucap Jiyong tanpa menoleh kearahku.

“Kami sudah berbaikan. Lalu ia menanyakan seperti apa hu-hubungan kita.” Aku memainkan kedua jemariku sambil terus menunduk, aku ingin melihat reaksi Jiyong. Tapi Itu hanya akan membuatku semakin gugup.

Aku mengintip dari sudut mataku. Jiyong sudah kembali berpakaian dengan baju yang tadi aku pilih. Jantungku berdegup hanya dengan melihat Jiyong yang mengenakan kaos abu-abu bergaris dan celana jeans. Kaos itu jatuh dibadannya dengan pas. Suara langkah Jiyong mendekatiku yang masih setengah menunduk.

“Teruskan Dara, kenapa kau berhenti bicara.” Jiyong menangkup wajahku dengan kedua tangannya membuatku menatap langsung kearahnya yang kini tepat didepanku. Jiyong menurunkan kedua tangannya tanpa melepaskan tatapannya padaku.

“Aku mengatakan padanya jika kau hanya seorang teman yang kukenal.” Aku menutup kedua mataku saat kata-kata itu keluar. Tidak ada respon apa-apa dari Jiyong. Cukup lama kami berdiri dalam diam sampai akhirnya aku memberanikan diri membuka mataku. Oh tuhan, Ada apa dengan ekspresi di wajahnya? Lagi-lagi aku merasa bersalah jika Jiyong memperlihatkan ekspresi seperti itu.

“Kau, menolakku.”

“Mian… Tapi-“

“Kau mungkin akan menyesal Dara.” Jiyong menyunggingkan senyumnya lalu menahanku dengan kedua lengannya. Aku hanya terdiam saat Jiyong semakin mendekat padaku.

TOK TOK TOK!!!

Suara ketukan pintu dari luar menyadarkanku. Aku segera mendorong Jiyong hingga ia jatuh tersungkur. Aku merapikan rambut dan bajukku sebelum membuka pintu kamar ganti.

“Mianhe nona-tuan. Pelanggan kami ingin memakai kamar ganti.” Ucap seorang yeoja dengan seragam rapi yang sepertinya pelayan di Departemen store ini sambil tersenyum kaku kearah ku dan Jiyong. Jiyong segera berdiri dan meringis kesakitan.

“Ne, kami akan segera keluar.”

“Baik nona.” Ucap pelayan tadi dan pergi meninggalkan kami. Aku segera menyuruh Jiyong berganti baju dengan baju miliknya. Kemudian memilih baju mana yang akan diambil. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil  sepasang celana jeans, jaket sporty, kaos abu-abu bergaris dan terakhir kemeja THOM BROWNE -_-

=====

Dara

Kami baru tiba di Apartmenku. Waktu berlalu sangat cepat jika dengan Jiyong. Mengapa malam ini udara sangat dingin sampai menembus masuk kedalam Apartment. Aku berjalan dan menyalakan pemanas ruangan saat Jiyong meletakan barang belanjaan di lantai.

“Aku pergi dulu.” Ucap Jiyong. Aku menatapnya heran. Mau kemana dia malam-malam begini diluar akan sangat dingin.

“Mau pergi kemana?.” Tanya ku penasaran.

“Ini bukan urusanmu Dara. Jangan menungguku, aku mungkin tidak akan pulang.” Jiyong keluar dari Apartmen ku tanpa menunggu jawaban dariku.

“Ada apa sih dengannya. Semakin hari tingkahnya semakin menyebalkan. Dia bahkan tidak membiarkanku mengucapkan ‘hati-hati’.” Gerutuku. Sekilas aku teringat ucapan Jiyong.

“Kau mungkin akan menyesal Dara”

Sial!! Apa maksud ucapannya sih. Kenapa juga aku harus menyesal?! Dia bahkkan bukan seorang manusia.

=====

Jiyong

Aku tidak tahu kenapa aku kembali kerumah ini. Rumah kediaman sahabat Dara. Rumah ini terasa tidak asing denganku. Aku seperti sudah mengenal rumah ini lama. Tapi aku tidak ingat apapun.

Sudah lama aku berdiri dan terus memperhatikan rumah besar di depan ku ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, jadi aku hanya berdiri dan terdiam di bawah lampu penerang jalan yang bercahaya kuning.

Aku menyerah karena tidak dapat mengingat apa-apa. Dan berbalik hendak meninggalkan rumah itu, namun seseorang baru saja melewatiku. Angin malam yang dingin langsung menerpa wajahku. Aku berhenti sejenak.

Perasaan apa ini?!.

Aku berbalik dan melihat orang itu juga menghentikan langkahnya.

=====

TOP

“Dinginnya…” Aku mengencangkan hoddie yang kupakai dan memasukan sebelah tanganku kedalam saku. Sementara tangan kiriku menenteng kantung plastik yang berisi bubur hangat dan obat demam.

Aku baru dari Apotik untuk membeli obat demam Bom-Adik Kesayanganku- yang sedang sakit. 2 hari ini aku merawat Bom sendiri karena orang tua kami sedang tidak berada dirumah. Beruntung hari ini mereka sudah pulang.

Dengan sabar aku merawat dan menuruti semua kemauan Bom. Dan sekarang ia memintaku untuk membelikan bubur kesukaannya. Aku senang akhirnya ia sudah jauh lebih sehat.

Aku mempercepat langkahku dan berbelok kekiri. Aku dapat melihat tiang penerang jalan yang tepat berada didepan rumahku. Namun aku melihat hal lain. Seorang namja dengan rambut berwarna merah terang berada tak jauh dari tiang penerang jalan itu. Aku memperhatikan tatapannya yang tengah mengarah ke rumahku. Siapa sebenarnya dia?

Aku semakin dekat dan kulihat namja itu berbalik dan berjalan kearahku. Aku sangat ingin melihat wajah namja itu, tapi pandanganku terhalang dengan topi yang baru saja ia pakai.

Saat kami berpapasan, jarak kami tidak terlalu jauh karena jalan gang rumahku yang memang hanya satu arah. Aku merasakan perasaan aneh saat namja itu tepat melewatiku.

“Dia tidak asing. Siapa dia?!” Pikir ku.

Aku berhenti dan kurasa namja itu juga menghentikan langkahnya. Aku menoleh dan melihat matanya tertuju padaku. aku segera menghadap kedepan. Keringat dingin mulai mengalir di seluruh tubuhku.

Aku tahu mata itu. Mata tajam yang berani menatap seperti itu hanya dia.

“Tidak. Tidak mungkin itu dia.” Aku menoleh untuk memastikannya lagi jika yang aku lihat salah. Tapi, saat aku berbalik namja tadi sudah tidak ada. Ia menghilang. Aku mengelap keringat yang berada didahi.

Tanganku terkepal “Itu bukan dia! Aku sudah membunuh si Brengs*k itu!!.”

==TBC==

“Yuhuuu!! M-BID kembali… mian mian mian Author istirahatnya lama bangetT_T tapi Author udah nyiapin chap 8 ini untuk menebus hiatusnya Author selama ini Yeyy. Yaa kurang lebih ada 4.100 words. Jadi please please please komen setelah kalian baca MY BOYFRIEND IS DOKKAEBI ini ya :* apapun itu >.<  Hanya komen kalian yang bikin Author semngat ngelanjutin ff ini T_T hehehe^^ Gomawo buat yng sabar nunggu dan selalu nanya kapan update{} oiya’ klo komennya memenuhi target langsung post chap selanjutnya{} (jahatnya) nggk mau jahat sih sebenernya. Cuma mau kerja samanya:D apa kalian mau Author hiatus lagi T_T yaudah, yuks Happy Reading ya para readers. Author ingatin lagi jngan malas buat ninggalin jejak kalian^^ apapun itu (masukan, kritikan, saran, semangat,dukungan). Dadah, sampai bertemu di chap 9 LYSM {}.”

Prolog|1|2|3|4|5|6|7|

<<back next>>

34 thoughts on “My Boyfriend is Dokkaebi [Chap. 8]

  1. akhirnya ff ini dilanjut juga, kirain gabakal dilanjutin lagi fufufuuu. si dara kenapa nolak jiyong sih, bikin gregetan aja. top itu yang ngebunuh jiyong? atau gimana? makin penasaran. dilanjutnya jangan lama2 authornim

  2. Gak nyangka kalo top nge bunuh gd
    Oke ini keren. Tapi sayang lama banget lanjutnya T.T keep fighting thor dan lanjut juseyooo

  3. Apa??? TOP jadi pembunuh??? Aaaaa kok gitu sih, katanya sahabat dSMA, lagian TOP dchpr sblmnya kan juga blg gatau kbradaan jiyong😢😢😢😢

Leave a comment