WITCHLOVE ~ Shocking News #9

witch

Author : Zhie
Main Cast : Park Sandara, Kwon Jiyong, Lauren

witch5

Support Cast : Park Bom, Lee Chaerin, Krystal, Seungri

Genre : Family, Fantasy, Romance

Dalam imajinasi saya kalo Dara berubah, mungkin kurang lebih seperti pict. dibawah ini hohoho >///<~~~~Gomawo tuk Dilla dah manipin ne pict. kkkkkk 😛

posts

~~~~~~~

Happy Reading. >.<

“Yeoboseyo….Eomma.” Ucap Dara saat menerima terlpon dari Eommanya.

‘Ne…chagiya, bagaimana kabarmu hah? Apa kau baik-baik saja?’

“Ne, aku baik-baik saja Eomma. Ah…Bagaimana dengan Eomma? Apa kalian baik-baik saja? Apa semua pekerjaan berjalan dengan lancar?” Tanya Dara bersemangat, karena ia tahu Eomma dan Appanya sangat sibuk dan pasti sangat lelah sekarang hingga jarang memiliki waktu untuk dapat menghubunginya.

‘Ne, kami baik-baik saja disini. Ah…ya, bagaimana sekolahmu Dara?’

“Tak ada masalah Eomma, aku berjalan dengan baik…putrimu ini cukup pintar, kau tahu itu?”

‘Hahaha…tentu, tentu…aku tahu. Ah…ya, dan Jiyong…bagaimana dengan dia?’

“Mwo?”

‘Apa dia memperlakukanmu dengan baik? Dia menjagamu’kan?’

“Ah…Ne, tentu saja Eomma…dia kadang bertindak seperti layaknya Appa. Tapi kau tahu kadang ia lebih cerewet darimu Eomma. Dia menyuruhku ini itu tanpa boleh menggunakan sihirku. Aku kesal dibuatnya…itu melelahkan.”

‘Haha….Benarkah? Kupikir kalian telah sangat dekat sekarang?’

“Mwo? Dekat? Hahahaha…itu lucu, jangan bercanda Eomma…dia menyebalkan, bahkan saat tadi Lauren dengan sukarela mencucikan bajuku dan menggantikan tugasku untuk membersihkan rumah, ia dengan sangat tegas melarangnya dan langsung berkata…Dara, lakukan tugasmu…kita telah membaginya bukan? Cih…kau tahu Eomma itu sangat menyebalkan.” Gerutu Dara menumpahkan seluruh kekesalannya hari itu.

‘Mwo? Benarkah? Lalu…Siapa Lauren?’ Pertanyaan Eomma kali ini mampu menyadarkan Dara kalau ia telah salah bicara.

“Ops…aigo, babbo kau Dara.” Batin Dara merutuki kebodohannya. “Ah…itu, itu temanku yang menginap Eomma.” Jawab Dara akhirnya berbohong.

‘Teman? Seingat Eomma kau tidak memiliki teman bernama Lauren, Dara?’

“Ah…itu, itu karena dia teman baruku Eomma…aku akan kenalkan pada Eomma nanti. Tenang saja.” Jawab Dara akhirnya. “Ah…ya, ada apa sebenarnya Eomma menelpon? Karena pasti bukan untuk menanyakan kabarkan?” Tanya Dara kemudian berusaha untuk mengakhiri pembicaraan tentang Lauren karena ia tidak mau terlalu banyak berbohong dengan Eommanya.

‘Ah…Ne, kau benar Dara…hampir Eomma lupa memberitahumu. Besok lusa Eomma dan Appa akan pergi ke Rusia untuk melakukan penelitian gabungan, Dara.’

 “Mwo? Rusia? Omo…Eomma dan Appa pasti akan lebih sibuk lagi setelah ini.” Guman Dara pelan.

‘Ne…oleh karena itu Eomma menghubungimu, Eomma tak ingin kau berpikir kami tak lagi memikirkanmu ataupun tak mencemaskanmu. Jujur…Eomma merasakan semua itu Dara, ditambah lagi kami benar-benar merindukanmu.’ Ucap Eomma Dara kali ini mampu membuat Dara terdiam sesaat karena tak bisa dipungkiri ia juga sangat merindukan kehadiran Eomma dan Appa disampingnya. Tapi ia tersadar saat terdengar isakan tangis dari Eommanya.

“Eomma, ada apa denganmu hah? Apa kau menangis? YA! Jangan keluarkan air matamu Eomma, kita jauh sekarang…aku tak bisa menghapus air matamu dan memelukmu. Eomma~” Dara berusaha keras menahan air matanya, karena ia tak ingin membuat orang tuanya cemas karenanya.

‘Ani…anio, Eomma tak menangis Dara-yah. Kau akan selalu baik disana, benarkan? Jangan lupa makanlah tepat waktu, belajarlah yang baik walaupun Eomma dan Appa tidak mengawasimu secara langsung dan bersikap lebih baiklah pada Jiyong. Dia sudah berkenan untuk menemanimu…itu membuat kami disini sedikit lega karena itu artinya akan ada yang bisa menjagamu dan mengawasimu saat kami pergi. Jadi…jangan nakal, ne.” Ucap Eomma Dara kemudian membuat Dara sekilas menatap ponselnya.

“Eomma, kenapa kau jadi seperti ini hah? Kau menceramahiku begitu banyak, tanpa kau beritahupun aku pasti akan melakukannya Eomma. Aku bukan gadis kecil lagi, araesso?” Sungut Dara entah kenapa merasa aneh saat mendengar Eommanya berbicara panjang lebar tentang hal itu dengan nada yang serius.

‘Khehehe…ok..ok, araesso…araesso Dara. Kau gadis kecil kami yang telah tumbuh dewasa sekarang. Yah! Pasti sudah cukup larut disana, kajja…tidurlah, jangan sampai kau terlambat ke sekolah besok.’

“Ne…Eomma, aku akan tidur sekarang…Eomma, sampaikan salamku pada Appa ne.”

‘Ne.’

“Selamat malam, Eomma.” Ucap Dara kemudian.

‘Selamat malam untukmu Chagiya, tidur nyenyak.’

“Eomma…bogoshiepoyo.” Ucap Dara lirih sebelum benar-benar mengakhiri sambungan.

‘Nado bogoshiepoyo, Dara.’ Jawab Eomma Dara, dan sambunganpun terputus…tepat saat itu air mata Dara mengalir. Entah ada apa dengan hatinya kini…karena ia merasa tidak tenang sekarang.

——-

2 hari kemudian…

“Dimana Dara?” Tanya Jiyong kemudian saat ia telah lebih dulu dimeja makan.

“Masih dikamarnya Appa.” Jawab Lauren setelah menyiapkan semuanya dan duduk manis dikursinya.

“Aigo…apa dia ingin terlambat lagi, hah?” Guman Jiyong kesal. Dan saat itu telponpun berdering. Jiyongpun berdiri dari duduknya untuk mengangkat telpon. “Yeoboseyo…Ah, Ne…Mwo? Apa yang anda katakan, hah?…Ani, anio…lalu-…lalu bagaimana, bagaimana dengan mereka? Mereka baik-baik saja, iyakan?…Ah, Ne…”

“Waeyo, Appa?” Tanya Lauren cemas mengampiri Jiyong yang terlihat shock dengan telpon yang baru ia terima. Jiyongpun menutup telponnya dan sekilas menatap Lauren yang telah berdiri dihadapannya. Jiyongpun memberitahu kabar yang baru ia terima pada Lauren…bahwa pesawat yang ditumpangi Eomma dan Appa Dara mengalami kecelakaan, dan sampai saat ini belum diketahui pasti bagaimana kondisi mereka.

“Apa? Mereka mengalami kecelakaan? Tidak mungkin-“ Ucap Lauren lirih.

“Untuk sementara, jangan beritahu dia sebelum kita mengetahui kabar pasti mengenai kondisi mereka, araesso.” Pinta Jiyong membuat Lauren hanya bisa mengangguk menanggapinya.

“Ya! Apa yang kalian lakukan disini, hah? Bukankah ini waktunya kita sarapan.” Ucap Dara yang baru saja keluar dari kamarnya.

“Ah…Ne, kajja…Eomma. Kita sarapan sekarang.” Jawab Lauren berusaha bersikap seperti biasa sambil menarik tangan Dara untuk mengikutinya menuju meja makan. Sementara Jiyong masih terdiam ditempatnya, ia benar-benar berharap…Eomma dan Appa Dara akan baik-baik saja.

——

Hannyoung High School

Dara merasa aneh pagi ini, karena semenjak ia menginjakkan kaki di sekolahnya…banyak anak yang mengarahkan pandangan aneh kearahnya, itu tidak biasa baginya.

“Omo, ada apa dengan mereka? Apa ada yang salah dengan seragamku? Atau ada yang aneh dengan wajahku?” Pikir Dara sejenak menghentikan langkahnya memeriksa seragam yang ia kenakan. “Ais…ada apa sebenarnya dengan mereka?” Gerutu Dara saat tahu pasti tak ada yang aneh dengan dirinya. Iapun dengan santai kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kelas 3-2. Dan saat ia tiba dikelas, lagi-lagi semua anak menatap aneh padanya…

“Aigo…benar-benar, ada apa dengan mereka ini hah?” Batin Dara benar-benar mencoba tak memperdulikannya, iapun menuju kursinya dan duduk dengan tenang.

“Dara, kau baik-baik saja?” Tanya Bom kemudian yang kini duduk dihadapannya dan menatap lekat dirinya.

“Ne…kau pikir aku kenapa, hah?” Ucap Dara balik bertanya.

“Omo, kau tak usah menutupi kesedihanmu pada kami Dara…bukankah kita bersahabat?” Ucap CL membuat Dara mengerutkan keningnya.

“Ne…yang dikatakan CL benar, jangan bersedih Dara…orang tuamu pasti akan ditemukan.” Tambah Krystal semakin membuat Dara tak mengerti dengan apa yang terjadi.

“Tunggu…tunggu, sebenarnya ada apa ini? Orang tuaku? Ditemukan? Aigo…kenapa dan siapa yang ingin menemukan mereka hah, mereka ada diluar negeri sekarang.” Ucap Dara kemudian membuat ketiga sahabatnya itu saling berpandangan.

“Dara, apa kau belum mendapat kabar?” Tanya Bom hati-hati.

“Tentang apa?” Ucap Dara balik bertanya.

“Omo…seharusnya merekakan menghubungimu.” Ucap CL membuat Dara mulai tak enak sekarang.

“Cih, sudahlah…bicara yang jelas. Sebenarnya ada apa ini, hah?” Tanya Dara tak sabar dengan sahabatnya yang menurutnya tengah bermain teka-teki sekarang.

“Ini…Dara, lihatlah.” Ucap Krystal kemudian, menyerahkan sebuah koran terbitan hari itu…Darapun menerimanya dan membaca berita yang tertulis disana.

Dua orang peneliti antariksa ‘Park Jin Hee’ dan ‘Park Yong Joon’ yang telah bergabung dengan badan penelitian antariksa NASA Amerika, sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Setelah diketahui sebelumnya bahwa mereka dalam perjalanan untuk mengikuti penelitian gabungan yang diadakan di Kosmodrom Baykonur hingga akhirnya Pesawat yang mereka tumpangi dengan tujuan Kazakhstan-Rusia mengalami kecelakaan,  dan hingga berita ini diturunkan belum ada kepastian yang jelas bagaimana dengan nasib mereka.

Dara seketika menjatuhkan koran yang ia baca, ia merasakan sangat sesak…sekuat mungkin ia menopang tubuhnya berusaha  kembali mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

“Anio…anio, itu tidak mungkin…Appa….Eomma. Ani…anio.” Ucap Dara bergetar.

“Dara-“

“Ani…anio, aku baik-baik saja…aku akan baik-baik saja.” Ucap Dara menepis saat Bom akan memegang pundaknya, ia melangkahkan kakinya menuju keluar kelas dengan langkah gontai sementara teman-teman hanya memandangnya iba tak tahu apa yang harus dilakukan, dan tepat saat Dara membuka pintu kelas Jiyong telah berdiri disana…membuat Dara menghentikan langkahnya dan menatapnya tajam. Seketika suasana kelas menjadi hening dari sebelumnya, melihat Dara dan Jiyong yang saling berhadapan…selain karena iba dengan Dara mereka juga bertanya-tanya ada apa dengan Dara dan Jiyong yang tak saling melepas pandangan mereka satu sama lain.

“Kau…kau, kau sudah tahu…iyakan?” Tanya Dara akhirnya membuka suara. Jiyong tahu apa yang dimaksud Darapun hanya bisa menjawabnya dengan anggukkan, dan tepat saat itu Dara tak mampu lagi menahan air matanya. “Kenapa? Kenapa kau tak memberitahuku, Ji? Kenapa?” Tanya Dara dengan tangisnya yang semakin deras.

“Tenanglah Dara, kau harus tenang…mereka pasti baik-baik saja, percayalah.” Jawab Jiyong kemudian.

“Bagaimana- BAGAIMANA BISA AKU TENANG DISAAT ORANG TUAKU TIDAK DIKETAHUI  KEBERADAANNYA, HAH?” Pekik Dara histeris dan tepat saat itu ia tak mampu lagi menopang tubuhnya, dengan cepat Jiyong menangkapnya kepelukannya.

“Dara!”

“Ji…aku takut mereka meninggalkanku, aku takut…sangat takut.” Ucap Dara lirih sebelum akhirnya ia benar-benar tak sadarkan diri. Dengan cepat Jiyongpun membawa Dara ke ruang kesehatan sekolah.

“Bagaimana keadaannya?” Tanya Jiyong kepada Dokter sekolahnya.

“Dia hanya sedikit mengalami tekanan, dia hanya perlu beristirahat untuk menenangkan kembali pikirannya.” Jawab Dokter perempuan paruh baya itu. “Apa benar dia anak dari peneliti yang mengalami kecelakaan itu?” Tanya Dokter itu kemudian, Jiyongpun menjawabnya dengan anggukkan. “Aigo, pasti ini berat untuknya…dia anak tunggal, benarkan? Yah…aku juga berharap agar orang tuanya baik-baik saja.” Ucap Dokter itu sebelum berlalu pergi.

Jiyongpun duduk dikursi disamping tempat Dara tengah terbaring, dan saat bel istirahat berbunyi…tak lama Bom dan yang lain datang menjenguk.

“Jiyong-shi…bagaimana keadaannya, hah?” Tanya Bom cemas.

“Dia  hanya perlu istirahat.” Jawab Jiyong singkat. Dan sesaat suasana menjadi hening…terlihat Bom, Cl, krys dan 4 teman dekat Jiyong yaitu Yongbae, Seungri, Top serta Daesung saling berpandangan. Mereka seakan berkata dari tatapan mereka masing-masing untuk siapa yang lebih dulu bertanya.

“Ehm…Ji.” Ucap Krys akhirnya membuka suara, membuat Jiyong mengalihkan pandangannya dari Dara dan menatap Krystal. “Ji, kau punya hubungan apa dengan Dara?” Tanya Krystal membuat Jiyong sekilas menatap yang berada diruangan itu bergantian. Dan iapun menghela nafas panjang.

“Yah, mungkin kalian memang harus tahu.” Ucap Jiyong kemudian, iapun akhirnya menceritakan semuanya (kecuali keberadaan Lauren) bahwa ia dan Dara kini tinggal bersama…dan itu cukup membuat Krystal serta yang lain terkejut tapi setelah mendengarkan penjelasan Jiyong mereka dapat mengerti dengan hal itu.

——

Saat pulang sekolah, Jiyong hanya mengikuti Dara yang berjalan di depannya dalam diam…karena semenjak Dara siuman, ia sama sekali tak bicara. Jiyong tak bisa meninggalkan Dara dengan keadaan seperti itu, ditambah lagi ia tak menuju Apartemennya. Dan Jiyong menghentikan langkahnya saat Dara berhenti di depan sebuah pintu gerbang dengan dinding yang menjulang cukup tinggi. Tempat itu cukup terpencil dari pusat keramaian.

“Kau pulanglah, aku ada latihan magic hari ini.” Ucap Dara kemudian berbalik melihat Jiyong yang berdiri tak jauh darinya. Tanpa menunggu jawaban Jiyong, Darapun masuk ke dalam pintu gerbang yang telah terbuka.

Jiyongpun menyandarkan dirinya di dinding pagar itu, dan iapun menghubungi Lauren bahwa ia dan Dara akan pulang terlambat malam ini.

Sementara Dara, ia tak benar-benar ada latihan hari ini. Ia hanya butuh tempat untuk menyendiri, ia perlu tempat untuk bisa menumpahkan segala kesedihan dan kekhawatiran yang ia rasakan. Dan setelah itu ia berjanji akan lebih tegar dan tak menangis agar orang-orang disekelilingnya tak khawatir akan dirinya.

2 jam berlalu, waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Dara akhirnya keluar dari tempat itu…dan ia terkejut saat melihat Jiyong yang masih menunggunya. Ia duduk menyandarkan tubuhnya di dinding, dengan satu kaki ia luruskan sementara kaki yang lain ia lipat untuk menopang tangannya sementara ia menundukkan kepalanya. Darapun menghampirinya, dan duduk disebelahnya membuat Jiyongpun mengangkat wajahnya melihat Dara.

“Kenapa kau tidak pulang, hah?”

“Aku menunggumu.”

“Aku baik-baik saja, Ji.” Ucap Dara memandang jauh ke depan.

“Aku tahu.” Jawab Jiyong singkat.

“Ji…mereka akan baik-baik saja, benarkan?” Tanya Dara tanpa memandang Jiyong, Jiyong sekilas menatapnya.

“Ne.” Jawab Jiyong akhirnya mengalihkan tatapannya dari Dara, sementara Dara kini kembali menatap Jiyong dan tak lama ia menyandarkan kepalanya dipundak Jiyong.

“Biarkan seperti ini, sebentar saja.” Ucap Dara lirih.

“Araesso.”

“Ji. Aku heran…kenapa kau bisa menenangkanku disaat aku membutuhkannya?” Tanya Dara jujur kali ini.

“Karena aku bisa mengerti dengan apa yang kau rasakan, Dara.“

“Benarkah? Aku sempat berpikir, sikapmu ini hanya karena permintaan Appa dan Eomma yang menyuruhmu untuk menjagaku dan mengawasiku.”

“Ne…itu benar, itu bisa dijadikan sebuah alasankan?”

“Mwo?” Darapun mengangkat kepalanya dari pundak Jiyong dan menatapnya. Sementara Jiyong mulai berdiri dari duduknya.

“Tapi…Tanpa mereka minta aku juga pasti akan melakukannya, Dara.” Jawaban Jiyong kali ini entah kenapa kembali dapat menenangkan hatinya. “Kajja, kita pulang…Lauren pasti sangat mencemaskanmu sekarang.” Ajak Jiyong mengulurkan tangannya pada Dara, Darapun meraih uluran tangan Jiyong dan berjalan disampingnya. Entah mereka secara sadar atau tidak, tapi yang jelas Jiyong maupun Dara tak melepaskan genggaman tangan mereka yang saling bertautan.

——

APARTEMEN KELUARGA PARK

“Kami pulang!” Seru Jiyong saat memasuki apartemen Dara, terlihat Lauren berlari kecil menghampiri mereka tersirat raut kecemasan diwajah mungilnya.

“Eomma.” Guman Lauren lirih saat melihat Dara, Darapun mengembangkan senyumnya.

“Aku baik-baik saja.” Ucap Dara kemudian, sekilas Lauren melihat ke arah Jiyong. Jiyongpun turut menyungingkan senyumnya dan mengangguk mengartikan bahwa Dara memang telah lebih baik sekarang. “Hmm…aku lapar, apa makan malam telah siap?” Tanya Dara dengan nada seperti biasa.

“Ah…Ne.” Jawab Lauren masih tak percaya dengan sikap Dara yang seperti tak terjadi apa-apa.

“Kalau begitu, aku akan mandi lebih dulu…baru kita makan malam bersama ne.” Ucap Dara kali ini berlalu pergi menuju kamarnya.

“Appa…benarkah Eomma baik-baik saja?” Tanya Lauren menatap Jiyong yang kini tengah menggendongnya menuju meja makan.

“Ne, dia adalah yeoja yang kuat…jadi kau tenang saja.” Ucap Jiyong mendudukkan Lauren dikursinya…dan kemudian menyiapkan meja makan untuk mereka makan malam bersama.

———

Paginya Jiyong pergi ke sekolah seorang diri karena Dara masih terlelap di kamarnya, dan kali ini Jiyong maupun Lauren tak berniat membangunkannya karena Dara memang butuh waktu untuk istirahat sekarang.

“Selamat pagi.” Sapa Dara yang baru keluar dari kamarnya.

“Eomma…kau sudah bangun?”

“Ah…Ne.”

“Eomma, aku membuatkan sup untukmu…kajja, makanlah.” Ucap Lauren menyajikan semangkuk sup hangat untuk Dara. Darapun duduk dikursi meja makannya…sekilas ia menatap Lauren yang menunggunya memakan sup buatnya.

“Gomawo…mianhe, aku telah membuatmu cemas.” Ucap Dara kemudian, membuat Lauren sesaat terdiam tapi dengan cepat ia mengembangkan senyumnya.

“Omo, bukankah itu wajar seorang anak mencemaskan orang tuanya…seperti Eomma mencemaskan orang tua Eomma sekarang. Eomma, ada aku dan Appa yang akan selalu disampingmu…lagipula Haraboeji dan Halmoni pasti akan baik-baik saja, yakinlah itu Eomma.” Ucap Lauren membuat mata Dara kembali berkaca-kaca. “Ya…Eomma, apa kau ingin menangis? Omo…jangan keluarkan air matamu Eomma, kau tak boleh menangis. Aku tak ingin melihatnya.” Lanjut Lauren yang kini telah berada disamping Dara duduk, Darapun menunduk menatap Lauren. Dan diluar dugaan Lauren dengan cepat melingkarkan tangannya dileher Dara. “Aku telah memelukmu Eomma, sekarang kau boleh menangis…karena aku tak akan lagi melihat air matamu itu.” Seketika Darapun tersenyum disela air matanya yang mulai mengalir.

“Kau…benar-benar mirip denganku.”

Deg

Ucapan Dara itu membuat Lauren seketika membeku. Entah kenapa ada sedikit rasa sesal dihatinya. Laurenpun tersenyum miris. “Mianhe…Eomma.” Ucapnya lirih disela isak tangis Dara hingga Dara tak mendengarnya.

—–

Telpon apartemen Dara berdering saat Dara dan Lauren tengah menanti perkembangan dari kecelakaan pesawat itu. Dan dengan cepat Darapun mengangkat telepon yang masuk.

“Yeoboseyo.” Ucapnya cepat.

‘Chagiya.’ Balas suara diseberang sana, yang sangat Dara kenal.

“Eommmmaaaaaaaaaaaaa!!!” Pekik Dara menyiratkan kelegaan yang tak terkira. Lauren yang mendengarnyapun segera menghampiri Dara.

‘Mianhe…mianheyo, kami pasti membuatmu sangat cemas.’

“Eomma…bagaimana keadaanmu, bagaimana Appa? Apa kalian baik-baik saja? Katakan padaku…apa kalian terluka? Apa itu parah?” Tanya Dara menumpahkan segala hal yang ingin ia tahu.

‘Tenanglah, kami baik-baik saja…tak ada luka serius, sungguh. Kami berhasil keluar dari pesawat itu tepat waktu sebelum pesawat itu jatuh Dara, hanya saja Appamu ini bukan penerjun yang hebat…ia tak bisa mengendalikan parasutnya dan itu mau tak mau membuatku harus mengikuti kemana arahnya mendarat. Karena itu kami jadi terdampar jauh dari pusat kecelakaan dan sempat dinyatakan hilang. Ah…Ne, Ini Appa ingin bicara denganmu.’

‘Ya…kau pasti sedang menangis sekarang, benarkan?’ Kini suara Appa Dara terdengar, membuat Dara lagi-lagi tak mampu menahan air matanya. Ia sangat lega…benar-benar lega, lega karena kembali bisa mendengar suara Eomma dan Appanya.

“Appa~”

‘Aigo, hentikan tangismu itu Dara-yah. Kau akan membuat kami cemas bila seperti itu.’

“Ani…anio, aku tidak menangis lagi Appa…aku baik-baik saja, aku baik-baik saja bila kalian juga baik-baik saja.” Jawab Dara cepat tak ingin membuat orang tuanya mencemaskannya.

‘Baguslah, itu baru putri Appa…maafkan kami, ne. Kau pasti banyak mengeluarkan air mata gara-gara kami.’

“Seseorang mengatakan padaku…bahwa wajar seorang anak mencemaskan orang tuanya, tapi aku harus yakin bahwa meraka pasti baik-baik saja dan benar, kalian baik-baik saja.”

‘Ne…kami baik-baik saja sekarang. Karena itu, jangan khawatir ne…kami mencintaimu, Dara-yah.’

“Aku juga mencintai kalian, Appa.”

——

Saat makan malam, Jiyong dan Lauren hanya bisa saling berpandangan dengan makanan yang tersaji dimeja makan.

“Taraaaaaaaaa…ini makan malam teristimewa kita, karena selain aku yang membuatnya ini juga sebagai perayaan karena Appa dan Eomma dalam keadaan baik-baik saja sekarang.” Ucap Dara bersemangat.

“Ah…Ne, tentu saja…ini sangat istimewa. Kau yang masak, semuanya?” Tanya Jiyong hati-hati. Darapun mengembangkan senyumnya lebar.

“Tentu!” Jawabnya pasti. “Dan ini semua spesial untuk kalian berdua karena aku baru saja menghabiskan sup yang telah Lauren buat. Jadi selamat makan ya.” Lanjutnya membuat Jiyong dan Lauren hanya bisa menelan ludah.

“Omo…semoga aku akan baik-baik saja setelah memakan ini.” Batin Jiyong dan Lauren tanpa sadar memikirkan hal yang sama dan

Glek

Satu suapan telah mendarat dimulut mereka.

“Bagaimana, apa itu enak?” Tanya Dara mengamati meraka berdua, Jiyong dan Lauren dengan cepat mengangguk mengiyakan. “Ah…syukurlah, kalau begitu….makan yang banyak, ne.” Lanjut Dara.

Sementara itu…

‘Lauren…gunakan sihirmu.’ Jiyong mengatakan itu dengan memohon melalui tatapan tajamnya pada Lauren.

‘Mianhe, Appa…bagaimana bisa aku menggunakannya bila Eomma terus memperhatikan kita?’ Balas Lauren yang juga bicara melalui tatapan matanya yang memelas.

Dan percaya atau tidak, ini hanya mereka berdua yang dapat memahaminya. Kkkkk. XD

~~~Next Chap~~~

“Memang apa sih yang kau pelajari disana hingga larut malam?“

“Aigo, kau tidak akan mengerti.”

—-

“Berusahalah, karena belum dicoba…kau jadi ragukan.”

___

“Naiklah.”

“Mwo?”

—–

“Kalau dilihat saat tidur begini, dia manis juga-

Jangan lupa selalu meninggalkan jejak y chingu. Hengsho.^^

<<back next>>

75 thoughts on “WITCHLOVE ~ Shocking News #9

  1. Syukurlah orang tuanya dara nggak kenapa napa. Sempet kepikiran dara bakal diadopsi sama papanya jiyong kalo orangtuanya dara meninggal *ya kan ngaco😁*

  2. Syukurlah eomma appa.y dara selamat ,,, tapi aku penasan deh kenapa tadi wkt dara bilang kau sangat mirip dengan ku lauren kok malah minta maaf huu jadi sangat” penasaran,,,

  3. SYUkurlah orang tua dara baik2 aja
    Kasian yah jiyong sama lauren harus makan makanan yang sebenarnya gak yakin apakah aku sendiri bisa memakannya atau gak
    Yang sabar yah

  4. Hhah syukurlah orang tua dara selamat
    Sedih kalo misalkan beneran meninggal huhu
    Tapi jiyong disitu sweet banget, diaa perhatian banget ke dara
    Semoga gitu terus lah, gausah ada orang lain, fokus perang sama kekuatan jahat ajaa hehehe

Leave a comment