My Wife is Seventeen Years Old! ~ Day #2

 

DGI POST 2

Title: MY WIFE’S SEVENTEEN YEARS OLD! | Author: Cimolxx92 | Main Cast: BIGBANG’s Kwon Jiyong  (G-Dragon), Sandara Park (2NE1), Mizuhara Kiko |Support Cast: YG FAMILY |Rating: PG-17| Genre: Drama,Romance, Family, Friendship |Length: Chapters

Disclaimer

Plot Is Mine. The Characters are belongs to God. Say No To Plagiarism!

 

Summary

“Maaf, Anda siapa?”

Kata-kata itu keluar dari seseorang yang tidur, makan, mandi, bertengkar, dan kentut dalam satu atap denganku.

~DAY #2 : He Stole My First Kiss!~

 

Kapan kau kembali bekerja?

Jiyong mengerutkan kening menatap layar ponselnya. 10 panggilan tidak terjawab dan 15 pesan dengan isi yang sama dari Mizuhara Kiko. Oke, dia memang menghormati wanita itu, tetapi semakin lama, Jiyong sadar kalau dirinya seolah terikat secara tidak langsung dengan Kiko.

Kiko adalah adik kelasnya dulu, dan dia adalah cinta pertama Jiyong. Jiyong ingat saat itu dia mengejar Kiko tanpa lelah, mengabaikan Dara yang memperhatikannya dari jauh. Yeah, saat itu yang ada dipikiran childish seorang anak remaja laki-laki SMP adalah gadis cantik dan populer itu akan menjadi pacarku! Harus jadi pacarku!

Sekolah yang Jiyong tempati adalah sebuah sekolah swasta yang terdiri dari Junior dan Senior High School. Sekolah tempat dia pertama kali bertemu Dara, sekolah tempat dia pertama kali mencium Dara, sekolah tempat dia pertama kali melihat air mata Dara. Sekolah tempat dia pertama kali patah hati karena Kiko tidak pernah mau meladeninya.

Jiyong mengenal Dara, karena dia selalu melihat gadis itu bermain seperti anak SD. Dia bahkan bermain lompat tali dilapangan basket! Sejak saat itu, Jiyong selalu memperhatikan Dara dan senang sekali menjahilinya.

Itu sudah sangat lama.

Dan dia tidak pernah bermimpi kalau dia tidak bisa lepas dari lingkaran yang sudah dia buat bahkan sebelum dia tahu arti cinta yang sebenarnya.

Jiyong, Dara, dan Kiko.

Jiyong tidak pernah mengerti wanita. Walaupun dia sudah hidup satu atap dengan Dara selama lima tahun. Dia tidak pernah mengerti bagaimana Dara bisa begitu sensitive hanya dari sentuhan kecil yang dia berikan, segala hal tentang Dara dia pelajari dengan baik, bahkan bagaimana caranya gadis itu bernapas. Jiyong ingat dengan sangat baik.

Jiyong mendesah dalam dan membuang ponselnya ke double sofa dihadapannya. Dia melirik jam… tunggu, Dara sudah berada didalam kamar mandi hampir lebih dari 30 menit. Jiyong bangkit dengan panik dan melesat manaiki anak tangga, membuka pintu kamar mereka, kosong, Dara benar-benar masih didalam kamar mandi?

“Dara?” Jiyong memanggil dan masuk, memperhatikan keadaan sekitar yang masih sangat rapih dan sepertinya Dara takut menyentuh perabotan didalam kamar. Jiyong melirik kamar mandi yang tertutup rapat. “Dara, kau baik-baik saja?”

“Dara?” Jiyong mengetuk pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu mahoni dan diukir dengan pahatan bunga-bunga. Dia menempelkan telinganya ke pintu itu. Tidak ada suara gemericik air, tidak ada suara apa pun, seolah tidak ada orang yang sedang berada disana.

“Dara?!!! Kau didalam?” Jiyong berteriak panik, “Dara, jawab aku! Dara!!!” Jiyong memutar kenop pintu dengan cepat dan membukanya.

“BRUAAAAKKKK!!!”

Pintu mahoni dengan pahatan indahnya itu sukses menampar wajah seseorang.

======

“Hhmmmfff…”

“Hhmmmmffff… fufufufufu”

“Berhenti seperti itu atau aku akan mencungkil matamu, Ajjushi genit!” Dara berkata kesal sambil menatap Jiyong yang sedari tadi membuat wajah aneh sambil menahan tawanya agar tidak meledak.

Sekarang mereka sedang berada ditengah tempat tidur dikamar mereka. Dengan Dara yang duduk bersimpuh memakai piyama lamanya yang tersimpan didasar lemari dengan gambar bola-bola dragon ball, rambut basahnya dan harum tubuhnya hampir membuat Jiyong meledak. Dia harus bisa mempertahankan diri dengan baik. Dengan masih memasang wajah idiotnya, Jiyong menarik sebuah kapas dan kembali menyumpal hidung Dara yang masih terus mengeluarkan darah.

“Kenapa kau tidak memanggilku untuk membawakan bajumu?” Jiyong tersenyum sambil menatap wajah cemberut Dara. “Kau bahkan tidak tahu lemari pakaian? Yang sebelah kiri penuh dengan pakaian dalam, yang sebelah kanan adalah piyama tidur, dan untuk pakaian yang sehari-hari kau pakai dan pakaian kerja kita ada di ruangan lain, geser lemari penuh buku itu dan kau akan menemukan surga pakaian.”

Dara masih terdiam, dengan perlahan dia menyentuh keningnya yang tampaknya sedikit benjol. Sial sekali dia! Rasanya dia pernah mengalami ini…

“Ffufufufufufu…”

.”Ajjushi, apa kau melihat semuanya?” Dara memajukan wajahnya kearah Jiyong dan melebarkan mata bulatnya. Aissh! Rasanya Jiyong ingin sekali menerkam Dara sekarang!

“Aku lihat semuanya!” Jiyong berkata bangga dan senang melihat wajah ngeri Dara. “Lagi pula, kau tahu tidak? Aku sering mengoleskan sabun ketubuhmu itu didalam bath tub, jadi kau tidak usah khawatir, lagi pula tidak ada yang menarik untuk dilihat.” Jiyong nyengir dan menatap dada Dara sambil memainkan alisnya.

Dara terperangah dan mundur dari Jiyong, tangannya otomatis menutupi wajahnya yang sekarang rasanya sangat panas. Grrrrr… dia belum pernah merasa semalu ini seumur hidupnya!!!

“Ajjushi! Aku akan melaporkanmu kalau kau berbicara seperti itu lagi! Itu bukanlah kata-kata yang pantas kau ucapkan pada gadis kecil sepertiku!” Dara mencoba bicara berani dan menatap Jiyong yang masih memasang wajah usil.

“Huuumm? Kau mau lapor pada siapa?” Jiyong mulai merangkak mendekati Dara sambil memandangnya dengan sorot mata bahaya.

“A, aku akan teriak! Pelecehan seksual gadis dibawah umur!” Dara ketakutan melihat Jiyong semakin mendekat kearahnya.

“Oh yeah, Sayangnya Miss Park yang terhormat sekarang sudah menjadi Mrs Kwon, jadi jika kau melapor, kau hanya akan dipermalukan dihadapan umum, emuehehehehhe.” Jiyong semakin menikmati permainannya sekarang. Wajah ketakutan Dara benar-benar menggemaskan.

“Tidak mungkin…” Dara menutup mulutnya. “Tidak mungkin aku menikah dengan pria idiot itu!” Dara berkata ngeri pada dirinya sendiri tetapi Jiyong masih dapat mendengarnya.

“Sayangnya kau memang menikahi pria idiot ini! Kekekeke.” Jiyong terus bergerak kearah Dara, dan dia menyadari Dara semakin mundur ke tepi tempat tidur dan tubuhnya mulai limbung. Sebelum Dara terjengkang kebelakang dan akan menyebabkan benjol lain menghiasi kepalanya. Jiyong menarik tangannya dengan cepat. Mereka jatuh ke tempat tidur yang besar itu dengan Dara yang berada diatas Jiyong.

“Uhmmm… babe, lihat sekarang siapa yang tiba-tiba menyerang pria idiot yang manis ini?” Jiyong tersenyum dan mencegah dirinya tidak mengecup bibir Dara.

Dara bangkit dengan cepat dan mencari sesuatu untuk dia lempar kearah Jiyong, dia mendapati bantal dan segera melemparnya namun dengan mudahnya ditangkap tangan Jiyong.

“Refleks yang bagus.” Dara bergumam.

“Aku bekerja untuk Blue House, tentu saja aku punya refleks yang bagus. Aku juga punya refleks yang sangat  bagus dibawah sini.” Jiyong melirik bagian menonjol di celana Jeansnya dan menatap pandangan takjub Dara.

“A, Aku tidak percaya ini… kau mesum…” Dara kehabisan kata-kata dan hanya bisa melihat Jiyong terkikik geli seperti seorang gadis diantara tumpukan bantal. Apa pria itu sedang bermain-main dengannya sekarang? Geeeezzz, dengan kesal Dara mencabut kapas yang menyumpal lubang hidungnya dan berjalan keluar kamar, meninggalkan Jiyong yang masih sibuk menertawainya.

Ini bencana, Ini bencana, Ini bencana!

Dara merasa terdampar di planet asing dengan alien yang benar-benar gila total! Dengan dahi berkerut Dara menuruni tangga dan kembali sibuk pada pemandangan rumah itu. Apa ini rumah yang dibangun Jiyong? Apa dia juga ikut andil dalam rumah ini? Tidak, itu tidak mungkin, keluarga Dara hanya keluarga kecil dengan hidup sederhana dan mencukupi. Dia tidak mungkin punya uang lebih untuk membangun rumah yang super ini. Dara mencari dapur tapi takut tersesat sehingga dia akhirnya duduk di sofa yang sangat empuk dan lembut. Dara menatap kagum kearah televisi yang sangat besar, ramping, dan tipis dihadapannya. Uhmmm… dia juga ketinggalan tekhnologi… ini benar-benar memalukan. Seperti dia melompat dari jaman batu dan terjebak disini.

Tiba-tiba sesuatu dari pantatnya bergetar. Dara terlonjak kaget dan mencari benda yang membuat pantatnya itu bergetar erotis saat dia melihat sebuah ponsel berwarna hitam dengan layar lebar tanpa tombol sedang menyala, bergetar. Sepertinya seseorang sedang menelpon dan tulisan dilayar… mulut Dara ternganga. Mizuhara Kiko???

Dara berjongkok dan menatap benda itu terus bergetar. Mizuhara Kiko? Dia ingat seorang anak perempuan berambut pendek. Adik kelasnya saat dia berada di Senior High School. Apa orang yang menelpon itu adalah Mizuhara Kiko si gadis populer? Dara memiringkan kepalanya dan ingin sekali menyentuh benda itu tetapi dia tidak bisa menggunakannya sehingga dia hanya diam saja.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

Dara menoleh cepat dan mendapati Jiyong tengah melongok kearah sofa tempat benda keramat tadi bergetar.

“Aku rasa seseorang menelponmu.” Dara menyahut sambil terus mengerutkan keningnya dengan bingung. Entah kenapa dia tidak suka melihat nama Mizuhara Kiko terpampang di layar ponsel milik Jiyong.

“Sambunganya terputus, lagi pula bukan dari orang penting.” Jiyong mengangkat bahu dan kembali melemparkan ponselnya ke sofa. “Kau kenapa?”

“Kau mengenalnya? M, maksudku, aku pikir itu orang yang sama dengan yang kukenal.” Dara berdehem gugup.

“Yeah, dia adik kelasmu saat kau SMA. Aku juga adik kelasmu, kau ingat? Kejadian yang sama yang menimpa wajahmu? Fufufufufufff…”

Dara menatap Jiyong yang tengah tersenyum padanya, Kejadian yang sama yang menimpa wajahku?

“AAAAKKKH! KAU?!!!” Dara menunjuk wajah Jiyong. Pria brengsek ini?!!! Yang memamerkan celana dalam berharganya yang langka?! Dia bahkan rela memohon pada pamannya yang kebetulan berlibur ke Jepang untuk membelikannya celana dalam itu!!!

“Aku apa? Aku bahkan membuat tattoo yang sama ditubuhku dengan bola dragon ballmu itu.” Jiyong berkata santai sambil menikmati wajah Dara yang memerah.

“Aku tidak mungkin menikah denganmu!!! Jika aku memang menikah denganmu! Pasti aku gila, atau kau mencuci otakku! AKU TIDAK MUNGKIN MENIKAH DENGANMU!”

Jiyong menangkap pergelangan tangan Dara dan menatap Dara dengan sengit. Dia tidak mungkin menikahinya?! Jadi begitu?! Jiyong mulai merasakan amarahnya kembali merasuki setiap sel tubuhnya. Jadi selama ini dia merasakan kekecewaan yang semakin lama semakin mencekiknya dan itu semua karena wanita ini memang tidak ingin menikah dengannya?!

“Damn, Dara… jangan buat kesabaranku habis…” Jiyong menggeram dan menatap Dara yang ketakutan.

“J,Jangan sentuh aku… le, lepas…” Dara memutar tangannya yang ada digenggaman Jiyong, berusaha melepaskannya tetapi pria itu malah semakin mendekati Dara.

“Kau tidak suka kusentuh? Kalau begitu aku akan jadi jahat dan menyentuhmu.” Jiyong berkata dingin, Jiyong tahu harusnya dia tidak boleh egois, tetapi sikap Dara yang seperti ini padanya membuatnya benar-benar kecewa dan dia ingin sekali membuat Dara merasakan hal yang sama yang sedang dia rasakan sekarang.

Dara berjengit saat merasakan tangan Jiyong menyentuh pinggangnya dan menariknya mendekat, tubuh mereka bersentuhan dan Dara bisa merasakan darahnya mengalir cepat sampai ke ubun-ubun. Apa yang sedang direncanakan Jiyong? Apa yang dikatakannya tadi sudah keterlaluan?

Dara melebarkan mata dengan ngeri saat bertatapan langsung dengan Jiyong. Dia bisa mencium harum papermint dari mulut Jiyong dan itu seperti sedang menyihirnya, memabukannya… matanya mulai beralih pada bibir Jiyong. Napas Jiyong menyentuh kulitnya, dia semakin mendekat dan…

Jantung Dara seperti dirampas kuat dan dibanting ke lantai yang dingin, ribuan kupu-kupu seolah menari didalam perutnya. Perutnya seperti anjlok, seperti menuruni dua buah anak tangga sekaligus, dan telinganya berdengung seperti ada ribuan anak lebah menggerubungi kepalanya… saat Jiyong menempelkan bibirnya perlahan ke bibir Dara.

Diluar dugaan, Jiyong bukannya mencium Dara kasar malah memberikan ciuman lembut pada bibir Dara, merasakan aroma Dara, dan kerinduan yang selama ini dia tahan keluar begitu saja. Sambil terus mencium Dara, ribuan pertanyaan berputar di otak Jiyong. Bisakah Dara ingat lagi padanya? Jika dia ingat, apakah dia akan lari dari Jiyong? Akankah dia kembali memandangnya dengan dingin? Akankah dia bicara dengan nada dingin padanya? Tapi satu hal yang pasti, apakah Dara akan mencintainya lagi?

Aku tidak akan memyerah padamu, Dara… Aku tidak akan menyerah pada pernikahan ini… apapun yang terjadi… Jiyong terus mencium Dara dan tidak berani untuk meminta lebih, tidak berani untuk masuk kedalam rongga mulut wanita itu. Tangannya bergerak membelai pipi Dara dan menyadari sesuatu yang membuatnya takut.

Air mata, Jiyong merasakan air mata yang meleleh di pipi Dara, dia menangis. Jiyong melepaskan Dara dan menatapnya dengan dingin.

“Ini balasanku karena kau bilang tidak mungkin menikah denganku.”

Dara menyentuh bibirnya yang sedikit bengkak dan air matanya kembali jatuh, tanpa menatap Jiyong, dia berlari kencang, menaiki tangga, dan membanting pintu kamar dengan keras.

======

“Mereka baik-baik saja?” Seungri meletakan sekotak cheese cake diatas meja ketika sampai dibutik yang cukup ramai. Chaerin mendongak dari tumpukan catatan barangnya dan memandang Seungri dengan seulas senyum.

“Kuharap begitu, mereka dalam perjalanan kesini, uhmmm… kurasa itu mereka.” Chaerin menatap keluar dan melihat Jiyong dan Dara keluar dari mobil. Dara mengenakan kemeja pink dengan celana denim cokelat, Chaerin yakin kalau Jiyong yang memilihkan pakaian itu, sebelum Dara memilih T-shirt dengan gambar bola dragon ball.

Pintu utama butik menggeser otomatis dan Dara mengekor di belakang Jiyong dengan wajah bengkak. Okay, pasti terjadi sesuatu dan dia sedikit bangga pada Jiyong yang bisa tahan menghadapi sikap Dara.

“Unni!” Chaerin bangkit dan berlari kearah Dara. Dara membeku dan menatap Chaerin bingung. “Well, unni tidak kenal padaku? Aku adalah Lee Chaerin, teman baikmu saat kuliah, kita bertiga kuliah di jurusan yang sama, kau, aku, dan Bommie unni.”

Dara tersenyum mengerti dan mengangguk “Hai, maaf aku… tidak mengingatmu… tapi aku suka kamu.”

Jiyong menoleh dan mengangkat sebelah alisnya. ‘Aku suka kamu?’ Jiyong mendengus, andai saja Dara mengatakan hal yang sama padanya saat mereka berkenalan kemarin.

“Ini butik kita.” Chaerin melanjutkan. “Kau, aku, dan Bommie unni mengumpulkan uang untuk mendirikan ini dan menjual pakaian rancangan kita disini.”

“Uhmmm… aku sama sekali tidak tahu tentang bisnis tetapi semua pakaian disini sangat bagus.” Dara kembali tersenyum gugup.

“Aigooo, unni, kebanyakan pakaian disini hasil rancanganmu!” Chaerin terkikik. “Dan kita punya tiga orang karyawan yang membantu disini.” Chaerin menoleh kearah tiga orang dengan seragam sama yang memandangi mereka. “Guys! Ayo kesini!”

Ketiga orang itu setengah berlari menghampiri Dara dan membungkuk memberi hormat, satu orang pegawai laki-laki dengan senyum manis, dan dua orang pegawai perempuan yang tampak rajin.

“Mereka berasal dari universitas yang sama dengan kita, dan mereka sudah mencapai semester akhir. Guys perkenalkan diri kalian!” Chaerin berkata ceria.

“Anyyonghaseo unni, aku Jennie Kim. Aku harap ingatan unni cepat kembali! Kami sangat khawatir!” Jennie berkata sedih yang langsung mendapat cubitan dari gadis disampingnya. Dara hanya tersenyum gugup karena dia tidak pernah dipanggil unni sebelumnya oleh orang banyak.

“Annyeonghaseo, aku Lee Ha Yi, aku biasa dipanggil Lee Hi dan aku adalah adik dari gadis kurang ajar yang mengaku sahabat unni. Unni cepatlah sembuh!” Lee Hi mendapat pukulan di kepalanya dari Chaerin yang menatapnya galak.

“Annyeonghaseo, aku Kim Jinwoo. Nuuna sudah lama sekali tidak melihatmu dan aku sudah sangat merindukanmu!” Jinwoo menerima pukulan double dikepalanya dan membuat Sandara tersenyum lebar melihat tingkah mereka.

“Terimakasih!” Dara berkata bersemangat. “A,Aku harap kalian bisa membantuku, terimakasih banyak!!!”

“Kalian kembalilah bekerja!” Chaerin berkata galak dan semua karyawan itu menurut sambil mengerucutkan bibir mereka kesal.

“Roo, kau galak sekali.” Seungri berbisik dan mendapat cubitan di pinggangnya. Chaerin menatap Jiyong yang memakai pakaian kasual dan mengerutkan kening.

“Oppa, kau tidak bekerja?”

“Tidak, aku harus menjaganya, dia bisa membuat banyak masalah.” Jiyong melirik Dara yang menatapnya dengan penuh dendam. Mereka belum saling bicara sehabis kejadian semalam.

“Kami bisa menjaga nuuna.” Seungri menatap Jiyong dengan serius. “TOP Hyung bilang ada orang yang meng-hack keamanan resort di Jeju untuk liburan keluarga presiden minggu ini. Aku takut kalau Korea Utara ikut ambil andil.”

“Benarkah?” Jiyong berkata dengan nada serius.

“Kau tidak mendapat panggilan dari TOP Hyung? Aigooo Hyung, dia itu atasanmu, tidak mungkin dia tidak memberimu kabar…”

“Aissh, aku mematikan ponselku karena Kiko terus-menerus menggangguku!” Jiyong berkata panik dan dengan cepat menyalakan ponselnya.

Chaerin mendesah kesal saat mendengar nama Kiko tetapi Dara hanya terdiam memperhatikan Jiyong. Dia bilang, dia bekerja di Blue House, kalau begitu dia seorang mata-mata? Kenapa dia harus menikah dengan pria yang rumit seperti itu?

“A,aku bisa menjaga diriku sendiri.” Dara berkata pelan.

Jiyong menoleh dan menatapnya dengan khawatir. “Kau yakin?”

“Uhmmm… aku seorang wanita dewasa, kau yang bilang begitu kan?” Dara mencoba membuat dirinya setenang mungkin saat Jiyong menghujaninya dengan tatapan tajam dan menyelidik.

“Baiklah, jaga dirimu, aku segera kembali.” Jiyong tersenyum dan mengelus puncak kepala Dara. “Hei pengangguran, tolong jaga Dara. Jika sesuatu terjadi cepat hubungi aku.”

“Pengangguran?!!! Ya! Hyung, kau tidak tahu betapa terkenalnya aku di klub! Aku ini DJ terbaik di Seoul!!!” Seungri berteriak pada Jiyong yang mulai berjalan keluar butik.

Chaerin menatap kepergian JIyong. Pekerjaan dan Kiko akan kembali padanya, dan Chaerin bisa merasakan ada keanehan pada tatapan Dara.

“Unni, kau mengenal Mizuhara Kiko?” Chaerin bertanya dengan senyum santai tersungging di bibirnya walau hatinya berdetak dengan cepat.

“Uhm, Jiyong bilang dia orang yang sama dengan teman yang kukenal saat aku SMA, memangnya kenapa?” Dara berkata polos sambil tertarik melihat anting-anting yang Chaerin kenakan.

“Tidak kenapa-napa.” Chaerin tersenyum dan menggandeng tangan Dara. “Ayo kita sikat habis Cheese Cake dari si panda.”

“Ya! Siapa yang panda?! Nuuna! Jangan dengarkan dia!”

Chaerin dan Dara tertawa dan tidak menghiraukan protes Seungri. Sepertinya lebih baik begini, ketika Dara memang tidak ingat apa-apa…

======

Mizuhara Kiko berjalan pelan sambil menenteng file dalam pelukannya, suara High Heels yang mengadu dengan lantai yang licin terdengar sangat berisik ketika dia melangkah dengan cepat memasuki kantornya. Dan, senyumnya mengembang saat dia melihat seseorang yang sedang dia tunggu-tunggu berdiri ditengah ruangan sambil menatap layar lebar yang menampilkan data-data statistik dari salah satu resort kepresidenan yang ada di Jeju.

“Selamat datang kembali pangeran.” Kiko menghampiri Jiyong dan menyodorkan cup coffee pada pria itu, Jiyong menatapnya sekilas sambil mengerutkan kening dan menerimanya.

“Thanks.”

“Mereka meng-hack seluruh system, dan aku sendiri yang menemukan keanehan itu tadi malam, saat aku sibuk menelponmu, kenapa kau tidak mengangkatnya?” Kiko berkata bangga, seolah dia sudah menemukan suatu penemuan langka yang belum ada didunia.

“Aku sibuk.” Jiyong menjawab singkat dan itu membuat Kiko kecewa. Dia sangat ingin mendengar pujian dari Jiyong.

“Uhmmm, apa Dara unni baik-baik saja?” Kiko berkata manis sambil menggeser kursi dan mengetik cepat pada keyboard komputer, layar dihadapan Jiyong berubah, menampilkan gambar tiga dimensi dari resort kepresidenan Jeju.

“Dia sangat baik.” Jiyong melirik sekilas, tidak menyadari wajah kekecewaan Kiko. “Terimakasih sudah perhatian padanya.”

“Tidak masalah, aku ingin sekali bisa dekat dengan Dara unni, tetapi sepertinya dia tidak suka denganku.” Kiko menjawab enteng dan mengangkat bahunya acuh.

“Well, jika aku juga jadi Dara, aku juga tidak akan suka denganmu.” TOP tiba-tiba masuk dan menjawab perkataan Kiko dan menyebabkan seluruh kepala menjulur untuk melihatnya dari balik komputer.

“Guys, aku punya berita buruk, khususnya bagi mereka yang sudah menikah.” TOP berkata kesal. Seluruh orang dalam departemen itu berdiri dan menggerubunginya ditengah ruangan, tempat Jiyong berdiri.

“Aku mendapat perintah dari Menteri Pertahanan Sipil, masalah hack ini cukup rumit karena CCTV menangkap beberapa orang Korea Utara disekitar pantai dekat resort. Department kita diminta untuk kesana dan membetulkan beberapa program sehingga bisa digunakan kembali. Ubah beberapa data dan password. Kita akan berangkat besok malam.”

“BESOK MALAM?!!!” Jiyong berteriak dan tidak bisa menyembunyikan wajah paniknya. Besok malam? Ke jeju? Meninggalkan Dara sendirian dirumah?!!! God, tidak, tidak. Dia tidak akan pergi.

“Aku tahu masalahmu Jiyong, dan aku sudah melaporkannya pada atasan. Dan dia bilang…” TOP menghela napas dalam. “Kau bisa membawanya, asal dia tidak membuat masalah.”

DAMN IT! FCKKK! Bagaimana mungkin Dara tidak membuat masalah?!!!

“Bicarakan itu dengannya.” TOP menepuk bahu Jiyong. “Sekarang kembali bekerja.” TOP mengakhiri pembicaraan dan menatap Jiyong yang menunduk sambil mengacak rambutnya kesal, pandangannya jatuh pada Kiko yang menyeringai sambil mengerutkan kening. Si rubah itu tengah sibuk menyusun sebuah rencana.

======

Dara menghempaskan tubuhnya pada sofa empuk dan memejamkan matanya rapat-rapat. Ini hari yang sangat melelahkan. Dia hampir kehabisan oksigen karena menemui banyak orang, dan lagi Bommie tidak sempat datang ke butik karena dia sibuk dengan orderan barang baru dan harus menemui beberapa sponsor.

Dara menatap jam 21.30 KST. Sudah larut malam dan Jiyong belum pulang, Chaerin mengantarnya pulang tadi karena Jiyong menelpon dan bilang kalau dia akan sangat terlambat. Apa seperti ini? Apa Dara yang dewasa selalu tinggal sendirian dirumah besar yang kosong seperti ini?

Dara kembali menerawang dan mengingat kejadian kemarin malam, saat Jiyong dengan sesuka hatinya menciumnya tanpa memperdulikan bagaimana perasaannya. Dasar mesum!!! Dara menggoyangkan kakinya ke atas sofa dan menggeleng cepat, mengusir bayangan bibir Jiyong pada bibirnya.

Itu CIUMAN PERTAMANYA!

Dan BAJINGAN itu telah MERAMPASNYA!

GAAAAAAAAHHHHH!!!!

Dara menjerit kedalam bantal sofa, jeritannya teredam dan dia mulai terengah-engah kehabisan napas. Dara melupakan ciuman-ciuman yang mereka lakukan berulang kali. Dan Dara tidak suka membayangkan kalau dia berciuman hot dengan pria mesum itu! Pria yang selalu menggodanya dengan ukuran dadanya! Dadanya yang benar-benar berhenti tumbuh?!!! GRAAAAAAWWWW!!!

“GRUUUURUUK”

Aisshh, Dara bangkit dan memegang perutnya yang keroncongan, dia hanya sempat memakan cake dan steak dan itu tidak cukup untuk perut seorang gadis “remaja berusia 17 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan”

Dara merosot dari sofa dan mulai menyeret dirinya menuju keruangan lain. Dimana dapurnyaaa? Rumah ini sangat besar dan membuat pusing dengan lukisan dan patung-patung itu! Dia sekaraaat! SEKARAAAAT!!!

Dara memegangi sisi perutnya sambil terus berjalan menyusuri lorong, dia sampai pada sebuah pintu ganda yang besar. Mungkin ini dapurnya? Dara segera mendorong pintu itu tanpa pikir panjang dan mendapati kekecewaan yang menyayat hati karena yang ada disana adalah sebuah ruang kerja.

Dara ingin menutup pintu dan kembali pada pencariannya saat matanya menangkap sesuatu. Sebuah lemari dengan banyak sekali laci. Itu sedikit janggal untuk sebuah ruang kerja yang dipenuhi buku tebal dan perangkat elektronik. Rasa ingin tahunya membawa kakinya ke lemari itu.

Dara mengerutkan kening saat membuka seluruh laci itu satu persatu, kosong, kosong, dan kosong, Dara membuka laci terakhir diurutan paling bawah dan menemukan sebuah map cokelat.

Dengan hati-hati Dara mengeluarkan map itu. Map itu sepertinya hanya terdiri dari kertas-kertas. Apa hanya laporan kepemilikan? Dengan penasaran dan melupakan perutnya yang keroncongan, Dara membuka map itu.

Dan apa yang didapatinya membuat tubuhnya membeku dan dia seperti dihempaskan ke tepi jurang.

Tertulis dengan huruf besar. LAPORAN KEGUGURAN MRS. KWON.

Tangan Dara bergetar hebat saat dia membaca kronologis kejadian keguguran itu… dan anak yang diketahui berjenis kelamin perempuan. Dia menjatuhkan kertas-kertas itu kelantai, mundur beberapa langkah sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, berusaha menghalau suaranya yang ingin berteriak kencang-kencang, berusaha menghalau jeritan tangisnya.

Kakinya lemas, tubuhnya ambruk pada lantai yang dingin.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang terjadi padanya? Apa yang terjadi pada mereka? Dara memiliki anak? Mereka kehilangan anak itu? Orang tua macam apa yang sampai kehilangan anaknya bahkan sebelum anak itu bisa menangis di dunia, sebelum anak itu melihat indah dan kejamnya dunia?

Apa yang terjadi pada pernikahannya?

~To be Continue~

Thanks to queennda yang sudah mengoreksi dari gedung putih jadi blue house hehehe… Makasih ya yang sudah bersedia baca dan komen untuk FF ini. Sebenernya ide ceritanya udah pasaran dan emang pernah ada drakor jaman dulu yang temanya agak mirip tapi saya beneran lupa judulnya… maaf… harus searching lagi… hehehe Buat para pembenci Kikooo, saya juga gak suka sama Kiko, bukan gak suka sama personality dia, tapi gak suka karena dia model jepang yang suka ngumbar aurat sampe naked di depan kamera -__- jadi maaf ya, kalo yang lagi bad mood sama kiko dan saya bawa dia disini. Karenaaa ketika saya nyoba nyusun plot dannn ternyata milih cast itu susah juga, pemeran antagonis yang ada di otak saya cumin kiko. Maaf…
Hope u like it and please leave ur comments… again… kekeke hengsooow!

<< Back  Next >>

102 thoughts on “My Wife is Seventeen Years Old! ~ Day #2

Leave a comment