The King’s Assassin [35] : Behind It All

assassinc

Author :: silentapathy
Link :: asianfanfiction
Indotrans :: dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~  

 

“Ada apa sebenanya, yeobo?” tanya Seunghyun menarik istrinya ke dalam pelukan, seolah ingin berkata bahwa dirinya ada untuk melindungi wanita itu.

“Seunghyun…” Bom membenamkan wajahnya di dada suaminya. “Seunghyun… bisakah kita tinggal jauh dari rumah ini? Bisakah kita menempati rumah musim panas yang dulu kau bawa aku ke sana sebelum kita datang ke mari?”

“Kenapa?” tanya Seunghyun. “Tsk,” dia sedikit mendorong tubuh Bom menjauh dan menangkup wajah wanita itu. “Apa ada yang membuat Anda resah… katakanlah kepada saya. Saya tahu itu. Anda bersikap aneh tadi. Saya mohon, katakanlah,”

Bom berpikir sejenak, kali ini, meski rasa takutnya mulai menjalar tapi dia harus bersikap hati-hati.

Seseorang mungkin saja sedang mengamati dan mencuri dengar pembicaraan mereka. Dan sekarang yang paling diinginkannya adalah meninggalkan tempat ini kemudian mengatakan semuanya kepada Senghyun.

“Tidak di sini…” dengan perasaan cemas, Bom mencoba menghentikan pembicaraaan mereka dan berbaring, berbalik dari Seunghyun.

Tidak di sini, pikir Seunghyun. Kenapa Bom harus bermain rahasia di dalam rumah mereka sendiri? Seunghyun memikirkannya beberaa saat, sampai sesuatu menyadarkannya.

Ayahnya. Apa lagi yang ayahnya lakukan kali ini? Seunghyun ingat bagaimana istrinya mengatakan padanya betapa wanita itu takut kepada ayahnya dan berusaha keras untuk mengejar ketertinggalannya dalam urusan rumah tangga sejak mereka menikah serta baru kali ini dia melihat Bom begitu cemas.

“Tuan Putri…” Seunghyun memeluk Bom dari belakang. “Apakah ini ada hubungannya dengan ayahku?” dia mencoba merendahkan suaranya, meski dalam hati sebenarnya dia tergelak.

Bom menggigit bibirnya untuk menahan isakannya, namun sia-sia.

“Seunghyun… aku takut… aku sangat takut…”

“Shh… kemarilah…” bujuk Seunghyun membalik tubuh Bom hingga dia bisa melihat wajah istrinya. “Berhenti menangis, saya mohon jangan menangis.”

“Seunghyun… bagaimana jika—,”

“Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi saya akan membawa Anda keluar dari sini besok. Jangan takut. Ada saya di sini. Kenapa Anda tidak mengatakannya lebih awal lagi? Tuhan… lihat keadaan Anda sekarang.”

Bom hanya menggigit bibir dan menggelengkan kepalanya; tidak mampu mengatakan apapun.

“Tuan Putri, dengar…” ucap Seunghyun sembari membuat Bom menatap padanya. “Saya tidak akan pernah membiarkan apapun terjadi kepada Anda, apa itu jelas? Pada saat kita menikah, saya sudah menjanjikan hal itu pada diri saya sendiri. Saya tidak akan pernah membiarkan seorang pun untuk menyakiti Anda, jadi saya mohon, tenanglah… ada saya di sini,” kata Seunghyun sambil mengelus pipi Bom dan wanita itu hanya bisa memeluk pinggang suaminya, membenamkan wajahnya di lekukan leher pria itu.

“Terima kasih…” kata Bom di antara isakannya. “Kau adalah pria yang baik, Seunghyun-ah…”

“Segalanya mungkin berawal sangat buruk di antara ita, tapi kita akan memperbaikinya, yeobo. Saya tidak melakukan hal ini karena hanya karena tugas. Saya adalah suami Anda… dan saya menyayangi Anda. Dan sekarang memang bukan saat yang tepat untuk mengatakannya, tapi tolong ketahuilah… bahwa saya mencintai Anda,” katanya mengecup puncak kepala Bom. “Saya tidak tahu sejak kapan, namun yang saya tahu adalah bahwa saya merasakannya di sini dan saya tidak suka melihat Anda seperti ini.”

“Seunghyun…” Bom menengadah untuk memandang suaminya. Dia mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah rupawan Seunghyun.

“Saya mencinta Anda, Tuan Putri. Saya minta maaf Anda harus menikahi pria seperti saya dan berurusan dengan keluarga menyedihkan ini. Rasanya menyakitkan bagi saya melihat Anda menderita begini. Tapi saya mohon, percayalah pada saya…”

“Aku mempercayaimu,” Bom menatap Seunghyun dengan kening berkerut. “Sangat…”

“Tapi saya tidak melihat itu,” kata Seunghyun dengan sedikit kepahitan tersirat dalam suaranya. “Dan saya mengerti sepenuhnya kenapa. Saya akan sangat mengerti selama saya masih membawa nama keluarga terkutuk ini.”

“Seunghyun… tidak… hentikan,”

“Menjadi bagian dari keluarga ini bukanlah pilihan saya. Tapi melindungi istri dan kelurga saya nanti adalah pilihan saya sendiri. Jadi percayalan pada saya saat saya mengatakan bahwa saya tidak akan mementingkan mereka dibandingkan dengan Adna. Saya belum pernah merasakan kebahagian sepanjang hidup saya sampai kita menikah. Saya selalu sendiri, dan saya hanya bisa mencari ketenangan di antara teman-teman saya. Saya menyibukkan diri dengan belajar dan latihan bela diri bersama Ilwoo dulu. Saya berusaha untuk bisa meninggalkan rumah ini sesegera mungkin – meski mungkin hanya untuk sesaat. Tapi saya memiliki Anda sekarang. Anda adalah sumber kebahagiaan saya. Dan saya akan melakukan segala yang saya bisa untuk mempertahankan kebahagiaan saya tetap bersama saya. Apa Anda mengerti?”

“Seunghyun—,” Seunghyun menundukkan kepalanya dan membungkam bibir Bom dengan bibirnya. Dia mendorong istrinya ke tempat tidur dengan tubuhnya berada di atas Bom, bibir mereka masih saling terkunci dalam sebuah ciuman – ciuman mesra, dalam, dan Bom hanya bisa melingkarkan kedua lengannya pada leher Seunghyun.

“Saya mencintai Anda,” dia terengah-engah di bibir Bom, tubuh mereka menempel. “Katakan pada saya jika Anda merasa takut,” katanya menciumi seluruh wajah istrinya. “Katakan pada saya jika Anda merasa cemas, katakan pada saya jika Anda sakit,”

“Seunghyun…” tangan Bom bergerak mengelus punggung Seunghyun.

“Katakan pada saya segala yang Anda rasakan. Selalu katakan pada saya…” kata Seunghyun sembari terus turun menuju ke leher putih Bom. “Katakan segalanya pada saya,”

“Bercintalah denganku,” ucap Bom. “Kumohon, Seunghyun.”

“Yeobo,”

“Aku perlu merasakanmu… buat aku lupa,”

**

“Aigoo… punggungku sakut!” kata Harang saat duduk di samping Dara yang tengah mengusap peluh.

“Kau baru saja mulai siang tadi dan kau sudah mengeluh? Pscht,” dengus Dara. “Kau dari mana saja memangnya? Kau tahu aku butuh bantuan untuk melatih para prajurit ini,”

“Putra Mahkota memintaku datang menghadap,” kata Harang bangga sambil mengusap hidupnya membuat Dara menolehkan kepalanya kepada bocah itu.

“Apa? Kenapa?”

“Ah… bukan apa-apa,” Harang meringis.

“Yah!”

“Apa?” tanya Harang perlahan berdiri dari pijakan tangga kamar Dara.

“Katakan dasar bocah nakal!” bentak Dara padanya. “Apa yang kalian berdua rencanakan? Apa dia membayarmu? Apa dia menjanjikanmu sesuatu? Dia menyuapmu, bukan begitu? Apa dia memintamu untuk membocorkan rahasia tentangku?” tanya Dara beruntun.

“Kenapa? ,Memangnya aku tidak boleh dekat dengan Putra Mahkota? Tidak bisakah aku bicara padanya?”

“Kau bisa bicara padanya kapanpun kau mau! Hanya saya ini… aneh… kenapa bagiku rasanya kau tiba-tiba saja dekat dengan Pangeran—,”

“Kenapa?” tanya sang Pangeran yang tiba-tiba saja sudah muncul, membuat kedua orang itu menyadari kehadirannya. Mereka membungkukkan badan pada Pangeran yang menatap mereka dengan ekspresi muram.

“Apakah aku tidak memiliki hak untuk dekat dengan bocah ini?”

“Bukan seperti itu, Jeoha—,” Dara mencoba menjelaskan namun Pangeran sudah memotong perkataannya.

“Apa yang kau lakukan di sini? Udara sudah mulai dingin! Masuklah,” perintah Pangeran memiringkan kepalanya ke arah kamar Dara, menyipitkan mata.

“K-k-ami baru saja selesai latihan Jeoha dan saya meminta Harang untuk membantu. Dia sudah terlatih dengan ilmu bela diri,” jelas Dara. “Kami hanya sedang berdiskusi mengenai—,”

“Well, kalau begitu masuk dan beristirahatlah. Aku hanya mampir untuk mengecek semuanya,” kata Jiyong sambil mengedarkan pandangan dan melihat para prajurit yang ada di sisi lain lapangan, bertelanjang dada dan bersiap untuk mandi. Dia menggertakkan bibir. Bagaimana bisa Dara tetap berada di sini melihat tubuh-tubuh pria setengah telanjang begini?

“Tapi aku masih bicara pada Harang, Jeoha. Lagipula, udara tidak begitu dingin,” Dara memprotes dan Jiyong hanya bisa memberinya tatapan peringatan.

“Tidak bisakah kalian bicara di dalam kamarmu?”

“Apa salahnya bicara dengan Harang di sini?” tanya Dara tidak paham.

“APA SALAHNYA??? APANYA YANG — OH…” dengus Pangeran dan mengelus pelipisnya, kembali melirik pada para prajurit yang sama sekali tidak menyadari tatapan tajam darinya.

Seunghwan segera menyadari perubahan mood Pangran dan yang bisa dia lakukan bagi tuannya adalah untuk meyakinkan sang Komandan agar tidak membuat keributan.

“AIgoo, K-k-k-omandan turuti saja perintah Pangeran, neh?” ujar Seunghwan pada Dara. “Masuklah… ppalli…”

“Apa masalah Anda? Apa lagi yang saya lakukan kali ini?” tanyanya.

“Berhenti menguji kesabaranku,” desis Pangeran. “Jika kukatakan untuk masuk, lakukan saja seperti yang kuminta!”

“Aisht…” Dara mendelik menatap Putra Mahkota sebelum menghentak-hentakkan kaki kemudian melepas sepatu. “Kalau begitu jangan mengganggu saya. Harang, jangan ijinkan siapapun untuk masuk, arasso???” teriaknya keras begitu sudah di dalam kamar.

“Neh!” Harang meringis lebar menyadari Pangeran sudah mulai panik.

“Apa??? Yah, Harang! Aku harus masuk ke dalam!” kata Pangeran.

“Tapi noona tidak mengijinkan siapapun masuk,” bocah itu berdiri dan menghalangi jalan sang Pangeran. “Mianhe, Jeoha,”

“Yah!”

“Maaf, Jeoha. Saya hanya menjalankan perintah Komandan. Dan kita berdua sama-sama tahu kita akan menerima amukannya jika kita membantah.”

“Aku ini Putra Mahkota! Yah!”

“Kalau begitu silakan dan katakan langsung pada noona,”

“HARANG!!!” suara Dara menggema di seluruh penjuru tempat itu.

“NEH KOMANDAN???”

“KATAKAN PADA PANGERAN BAHWA UDARA SUDAH MULAI DINGIN DAN DIA HARUS KEMBALI KE KAMARNYA. AKU TIDAK MAU MENERIMA TAMU SIAPAPUN, APA SUDAH KELAS? SELAMAT MALAM!”

**

“Jang Junshin… dia lulus gwageo pada usia muda dan dia dikenal sebagai pengikut ayahmu yang paling hebat,” kata Lady Hyori melihat nama pria yang ada di halaman di hadapannya.

“Kalau begitu, kenapa dia mencelakakan ayahku?” tanya Chaerin. “Tuan Xin bilang dia tidak yakin jika orang ini masih hidup karena dia sudah keluar dari kesatuan sejak malam tragedi itu.”

“Aku tidak begitu yakin. Apa yang anak muda itu katakan selain tentang ini?” tanya Lady Hyori.

“Tidak ada lagi jika mengenai Jang Junshin, unnie. Tapi…”

“Tapi?”

“Aku merasa terganggu sebenarnya,” kata Chaerin membuat sang Kepala Gisaeng memiringkan kepalanya, menyimak apa yang akan gadis itu katakan selanjutnya.

“Putra Kepala Sekretaris Kerajaan mengatakan padaku bahwa Menteri Lee dari Kementerian Keadilan bersama dengan Penasehat Choi saat dia masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan adalah sekutu… dan aku menemukan…”

“Ada apa Chaerin?” tanya Lady Hyori. Chaerin mendesah berat.

“Kipikir pendukung terbesar Penasehat Choi adalah ayah dari Tuan Xin – itulah kenapa aku berusaha mencari informasi darinya…” Chaerin menggelengkan kepalanya. “Tapi kenyataannya, bukan dia.”

“Lalu siapa?”

“Unnie… kuharap ini bukan kebenaran yang sesungguhnya, tapi orang itu adalah… kenapa harus dia?” tanya Chaerin sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangan.

“Chaerin-ah…”

“Unnie… orang itu adalah ayah Seungri… Menteri Lee.”

“Apa?” tanya Lady Hyori sebelum mendesah pasrah.

“Mereka bekerja sama untuk memecah hubungan antara Raja dan para abdi setianya,”

**

“Aisht!” dengan kesal, Jiyong duduk di bantal duduk sutra miliknya begitu masuk ke dalam kamarnya. Dia melemparkan paket yang didapatnya dari Daesung ke meja dan mengerutkan kening – merasa frustasi sekarang dan Dara tidak mengijinkan dirinya untuk bertemu.

“Seunghwan!!!”

“Yeh Jeoha!” sang Eunuch segera masuk ke dalam kamarnya.

“Aku perlu menemui Dara! Aku perlu bicara dengannya! Apa yang harus kulakukan?”

“Aigoo… kenapa Anda memaksanya untuk masuk ke dalam kamar? Dia terlihat sedang membicarakan sesuatu yang serius dengan Harang.” Tanya sang Eunuch.

“Apa kau tidak melihat para prajurit tadi? Mereka mandi dengan bertelanjang dada dan dia diam di sana memperhatikan mereka? Hah! Gadis itu!”

“Bagaimana Anda bisa yakin bahwa dia memperhatikan mereka?”

Sang Pangeran menolehkan ke kiri dan ke kanan seolah sedang memikirkan sesuatu sebelum menggebrak meja dengan tangannya.

“Aku tentu tahu! Aku sudah pernah melihatnya! Aisht… apa yang harus kulakukan? Apa aku harus memberikan barang berharga sebagai tanda damai? Apa yang harus kulakukan Seunghwan! Dia harusnya tidur bersamaku mala mini!”

“Lagi???” sang Eunuch menolehkan kepalanya kepada Pangeran penuh rasa tidak percaya.

“Kenapa… memang apa salahnya?”

“T-t-api…”

“Kami tidak melakukan apapun, yah! Kami hanya tidur dan…” Jiyong memajukan bibirnya, memikirkan kata-kata yang sekiranya aman dikatakan. “Berpelukan? Aisht! Hanya itu! Jadi hentikan pikiran kotor di kepalamu itu, arasso?!”

“Saya tidak mengatakan apapun, Jeoha…” Seunghwan menggigit bibirnya.

“Aisht… sekarang pergi menghadap padanya! Yakinkan dia. Cek keadaannya! Sekarang!!!”

“Yeh, Jeoha!”

Jiyong memejamkan matanya dan mengerutkan wajahnya putus asa; tahu bahwa mungkin gadis itu benar-benar marah padanya. Tangan dan kepalanya tergeletak di atas meja.

“Tidurlah denganku… tidurlah denganku… kumohon…” rapal Jiyong sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja sampai dia merasakan sebuah kain sutra. Dia bangkit dan menyadari itu adalah paket yang dikirimkan Seungri.

“Omona, aku hampir lupa hadiah dari Seungri ini.” gumamnya meraih bungkusan itu. Merasa penasaran, dia menimbang berat buku itu dengan tangannya sebelum melepas ikatannya.

Buku. Itu adalah sebuah buku. Dengan tidak sabar dia membuka sampulnya dan matanya langsung melebar kaget dan segera menutupnya kembali.

“I-i-ni… ini…” dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Seungri menyimpan buku semacam ini?

Dan jika diingat lagi pria itu lebih muda darinya? Sang Pangeran mendengus.

“Lalu apa artinya bocah nakal itu lebih berpengalaman dariku? Aku tidak percaya ini!” katanya sambil kembali membuka buku itu sekali lagi. Dia membuka halaman pertama dan mulai membawa.

Tetesan-tetesan keringat mulai bermunculan di keningnya; tangannya sibuk mengipasi dirinya sendiri saat dia membaca bagian pertama, tapi dia merasa bersyukur Dara tidak ada di sini. Apakah memang langit menakdirkannya seperti itu? Tanyanya pada diri sendiri sambil meringis bodoh.

Dia membutuhkan buku ini. Oh demi langit, dia mungkin akan memberikan posisi pejabat tertinggi pada Seungri jika pria itu lulus gwageo. Buku ini akan sangat membantu dan dia berjanji untuk menggunakannya sebaik-baiknya sesegera mungkin.

Jiyong menyeringai menutup buku itu dan menghembuskan nafas untuk menenangkan diri saat didengarnya suara Seunghwan telah tiba.

“J-j-eoha,” sang Eunuch tergagap. “D-d-d-ia… dia sudah tidur. Dia sudah mematikan lampu, saya minta maaf…”

“Tidak apa-apa… pergilah. J-j-angan… ganggu aku,”

“Jeoha? Apa Anda baik-baik saja? Apa Anda masih marah? Nafas Anda sepertinya terengah-engah,” sang Eunuch rupanya menyadari nafas terengah Jiyong.

“AISHT AKU BAIK-BAIK SAJA! PERGI SANA! JANGAN BIARKAN SIAPAPUN MASUK! ARASSO?”

“Yeh, Jeoha!” jawab Seunghwan sambil memiringkan kepalanya karena bingung.

Begitu mendengar suara langkak kaki Seunghwan menjauh, Jiyong meringis seperti anak kecil dan dengan bersemangat membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Seluruh perhatiannya tertuju pada buku di tangannya, perlahan tapi pasti membuka setiap halamannya dengan sekujur tubuh berkeringat, dia mencoba melewati malam itu dan berterima kasih pada Seungri dalam hati demi menemukan teman yang bisa membantunya.

**

Kesunyian malam menjadi kerugian terbesar bagi Dara. Segala gerakan bisa menyebabkan para Prajurit mengejarnya saat ini karena dia mengenakan pakaian serba hitam, wajahnya tertutupi masker, terlihat persis seperti penyusup – namun dia tidak peduli.

Harang berkata bahwa Ilwoo mulai bersikap aneh dan dia harus menemui pria itu dan meluruskan berbagai hal. Selain itu, pagi tadi saat Pangeran meninggalkannya sendirian di kamarnya, dia memanfaatkan keadaan dan mencari laporan perkembangan tentang kasus mereka dan dirinya tidak dikecewakan.

Begitu dia meniup lilin di dalam kamarnya, dia segera keluar dan berlari cepat menuju ke jalan keluar rahasia dalam rencananya untuk menemui dua orang malam itu. Ilwoo, temannya.

Dan Komandan So, seperti yang ditemukannya di meja Pangeran tadi pagi. Seluruh kerja kerasnya akan terbayar, pikirnya. Pangeran tidak akan marah jika Dara mengecek dokumen-dokumennya, kan? Dia mencoba meyakinkan diri sendiri. lagi pula, tidak ada seorang pun yang tahu dia keluar. Dia menyeringai seiring rencananya mulai terlaksana.

Komandan So dikatakan merupakan Kepala Prajurit yang menangkap ayahnya malam itu dan dia butuh konfirmasi. Dia perlu menemui pria itu sendiri. Dan siapa yang tahu? Dia mungkin akan bisa memanfaatkan hasil latihannya selama ini. Dia tidak mempermasalahkan untuk membunuh dan menodai tangannya dengan darah. Yang dia tahu adalah bahwa dia haus akan balas dendam.

Darahnya mulai mendidih begitu mengingat seluruh informasi yang tertulis dalam dokumen tadi.

“Komandan So Yoonshi, sebaiknya kau berdoa sekarang dan berharap bahwa bukan kau yang membunuh keluargaku,” Dara menggertakkan gigi seiring dia melompat dari satu atap ke atap lainnya.

**

Chaerin memeluk dirinya saat dia memerhatikan gegelapan malam dalam perjalanannya kembali ke kamar, merasakan perasaan diawasi yang sudah sangat dikenalnya.

“Daesung?” panggilnya berpikir mungkin Seungri meminta pria itu untuk mengawasinya lagi, namun tidak ada siapapun. Suara jangkrik menggema mengisi kesunyian malam.

“Siapa di sana?” dia menolehkan kepalanya ke arah batang pohon saat dia mendengar desau dedaunan.

“Siapa kau? Tunjukkan dirimu! — Hmmmmph!!!” seru Chaerin sebelum dia merasakan sepasang lengan kekar memeluknya, satu menahannya untuk tidak bergerak, satunya lagi menutupi mulutnya.

“Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu,” mata Chaerin meluebar ngeri saat telinganya mendengar suara yang sudah sangat dikenal dan sebelum dia bisa berbicara atau merespon apapun, dia merasakan tangannya digantikan oleh selembar kain lembab menutupi hidungnya dan segera kegelapanlah yang bisa dilihatnya.

**

<< Previous Next >>

32 thoughts on “The King’s Assassin [35] : Behind It All

  1. Chaerin unnie aman sama seunghyun oppa. Dara unnie, pliss jangan bunuh seseorang kali ini, jiyong oppa bakal nemuin caranya utk dapetin keadilan buat dara unnie kokk😞

Leave a comment