[Series] Melody of The Paint – 5

edit1

Melody of the paint

Author: alexandria

Cast star: Kwon Jiyong(30th), Sandara Park(28th), Lee Donghae(29th), Park Sanghyun(20th), Choi Dongwook(28th), Choi Seunghyun(20th), Lee Seungri(25th),Lee Chaerin(29th)

 

Part 5

 

 

“Suster, pasien dengan nama um…..Sandara.. di ruangan mana?” Tanya Jiyong ketika Ia tiba di rumah sakit setelah membututi mobil Seungri.

“Ah… Sebentar tuan..”

Jiyong menggigit bibirnya, “Haaaah… apa dia tidak apa-apa?” benak Jiyong. “Huuh.. biar bagaimana juga aku yang menjatuhkannya..” ia memiringkan kepalanya masih sibuk dengan pikirannya sendiri “tapi dia menyentuhku tanpa seizinku….”pikirnya.

“umm.. tuan, Nona Sandara bermarga Park,benar?” Jiyong tidak tahu dia bermarga apa, tapi ia mengangguk sebagai jawabannya.

“Nona Park di kamar 001 VVIP di lantai 6 tuan.” Jelas suster itu ramah kepada Jiyong yang langsung melangkah pergi ke arah lift setelah mendengar kamar Sandara.

Jiyong memencet nomor lantai dimana kamar Sandara ketika telah masuk di dalam lift dan kembali berpikir dalam diam. Ia mengerutkan alisnya dan memiringkan kepalanya, “Mungkin ada tujuan tertentu mengapa ia menyentuhku” Ia menghembuskan napas keras dan bersandar di badan lift sambil melihat indikator nomor lantai.

*Ting*

Pintu lift terbuka, Jiyong keluar dari lift dengan langkah lesu. Ia mengusap wajahnya frustasi dengan kedua tangannya dan menghembuskan napas keras. Jiyong melihat ke kiri dan kanan untuk mengecek nomor kamar. “001…..” ucapnya pelan.

“Jiyong Hyung?”

Jiyong menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang ke arah suara yang sudah sangat familiar baginya.

Ia melihat Seungri yang sedang memegang kantung plastik berlari mendekat, “Hyung, kamu kesini? Darimana kamu bisa tahu kita disini?” tanya Seungri cepat. Jiyong berdiri kaku dan menatap kosong kepada Seungri. Ia tidak tahu mau menjawab apa padanya.

Seungri melihat Jiyong yang hanya terdiam seperti patung, ia memiringkan kepalanya, “atau… Kamu membututi kami,hyung?” tanya Seungri sambil membulatkan matanya tak percaya.

Jiyong tersadar dari pikirannya karena mendengar pertanyaan Seungri, “cih.. simpan khayalanmu itu” kata Jiyong dingin dan kembali berjalan mencari kamar Sandara,meninggalkan Seungri yang bingung dengan tingkahnya.

“tapi hyung bagaimana kamu bisa tahu haa?” tanya Seungri dengan suara nyaring sambil mengikuti langkah Jiyong.

Jiyong menghembuskan napas keras dan menoleh kepada Seungri, “Aku hanya berpikir kalian akan membawanya ke rumah sakit terdekat. Puas?” jawab Jiyong kesal kepada Seungri yang terus menanyakan pertanyaan yang menurutnya aneh.

“ooooh..”Sengri membulatkan mulutnya dan tersenyum manis kepada Jiyong sambil menggaruk kepalanya. “Jadi hyung mau melihat keadaan Sandara?” lanjut Seungri bertanya ketika mereka kembali berjalan ke arah kamar Sandara. Jiyong tidak menjawab pertanyaannya dan terus berjalan dalam diam. Sesekali Seungri melihat sekilas ke arahnya dan tak mau mengganggunya lagi.

Ketika mereka sampai di depan kamar, Jiyong berdiri kaku di depan pintu kamar Sandara dan membiarkan Seungri masuk mendahuluinya. Seungri membiarkan pintunya terbuka sehingga ia dapat mendengar pembicaraan mereka.

“Aku kembali..” kata Seungri ceria kepada Chaerin dan Sandara sambil menaruh belanjaannya di atas meja dekat jendela. “oh iya, Jiyong hyung..” ia menoleh ke belakang dan menyadari Jiyong tidak ada di kamarnya. Ia mengerutkan alisnya dan berjalan kembali ke arah pintu, dan melihat Jiyong yang masih tidak bergerak dari posisinya tadi. Jiyong melihat ke arah Seungri dan menaruh jari telunjuk di bibirnya cepat. Tapi Seungri malah menggelengkan kepalanya dan menarik pergelangan tangan Jiyong dengan paksa masuk ke dalam kamar.

Jiyong dengan cepat membebaskan pergelangan tangannya dari genggaman Seungri dan menatap Seungri tajam.

“Jiyong Oppa?” seru Chaerin ketika melihat Jiyong.

Jiyong langsung menoleh ke arah Chaerin yang sedang duduk di samping ranjang. Dan matanya pun jatuh di ranjang dimana Sandara berbaring dan sedang melihatnya tajam.

OMG! Apa yang sudah kulakukan?” benak Jiyong menghindari tatapan Sandara padanya.

**********************************************

Seungri masuk dengan menarik seseorang yang berpakaian kaos putih dan celana jins sobek serta mengenakan topi. Sandara mengerutkan alisnya, ia mengingat penampilan pria mabuk yang membuat dia jadi seperti ini dan membandingkan dengan pria yang ditarik oleh Seungri. Dan seketika ia tahu bahwa orang ini adalah orang yang sama yang di club.

Rahang Sandara mengeras dan menatap ke arah pria itu tajam. Ia tidak dapat melihat wajah pria itu dengan baik karena topi yang ia kenakan. Tapi wajah orang itu tidak mau berhadapan dengan Sandara. Ia seperti menghindari tatapannya.

Hah.. Apakah dia salah tingkah sekarang? Haha.. lucu.. setelah dia membuatku seperti ini?! lihat saja nanti.” benak Sandara yang masih menatapnya.

“Sandara….” suara Seungri membuat Sandara mengalihkan tatapannya.

Sandara menaikan alisnya.

“Perkenalkan ini..Kwon Jiyong, temanku sekaligus hyungku, dan bosku” kata Seungri yang membuat Sandara membulatkan matanya tak percaya akan apa yang ia dengar sekarang.

Ia menatap Jiyong yang hanya mengangguk kepadanya dan kembali melihat ke arah lain selain Sandara. Mulut Sandara terbuka lebar.

“Ini tidak mungkin…” kata Sandara sambil menggelengkan kepalanya. “No.. ini pasti mimpi..” Sandara menutup matanya sambil menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan keras.

“Ssantoki…”Chaerin menepuk lengan tangan kirinya pelan berharap dapat mengetahui apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

Sandara membuka matanya dan melihat ke arah Chaerin, “Chae, apakah ini kenyataan? Katakan kalau aku hanya bermimpi..” kata Sandara kepada Chaerin sambil memegang kedua tangan Chaerin. Chaerin hanya mengangguk, bingung akan sikap Sandara.

Seungri berjalan ke samping Chaerin,“Sandara ada apa sebenarnya?” tanya Seungri cemas.

Sandara menggelengkan kepalanya berulang kali, tak percaya akan apa yang terjadi. Ia menatap Jiyong yang masih berdiri di dekat pintu masuk yang sedang menatapnya aneh. Ia mencoba untuk duduk tapi pinggulnya masih terasa sangat sakit, “oooouuchh..” tapi Sandara tetap berusaha untuk duduk, tidak menghiraukan celoteh Chaerin dan Seungri.

Sandara mengernyit dalam usahanya untuk duduk, “Jangan paksakan dirimu dulu.” Ia tiba-tiba mendengar suara yang selalu ada di mimpinya belakangan ini. Suara yang seharusnya asing tapi dapat diingatnya sejak annual party hotelnya. Sandara pun mengangkat wajahnya dan menatap Jiyong yang sekarang memegang pundaknya, seakan memberi isyarat untuk Sandara tidak bergerak.

Rahang Sandara mengeras dalam seketika, mengepalkan tinjunya, “DO NOT TOUCH ME” desis sandara yang membuat Jiyong akhirnya menatapnya.

*********************************************

“berbaringlah Sandara…..”

“Ssantoki, kamu tidak bisa banyak bergerak dulu…” kata Chaerin mencoba untuk membaringkan Sandara. Tapi Sandara tidak memperdulikan kata-kata mereka. “cih..” Jiyong mendecakan lidahnya dan melangkah mendekati ranjang Sandara. Ia berdiri di samping kanan ranjang Sandara dan tanpa disadari memegang kedua pundaknya, “Jangan paksakan dirimu dulu”

Kata-katanya berhasil membuat Sandara tidak bergerak dan kembali berbaring, ia merasakan Sandara menegang seketika, dan tangannya masih memegang pundak Sandara,“DO NOT TOUCH ME” Sandara berdesis kepadanya tepat di wajahnya. Jiyong otomatis menatap Sandara, menatap langsung ke manik matanya yang seakan penuh dengan kebencian padanya.

“DON’T TOUCH ME!” teriak Sandara membuat Jiyong terkejut dan refleks menjauhkan tangannya dari tubuh Sandara dan berdiri tegak.

“Ssantoki, ada apa?” Chaerin memegang tangan Sandara, berusaha mengalihkan tatapan Sandara padanya.

“Chae, dia adalah orang yang sudah mempermalukanku di depan banyak orang dan dia yang membuatku menjadi seperti ini” gumam Sandara diantara gigi-giginya yang terkatup rapat.

Jiyong mengernyitkan dahinya berpikir akan kata-kata yang baru saja Sandara katakan, “mempermalukan?… hmm.. Aku memang merasa bahwa wajah dan namanya begitu familiar.. tapi memalukan?apa maksudnya?

Chaerin mengerutkan alisnya, “Aku tak menger-”

“Aku perlu bicara dengan nona Park”potong Jiyong cepat membuat semua menatapnya.

Jiyong menghadap mereka, memasukan tangannya ke dalam saku celana “Aku perlu bicara dengannya” kata Jiyong menatap Sandara.

“Berdua. Hanya aku dan dia.” Gumam Jiyong dengan nada otoritasnya, masih menatap Sandara yang sekarang menatapnya sinis.

****************************************

“Katakan apa yang ingin kamu bicarakan?” gumam Sandara dengan tatapan sinis padanya.

“eheeem…” Jiyong berdehem dan melangkah lebih dekat ke ranjang Sandara.

“Apakah kita pernah bertemu sebelumnya nona Park?”

“ciih…. berani-beraninya kamu melupakan kejadian yang sangat memalukan dalam hidupku Tuan Kwon?!”

Jiyong mengerutkan alisnya, “Aku tak menger-”

“Ya.. Benar.. Orang sepertimu tak akan pernah mengerti” potong Sandara cepat dan menoleh ke arah lain.

Jiyong menggelengkan kepalanya, melihat makhluk yang bernama Sandara dengan tatapan kesal, “Nona Park, aku ingin berbicara baik-baik denganmu.”

Sandara menatap Jiyong kembali dengan ekspresi menjijikan.

“Kamu lupa apa yang telah kamu lakukan padaku saat annual party di hotel Park Hyatt?”

“Park Hyatt…..” Jiyong mengingat kembali acara dimana ia pernah hadiri minggu lalu.

Ia mengusap dagunya dengan jari-jarinya,berpikir keras tentang acara itu, “waktu itu, aku pergi kesana telat dan langsung naik ke panggung saat tiba di sana. Setelah itu entah dari mana ada wanita yang berdiri di depan pian-” Jiyong tersadar dan langsung menatap tak percaya kepada Sandara yang masih menatapnya sinis.

jangan bilang itu adalah dia..” ia menggelengkan kepalanya cepat..

“Waeyo? Kamu tak percaya itu adalah aku.” Sandara tersenyum sinis, “Wanita yang kamu permalukan di depan orang-orang terhormat.”

“Aku-” Jiyong merasa bersalah.

“Tidak usah dijelaskan. Ditambah dengan kejadian malam ini, aku tahu seorang tuan Kwon Jiyong itu seperti apa.” Kata Sandara acuh dengan penekanan berbeda saat mengatakan namanya.

Jiyong mengusap wajahnya kasar dengan telapak tangannya, frustasi.

“Nona Park, kamu salah-”

“Apa? Kamu mau bilang aku yang salah,tuan Kwon?”

“Bukan itu maksudku, aku-”

“hah.. kamu memang sangat keterlaluan tuan Kwon.” Titik kesabaran Sandara sudah habis. Ia bergerak memaksakan dirinya untuk duduk lagi tapi, “Ooouccch………. aduuuh” tangannya memegang pinggulnya berusaha menahan sakit dan itu membuat Jiyong kembali mendekat dan memegang pundaknya,mendorong tubuh Sandara untuk kembali berbaring.

“Demi Tuhan Sandara jangan bergerak. Jangan membuat sakitmu lebih parah!” bentak Jiyong tiba-tiba. Sandara tercengang dengan nada bicara Jiyong barusan padanya, Ia sudah tidak menggunakan ‘nona’ di depan nama Sandara.

Hening~~~~

Mereka saling menatap mata mereka masing-masing dengan keadaan Jiyong masih membungkuk, memegang pundak Sandara.

“Oke aku salah.. Aku memang salah.. aku keterlaluan..” ucap Jiyong tiba-tiba menghentikan kebisuan tanpa melepaskan genggamannya dan masih menatap mata Sandara. “Tapi tolong jangan memperburuk rasa bersalahku Sandara.” Sandara membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu tapi Jiyong mendahulukannya.

“Ku mohon Sandara…” lanjut Jiyong sungguh-sungguh. Ia merasa sangat bersalah melihat keadaan Sandara seperti ini. “ini semua salahku.. salahku” pikir Jiyong berulang kali dalam pikirannya.

***************************************

Sandara merasakan Jiyong menguatkan genggamannya di bahunya. Ia dapat melihat kesungguhan Jiyong saat mengatakan pengakuannya, dan hanya melihat matanya, dengan hanya melihat matanya,Sandara tidak tahu mau mengatakan apa. Mata hitamnya seakan-akan menghipnotis Sandara, ia tidak bergerak seinci pun, bahkan mungkin ia lupa akan caranya bernapas.

*Dug dug dug*

Ia merasakan getar yang kuat di dada sebelah kirinya. Wajah Jiyong hanya berjarak 30cm darinya dan itu membuat Sandara dapat merasakan hembusan napas hangatnya di wajahnya. Ia berkedip, menetralkan pikirannya dan membuka mulutnya hendak menjawab Jiyong tetapi dipotong cepat oleh Jiyong.

“Ku mohon Sandara…” Lanjut Jiyong dengan suara khasnya. Suara yang selalu hadir dalam mimpinya, akhirnya dapat didengarnya lagi.

Sandara menutup mata, mencoba berpikir tapi sepertinya akal sehatnya sedang bermasalah karena ia tidak tahu apa yang harus ia pikirkan sekarang. “Apakah seorang Kwon Jiyong baru saja memohon padaku?!

“Sandara..” Sandara kembali membuka matanya melihat makhluk yang telah berhasil mengusik hidupnya belakangan ini.

Tiba-tiba Sandara tersenyum, menggelengkan kepalanya,bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupnya ini.

Ia kembali menatap Jiyong yang sekarang menatapnya bingung, “Tuan Kwon.. Kamu benar-benar telah mengusik hidupku.”

Jiyong mengangkat alisnya seakan belum mengerti apa yang sedang dikatakan Sandara.

Sandara mendecak, “Aku tahu kamu adalah orang yang bertanggung jawab,bukankah begitu?”

Jiyong hanya menggangguk dengan wajah serius kepadanya, tangannya masih di pundak Sandara dan Sandara tidak mempermasalahkan itu.

“Apa yang harus kamu lakukan untuk menebus kesalahanmu itu?”

“Aku.. Aku akan menyewa perawat untukmu.. untuk mengurusmu di rumahmu.”

Sandara menyeringai, menatap matanya, “Sayang sekali aku tidak suka ada orang asing yang masuk ke dalam rumahku.”

Jiyong mengerutkan alisnya.

“Aku ingin seorang merawatku dan itu bukan orang asing.”

“Katakan saja.. Aku akan mendapatkan orang itu.”

Sandara tertawa kecil, “Orang itu adalah kamu, Tuan Kwon.” Jiyong membulatkan matanya, tak percaya akan apa yang baru dikatakan Sandara. “Orang yang harus bertanggung jawab untuk merawatku adalah KAMU.”

Seketika Jiyong melepaskan genggamannya dan berdiri tegak, melihat Sandara tidak percaya.

“What The hell are you thinking Sandara?” tanya Jiyong bingung, “Aku sibuk Sandara.. Mana ada waktu untukku untuk merawatmu?” lanjutnya membuat Sandara terkekeh.

“Waeyo? Kamu tidak mau merawatku?Aku juga adalah orang yang sangat sibuk, tuan Kwon. Dan karena kamu, aku menjadi seperti ini. Aku pikir kamu adalah orang yang bertanggung jawab Tuan Kwon.”

“haaah…” Jiyong menghembuskan napas keras, “Aku adalah orang yang bertanggung jawab, dan tak ada salahnya jika aku menyewa perawat untuk menjagamu.”

“Sudah ku katakan bahwa aku tidak ingin orang asing masuk ke dalam rumahku.”

“Aku juga adalah orang asing, Sandara!” kata Jiyong gusar.

Sandara menggelengkan kepalanya pelan, “Kamu bukan orang asing bagiku Tuan Kwon.. Kamu telah masuk ke dalam kehidupanku dan mengusik ketentraman hidupku.”

Jiyong menatapnya tak percaya. Sandara memperhatikan raut wajahnya dengan saksama.

Jiyong menutup matanya, mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan, mencoba menenangkan pikirannya. Ia membuka matanya dan menatap Sandara.

“Kamu tak ingin orang asing masuk ke dalam rumahmu kan?” tanya Jiyong meyakinkan pernyataan Sandara tadi.

Sandara hanya mengangguk kepalanya, menyetujui bahwa ia memang tidak suka orang asing masuk ke dalam wilayah pribadinya.

“Baiklah.. Kamu akan pindah ke rumahku untuk sementara waktu sampai kamu sembuh. Dengan begitu, aku dapat menyewakan seorang perawat untukmu dan aku lebih mudah mengetahui kondisimu.” Gumam Jiyong memutuskan pilihannya, membuat Sandara tercengang dengan apa yang baru saja ia dengar. Sandara membuka mulutnya besar dan melotot pada Jiyong tidak percaya.

“WHAAAAAAT!!!!!!!”

Jiyong mengangkat alisnya, “Waeyo? Itu sudah putusanku. Aku kira itu sangat adil. Aku akan mengatakan pada Chaerin untuk mengemaskan pakaianmu dan pindah ke rumahku.” Kata Jiyong tenang sambil memasukan tangannya ke dalam saku celana dan hendak berjalan ke luar ruangan.

“Yaaaaaaaak!! Tuan Kwon…..” Jiyong tetap berjalan.

“YAAAAAAK!!!!!!!!! KWOOOON JIYOOOONG!!!” Sandara merasakan semua tubuhnya terbakar oleh amarah melihat Jiyong mengacuhkannya dan terus berjalan seperti tidak mendengarnya. “daaaaaammmmn!!!!” Ia tidak boleh mengambil keputusan seperti ini…. “KWOOOOOON JIIIIYOOOOOOOONG!!!!”

******************************************

“KWOOOON JIYOOOONG!!!” Jiyong terus melangkah walaupun mendengar teriakan Sandara padanya tanpa henti. Ia berjalan sambil menundukkan kepalanya. Apa yang dipikirkannya hingga mengambil keputusan seperti itu?

*sigh*

Entahlah.. kehidupannya akan ribut untuk beberapa hari ke depan..” ia menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan. Senyuman kecil terukir di wajahnya saat memikirkan itu, “Sandara” gumam Jiyong pelan dan melangkah ke dalam lift.

 To Be Continue

<< previous next >>

*******************************************

Annyeong Cingu!

Maaf ya kalau membuat kalian penasaran terus..

Mulai dari chapter ini akan ada banyak daragon moment deh..

Author janji!!

Maaf juga nih jika ceritanya membosankan..

Tapi author akan tetap berusaha membuat cerita ini akan lebih menarik.

Gumapta untuk komentar dari ‘vipbabys’, sangat membangun..

maklum author masih baru pertama kali membuat ff jadi kata-kata yang lazim ikut terbawa-bawa.

Terima kasih atas komentar kalian semua ya..

Author akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk memuaskan kalian.

Yang belum berkomentar, author harap akan berkomentar ya..

Ini juga untuk diri author sendiri untuk lebih berusaha menciptakan cerita yang baik.

So… gimana dengan chapter ini?

Author tunggu ya komentarnya..

Gumawo udah mampir~~~

*bowtothefloor*

37 thoughts on “[Series] Melody of The Paint – 5

  1. Bwahahahaha, niat Dara mau ngerjain Jiyong eh malah dikerjain ma Ji
    Ngebayangin mereka 1 rumah pasti rame tuh
    Yg sabar ya Dee 😄

Leave a comment