Gonna Get Better [Chap. 6]

untitled-1

Author : rmbintang

Category : Romance

Main Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong

Dara langsung keluar dari mobil kantor yang mengantarnya setelah mereka berada di depan rumah Dara. Jiyong yang juga berada satu mobil dengannya langsung mengikuti Dara keluar lalu proa itu langsung berjalan untuk mengambilkan dua koper besar milik Dara dari dalam bagasi.

“Beristirahat dulu karena besok kita harus kembali bekerja.” Ujar Jiyong sambil meletakan dua koper itu di hadapan Dara. Dara menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang menunjukkan bahwa dia benar-benar menikmati liburan mereka selama beberapa hari.

“Kau juga harus langsung beristirahat, jangan mampir dulu ke rumah para selirmu itu.” Ujar Dara yang menciptakan tawa renyah Jiyong.

Wae?” Tanya Jiyong yang masih tertawa. “Apa kau cemburu jika aku menemui salah satu mantan kekasihku?”

In your dream.” Ujar Dara kemudian menjulurkan lidahnya yang juga menghasilkan tawa renyah Jiyong. “By the way aku belum mengatakan terimakasih untuk trip kita ini. aku menikmatinya Jiyong. sangat menikmatinya.” Ujar Dara lagi dengan kembali tersenyum sangat lebar yang Jiyong balas dengan anggukan.

“Syukurlah kalau kau menikmati trip kita, aku harap kau tidak lagi bersedih setelah kembali ke Korea dan semoga kakimu cepat sembuh.” Ujar Jiyong lembut sambil mengusap pelan rambut Dara. Dara tersenyum kemudian meraih tangan Jiyong dan menurunkannya dari kepalanya.

“Sana pulang!”

“Sampai ketemu besok dan jangan lupa bawa oleh-oleh kita untuk Sungkyung dan Yang Sajang supaya mereka tidak membunuh kita karena pergi berlibur sebelum liburan.” Ujar Jiyong yang Dara balas dengan anggukan mengerti. Jiyong kembali meraih kepala Dara dengan tangannya namun kali ini bukan untuk mengusapnya namun untun mengacak rambut Dara sebentar sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam mobil. “Bye!” Ujar Jiyong sambil melambaikan tangannya dari dalam mobil kemudian tidak lama setelah itu mobil itu melaju di hadapan Dara.

Dara baru masuk ke dalam rumahnya setelah mobil kantor yang tadi mengantarnya kembali melaju. Dara masuk sambil menyeret dua koper besar berisi semua barang belanjaannya dan juga oleh-oleh untuk teman-temannya juga nenek kesayangannya.

“Apakah tadi itu Jiyong?” Dara yang baru saja masuk ke dalam rumah sedikit tersentak kaget ketika tiba-tiba mendengar suara neneknya. Dia kemudian mengedarkan pandangannya untuk mencari asal suara yang baru saja berbicara kepadanya. Dan kini Dara bisa melihat neneknya sedang duduk di kursi nyaman di pojok ruang keluarga.

Halmeoni kau mengagetkanku!” Dara berjalan pelan kearah neneknya yang kini sedang menatapnya dari atas sampai bawah.

“Kau baru pulang dari Jepang huh?” Tanya neneknya lagi. Kali ini Sandara mengangguk kemudian melepaskan dua koper yang dari tadi dia gusur. “Apakah tadi itu Jiyong?” Tanya neneknya lagi.

“Tadi itu Jiyong.” Ujar Dara sambil menganggukan kepalanya.

“Kau pergi ke Jepang bersama dia?” Tanya neneknya lagi yang kembali Dara balas dengan anggukan. “Apakah kalian memang terlihat sedekat itu Dara, halmeoni tadi mengintip dari jendela, dan kalian terlihat seperti pasangan kekasih jika dilihat dari kejauhan.” Dara langsung tertawa setelah mendengar apa yang dikatakan oleh neneknya itu.

“Kami hanya bersahabat jadi buang jauh pikiran tentang aku dan Jiyong adalah sepasang kekasih. Halmeoni tahu Jiyong bukan tipe-ku.”

“Kau yakin kalian hanya bersahabat?” Tanya neneknya lagi yang Dara balas dengan anggukan mantap kemudian Dara akan berbalik untuk menuju ke kamarnya namun neneknya kembali memanggil nama Dara. “Soal kencanmu waktu itu.” Ujar neneknya yang membuat Dara mendesah. Dia lupa bahwa dia belum menyelesaikan kekacauan yang dia lakukan malam itu karena langsung pergi ke Jepang keesokan harinya. Dara langsung berbalik menghadap neneknya lagi kemudian langsung memasang senyuman termanis yang malah membuat neneknya menatap Dara dengan tatapan heran.

Halmeoni aku minta maaf untuk kekacauan yang telah aku lakukan malam itu tapi aku melakukannya karena pria itu ben,-”

“Kekacauan?” Tanya neneknya dengan raut wajah bingung. “Kekacauan apa maksudmu?”

“Bukannya halmeoni akan memarahiku karena aku telah mengacaukan lagi kencan yang telah kau atur?”

“Apa yang kau bicarakan huh?” Tanya neneknya lagi dengan semakin bingung. “Lagipula untuk apa aku memarahimu?”

“Lalu jika bukan itu apa yang ingin halmeoni katakan tentang kencanku malam itu?”

“Putera dari keluarga Lee sangat menyukaimu dan bahkan nyonya Lee mengundang kita untuk makan malam di mansion mereka. Halmeoni rasa kau telah memberikan kesan yang sangat baik pada Lee Donghae.”

Mworago?” Tanya Dara dengan mata yang dibuka dengan sangat lebar. Dara ingat sekali bahwa malam itu dia menyiram Lee Donghae dengan air dingin dan jelas itu adalah kesan buruk bukan kesan baik. “Halmeoni apa aku tidak salah dengar?” Tanya Dara untuk memastikan. “Keluarga itu benar-benar mengundang kita untuk makan malam? Halmeoni tidak salah, kan?”

Halmeoni-mu ini memang sudah tua Dara tapi halmeoni sama sekali tidak pikun. Keluarga Lee mengundang kita untuk makan malam pertengahan bulan ini.” Ulang neneknya kemudian menatap Dara lekat. “Halmeoni sangat yakin bahwa keluarga Lee sangat menyukaimu, itu bagus untukmu Dara dan kau harus berterimakasih karena ibumu sendiri yang telah meminta halmeoni untuk mengaturkan pertemuanmu dengan putera dari keluarga itu.”

Mwo?” Tanya Dara dengan kembali melebarkan kedua matanya. “Wanita itu yang telah mengatur perjodohanku dengan pria brengsek itu?”

“Ada apa dengan bahasa yang kau gunakan huh? Bagaimana bisa kau menyebut ibumu sendiri dengan sebutan ‘wanita itu’ dan kenapa kau memanggil Lee Donghae dengan sebutan brengsek?” Tanya neneknya dengan sedikit marah. “Apa halmeoni pernah mengajarkanmu untuk berkata seperti itu kepada seseorang yang harusnya kau hormati?”

Halmeoni maaf jika kata-kataku sangat kasar tapi mereka pantas untuk itu. Dan kenapa puteri halmeoni itu harus ikut campur dengan kehidupanku?”

“Ibumu hanya ingin kau memiliki masa depan yang baik Dara.”

“Cih.” Ujar Dara dengan senyum mengejek. “Dia bahkan tidak pernah hadir untuk mengambilkan raportku di sekolah dan sekarang dia datang dan tiba-tiba ingin menjodohkan aku dengan putera dari keluarga kaya raya yang sangat arogan itu? Apa maksudnya dengan ini semua? Apa dia sedang bercanda denganku?”

“Dara!” Bentak neneknya. “Ibumu memiliki alasan untuk semua yang dia lakukan.”

“Apa ada alasan yang baik sehingga dia meninggalkan puterinya sendirian?”

“Dara ibumu-”

“Cukup halmeoni.” Ujar Dara dengan sedikit keras. “Dia bukan ibuku, ibuku sudah mati sejak kau membawaku ke rumah ini.”

“Dara bagaimana bisa kau berkata seperti itu?” Ujar neneknya dengan sedikit terkejut bercampur kecewa. “Apa halmeoni telah salah mendidikmu huh?” Tanya neneknya lagi dengan suara pelan. “Apa ini salahku karena telah membawamu bersamaku?”

Halmeoni tidak salah.” Ujar Dara kini dengan suara yang kembali pelan. Dia kehilangan kendali sehingga tanpa sadar dia meninggikan suaranya kepada satu-satunya orang yang telah merawatnya. “Aku minta maaf, aku hanya sedang lelah karena baru pulang dari Jepang. Halmeoni maafkan aku.” Ujar Dara kini sambil duduk di lantai di hadapan neneknya yang masih duduk di kursi. Dara menatap neneknya dengan raut wajah memohon maaf dan penyesalan yang mendalam. Dara kemudian menyandarkan kepalanya pada pangkuan neneknya.

Selama beberapa saat mereka berdua hanya diam, Dara menyesal karena telah menyakiti perasaan neneknya dan dia membenci dirinya sendiri ketika melihat tatapan kecewa neneknya tadi. Dara merasa lebih baik ketika dia merasakan tangan lemah neneknya yang kini telah mengusap lembut kepala dan rambut Dara.

“Aku minta maaf untuk semua yang telah terjadi kepadamu.” Ujar neneknya pelan sambil terus mengusap kepala Dara.

“Tidak ada satupun dari semua yang telah terjadi kepadaku adalah kesalahan halmeoni.” Ujar Dara dengan suara pelan. “Aku berterimakasih karena kau telah merawat dan mendidikku selama ini.” Ujar Dara lagi. “Aku menyayangi Halmeoni.” Ujar Dara pelan tapi masih cukup keras untuk didengar oleh neneknya.

“Kalau kau menyayangiku maka lakukan apapun yang aku suruh. Aku melakukannya untuk kebaikanmu sendiri.” Dara menganggukkan kepalanya setelah mendengar apa yang neneknya katakan. “Kau akan datang untuk makan malam itu, kan?” Dara menutup matanya selama beberapa detik kemudian memaksa kepalanya untuk kembali mengangguk. Dara tidak ingin melakukan makan malam itu namun dia tidak ingin membuat neneknya kembali kecewa.

“Gadis baik.” Ujar neneknya. “Sekarang pergilah beristirahat, kau pasti sangat kelelahan.”

****

Setelah masuk ke kamarnya Dara langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan juga pikirannya. Banyak hal yang sedang Dara pikirkan saat ini dan semua hal itu ternyata hanya membuat kepalanya terasa begitu sakit jadi dia memutuskan untuk membasuh kepalanya dengan air dingin dan berharap semua pikirannya akan ikut mengalir bersama air.

Setelah selesai mandi Dara kemudian duduk di pinggir ranjang dengan masih menggunakan handuk yang membalut tubuhnya dan handuk kecil yang dililitkan pada rambutnya yang masih basah. Dara mengambil ponsel yang berada di atas tempat tidur lalu melihat beberapa pesan yang telah masuk ketika dia sedang mandi.

            From : Freak Jiyong

            Ya kau shopaholic, kenapa ada barang belanjaanmu di koper milikku?

 

Dara tertawa ketika membaca pesan dari Jiyong itu. Dara memang sengaja menaruh barang belanjaannya ke dalam koper milik Jiyong karena kopernya sendiri sudah terlalu penuh. Dara kemudian langsung membalas pesan itu.

            Reply To : Freak Jiyong

Koperku penuh jadi aku menaruh sisanya di kopermu karena aku melihat asih banyak ruang tersisa di dalam kopermu. Aku lupa mengambilnya tadi jadi jangan lupa besok kau harus membawanya.

 

Setelah membalas pesan dari Jiyong Dara lalu melihat pesan masuk lainnya.

            From : Chaelin Roo

Unnie aku merindukanmu dan jangan lupa berikan oleh-olehku ketika kita bertemu nanti. Banyak yang ingin aku ceritakan kepadamu :*

 

Reply To : Chaelin Roo

Jinjja kau merindukanku? Aku tahu kau hanya tidak sabar menerima oleh-oleh dariku. Baiklah kita akan bertemu segera. Aku akan menghubungimu nanti

Setelah membalas pesan itu Dara kemudian melihat pada pesan terakhir. Pesan dari orang yang sangat dia rindukan.

            From : Soohyuk

Dara aku dengar kau sedang di Jepang. Kapan kau kembali? Aku punya kabar baik yang ingin aku beritahukan kepadamu

 

Dara menghela napas panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk membalas pesan itu. Dara sudah tahu kabar baik yang ingin Soohyuk beritahukan kepadanya, dia sudah terluka ketika mendengar kabar itu dan Dara rasa mendengarnya langsung dari Soohyuk pasti akan membuat lukanya terasa semakin menyakitkan tapi walaupun begitu Dara tidak bisa menolak untuk bertemu dengan pria itu karena walau bagaimana pun Dara merindukannya setelah hampir sebulan tidak bertemu.

            Reply To : Soohyuk

Aku sudah kembali ke Korea hari ini. Kabar baik? Aku tidak sabar untuk mendengarnya, kita bisa bertemu jika kau sedang tidak sibuk. Aku menunggu kau menghubungiku lagi

 

You’re liar Dara. Stupid liar.” Gumamnya kepada diri sendiri ketika dia kembali membaca balasannya untuk Soohyuk.

Dara kemudian mengambil kalender kecil yang berada di atas nakas lalu mengambil bolpoint di dalam laci nakas kemudian menandai dua tanggal, satu tanggal dia tandai dengan menulis nama ‘Date with Jiyong’s friend’ dan satu tanggal dia tandai dengan menulis ‘stupid dinner’.

Jiyong Pov

Oppa apa yang kau bawa itu?” Aku yang tadi sedang berjalan lurus menuju ruanganku langsung melirik ke samping ketika aku merasakan bahwa kini ada seseorang yang sudah mengiringi langkahku dan sekarang aku bisa melihat Tiffani yang kini sedang tersenyum ramah kepadaku. “Apa itu oleh-oleh dari Jepang?” Tanyanya lagi sambil menunjuk shopping bag yang sekarang sedang aku jinjing. Aku dapat melihat mata Tiffani sedikit terbelalak ketika melihat merk yang tertulis di shopping bag yang aku bawa. “Itu isinya stiletto? Untuk siapa? Untukku?” Tanyanya lagi ketika kembali menatapku.

“Iya ini stiletto. Ini milik Dara.”

“Wah kau membelikan stiletto mahal itu untuk Dara?” Tanyanya lagi kini dengan sedikit malas. “Sayang sekali. Dia tidak pantas memiliki barang seperti itu.” Katanya kini sambil berdecak. Aku hanya memutar bola mata ketika mendengar apa yang wanita ini katakan. Tiffani dan Dara memang tidak akur setelah dia dengan sengaja menggoda Joo Won yang saat itu sedang menjadi kekasih Dara.

“Bukan aku yang membelinya. Dara membelinya sendiri ketika kami di Jepang. Aku hanya membawakannya.” Kataku yang dia balas dengan anggukan malas.

“Kalau begitu mana oleh-oleh untukku?” Ujarnya kini sambil kembali tersenyum kepadaku.

“Aku tidak membelikan oleh-oleh untuk siapapun. Kami ke sana untuk bekerja bukan untuk berlibur.” Kataku sambil tersenyum kepadanya.

“Lalu kenapa wanita itu bisa meluangkan waktu untuk membeli itu huh?” Tanya Tiffani dengan memicingkan matanya kearahku. “Jangan-jangan dia di sana hanya bersenang-senang sementara kau bekerja menyelesaikan pekerjaannya juga.” Ujarnya lagi.

“Bukan seperti itu.”

“Lalu?”

“Oh ini,-” Kataku sanbil sedikit berpikir, alasan apa yang sebaiknya aku katakan kepada wanita rubah ini?

“Sudahlah itu tidak penting.” Ujarnya lagi. “Oppa aku dengar kantor hanya memesankan satu kamar untuk kalian. Apa itu artinya Dara dan kau tidur bersama?” Tanya Tiffani lagi yang aku balas dengan anggukan dan aku sedikit melihat wajah Tiffani sedikit kecewa ketika melihat jawabanku. “Apakah kalian tidur dalam satu ranjang? Apakah wanita bodoh itu merayumu dan dengan sengaja menawarkan tubuhnya kepadamu?” Aku mengerutkan kening ketika mendengar apa yang dia tanyakan. Apa maksud dari perkataannya. “Kau tahu lah wanita seperti Dara memang akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian pria tampan sepertimu.” Ujarnya lagi. Aku berdehem kemudian tersenyum ketika tahu apa maksud perkataannya.

“Mau tahu sebuah rahasia?” Kataku pelan kepadanya yang langsung dia balas dengan anggukan. “Sebenarnya aku sangat berharap Dara akan melakukan itu namun ternyata Dara malah menyuruhku untuk tidur di sofa alih-alih tidur di sampingnya.” Ujarku dengan setengah berbisik kepadanya. “Lagipula kau tahu sendiri Dara bukan tipe wanita yang akan melakukan hal itu apalagi merayu seorang pria untuk memikatnya karena jika aku harus katakan tanpa dia melakukan apapun aku yakin dia akan berhasil memikat dan melumpuhkan saraf para pria.”

“Apa maksudmu?”

“Maksudku adalah hal itu bukan sesuatu yang akan Dara lakukan. Hal menjijikan seperti itu hanya akan dilakukan oleh wanita yang berada jauh di bawah level Dara, wanita yang tidak punya rasa percaya diri sehingga akan melakukan apapun bahkan merayu kekasih wanita lain.” Lanjutku lagi kemudian ketika aku kembali melihat kepada Tiffani aku bisa melihat mukanya kini sudah memerah.

Aku akan kembali berbicara ketika tiba-tiba saja aku mendengar suara Dara memanggil namaku, aku berbalik kearah suara itu dan kini aku melihat Dara berjalan kearahku. Aku menyunggingkan senyuman ketika aku melihatnya. Dara terlihat begitu cantik, intelligent, dan seksi disaat bersamaan dengan pakaian kerja yang dia kenakan yaitu blouse warna putih dengan rok span pendek berwarna baby pink, stiletto runcing berwarna hitam, rambut diikat yang secara otomatis memperlihatkan leher jenjangnya, dan aku harus memberitahu bahwa kacamata yang selalu Dara pakai saat bekerja menambahkan kesan wanita pintar dan berwibawa, salah satu pesona yang membuatku jatuh cinta setengah mati kepadanya. Aku menelan ludah karena melihat bidadari surga itu begitu menggoda.

Oppa aku rasa aku harus pergi.” Ucapan dari Tiffani berhasil membuatku kembali dari pikiranku tentang Dara. “Kau tahu aku dan wanita itu tidak bisa berada di satu tempat yang sama.” Kata Tiffani yang membuatku kembali melirik kepadanya.

“Apa yang kau lakukan dengan iblis itu?” Tanya Dara setelah dia berdiri tepat di hadapanku. Dia terlihat kesal dan juga marah. “Kenapa kau berbisik di telinganya huh?” Tanya Dara lagi kini dengan menatapku tajam.

“Kami hanya berjalan bersama dan sedikit mengobrol.”

“Kenapa kau berjalan dan mengobrol dengannya? Sudah aku katakan supaya tidak dekat-dekat dengan p*lacur itu.” Katanya dengan sedikit melotot kemudian melanjutkan langkah kakinya dan meninggalkan aku yang masih menatapnya, setelah beberapa detik aku langsung menyusulnya dan mensejajarkan langkah kami.

“Aku tidak dekat-dekat dengannya tapi dia yang mendekatiku terlebih dahulu. Aku tidak bisa menolaknya begitu saja, kan? Kau tahu aku tidak bersikap kasar kepada wanita.”

Yeah. Terutama wanita cantik.” Kata Dara sarkas. Aku tersenyum ketika mendengarnya berbicara seperti itu.

Waeyo? Apa kau cemburu karena melihatku dengannya?” Tanyaku kini sambil memiringkan wajahku lalu menatap Dara yang langsung melirikku setelah aku mengatakan hal itu.

“Untuk apa aku cemburu huh? Aku hanya tidak ingin wanita sialan itu menyebarkan virusnya kepadamu.” Ujarnya sambil berhenti berjalan membuatku menghentikan langkah kakiku juga. “Kau terlalu berharga untuk wanita seperti dia.” Aku kembali tersenyum ketika mendengar Dara mengatakan hal itu. Dan aku akan membalas perkataannya namun Dara langsung mengambil shopping bag yang masih aku jinjing.

Gomawo karena telah membawanya.” Ujarnya kemudian dia kembali berjalan mendahuluiku menuju ruangannya sendiri.

Sandwich-nya ada di dalam shopping bag itu.” Ujarku sedikit keras supaya Dara yang masih berjalan dapat mendengarku.

“Oh. Aku akan memakannya.” Jawab Dara tanpa membalikan tubuhnya dan terus berjalan sampai menghilang saat dia berbelok ke ruangannya,

****

Hyung apakah menurutmu aku ini sangat brengsek?” Seunghyun hyung yang sedang memakan makanannya langsung menatapku yang sedang duduk di hadapannya. Aku dan dia sekarang sedang makan siang di kantin kantorku, sedangkan Dara makan di restoran yang berada di dekat kantor kami karena dia tidak suka dengan menu yang ada di sini.

“Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang hal itu?” Tanyanya sambil menautkan kening.

Hyung coba dengarkan aku.” Kataku serius sambil menegakan tubuhku. “Aku kesulitan mengatakan perasaanku kepada wanita yang aku sukai.”

Mworago?” Tanya hyung dengan sedikit keras, berhasil membuat sedikit keributan di meja kami.

“Pelankan suaramu.”

“Ah mian aku hanya terlalu kaget.” Katanya lagi. “Apa kau sedang bercanda kepadaku huh? Bagaimana mungkin playboy kampret sepertimu kesulitan untuk mengungkapkan perasaanmu?”

“Itu dia maksudku hyung. Aku biasanya bahkan tidak butuh waktu lebih dari dua menit untuk merayu wanita cantik. Tapi dengan wanita ini aku sama sekali kehilangan kata-kata.”

“Wah kau benar-benar sedang jatuh cinta?” Tanya Hyung kini sambil menutup mulutnya karena tidak percaya. Aku mengangguk membuat hyung kini membuka matanya dengan lebar. “Wah daebak!”

Hyung jangan berlebihan tolong!”

“Siapa wanita itu?”

“Kau tidak perlu tahu.”

“Apa aku mengenalnya.”

“Kau tidak perlu tahu.”

“Ya brengsek jika kau tidak ingin aku mengetahui siapa wanita yang kau suka itu seharusnya kau jangan memberitahuku. Kau hanya akan membuatku penasaran.”

Hyung ayolah kau bukan ahjumma yang haus dengan gosip!” Kataku sambil memutar bola mataku. “Sekarang bantu aku. Apa yang sebaiknya aku lakukan?”

“Apa wanita itu tahu bahwa kau menyukainya?”

Hyung apakah kau memang idiot?” Tanyaku dengan sedikit malas. “Bukankah sudah aku katakan bahwa aku kesulitan menyatakan perasaanku kepadanya jadi sudah pasti dia sama sekali tidak tahu bahwa aku menyukainya.”

“Oh maaf aku masih sedikit terkejut dengan pengakuanmu itu.” Katanya. “Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan?”

“Aku mengajaknya berkencan. Enam hari dari sekarang tapi aku masih belum tahu apa yang akan aku katakan kepadanya dan yang penting aku masih tidak yakin bahwa dia akan percaya dengan pengakuanku ini. Menurut wanita itu aku adalah pria terbrengsek yang pernah dia kenal sepanjang hidupnya.”

“Masalahmu berat kalau seperti itu.” Ujar Hyung yang aku tanggapi dengan anggukan.

“Oleh karena itulah aku bingung. Aku sudah tidak bisa lagi menahan perasaanku untuknya tapi disisi lain aku masih takut. Aku takut merusak hubunganku dengannya.”

“Mau aku beri saran?” Ujar hyung yang langsung membuatku menatapnya. “Tunjukkan bahwa kau tidak sebrengsek yang dia kira, buktikan bahwa kau adalah laki-laki baik yang akan mampu untuk menjaganya.”

“Apa itu akan berhasil?” Aku melihat Seunghyun hyung mengangguk pelan.

“Dara tahu kau adalah lelaki baik. Kau hanya perlu meyakinkannya bahwa kau tidak sebrengsek yang dia kira dan aku rasa itu akan mudah karena hampir setiap hari kalian bertemu.” Katanya yang membuatku membuka mulut dengan sedikit lebar setelah dia menyebut nama Dara. “Ayolah aku tahu wanita yang kau sukai itu Dara.”

“Bagaimana kau bisa tahu?”

“Karena sikapmu kepadanya sangat berbeda.” Ujar Seunghyun hyung sambil mengangkat bahunya. “Dara satu-satu wanita yang tidak pernah kau rayu di tempat kita bekerja. kau tidak bisa merayunya bahkan jika itu hanya sebuah candaan karena saat bersama Dara kau selalu kehilangan kata-kata. Bahkan kau berani untuk merayu Bom si gila itu setiap kali kalian bertemu tapi aku sama sekali tidak pernah mendengar kau merayu Dara, yang selalu kau lakukan hanya menemaninya dan melakukan semua yang dia suruh. Bagaimana mungkin aku tidak berpikir bahwa kau menyukainya?” Ujar Seunghyun hyung panjang lebar.

“Apakah sangat terlihat jelas?” Seunghyun hyung kembali mengangkat bahunya.

“Mungkin hanya orang jenius sepertiku yang bisa melihatnya.” Ujarnya dengan sedikit nada kesombongan yang membuatku memutar bola mata.

“Apa menurutmu orang-orang di kantor tahu bahwa aku menyukai Dara?”

“Bukankah seluruh kantor memang sudah beranggapan bahwa antara kau dan Dara memang ada hubungan? Jadi bisa aku simpulkan bahwa mereka pasti tahu bahwa kau menyukai Dara.”

“Jadi hanya Dara yang tidak tahu bahwa aku menyukainya?”

“Mungkin iya, mungkin juga tidak.” Aku mengerutkan keningku setelah mendengar apa yang hyung katakan. “Aku rasa Dara tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari arti semua yang telah kau lakukan untuknya.”

“Jadi maksudmu dia tahu tentang perasaanku?” Hyung kembali mengedikan bahunya yang membuatku malah semakin bingung karena jika Dara tahu tentang perasaanku yang sesungguhnya lalu kenapa selama ini dia tidak pernah mengatakan apa-apa kepadaku?

Dara Pov

Setelah selesai bekerja aku awalnya memutuskan untuk pulang langsung ke rumahku namun di perjalanan pulang aku mendapatkan pesan dari Chaerin yang memintaku untuk datang ke apartemennya. Sudah tiga hari sejak aku pulang dari Jepang dan aku sama sekali belum menemui Chaerin dengan alasan bahwa aku masih sibuk bekerja padahal alasan sebenarnya adalah karena aku belum siap untuk mendengarkan ceritanya namun sepertinya aku tidak bisa terus menghindar karena kini Chaerin mengancam akan menculikku dari rumah jika hari ini aku tidak datang ke apartemennya, maka dengan terpaksa akhirnya aku mengatakan akan datang.

Saat tiba di apartemen Chaerin aku langsung melihatnya yang kini sedang duduk bersila di atas sofa sambil memeluk ember popcorn. Dia langsung melirik kepadaku ketika mendengar suara pintu ditutup kemudian aku melihatnya tersenyum lebar lalu berdiri setelah sebelumnya menaruh popcorn yang dia peluk di atas meja.

Unnie.” Teriaknya sambil sedikit berlari kearahku. Dia merentangkan tangannya lalu memelukku ketika tepat berada di hadapanku. “I miss you, so so so much.” Ujarnya sambil mengeratkan pelukannya. Aku tertawa ringan kemudian membalas pelukannya yang sangat hangat.

I miss you too Chaerin-ah.” Balasku.

“Mana oleh-olehku?” Tanyanya ketika dia telah melepaskan pelukannya.

“Aku langsung datang ke sini dari kantorku jadi tidak sempat membawa oleh-olehmu.” Aku memohon maaf membuat Chaerin sedikit merenggut. “Kau bisa membawanya besok. Aku menyimpannya di kamarku.” Kataku lagi namun Chaerin masih merenggut. “Aigoo kau ini, sudahlah jangan merajuk seperti ini, sekarang langsung ceritakan bagaimana Soohyuk bisa melamarmu!” Ujarku dan aku bisa melihat matanya berbinar ketika dia mendengar nama kekasihnya disebut, anni sekarang aku rasa aku harus bilang tunangannya.

Chaerin kemudian memegang lenganku lalu menuntunku untuk duduk di sofa panjang di apartemennya. Setelah kami duduk berhadapan di sofa itu Chaerin lalu langsung mengangkat tangannya lalu memamerkan cincin baru yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Aku melebarkan mataku lalu langsung tersenyum menatap Chaerin lalu kembali menatap cincin itu.

Beautiful.” Ujarku sambil terus menatap cincin itu.

Exactly.” Ujarnya dengan mengangguk-anggukan kepalanya.

You’re glowing, do you know that?” Chaerin kembali mengangguk.

I know.” Ujarnya.

“Padahal ketika aku akan berangkat ke Jepang kau masih terlihat kesal karena Soohyuk tidak menghubungi selama hampir seminggu dan katika aku pulang kau terlihat sangat bahagia Chaerin-ah.” Ujarku dengan senyuman yang tidak lepas dari bibirku. “Apa yang telah Soohyuk lakukan sehingga dia bisa meyakinkanmu untuk menerima lamarannya?” Tanyaku lagi.

Unnie.” Katanya sambil menggenggam tanganku erat, senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya dan matanya terus memancarkan kebahagian. “Kau pasti masih ingat betapa aku kesal dengan Soohyuk waktu itu?” Tanya Chaerin yang aku balas dengan anggukan. “Lalu tiba-tiba malam itu Soohyuk menghubungiku, aku mengangkat panggilannya namun hanya untuk memarahinya karena tidak memberiku kabar selama seminggu, setelah aku puas memaki dan memarahinya aku lalu menutup telponnya tanpa sekalipun mendengarkan alasan yang akan dia katakan.” Katanya kemudian dia diam sebentar. “Dia terus menghubungiku namun aku tidak mengangkat telponnya lagi.”

“Kau tidak mengangkat telponnya? Lalu kapan Soohyuk melamarmu?”

“Ssst.” Ujar Chaerin dengan gemas kepadaku karena aku memotong perkataannya. “Aku belum selesai bercerita.” Sambungnya yang aku balas dengan anggukan.

“Oh baiklah aku akan diam.” Kataku memohon maaf. “Lanjutkan!”

“Lalu sekitar jam dua malam aku terbangun karena mendengar suara seseorang yang memencet bel apartemen ini berulang kali. Aku awalnya tidak mengira itu adalah Soohyuk karena dia sendiri tahu password apartemen ini namun ketika aku membuka pintu apartemen aku langsung melihat Soohyuk berdiri di hadapanku dengan membawa satu kotak ayam goreng dari restoran favoritku yang berada di Gangnam lalu menyerahkannya kepadaku sambil berkata, ‘If you be my wife, i’ll always go out in the middle of the night just to make you smile, i don’t care anything but you. So marry me?’ Itu hal terromantis yang pernah aku dengar keluar dari mulut Soohyuk dan yang paling membuatku hampir menangis adalah karena dia ingat bahwa kapanpun aku sedang merasa kesal maka aku harus memakan ayam goreng dari restoran itu sampai aku merasa lebih baik.” Ujarnya dengan mata yang masih berbinar dan senyuman yang terus merekah. “Waktu itu aku hanya terus bengong, aku masih mencerna semua yang dia katakan di otakku lalu tiba-tiba saat itu dia merogoh saku mantel yang dia kenakan lalu mengeluarkan kotak kecil, dia buka perlahan kotak itu di hadapanku, aku langsung tercekat, semua oksigen seolah direnggut dari tenggorokanku ketika aku melihat cincin yang kini telah aku pakai lalu dia berkata lagi, ‘be my wife, please!’ Unnie saat itu aku berpikir bahwa tidak mungkin Soohyuk membeli cincin ini hari itu juga hanya untuk membuatku memaafkannya, aku berpikir pasti dia telah membeli cincin itu jauh-jauh hari dan itu berarti dia memang berniat untuk melamarku jadi saat itu tanpa berpikir panjang aku langsung bilang ‘yes’, aku mengatakannya tanpa keraguan sedikitpun dan Soohyuk tersenyum setelah aku mengatakan itu, dia memelukku dan mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku. Apa ada alasan untukku menolaknya ketika dia sudah melakukan hal romantis itu?”

Aku tersenyum setelah mendengar semua penjelasan Chaerin, aku langsung memeluknya dengan sangat erat dan tanpa sadar air mata tiba-tiba mengalir dari kedua mataku.

I’m happy for you.” Ujarku ditengah pelukan kami. Aku tidak berbohong ketika aku mengatakan ini, aku benar-benar bahagia untuk Chaerin tapi aku juga tidak bisa memungkiri bahwa hatiku sangat terluka, orang yang aku cintai ternyata mencintai sepupuku sendiri dan terlebih mereka kini telah bertunangan.

Thank you.” Ujarnya kemudian dia kembali melepaskan pelukan kami. “Unnie jangan ceritakan ini kepada eomma dan halmeoni.” Ujar Chaerin. “Aku dan Soohyuk sudah sepakat bahwa kami akan mengatakan kepada mereka secara resmi. Soohyuk bilang bahwa dia akan melamarku secara resmi kepada keluarga kita secepatnya.” Ujar Chaerin lagi masih dengan senyuman yang terus menghiasai wajah cantiknya. Aku hanya mengangguk mengerti. “Dan unnie tolong jangan beritahu Soohyuk bahwa kau sudah tahu tentang hal ini. Dia mengatakan bahwa dia akan memberitahumu secara langsung, aku hanya tidak bisa menunggu terlalu lama untuk memberitahumu jadi Soohyuk tidak tahu bahwa aku memberitahumu.” Ujarnya yang kembali aku balas dengan anggukan.

You happy?” Tanyaku yang dia balas dengan anggukan pasti.

Gomawo karena telah membawa Soohyuk kepadaku, Gomawo karena ini semua adalah berkat dirimu.” Ujarnya lagi sambil kembali menggenggam tanganku. Aku kembali mengangguk lalu tersenyum kepadanya.

Aku kemudian melihat jam tangan yang melingkar di tangan kiriku lalu langsung melihat Chaerin lagi.

“Chaerin-ah aku harus pulang, ini sudah malam. Halmeoni pasti mengkhawatirkanku jika aku pulang terlambat.” Ujarku kepada Chaerin.

“Kau bisa menginap di sini. Halmeoni pasti tidak akan keberatan,” Ujarnya sambil sedikit merenggut.

Halmeoni sendirian lagipula dia masih marah karena aku pergi ke Jepang tanpa meminta izin darinya terlebih dahulu jadi sekarang aku harus pulang untuk menyenangkannya.” Ujarku lagi memberi alasan yang akhirnya membuat Chaerin mengangguk mengerti.

“Baiklah tapi lain kali kau harus datang lagi, kita sudah lama tidak pergi berdua dan temuilah ibuku karena dia bilang sangat merindukanmu. Kau tahu sendiri dia lebih menyayangimu daripada aku anaknya sendiri.” Ujar Chaerin sambil berdecak yang aku balas dengan tertawa ringan.

****

“Hey.” Dara langsung mendongkakan kepalanya ketika wanita itu mendengar suara seseorang menyapa. Setelah keluar dari apartemen Chaerin Dara memutuskan untuk kembali ke kantor tempatnya bekerja lalu duduk di salah satu meja di Starbuck yang berada di dekat kantornya.

“Kau sudah datang?” Dara tersenyum ketika dia melihat Jiyong yang juga sedang tersenyum kepadanya. Lelaki itu kemudian mengangguk lalu menarik kursi dan duduk di hadapan Dara. Dara langsung menghubungi Jiyong setelah dia duduk di Starbuck dan memintanya untuk datang menemaninya.

“Kenapa kau belum pulang huh? Ini sudah malam.” Ujar Jiyong dengan nada sedikit khawatir.

“Aku tadi lembur karena harus menyelesaikan pekerjaanku.” Ujar Dara berbohong yang membuat Jiyong mengerutkan keningnya tidak percaya.

“Dara tadi aku ke ruanganmu untuk mengajakmu pulang tapi asistenmu mengatakan bahwa kau sudah pulang dari tadi.” Ujar Jiyong dengan menatap lurus kepada sahabatnya itu. “Kenapa kau berbohong kepadaku?” Dara tersenyum simpul kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela sambil melihat hujan salju yang sedang turun.

“Jiyong apa yang akan kau lakukan jika kau jatuh cinta pada orang yang salah?” Tanya Dara tanpa menatap kepada Jiyong.

“Apa maksudmu? Apa kau sedang jatuh cinta sekarang?” Tanya Jiyong yang Dara balas dengan gelengan, Dara memang tidak sedang jatuh cinta karena pada kenyataannya Dara sudah jatuh cinta sejak setahun yang lalu dan sampai saat ini masih memendam perasaannya untuk lelaki itu, tunangan dari sepupunya sendiri.

“Aku hanya penasaran.” Kata Dara kini sambil menatap Jiyong yang juga sedang menatap lurus kepadanya. “Apa kau pernah jatuh cinta kepada orang yang salah?” Jiyong menggelengkan kepalanya.

“Tidak pernah. Aku jatuh cinta kepada orang yang tepat tapi pada waktu dan keadaan yang salah.” Jawab Jiyong tanpa melepaskan tatapannya pada mata gadis itu, Dara diam selama beberapa saat kemudian dia tersenyum lagi.

“Kau bohong. Kau tidak mungkin pernah jatuh cinta kepada satu wanita karena kau adalah pemuja wanita.”

“Bagaimana jika aku benar?” Tanya Jiyong. “Bagaimana jika semua wanita yang aku kencani hanyalah alat untuk menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya?” Tanyanya lagi yang membuat Dara kembali diam selama beberapa saat.

“Kalau begitu kau jahat.”

“Jahat?” Tanya Jiyong. “Jahat kepada siapa tepatnya?” Tanya Jiyong lagi. “Kau tahu semua wanita yang aku kencani adalah wanita yang mempunyai pemikiran sama denganku, aku berusaha untuk tidak berkencan dengan wanita yang akan memakai hatinya saat bersamaku dan selama ini aku selalu berhasil. Aku rasa aku tidak pernah menyakiti mereka karena bahkan sampai saat ini tidak ada wanita yang mengutuk atau membuat kekacauan setelah aku putuskan. Kami hanya saling menguntungkan Dara.”

Okay kau benar, kau tidak pernah menyakiti wanita-wanita mu itu tapi mungkin saja kau menyakiti wanita yang kau sukai. Apa kau tidak takut wanita itu akan berpikiran buruk tentangmu?”

“Aku takut Dara, aku menyimpan perasaanku untuknya karena aku takut dia akan tahu tentang perasaanku untuknya, aku takut dia akan berubah jika dia tahu aku menyukainya. Aku takut dan tidak bisa menghadapi hari esok jika dia memilih untuk meninggalkanku karena perasaanku ini.”

“Mungkin dia tidak akan meninggalkanmu jika kau mau jujur kepada wanita itu.” Ujar Dara lagi setelah kembali diam selama beberapa saat.

“Kau yakin?” Tanya Jiyong dengan mengerutkan keningnya yang Dara balas dengan anggukan mantap. “Kenapa?”

“Karena mungkin wanita itu sedang membutuhkan seseorang yang mencintainya dengan tulus.” Ujar Dara pelan. “Mungkin karena wanita itu sedang lelah karena selalu mencintai orang yang salah.” Tambahnya sambil kembali memalingkan wajahnya dari tatapan Jiyong yang saat ini sedang menatap Dara dengan kening berkerut.

Annyeong Applers, aku kembali dengan update terbaru dan seperti biasa aku mau minta maaf karena updatenya lama dan membuat kalian menunggu *kayak ada yang nungguin aja, hihi*

betewe makasih buat komen di chapter sebelumnya dan semoga semoga semoga suka sama chapter ini. maaf kalau kurang puas atau ceritanya maksain dan maaf karena belum menyatukan mereka berdua. hihi

jangan lupa komentarnya ya, sedih sumpah komennya dikit sekali jadi bingung Applernya jangan-jangan udah move on jadi shipper lain, haha!!!

Hengshoo Applers dan jangan lupa follow wattpad Reni ==>>> rmbintang

23 thoughts on “Gonna Get Better [Chap. 6]

Leave a comment