Ahjumma Next Door [Chapter 37] : Hide and Seek

Author        : silentapathy
link            : asianfanfics
Indotrans   : dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

“Saya pikir ada kesalahpahaman disini, pak polisi. Ini hanyalah sebuah bangunan tua dan saya hanya…”

 

“Tapi, tertulis jelas disini bahwa kami diijinkan untuk memeriksa bangunan ini.” Daesung merebut surat perintah penggeledahan dari Yongbae dan melambaikannya didepan wajah si pria jangkung dihadapan mereka. “Sekarang, bisakah kami masuk?”

 

 

 

“Boys, periksa semua tempat!” Yongbae memerintahkan anak buah mereka.

==========

“Pak…” Donnie dan anak buahnya menggelengkan kepala kepada TOP.

“Apa kalian yakin?” tanya TOP.

“Neh. Kami sudah memeriksa semua ruangan di setiap lantai. Kita tidak menemukan apapun, pak.”

 

“Kembali dan periksa lagi sampai kalian bisa menemukan apapun sebagai barang bukti – dan jangan keluar sebelum kalian menemukannya, d*mn*t!” TOP mengacak rambutnya dan memegang alat komunikasi yang terpasang dibalik jaketnya.

“Hyung… Kami tidak bisa menemukan apapun disini.” Kata TOP.

==========

“Aku tahu itu, b*j*ng*n itu tidak bisa dipercaya!” Jiyong mencondongkan tubuhnya untuk mengecek seberapa jauh jarak mereka dari truk kontainer.

“Hyung, bagaimana jika dia berkata jujur? Bagaimana jika Dongwon sedang mencarinya sekarang dan akhirnya sadar putranya sendiri mengkhianatinya?” tanya Seungri yang masih sibuk menyetir, menjaga jarak yang pasti dengan truk yang sedang mereka buntuti.

“Dia bilang pada TOP hyung kapal kargo akan datang jam 12 malam, besok, bukan sekarang! D*mn*t!” balas Jiyong.

“Tepat sekali hyung, Dongwon mungkin sudah merubah rencananya. Dia bukan orang bodoh, kamu tahu itu kan?”

 

“YAAAH!”

 

“Apa?”

 

“Kenapa kamu memihak pada si wajah pucat yang berputa-pura tidak bersalah itu?”

 

 

“Aku tidak memihak siapa-siapa, hyung, aku hanya mengatakan segala kemungkinan yang mungkin saja terjadi, bukannya langsung menghakimi seperti yang kamu lakukan.” Jelas Seungri.

“Kenapa kamu…”

 

“Hentikan itu Jiyong.” Mereka mendengar suara Tablo dari alat komunikasi yang terpasang di telingan mereka. “Jaejoong baru saja memberi tahu TOP tentang ruangan tersembunyi di basement kasino.”

 

“Ch-ch-chi-ncha?” tanya Jiyong.

“Yeah, jadi jika aku jadi kamu, aku akan berkonsentrasi pada apa yang sedang aku lakukan – memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi! Kita semua tahu, Dongwon mungkin memiliki kejutan khusus untuk kita.”

 

 

“Hyung…” Seungri menyela. “Perasaanku tidak enak mengenani ini. Rasanya seperti mereka sengaja memancing kami.”

 

 

“Aku  sudah mengirimkan bantuan untuk kalian. Kita tidak tahu apa yang menanti kalian disana. Kita perlu tahu, dan kita harus bersiap atas segala kemungkinan – mungkin saja ini adalah jebakan.” Jawab Tablo.

“Terima kasih hyung.” Jawab Seungri sementara Jiyong hanya membuang pandangan keluar jendela.

==========

“Ya, man gedung ini memang tidak ada apa-apanya.” Kata Yongbae.

“Ayo terus cari… siapa tahu ada- whooooooaaaaa!!!” Daesung mendarat di lantai – wajah duluan – karena kakinya terjerat karpet.

“D*mn, man! Kamu mencoba menangkap sesuatu?!!” Yongbae membantunya berdiri, tapi tepat pada saat itu dia mendengar suara berisik dari bawah.

“Pak, apa Anda baik-baik saja?” salah satu anak buahnya bertanya.

Yongbae meletakkan jari telunjuk menyilang di bibirnya – memberi tanda agar mereka semua diam. Dia mencoba menemukan arah suara yang tadi didengarnya, Daesung menyingkap karpet dan menemelkan telinganya ke lantai kayu.

“Sh*t man, ada seseorang dibawah!”

==========

Seungri memimpin pasukan begitu mereka melihat area itu clear. Sementara Jiyong bergerak kearah lainnya jadi mereka bisa mengepung truk kntainer yang tadi mereka buntuti – yang sekarang terparkir di area pelabuhan.

Jiyong baru akan memberikan tanda kepada anak buahnya untuk bergerak saat mendengar suara Tablo dari seberang.

“Jiyong, Seungri, itu jebakan! Gadis-gadis yang akan diselundupkan masih berada didalam gedung. Daesung dan Yongbae baru saja menemukan mereka!” suara Tablo tertangkap oleh pendengaran telinganya, tapi dilihatnya Seungri sudah bergerak mendekati lntainer. Jiyong mengikuti maknae dengan pandangan matanya – dan saat itu juga dia sadar maknae telah melepas alat komunikasi di telinganya dan sama sekali tidak menyadari bahaya yang tengah menantinya.

“Seungri!” dia mencoba memperingatkan maknae tapi bocah itu tidak sedang memandang kearahnya. “Yah, rat!” kali ini dia berkata melalui alat komunikasi di tangannya – tapi tepat pada saat itu pintu kontainer terbuka dan menampakkan orang-orang bersenjata yang langsung menembaki Seungri dan anak buahnya.

BANG! BANG! BANG!

 

 

Suara tembakan terdengar nyaring.

Jiyong langsung berdiri dan menembaki orang-orang bersenjata itu. “SEUNGRI!!!” teriaknya pada maknae sambil terus menembaki musuh – lupa dengan lengan kanannya yang masih lemah. Dia kembali menatap kearah Seungri berada, tapi terkejut karena matanya tidak menemukan sosok yang dia cari. Dia kemudian bersembunyi dibelakang sebuah kntainer tua, mencoba bersembunyi dan terengah mencoba mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Dia sangat mengenal Seungri. Bocah itu memang sering bersikap sombong dan sok keren, tapi sebenarnya dia tidak pernah siap untuk hal seperti ini. Yang dia yakini, bocah itu pasti sedang merasa ketakutan meskipun tidak mau menunjukkannya.

Tak seberapa lama, suara tembakan  saling sahut bergantian – berasal dari anak buah Dongwon dan Seoul PD.

“Rat? Yah! Dimana kamu???” dia bertanya kepada alat komunikasinya. “Pasang kembali komunikator itu di telingamu, d*mn*t, dasar bodoh!!!” katanya dengan mengertakkan gigi karena frustasi. Tak lama kemudian, dia mendengar seseorang terengah – kesulitan mengambil nafas.

“H-h-hyung…”

 

“Yah rat!!! Dasar bodoh! Kenapa kamu melepas—-“

 

“Berapa banyak mereka, Jiyong?” Tablo menyela dari ujung lain.

“20… 30… Aku tidak tahu pasti hyung! D*mn*t! Seungri! Yah, dimana kamu? Apa kamu—“

 

“Aku baik-baik saja hyung… Aku hanya… Aku hanya merasa kedinginan.”

 

==========

“Seungri!!!”

 

CL bangkit duduk begitu dia terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk, mencengkeram kain piyama di dadanya erat, mencoba menarik nafas dalam-salam. Dia melihat kearah jam di meja kecil samping tempat tidurnya, sudah jam 3 dini hari. “Rat…” ujarnya tanpa sadar saat dia menghembuskan nafas sambil mengusap peluh yang bermunculan di keningnya.

Dia buru-buru meraih teleponnya yang dia letakkan dibawah bantal dan menjelajahi daftar kontak yang terseimpan di memori teleponnya. Dia mencoba menghubungi nomor itu, tapi rupanya telepon yang coba dia hubungi sedang dalam keadaan mati. Dia mencoba lagi dan lagi dan lagi… tapi masih saja sambungannya terhubung ke kotak pesan.

“Y-y-ah rat…” katanya dengan suara bergetar. “Dimana kamu? Apa kalian semua baik-baik saja? Katamu kamu yang akan mengurusi semuanya… Katamu kali ini aku harus mempercayaimu… Kumohon, cepatlah kembali – dalam keadaan selamat… atau… atau…” CL tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk disampaikan, dan langsung menutup teleponnya.

CL mencoba untuk kembali tidur, tapi hal itu sulit dilakukan. Dia kemudian ingat pada boneka rilakkuma-nya dan buru-buru menarik benda itu, memeluknya dengan sayang.

“Yah, baby-ku rilakkuma… Aku… Aku takut… Kenapa perasaanku seperti ini? Ini hanya mimpi buruk kan? Kamu harus marah padanya… Saat dia kembali, pastikan kamu menendang pantatnya karena sudah membuatku merasa cemas seperti ini, neh?” CL mengerarkan pelukannya, mencoba kembali tidur.

==========

“Mmmmmmmmph!” Krystal berusaha untuk melepaskan diri dari tali yang mengikat tangan dan kakinya saat dia mendengar suara-suara, yang dia tahu hal itu mustahil. Dia menendang Sully yang mulai sadar. Dia melihat kesekelilingnya dan melihat gadis-gadis lain dalam keadaan yang sama dengannya.

Mereka ditawari beberapa makanan dan minuman kemarin sore saat staf meminta mereka menunggu giliran untuk diwawancarai. Sully tanpa sengaja menyenggol gelas minumnya dan menumpahkan isinya ke rok yang dia kenakan. Sementara untuk makanan, dia sama sekali enggan untuk menyentuhnya karena dia sedang tidak butuh tambahan lemak untuk perutnya dan hal itu memberinya sedikit keberuntungan sekarang… Dia sama sekali tidak menyentuh makanannya dan itulah sebabnya dia adalah satu-satunya orang yang sadar sekarang – jika hal itu bisa dikatakan sebagai sebuah keberuntungan.

Tapi tetap saja, badannya muka gemetaran dan melemah, kerena lapar, rasa takut, dan berbagai macam hal yang tidak bisa dia jelaskan kenapa mereka mengalami kejadian seperti ini. Dia terus saja berteriak dibalik plester yang menutupi mulutnya, mengerang, menangis, dan mengatakan hal-hal tidak pasti saat mendengar sebuah suara yang semakin mendekat dan terus mendekat.

Suara itu, dia tidak mungkin salah. Itu Yongbae.

Dia mencoba untuk duduk dan mengintip dari celah papan lantai kayu diatasnya. Dia menyipitkan mata saat cahaya senter mengagetkan matanya.

Harapannya langsung tumbuh saat dia mendengar mereka mencari ruangan lain. Perlahan dengan segenap kekuatan yang masih tersisa, dia mencoba merangkak – jika itu mungkin dengan kondisinya sekarang ini – kearah tangga dan mencari apapun yang bisa dia lemparkan ke pintu tingkap untuk memberi mereka sinyal, tapi sayangnya dia tidak bisa menemukan apapun. Krystal hampir saja menyerah, namun dilihatnya seorang gadis tidak jauh dari tempatnya berada, mengenakan sepasang sepatu wedge. Dia kembali merangkak dengan segenap kemampuannya dan melepas sepasang sepatu itu dari kaki si gadis yang juga tidak sadarkan diri. Dengan kedua tangannya yang terikat, dia melemparkan sepatu pertama – tapi jauh dari pintu tingkap, hanya sampai di bagian tengah tangga. Dia memejamkan mata karena frustasi, waktu mereka semakin menipis dan yang dia tahu inilah kesempatan terakhir mereka untuk bisa selamat dari apapun yang menanti mereka. Lebih fokus lagi kali ini, dia melemparkan dengan seluruh sisa kekuatannya – mambuatnya hampir pingsan – pikirannya sudah blank dan nafasnya putus-putus.

 

 

THUD!

 

(T/N: nah, saya tidak bisa memikirkan sound effect yang lebih pas sama telinga orang Indonesia untuk bagian ini, jadi kembali saya ngikut aja sama apa yang ada di naskah teteh author.. >3<)

 

 

 

“Man, apa itu?” Yongbae langsung berlari ke sumber suara, namun langsung dihalangi oleh sekelompok orang-orang bersenjata.

“Maafkan saya pak tapi saya yakin Anda sudah memeriksa seluruh area dan tidak menemukan apapun, jadi jika…”

 

“Apa kalian sedang mencoba membodohiku?” tanya Daesung. “Minggir.” Perintahnya tapi mereka tidak bergeming.

“Yah, kami bilang— SH*T!”

 

Yongbae merunduk begitu sekelompok pria itu mengangkat pistol mereka dan mengarahkannya kapada para polisi. Dia langsung menendang tulang kering orang dihadapannya lalu menyapukan kakinya searah putaran jarum jam. Tidak boleh kalah dari para penjahat itu, Daesung menahan pergelangan tangan pria bersenjata lainnya dan memutarnya kebelakang, membuat pistol yang dipegangnya jatuh ke lantai dan kemudian menyikut hidung pria disebelahnya.

“Yongbae, Daesung! Apa yang sedang terjadi?”

 

“Kurasa kami sudah menemukan tempat mereka disembunyikan!”

  

==========

“F*ck!” Jiyong mengumpat lirih saat dia ikut berlari bersama dengan petugas medis yang mendorong kereta dorong Seungri.

“Yah, rat! Bertahanlah, d*mn*t!” dia menggertakkan gigi saat Seungri menatapnya dan memegangi tangannya erat.

“H-h-yung…” Seungri memejamkan mata dan meringis kesakitan.

“Seungrat! Kamu akan baik-baik saja, kamu akan baik-baik saja!” katanya tapi hanya dibalas Seungri dengan sebuah senyuman lemah sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu ruang gawat darurat.

“AAAAAAAAH!” Jiyong meninju dinding di dekat pintu. Dia kemudian bersandar disana, menghapus campuran keringat dan air mata dari wajahnya.

Seungri sudah seperti adik kandungnya sendiri selama ini. Dia mungkin sering membully bocah itu, tapi itu semua hanya untuk bergurau. Setiap kali dia mengalami masa-masa sulit, Seungri tidak pernah meninggalkannya dan malahan justru bocah itu yang membuat bebannya terasa ringan dan sebagai balasannya, dia selalu menjaga bocah itu, terlebih Seungri adalah maknae mereka.

Tapi malam ini, dia sungguh merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Mereka memang berhasil mengamankan seluruh area pelabuhan. Tapi Seungri tertembak di bahu kiri dan abdomen sebelah kirinya tergores peluru tepat ketika pintu kontainer yang mereka buntuti terbuka. Tidak ada yang bisa dia salahkan selain dirinya sendiri.

Dengan tangannya yang gemetaran, dia memegangi bagian mikrofon dari alat komunikasinya.

“Dimana yang lain hyung? Pelabuhan sudah clear. Neh… Seungri sudah didalam. Aku akan meninggalkan dua orang untuk menjaganya. Neh… Aku dalam perjalanan.” 

 

==========

TOP mendesah frustasi begitu dia duduk diatas lantai keramik di tangga. Timnya tidak berhasil menemukan bukti di seluruh penjuru kasino dan basement yang Jaejoong beritahukan tadi, secara ajaib dalam keadaan kosong, hanya berisi beberapa kotak yang saat mereka periksa, berisi chip kasino dan kartu.

“Dongwon mungkin merasakan ada sesuatu. Tapi kita sudah memperketat penjagaan di bandara dan segala pintu keluar yang memungkinnya kabur dari negara ini… Pemerinah Jepang sekarang sedang mengintai Akira dan orang-orangnya.” Tablo memberitahunya. “Tinggalkan Donnie dan beberapa orang anak buahmu disana, kembalilah kemari. Sesuatu terjadi di pelabuhan.” Ungkap Tablo pada TOP.

“Apa yang terjadi hyung?”

 

“Seungri tertembak. Jiyong sedang dalam perjalanan menuju tempat Yongbae dan Daesung. Mereka butuh bantuan. Truk kontaines itu hanya tipuan, gadis-gadis yang rencananya akan mereka selundupkan masih didalam gedung itu.”

 

“Apa? D*mn*t! Aku akan melihat keadaan Seungri dulu. Dimana rumah sakitnya?”

 

==========

Jiyong langsung menembakkan pistolnya begitu dia turun dari mobil. Lengannya gemetaran hebat karena sedari tadi terus dia gunakan untuk menembaki anak buah Dongwon.

Pikirannya kacau, tidak bisa mengontrol kemarahan pada satu-satu orang yang bisa memuaskan kemarahannya.

Melewati pria yang kesulitan bernafas dan hampir mati, Jiyong berlutut dan menarik kerah si pria itu.

“Dimana bosmu yang pengecut itu?” desisnya marah, matanya sangat menakutkan dan penuh ancaman.

Pria itu hanya bisa menggeleng dan tersedak oleh darahnya sendiri sebelum kemudian akhirnya terpuruk. Jiyong langsung melepaskan si pria yang sekarang sudah mati itu dan berbalik pada anak buahnya.

“Ayo bergerak!”

  

==========

TOP duduk di kursi tunggu diluar ruang operasi. Sudah pasti, hal seperti ini, akan datang dalam kehidupan mereka. Dia bukan tipe orang yang akan menjadi panik dan berubah liar disaat-saat seperti ini. Justru mungkin Jiyong lah yang sedang marah dan mengamuk pada Dongwon sekarang ini karena telah memerintahkan pada orang-orang bersenjata itu dan membuat mereka seperti hewan yang ketakutan – tidak lupa juga karena telah melukai maknae mereka.

Tapi bukan berarti dirinya tidak peduli.

Biasanya dia diam dan bersikap tenang, tapi itu tidak merubah kenyataan bahwa dialah yang tertua dan yang paling bertanggung jawab pada saudara-saudara seperjuangannya.

Pikirannya terganggu begitu mendengar suara ratapan seseorang. Dia menoleh kesamping kann dan disana dia melihat, di tengah koridor, Ibu Seungri yang diikuti oleh Lee Sooman, Kepala Pengawas dan direktur dari Akademi Kepolisian Nasional.

“P-p-ak…” TOP langsung berdiri tegak dan memberi hormat begitu mengenali mereka.

“Bibi…” TOP kemudian beralih pada ibu Seungri dan wanita itu langsung menangis memeluknya, mencari topangan. “Seungri-ku… Seungri-ku!!!”

 

“Tablo sudah memberitahuku… Apakah parah?”

 

“Dia tertembak di bahu. Beberapa tulangnya patah dan sekarang mereka sedang mencoba mengeluarkan pelurunya. Para dokter juga menemukan goresan peluru di samping perut sebelah kiri.” Jelas TOP seperti apa yang disampaikan dokter padanya beberapa saat yang lalu.

“Sudah kukatakan padamu, Seungri tidak cocok untuk hal seperti ini! Tidak seharusnya kamu memaksa pekerjaan seperti ini padanya!” Mrs. Lee memukul dada suamunya tanpa henti. Dia mengerang keras sebelum akhirnya jatuh dan hilang kesadaran.

“Bibi!”

 

==========

“Aku bertaruh mereka semua pasti sedang dalam kekacauan, hahahaha!!!” Dongwon tertawa sambil duduk diatas kursinya.

“Pak, banyak orang-orang kita yang——“

 

“DIAM!” teriaknya sambil membanting gelas di tangannya ke lantai, pecah hingga berkeping-keping.

 

“Mereka ingin bermain-main? Kita semua bisa bermain! Bagaimana jika kita main petak umpet? Jika aku sampai kalah, akan kupastikan untuk menyeret orang tua itu bersamaku ke neraka… dan juga Jaejoong. Hah! B*j*ng*n itu! Dia lebih memilih seorang gadis dari pada aku, akan kupastikan untuk menangkap dua burung dengan satu batu kali ini.”

 

 

==========

“Hei bro!” Yongbae memanggilnya begitu Jiyong muncul di ujung koridong. Dia bergeser kesamping dan mencoba menemukan seseorang dari balik badan Jiyong, tapi dari sekumpulan orang-orang tidak ada seorang pun diantara mereka adalah maknae.

“D-d-dimana Seungri?” tanyanya tapi Jiyong mengacuhkannya. Daesung menyadari ekspresi gelap dari wajah Jiyong dan langsung merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dia memejamkan mata sebelum berbalik menatap anak buahnya, sadar bahwa sekarang bukan waktunya untuk menerima kabar buruk.

“Periksa siapa yang masih hidup dan bawa mereka ke markas.” Daesung memerintahkan anak buahnya sebelum berbalik melihat ke pintu tingkap dibawahnya. “Ayo turun.” Katanya, mencari perharian Yongbae dan Jiyong.

Perlahan dia mengangkat pegangan besi dari pintu tingkap dan mengarahkan senter ke tangga di bawah. Yongbae dan Jiyong langsung mengikuti dibelakangnya. Mereka tidak membuang waktu untuk turun kebawah tapi tetap mereka menyuruh anak buah mereka untuk mengikuti, berjaga-jaga jika ini adalah juga sebuah jebakan. Begitu turun, mereka mendengar suara erangan dan isak tangis. Mereka bisa merasakan suara-suara itu sangat lemah, seolah mereka merasa kesakitan.

“MMMMMMPPHHHH!”

 

“Sh*t!!!” Daesung terlonjak kaget saat dia tanpa sengaja menginjak sesuatu yang lembut tapi langsung mendapat suara tangis kesakitan yang lain.

“Geser! Kamu menginjak kakinya!” Yongbae cepat-cepat menunduk untuk melihat keadaan gadis itu, rambutnya acak-acakkan, matanya menyiratkan ketakutan dan rasa sakit, tangan dan kaki dalam keadaan terikat.

Dia berjongkok untuk melihat gadis itu lebih seksama. Perlahan dia melepas plaster hilam yang menutupi mulut si gadis, membuatnya menangis dan gemetaran. Dan kenyataan menghantamnya.

“K-k-k-rystal???”

 

 

Jiyong kemudian langsung maju mendekat dan menyipitkan mata karena cahaya yang sangat minim.

“Mereka disini!” teriak Jiyong pada orang-orang diatas. “Cepat, kita harus memindahkan mereka semua dari sini!”

 

 

==========

T/N:

Ada yang ngerasa ini sedikit?? Saya juga, saya juga… ‘o’

Haaaaa~~ akhirnya sampai ke bagian ini… biasanya saya bolak-balik baca cuman merinding.. tapi berhubung translate-nya pake acara ketik ulang, jadi nggak sadar sampe nangis… TT^TT poor panda..

Geser ke soal typo.. mumpung ini sedikit dan untuk sementara bisa kabur dari file keramat penentu masa depan saya, jadi saya sempatnya proofread.. dan jikalau masih banyak typo juga… mohon maadkanlah, karena mata saya yang suka jelalatan kalo pas lagi baca.. :p

Hmms, CND yak… request next project yak… hmms… *nguatkan hati, sanggup nggak yaa~*.. bacanya sih nggak papa.. pake detail juga nggak papa.. tapi kalau ketik ulang… waaaaah…. Bismillah deh yak… >.< *cuman jangan salahkan kalau nanti saya bikin beberapa penyesuaian yak.. anggap saja ini tanggung jawab moral saya* #sayangomongapa??

Ngomong2 adakah yang ngerasa nggantung dengan cerita ini?? saya pribadi mengharapkan ada follow up dari nasib gitar yang ada di ruang tamu dara (part2 awal waktu ji nganterin belanjaan kalo nggak salah).. terus kenapa dara nggak ngalihin pandangan tiap kali liat ji mainin gitarnya… dan berhubung efek kelemotan, saya baru ngeh waktu translate, kalo soal gitar itu menghilang begitu saja dari alur cerita ini… hmmms,, tapi nggak mungkin kan saya minta teteh author nyisipin soal itu gitar, sementara ini cerita udah marked completed.. LOL

Terima kasih komennya, sudah saya baca satu-satu.. hehehe… saya jadi bingung mau bales masing2nya apa… >3<

Bubbey… ^o^/~

……………………………………………………….

~TBC~

<<back   next>>

43 thoughts on “Ahjumma Next Door [Chapter 37] : Hide and Seek

  1. Haduhh kalo udah bagian action gini aku cm mangap2 aja.. Karena emg otakku gak begitu bisa nalar :v tp aku tau mereka sedang berkelahi dan dalam misi penyelamatan. Penyelamatan apa cys (?) Maybe nyelamatin krystal sama sulli?? #gaknyambung.. Aku fokusnya kemana sih?? Tp aku paham kok paham :3 #pura2

  2. Wihh kayak jiwanya cl unnie sm seungri oppa terikat gitu, sampe cl unnie mimpiin seungri oppa. Aigoo, seungri oppa, bertahanlah dulu eoh? demi jiyong oppa, cl unnie, dll.

Leave a comment