Showdown [Part 8] : WAR OF SOUTH KOREA

showdownpart9new

Author : VA Panda

Title : Showdown

Genre : Mystery–Action–Thriller

Cast : Park Sandara | Kwon Jiyong | Choi Jun Hong | Lee Donghae | Lee Chaerin

Length : Series

Poster : Keyunge @PosterState

Disclaimer : This story is purely fresh from my brain. All cast in this fanfiction not my mine expect Oc. If you wanna be take out this story please inform me, don’t take story without permissions.

Note :
Yoon Na Rae (Oc / Nama asli dari Suzy palsu) Anggap dia mengenakan topeng dan pemalsu suara seperti di film mission impossible
Jeon Young Jae (ayah angkat Ha Ji Won/Pria yang dijatuhi hukuman)
Cho Tae Sik (ayah kandung Ji Won/ konglomerat penting)
Ha Ji Won (Chaeukshin/ nama kecilnya Jeon Hae Rim)
Seung Gi (anak buah Ji Won yang waktu itu menyekap ayah Chaerin)

Sekedar mengingatkan lagi. Konflik utama dari ff ini adalah pemberontakan oleh seorang yang ingin membalas dendam (pembunuh berdarah dingin).

Saya ingetin lagi yah tentang ‘Cheukshin’, mengadopsi dari mitologi Korea Selatan yang  menjelaskan kalau disini Ji Won adalah Cheukshin yang ingin membalas dendam kepada ayah yang sudah membuangnya. (persis kayak asal muasal Cheukshin yang saya baca)

.

.

.

.

The Women behind the darkness come with the world she would take over

.

.

.

.

– War of South Korea –

 

Hampir menginjak satu minggu semenjak kejadian para penyelundup narkoba yang dalam keberangkatan menuju kantor polisi itu mati dengan mengenaskan. Beberapa berita di televisi bahkan lebih menerangkan secara detail mengenai gejala awal yang di perlihatkan sebelum anggota gangster itu tewas merengut nyawanya sesuai dengan kabar dari pihak kepolisian. Salah satu artikel di surat kabar juga berargumen kalau kejadian yang terjadi para gangster itu bukan kecelakaan biasa tetapi memang ada oranglain yang telah merencanakan cara kematian mereka. Isu kian memanas saat pihak kepolisian justru sulit memberikan berita kelanjutan dari penyelidikan yang mereka lakukan. Kondisi ini pula yang membuat beberapa negara menggagalkan rencananya untuk bekerjasama dengan Korea Selatan terlebih Korea Utara kembali menjauhi jarak hubungan internasional antara Korea Selatan.

“Bagaimana menurutmu ? Hanya dengan hal sekecil ini saja para penduduk sudah sangat waspada dengan keamanan di Korea Selatan. Lalu apa jadinya nanti kalau kita memberikan wabah itu ?” Seung Gi berkata dengan sedikit tertawa setelah dia membaca sekilas surat kabar di tangannya.

Pria itu kini berada di ruangan Ha Ji Won walau berulang kali Ji Won tidak memberikan izin untuk Seung Gi masuk ke dalam ruangannya. Gadis itu hanya terdiam menatap Seung Gi yang masih menyeringai di setiap dia berbicara. Ji Won tahu ada rasa kebanggaan saat Seung Gi berbicara di hadapannya.

“Kapan wabah kematian hitam itu akan kau berikan ? Na Rae (Suzy palsu) mengabari kalau kepolisian sudah tahu tindakan apa yang akan kau lakukan, bahkan rencanamu untuk menggagalkan hari pengangkatan menteri, telah polisi ketahui dari pesan Profesor tua itu.” Jelas Seung Gi yang mulai mendekati kearah Ji Won yang duduk di kursi kerjanya.

“Aku dengar, gadis bernama Sandara itu seorang peneliti muda. Bagaimana kalau kita memanfaatkannya saja di banding dengan Profesor tua itu ? Dia terlalu banyak meronta agar kita tidak menyentuh anaknya.” Seung Gi merunduk mendekati wajahnya dengan Ji Won dengan seringai nakal. Jarak mereka terbilang sangat dekat, bahkan Seung Gi sendiri bisa merasakan hembusan napas dari Ji Won tetapi gadis itu justru memalingkan wajahnya dan mulai berdiri menghampiri Seung Gi.

Ji Won memegang lembut bahu kiri Seung Gi yang kemudian di susul dengan bahu kanan Seung Gi secara lambat. “Misi pemberontakan ini harus sesuai dengan perintahku,” bisik Ji Won di telinga kanan Seung Gi, “akan lebih baik saat aku melakukan penggagalan pengangkatan menteri dan penyebaran wabah itu di waktu yang bersamaan.”

“Kau yakin akan berjalan dengan sempurna ? Maksudku, bahkan jejak langkah kita sudah tercium oleh pihak kepolisian.” Tanya Seung Gi ragu. Tiba-tiba dia merasa detak jantungnya berdegup tidak senormal seperti biasanya.

“Itu karena kebodohan pianis itu. Jika saja Park Sandara tidak melarikan diri, mungkin sampai saat ini kepolisian tidak tahu isi pesan dari Profesor Lee. (baca : part 2 dan 3)” Balas Ji Won memberikan tatapan gelap kearah Seung Gi.

“Lalu bagaimana dengan anak dari professor Lee ? Dia bahkan sudah tahu sekarang ayahnya masih hidup. Bagaimana kalau pihak kepolisian mencari keberadaan Profesor itu ? Haruskan aku menculik anaknya juga ?” Seung Gi bertanya.

“Tidak ada gunanya. Polisi akan lebih memfokuskan untuk hari pengangkatan menteri lusa nanti. Di saat yang sama, kita akan mengacaukannya dan perang baru di mulai.” Ji Won menyesap kopi hangatnya, senyum kemenangan terlukis dengan bangga. “Polisi pasti tengah sibuk sekarang, pemerintah juga pasti memaksa mereka untuk menjaga keamanan selama dua hari kedepan.”

“Aku harap rencanamu berjalan dengan lancar Ji Won dan aku harap ayah kandungmu merasakan penyesalannya karena telah membuang anaknya kepada oranglain.” Seung Gi menyeringai di balik matanya yang berbinar. “Sayang sekali, Donghae sudah beralih untuk mengacaukan rencanamu nanti. Ah tapi, itu tidak akan berguna sama sekali. Meminta bantuan pada polisi justru nanti dia akan dianggap mata-mata.” Sambung Seung Gi dengan tawa mencibir.

Ji Won hanya tersenyum dalam diam. Gadis itu kembali mengingat wajah terakhir ayah angkatnya yang masih mengulas senyum kearahnya di saat hukuman mati sudah ada di depan matanya sendiri. Dia lahir sebagai seorang bernama Jeon Hae Rim yang di rawat sejak kecil oleh seorang buruh dengan kelainan mental bernama Jeon Young jae (baca part 7).

Pengadilan saat itu mengetuk palu dengan keputusan untuk hukuman mati dari tindakan yang bahkan tidak di lakukan oleh ayahnya. Ayahnya hanya di jadikan kambing hitam oleh para pembunuh kejam yang kebetulan ayah Ji Won berada di lokasi pembunuhan sadis pada seorang gadis remaja. Setelah beberapa pekan kematian ayahnya, Ji Won baru di beritahukan oleh salah satu teman karib ayahnya kalau dia adalah anak angkat. Saat itu Jeon Young Jae menemuinya tergeletak di gedung kosong tak berpenghuni dan dia tanpa berpikir panjang langsung mengangkat Ji Won sebagai anaknya.

Hidup bersama Donghae dengan bersusah payah menelan berbagai kepahitan telah biasa bagi Ji Won. Mereka berusaha keras untuk tidak putus sekolah, karena saat itu mereka berharap bisa membuat keadilan bagi oranglain yang mungkin bernasib kurang baik. Jadi seorang jaksa penuntut atau hakim yang selalu menutup mata dengan sogokan –kiranya itu awal angan mereka. Hingga mereka menginjak remaja, keduanya masuk dalam kelompok gangster yang memberikan mereka pelajaran untuk beladiri dan setelah mereka siap, rencana untuk menaklukkan para konglomerat di pemerintahan yang tidak adil mulai timbul di otak Donghae. Awalnya mereka bekerja dengan baik, bahkan sebagian orang banyak berterima kasih pada mereka melalui berbagai media –karena mereka menutupi identitas mereka –tapi sebuah penyelidikan yang mereka lakukan terhadap salah satu orang penting untuk Korea Utara dan Korea Selatan membuat Ji Won membulatkan tekat untuk melakukan pemberontakan.

Air mata Ji Won rasanya sudah hilang untuk di keluarkan. Walau kenyataan membawanya bahwa dia adalah anak yang di buang oleh ayah kandungnya sendiri, Ji Won tidak sedikitpun mengeluarkan air matanya, hanya amarah yang dia keluarkan seutuhnya. Ji Won sudah siap menghancurkan posisi ayah kandung sebenarnya secara perlahan. Pertama yang akan dia lakukan adalah membuat keruntuhan kembali antara Korea Selatan dan Utara –pasti itu akan membuat ayah kandungnya gila. Rencananya kini mulai berhasil dan setelahnya dia akan menyebar wabah kematian hitam di Korea Selatan dan mengubur masa lalunya di tempat ini.

“Persiapkan peralatan untuk lusa nanti.” Ji Won memerintah Seung Gi setelah dia melupakan masa lalu yang kembali terngiang di otaknya. “Aku dengan kepolisian menggunakan detektif muda dalam memecahkan kasus yang mereka tangani.”

“Ne ? Ah, kalau tidak salah, satu orang adalah keponakan dari Inspektur mereka namanya Kwon Jiyong dan satunya adalah adik kandung dari detektif Choi bernama Choi Jun Hong.” Seung Gi menjelaskan sebelum dia beranjak pergi menuju pintu.

“Mereka masih pelajar bukan ? Tapi Na Rae mengatakan padaku kalau mereka seperti menyukai orang yang sama. Bagaimana kalau kita memberikan permainan kecil untuk menyambutku memunculkan wajah langsung di hadapan mereka ?” Sudut bibir Ji Won tertarik keatas.

Pria berambut hitam itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. “Membuat mereka pecah ? Itu tindakan yang tepat. Kita sudah tidak membutuhkan Na Rae, kan ?”

“Ya, sangat tepat. Lagipula aku sangat membenci polisi. Kita manfaatkan Na Rae,”

***

“Inspektur apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Apakah sebaiknya kita tidak menyelidiki keberadaan Profesor Lee ?” Tanya Seunghyun.

“Aku juga ingin melakukannya, tapi tugas lain telah di terima oleh kepolisian untuk mengamani acara pengangkatan menteri, besok lusa.” Balas Inspektur Yang Hyun Suk .

“Dua hari lagi acara itu akan berlangsung, Pak, tapi hingga detik ini tim penyelidik tidak menemukan tanda-tanda pergerakan dari para pemberontak. Apakah mereka sudah menghentikan rencana ?” Joon menyimpulkan dengan sedikit ragu.

“Itu tidak mungkin bahkan rencana yang mereka lakukan sangatlah matang. Mereka hanya ingin membuat kita tenang sebelum mereka memulai aksinya. Apakah benar yang aku katakan Detektif Choi ?” Inspektur Yang berkata cepat.

Mereka kini berada di dalam ruang rapat yang di lakukan secara mendadak untuk membicarakan pekerjaan baru yang di berikan kepada kepolisian Seoul untuk memastikan keamanan di acara pengangkatan menteri nanti. Setelah penangkapan para gangster yang tiba-tiba bertindak seperti orang kesakitan dari racun laba-laba yang menyengat mereka, saat ini kepolisian lebih menutup berbagai kabar ke depan publik. Mereka menyelidiki kasus berantai yang bermula dari pianis lalu sekarang anggota gangster yang telah di ketahui termasuk salah satu kaki tangan dari pemberontak karena mereka memiliki tato sama di leher mereka.

“Dugaan Saya juga seperti begitu, Tuan. Mereka hanya ingin kita beranggapan bahwa semuanya sudah selesai tetapi sebenarnya langkah mereka baru di mulai. Mereka masih bersembunyi hingga detik ini,” Detektif Choi Seunghyun membalas.

“Chaerin mengatakan saat hari dimana penyerbuan para gangster itu, dia melihat ayahnya masih hidup dan seseorang terus memukulinya. Bagaimana bisa di katakan kalau pemberontak itu sudah menghentikan tindakannya jika sampai saat ini bahkan kita belum tahu apa maksud Profesor Lee di tahan oleh mereka.” Hyun Suk kembali mengungkapkan pendapatnya hingga membuat seluruh orang yang berada di ruang rapat ikut berpikir bersamanya.

Suasana seketika hening. Mereka saling berpikir mengenai kasus ini. Walau mereka mengetahui langkah apa yang akan di lakukan Cheukshin, tetapi mereka perlu memikirkan ide yang sesuai karena mereka belum tahu tindakan apa yang akan di keluarkan Chaeukshin terlebih dahulu. Pilihannya adalah wabah death black atau pemberontakan saat pengangkatan menteri nanti.

“Sepertinya saya menemukan hal ganjil di sini,” Joon sibuk dengan laptop yang tengah dia teliti mengenai keamanan di kantor kepolisian yang sangat tidak beres. Melalui pemeriksaan gps pria itu kemudian menemukan adanya seseorang yang melumpuhkan komunikasi, tapi itu sudah berlangsung dua hari yang lalu dan mungkin mereka sudah memutuskan koneksi untuk menyadap komunikasi penting, jadi Joon kesullitan untuk mengetahui lokasi orang yang melumpuhkan komunikasi mereka. Mata Joon membulat dan menatap segan kearah Hyun Suk. Seseorang tak di undang telah ikut dalam percakapan mereka selama ini. “Pak, sepertinya selama ini ada orang yang menyelinap masuk untuk mengambil berbagai data yang ada di kantor ini.” Kata Joon dengan takut.

“Apa maksudmu ? Apakah ada orang dalam yang berkhianat di sini ?” Hyun Suk bertanya khawatir.

“Tidak perlu orang dalam untuk melakukan hal ini, tapi ada seseorang yang masuk ke dalam tempat penyimpanan data penting di computer utama. Saya harus memeriksa kesana,” Joon berkata panjang lebar dan dia mulai terbangun dengan cepat meraih kenop pintu.

“Hari itu adalah hari yang sama saat Saya melihat Suzy keluar dari ruangan penyimpanan data.” Joon menjelaskan dengan pelan agar seluruh orang mengerti maksudnya setelah dia kembali ketempat semula.

“Apa Suzy yang melakukannya ?” Tanya salah satu anggota rapat dengan tatapan kesal.

“Kemungkinan besar, iya, karena saat aku bertanya padanya dia hanya bilang kalau dia salah masuk ruangan. Itu adalah hari saat Sandara tengah di mintai keterangan oleh detektif Choi, kira-kira sehari setelah Sandara di temukan.” Joon menambahkan dengan pandangan yang menghambur ke setiap anggota rapat.

“Hal yang sangat tidak di harapkan adalah oranglain bisa tahu seluruh penyelidikan yang selama ini kita lakukan, bukan ?” Detektif Choi berasumsi dengan menumpukan dagunya di lengannya.

“Bahkan yang lebih serius dan mengkhawatirkan adalah orang itu juga bisa tahu kita melakukan telepon kepada siapa saja dan di mana lokasinya.” Joon berkata sembari menerawang di langit ruangan. “Mungkin ada seseorang yang ingin orang itu tahu keberadaannya. Seminggu belakangan ini kita sudah banyak melakukan komunikasi dan yang terakhir adalah dengan konglomerat-konglomerat penting juga para penjabat negara. Apa orang itu mencari salah satu dari mereka ?”

“Ingat partitur yang di temukan saat kematian Jung Hyun ? Zelo mengatakan dari sobekan yang saat itu di temukan di sana berisi ‘kematian hitam datang bersama putri dibalik tudung’, mungkin maksud putri dibalik tudung itu adalah Suzy (baca : part 4). Dia mungkin bukan Suzy yang asli, bagaimana kalau dia pemberontak itu ?” Detektif Choi bersuara dengan lambat dan tegas lewat suara beratnya.

Kini kepololisian berasumsi Suzy yang mereka tahu bukanlah Suzy yang sebenarnya. Dia mungkin otak dari keberlangsungan pemberontak yang membunuh kaki tangannya sendiri atau Suzy merupakan salah satu dari mereka yang hanya bekerja sebagai robot dibalik penciptanya.

“Aku punya rencana untuk besok lusa saat hari pengangkatan menteri.” Hyun Suk berkata dengan nada terlewat dingin dan tegas, “kita juga akan membuat kejutan untuk pemberontak itu.”

***

Ditempat lain, Donghae dan Suzy tengah memantau pergerakan dari Suzy yang palsu. Pengintaian ini berlangsung berangsur-angsur, semenjak Suzy mengajukan permintaan pada Donghae untuk membuktikan bahwa Donghae tidak memihak kepada Cheukshin –itulah nama yang di ketahui oleh Suzy –Cheukshin adalah otak di balik pemberontakan ini.

Mereka berdua kini berada di acara festival musim semi dengan pakaian khas musim semi, seperti kebanyakan orang. Suzy mengenakan pakaian lengan pendek berwarna hijau lumut dengan celana selutut berwarna coklat tua dengan rambut yang di ikat asal juga mengenakan kacamata hitam kecoklatan –untuk melakukan penyamarannya, sedangkan Donghae mengenakan jas hitam dengan dalam kaus putih seperti biasanya. Mereka berada di belakang Suzy dan Zelo yang baru membeli minuman dingin –pergerakan Donghae sangat persis seperti mata-mata sedangkan Suzy sangat patut untuk di curigai karena gadis itu terus memegang erat ujung jas Donghae bahkan sesekali akan menutupi wajahnya dengan kertas yang sengaja dia bawa.

“Bersikap seperti biasa saja, kau justru membuat orang yang kita intai tahu nantinya.” Donghae berbisik dengan terus menatap kearah depan tanpa mengubah raut wajah datarnya saat Zelo sekilas menoleh kebelakang.

“Aku sudah sangat biasa, ahjussi,” balas Suzy berbisik sembari berjinjit ke telinga Donghae. Gadis ini sekarang sudah mulai bersikap sopan saat Donghae banyak bercerita tentang masa lalunya dengan Cheukshin itu. Suzy bahkan sempat tidak mengedipkan matanya dengan mulut menganga saat Donghae memberi tahu usianya. Pertama yang Suzy pikir kalau Donghae setidaknya empat tahun lebih tua darinya, tapi ternyata Donghae bahkan patut dia panggil sebagai Ahjussi.

“Ahjussi tidak ingat aku sedang mengintai seorang yang memiliki wajah yang sama sepertiku.” Suzy kembali bersuara kecil dengan semakin mempererat genggamannya di ujung jas milik Donghae. Pria itu sebenarnya sedikit risih dengan kelakuan Suzy dan dia juga ingin mengatakan kalau Suzy sudah tidak persis seperti dirinya sendiri, jadi tidak perlu mengkhwatirkan kalau Zelo mengenali wajahnya, tapi jika nantinya Donghae berkomentar satu kalimat, tentu Suzy akan membalasnya dengan puluhan kalimat bahkan bisa saja Suzy yang palsu hilang dari pantauannya. Jadi Donghae lebih memilih menghela napas dan diam.

“Kenapa pria rambut abu-abu itu terus melihat kebelakang, sih ?” Suara Suzy samar-samar terdengar oleh Donghae. Gadis ini bahkan menutupi seluruh wajahnya, walau kacamata dan riasan diwajahnya sudah berhasil membuatnya seperti oranglain tapi Suzy masih menutup wajahnya dengan sapu tangan dan kertas –lalu bagaimana bisa dengan sangat mudahnya di simpulkan alasan Zelo terus menoleh kebelakang bahkan sempat menatap dengan aneh kearah Suzy ?

“Dia hanya melihat penghuni rumah sakit jiwa yang ada di keramaian,” dengan malas Donghae membalas tapi sedikitpun dia tidak menatap kearah Suzy ataupun mengubah ekspresi dingin yang membuat sebagian gadis yang di lewati mereka berbisik dengan mata berbinar seperti menemukan marzipan. Gila. Donghae disamakan dengan manisan, rutuk Suzy yang bahkan tidak mendengar alasan kenapa menurut Donghae, mengapa Zelo terus menoleh kearah belakang.

“Mereka berpencar ? kemana pria itu ? Apa dia mau ke toilet ?” Suzy berkata panic setelah dia berpaling untuk menatap lurus kedepan –Zelo sudah pergi kearah kanan sedangkan Suzy palsu itu diam diposisinya.

“Bersikap wajar saat kita akan melewatinya.”

Suzy patuh dengan perintah Donghae. Dia bersikeras dan memaksa sikap wanitanya tidak muncul –Suzy menyembunyikan rasa penasaran dan juga tatapan sadis saat langkahnya kian dekat dengan wanita itu. Pelan, santai, dan biasa saja, intruksi Suzy pada dirinya sendiri. Jarak Suzy dengan seorang yang menyamar sebagai dirinya hanya berjarak dua langkah lagi, tapi diluar dugaan wanita yang menyerupainya menoleh kebelakang seperti gerakan lambat bagi Suzy sendiri.

Mata Suzy seketika membulat dan sikap wanitanya timbul setelah melihat rambut wanita itu tergerai bersama hembusan angin seperti menanti untuk ditarik oleh Suzy. Tenang, tenang, tenang, berulang kali Suzy menghembuskan napas dan mengontrol monster yang akan menikam mangsa saat melihat wanita itu bahkan tersenyum kearahnya –Donghae yang menyadari perbedaan Suzy saat gadis itu semakin menggenggam erat ujung jasnya bahkan wajah Suzy sangat mengerikan saat ini.

“Kau harus mengendalikan diri,” Donghae mengingatkan.

Bersama hembusan angina singkat, akhirnya mereka telah melewati wanita itu. Keduanya memutuskan untuk tidak sedikitpun menggerakkan kepalanya kebelakang walaupun hanya sekilas untuk melihat kerarah Suzy yang palsu, tapi setidaknya telinga mereka mendengar suara Zelo dan Suzy juga Zelo mulai pergi untuk memulai kencan mereka.

‘Ah, pria itu gila, jika dia tahu seberapa buruk mungkin wajah dibalik seorang yang menyerupaiku, dia pasti akan menyesal atau mungkin pria bodoh itu sedang berkencan dengan ahjumma buruk rupa disaat mereka seharusnya memikirkan masa depan Seoul ? Bodoh dan gila.’ Pikir Suzy dengan menyunggingkan senyum.

“Kau berpikir mereka berkencan bukan ?” Donghae berkata seperti bisa membaca pikiran Suzy. Gadis itu hanya bisa tersenyum kaku.

“Pria tadi namanya Zelo, adik dari seorang detektif yang menangani kasus pemberontakan ini.” Pria itu mulai menjelaskan dengan perlahan sembari menaruh tangan di sakunya. “Lalu apa gunanya pengintaian yang hampir seminggu ini kita lakukan, jika kau sendiri tidak bisa membedakan bagaimana tatapan pria itu kepada gadis pintar yang sempat di sandera oleh mereka dengan tatapan biasa kepada orang yang menyerupaimu,” Donghae menjelaskan dengan sedikit tertawa.

“Bagaimana ahjussi bisa tahu semuanya ? Ahjussi bisa membaca mimik wajah orang ?” Suzy bertanya kikuk walaupun sebagian dari dirinya sedikit khawatir kalau Donghae telah berhasil membaca seluruh pikiran yang ada di atas kepalanya saat ini.

“Bahkan aku tahu kalau kau mulai menyukai pria itu semenjak pengintaian di hari ketiga kita. Kau terpesona saat dia bisa memanah dengan mahir, bukan ?” Donghae mencibir.

Suzy merasakan wajahnya kian memanas dan dia bisa langsung memastikan kalau wajahnya sudah merah padam. “Itu tidak benar,” Suzy tertawa pahit berusaha dengan kuat untuk menutup malunya di detik ini juga.

“Kau masih muda, carilah pria lain. Aku hanya memberitahumu, kalau pria itu terlibat cinta segitiga,” Jelas singkat Donghae dengan balasan tatapan tidak percaya dari Suzy.

***

“Ne, Paman. Sandara noona sekarang bersamaku. Ne, kami akan membawanya ke kantor kepolisian nanti.” Jiyong memutuskan hubungan telponnya. Pria itu kini berada di sebuah festival karena Zelo terus merengek untuk mencicipi festival musim semi di Korea. Zelo bahkan beralasan kalau dia sebentar lagi akan kembali ke Hokkaido jadi dengan setengah hati Jiyong memperbolehkan mereka untuk bersantai sejenak, setidaknya hanya satu hari.

Namun, setelah Jiyong menerima nasihat dari Pamannya tadi, dia sempat mengutuk dirinya karena walaupun sehari ataupun beberapa jam, kondisi saat ini sangat tidak tepat untuk di pakai bersantai bahkan Chaerin hingga kini masih mengurung dirinya di rumah karena masih sulit untuk menghapus memori terakhir saat gadis itu menemukan ayahnya yang di siksa, terlebih pihak kepolisian tidak terlalu serius dalam menangani keberadaan ayah Chaerin.

“Ada apa ?” Sandara bertanya dengan antusias.

“Ada seseorang yang kita kenal dicurigai salah satu sebagai anggota pemberontak.” Jiyong berkata dengan suara kecil dengan menghamburkan matanya kesekeliling tempat.

“Siapa orangnya ?”

Jiyong baru akan membuka suara namun mulutnya kembali terkantup dan dia memalingkan wajahnya dengan gusar –sedikit menjauh dari jaraknya dengan Sandara.

“Hey, Hyung !” Teriak Zelo melengking di tengah keramaian tempat berteduh mereka –dibawah pohon rindang. “Ini minumanmu,” pria itu menyodorkan minuman dingin kearah Jiyong, tapi Jiyong menatapnya seperti matanya menyorotkan pesan untuk dibaca oleh Zelo.

Zelo hanya termenung. Dia berusaha keras membaca apa maksud Jiyong dan saat Jiyong sekilas merunduk ke bawah, Zelo mengikuti arah mata Jiyong. Mata-mata. Pesan Jiyong dari tulisan yang di tunjukan tanpa jejak oleh Jiyong dibangku mereka, bisa Zelo baca.

“Kita harus pulang sekarang tapi sebelumnya kalian mau menemaniku menemui Hyungku, kan ?” Zelo berkata cepat dengan nada serius. Lengannya dengan sigap menarik pergelangan Sandara hingga mendapatkan tatapan elang dari Jiyong.

“Tapi, ada yang ingin Jiyong katakan padaku,” Sandara menarik paksa pergelangannya. Gadis itu menatap Jiyong dengan tatapan menyelidik walau Zelo terus memanggil dan menariknya lagi.

“I-itu….itu hanya….hanya…” Jiyong terlalu gugup untuk membalas saat dia mendapati tatapan dan wajah Sandara dari pantulan sinar matahari justru semakin membuat Jiyong membeku melihat pemandangan yang indah. “Kau terlihat cantik, Dara.” Sambung Jiyong tanpa berkedip. Ketiga orang itu hanya menatap Jiyong tak percaya saat Jiyong memanggil Sandara tanpa sebutan noona dan lagi dia terlalu jujur untuk memperlihatkan kekagumannya.

“Noona sudah mendengar apa yang Hyung ingin katakan kan ? Kalau begitu sekarang kita pergi.” Zelo yang pertama kali sadar dari keadaan gila ini. Jiyong masih menatap Sandara seperti baru melihat peri, sedangkan Suzy dan Sandara hanya dibuat tertegun tak bergerak sedikitpun.

‘Kwon Jiyong, cari mati’ gumam Zelo dalam hati. Walaupun Jiyong berusia lebih tua darinya terlebih dia juga orang dihormati oleh Zelo, tapi jika itu berurusan dengan orang yang dia suka, semua tidak akan mempengaruhi sama sekali. Zelo memang sudah sedikit menyadari kalau Jiyong menaruh hati pada Sandara walaupun Jiyong berusaha keras menutupi atau bahkan bilang tidak menyukainya, nyatanya Zelo tahu apa yang dirasakan Jiyong sesungguhnya dan itu membuat dia kurang nyaman.

“Kau menyukainya, Hyung ?”

“Ti-tidak, apa maksudmu dengan pembicaraan ini ?”

“Tidak ada maksud sama sekali hanya saja aku memperingatimu agar tidak melirik Noona sedikitpun.”

“Jadi kau menyukainya, Zelo ?”

“Aku menyukainya, bahkan sangat-sangat menyukainya. Jika kau juga menyukainya maka kita harus bermusuhan.”

“Kau bercanda. Dasar bodoh,”

“Tidak sepenuhnya bercanda,”

Pembicaraan singkat dengan Jiyong tiba-tiba terngiang oleh Zelo. Pria itu berjalan semakin cepat menyusuri trotoar jalan meskipun berulang kali dia menabrak orang yang berpapasan dengannya. Zelo terlalu kesal dengan Jiyong, dan apa jadinya nanti jika Sandara juga menaruh hati dengan mudah saat Jiyong memperlihatkan kekagumannya langsung kepada gadis itu.

“A-Aku akan menyusul Zelo.” Suzy mengusap belakang lehernya dengan gugup –berusaha membuat kedua orang dihadapannya sadar dengan dunia saat ini. Batin Suzy bahkan sudah tertawa terlebih dahulu saat menyaksikan cinta anak muda –Sandara memang hampir berusia dengannya tapi gadis itu lebih beruntung karena memiliki wajah seperti remaja, jadi walaupun oranglain melihat cinta segitiga Antara Zelo–Sandara–Jiyong mereka hanya beranggapan cinta ala anak muda.

Suzy berlari mengejar Zelo yang terlihat tidak suka saat Jiyong mengatakan hal itu kepada Sandara. Jika mereka tahu siapa dia sebenarnya, mungkin dia akan langsung melepas topeng dengan memperlihat wajah aslinya dan memperkenalkan diri dengan nama Yoon Na Rae –salah satu dari anggota yang di incar kepolisan –dengan sangat bangga. Tapi Na Rae masih patuh untuk menutup identitas aslinya terkecuali kalau bosnya –Ha Ji Won, menyuruhnya dengan melakukan komunikasi melalui alat yang terpasang di belakang gigi gerahamnya.

“Zelo, ayolah jangan kekanakan seperti ini.” Suzy menarik ujung kemeja Zelo dengan napas terengah setelah berhasil mengejarnya.

“Urusi urusanmu sendiri, bodoh !”

Suzy tersentak mendegar Zelo memakinya dengan kata-kata bahkan suara keras yang tidak pernah sekalipun dia dengar –Sandara nyatanya bisa membuat perubahan drastis pada siapapun, termasuk Jiyong seorang detektif muda yang tadi kelihatan bodoh dan sekarang Zelo yang lembut menjadi kasar. Gadis itu tertawa dalam hati melihat kekonyolah –semuanya seperti hidup di drama.

“Ka-kau membentakku ?” Gadis itu memulai aktingnya dengan memperlihatkan suara bergetar sembari merunduk dalam.

Sesuai dugaan. Zelo berjalan menghampirinya dan dia tersenyum karena perannya sangat hebat, mungkin dia juga patut dikatakan aktris. “Bicara sekarang. Siapa kau sebenarnya ? Dan mana Suzy yang asli ?” Ada nada ancaman dari kata-kata dingin nan tajam dari Zelo bahkan Suzy hanya mampu meringis saat Zelo memegang pergelangannya dengan erat.

“Kau sudah tahu ? Sangat lama ternyata untuk membuat kalian sadar siapa aku sebenarnya. Namaku Yoon Na Rae.” Gadis itu tersenyum sinis dengan mengulurkan lengannya tanpa merasa bersalah –tatapan keduanya kini sama-sama sengit –seperti perang, baru akan dimulai.

Tatapan gadis bernama Yoon Na Rae semakin tajam walau berulang kali Zelo memalingkan matanya untuk mencari Jiyong dan Sandara tapi setelah dia kembali memalingkan wajahnya kedepan Na Rae, gadis itu tidak sedikitpun merubah raut wajah membunuh.

“Kau tidak mau lari, anak kecil ? Biar aku pastikan kalau di detik ini, orang-orangku akan membunuhmu tanpa je––” Na Rae langsung tersungkur secara perlahan saat satu lontaran perluru yang diikuti lontaran selanjutnya menebus tepat di jantungnya hingga darah Na Rae meninggalkan bercak dikemeja juga wajah Zelo.

Zelo hanya membulatkan matanya dan sedikit ketakutan saat Na Rae yang telah jatuh ketanah mencoba menggapai lengan Zelo dengan mata memohon dan tubuh penuh dengan darah. Pria itu mungkin panik juga sulit meresap dengan benar bahwa apa yang dilihatnya bukan mimpi, tetapi dia masih mencoba membantu Na Rae bangun bersama ekor matanya yang melihat posisi seorang penembak jitu yang hanya sekali tembak dengan jarak cukup jauh berlasil menembus jantung Na Rae. Zelo juga menduga jika penembak itu berada diatap salah satu gedung pencakar langit itu.

“K-kau meman-faatkan-ku….” Kata terakhir Na Rae bersama muntahan darah dari mulutnya berhasil membuat mengerutkan kening dan menunggu kata selanjutnya, tapi nyatanya gadis itu sudah meninggal sebelum dia membenarkan apa yang sebenarnya terjadi. Na Rae bahkan seperti berkomunikasi dengan seseorang –yang jelas bukan dengan Zelo.

Zelo merasakan napasnya tercekik terlebih kerumunan orang yang tiba-tiba hadir membuat suasana semakin bising. Beberapa pengemudi dan juga polisi yang berada tak jauh dari lokasi festival –tepat di seberang tempat Zelo berada langsung menghambur untuk melihat sedangkan pihak kepolisian yang berada disana mengamani dengan garis polisi.

Rasa keingintahuan Zelo terlanjur membuncang hingga akhirnya dia menarik topeng kulit yang terlihat di dekat leher Na Rae untuk memastikan kebenaran. Nyatanya semua memang benar, bahwa selama ini Zelo dan yang lain telah tertipu dengan salah satu pemberontak.

Gadis itu bukan Suzy.

Dia anggota dari para pemberontak.

Tato dilehernya menjelaskan dengan pasti.

Sebuah tanda bulan sabit di dalam segi enam. Sebuah tanda dari sekumpulan orang yang menginginkan kehancuran Korea Selatan!

 


To Be Continue..


 

 Akhirnya beres juga part ini, kayaknya ini lebih panjang yang dibanding part-part sebelumnya. Ah iya pertanyaan kalian yang kemarin sudah Saya jawab yah, jadi yang merasa kemarin gak ngerti ini itu mudah-mudahan jadi ngerti dari jawaban Saya 🙂
Satu lagi, kayaknya ff ini tinggal dua part lagi dan epilog. Hem, rada gimana gitu ngerjaian ff yang serius jadi pengen cepet nyelesain dan cari hiburan buat comedy lol

 

 <<back next>>

24 thoughts on “Showdown [Part 8] : WAR OF SOUTH KOREA

  1. omo, zelo oppa udh tau kalo suzy unnie yg selalu dideketnya itu suzy yg palsu. Sejak kapan zelo oppa tau? iyaaa, na rae unnie cuma dimanfaatin sama ji won unnie😣

Leave a comment