Dear Love [Chapter. 9]

dl2

Dear love

By: Princess WG

Hello ~~~~ Ini jeni.. pengen nge-share cerita yang mungkin baru mungkin loh yaah.. hehe mungkin para readers udah pernah baca.. Karena suka sama cerita ini jadi Jeni ngubah cast (hanya cast, keaslian cerita tidak diubah) cast aslinya ke cast daragon.. Sebenernya udah ngubek-ngubek buat cari si Princess WG ini tapi ga ketemu sama akun resminya dia. Jadi buat princess WG kalo misalnya ngeliat cerita / ff  ini, saya Jeni minta izin yah buat ngerepost ceritanya dan ngubah castnya.. Terima kasih.. Cerita ini sepenuhnya milik Princess WG bukan punya Jeni loh yah.. Thanks! *bow

Cast : Sandara Park
Kwon Jiyong
Jessica Jung
Kim Jaejoong
and Find out for yourself ^.^

“Terserah bagaimana Kamu mau membenciku, tapi sedikitpun aku tidak mau menyakitimu. Aku juga tidak mau Kamu menyakiti Jaejoong. Aku tahu Kamu akan memutusinya demi Jiyong, maka aku bertekad mencegah semua itu dengan cara..”

”CUKUP!!”

Dara dan Jessica sama-sama terlonjak kaget mendengar suara itu. Mereka kontan menoleh ke arah pintu kelas yang ternyata sejak tadi sudah terbuka. Jaejoong berdiri di sana. Wajah tampannya menampakkan rasa sakit dan marah yang memuncak di saat bersamaan. Ia menatap mereka satu persatu dengan mata memerah, nafasnya memburu seolah-olah ia ingin melampiaskan kemarahannya dengan apapun yang ada di dekatnya sekarang. Tangannya mengepal keras.

“Jaejoong…” Jessica bergidik ngeri,

“Percakapan tadi…. aku… aku dan Dara cuma…”

“Diam!! Aku sudah cukup mendengar semuanya….”

“Jaejoong, dengarkan aku…”

“Kamu juga diam, Dara!!!”

Dara terpaku di tempatnya, tak berkutik. Baru kali ini ia melihat Jaejoong marah besar. Cowo itu seolah-olah menjelma menjadi orang asing yang tidak dikenalnya. Tiba-tiba Jaejoong menatap Dara tajam,

“Tolong tinggalkan kami, Dara.”

Jessica menoleh pada Dara, berharap ia tidak menuruti perintah Jaejoong.

“Tolong, Dara…. aku mohon tinggalkan kami berdua sekarang.”

Dara menunduk tidak berdaya,

“Baik.”

Ia tidak menghiraukan wajah Jessica yang pucat pasi menatapnya. Dara berjalan lunglai meninggalkan kelas kosong itu, meninggalkan kedua sahabatnya di dalam sana. Sebenarnya ia ingin berusaha menyakinkan Jaejoong kalau apa yang baru saja didengarnya tidaklah seburuk perkiraannya, tapi tampaknya semua itu sudah tidak ada gunanya. Jaejoong sudah tahu semuanya, dan Jessica terpaksa menghadapinya seorang diri. Dara tidak tega, tapi apa yang bisa ia perbuat?

Aku ingin mencegah Jaejoong sakit hati, tapi ternyata tanpa kucegah pun ia sudah sakit hati. Bahkan lebih dalam…. Tiba-tiba saja ia dihantui rasa bersalah. Apakah semua ini salahku? Seandainya aku tidak mencampuri hubungan Jessica dan Jiyong, apakah semua ini mungkin saja tidak akan terjadi?

Ia ragu, kalau ia tidak pacaran dengan Jiyong, Jessica akan mendapatkan cowo itu dan menyakiti Jaejoong. Tapi nyatanya setelah Jessica kehilangan Jiyong pun, Jaejoong tetap saja harus sakit hati karena mendengar pertengkaran mereka tadi. Bahkan mngkin sakit hati yang dideritanya jauh lebih dalam….

Dara merasa sekujur tubuhnya kaku, ia tidak lagi bergairah mengikuti acara sekolahnya itu. Gerombolan orang yang memadati sudut panggung, orang-orang penjaga stand yang sibuk, murid-murid yang asik memberi dukungan pada calon ketua pilihan mereka…… kepala Dara rasanya mau pecah. Ia mau pulang saja. Peristiwa barusan memang membuat Dara pulang sekolah lebih awal.

Dalam perjalanan pulangnya Dara baru sadar hari ini tanggal 14 Februari, hari Valentine. Seharusnya menjadi hari yang istimewa. Setiap tahun ia selalu tukeran coklat dengan Jessica tapi sekarang jangankan coklat, tukeran senyum pun rasanya sudah sangat tidak mungkin. Dara pulang ke rumahnya dengan gontai. Ia tidak menghiraukan pertanyaan Papa kenapa ia pulang lebih awal, ia langsung masuk ke kamar tanpa basa-basi.

Kira-kira apa yang terjadi pada Jessica dan Jaejoong? Aku benar-benar tidak mau mereka putus, Jaejoong pasti akan sedih sekali..

Tiba-tiba HPnya bergetar. Dara mengamati layar HPnya, nama Jiyong (“,)  berkedip-kedip di sana.

Lagi-lagi dia….

“Halo?”

“Halo, Dara. Selamat hari valentine ya…”

“Telat, ini sudah jam 11 siang. Seharusnya Kamu ucapin dari jam 12 malam kemarin.”

“Loh? Bukannya kemaren aku ke rumahmu tengah malam? Kamu lupa, itu berarti sudah tanggal 14. Akulah orang pertama yang memberimu ciuman mesraaaaa……HAHAHAHA.” Jiyong tertawa terbahak-bahak,

“Maunya sih cium di bibir….…”

“Dasar maniak!” Tapi diam-diam Dara tersenyum. Benar juga, kemarin malam saat Jiyong datang ke rumahnya itu sebenarnya sudah tanggal 14. Jiyong sudah memberinya satu ciuman di kening.

“Hari ini aku dapat coklat tidak?”

Dara baru ingat ia sama sekali tidak menyiapkan coklat atau hadiah apapun untuk Jiyong di hari Valentine ini. Cepat-cepat ia mengingat isi kulkasnya, apa masih ada coklat yang tersisa? Oh ya, masih ada!

“Ada… ada…. nanti kukasih deh.”

“Wah asik!!!!” Jiyong bersorak girang di sana,

“Hey, Kamu mau aku melakukan apa untukmu di hari valentine ini? Nanti aku akan memenuhi semua kemauanmu.”

“Hm…. aku mau…” Dara berpikir sebentar,

“Aku mau dikasih mawar, tapi kali ini jangan yang sudah hampir layu!”

”Lalu?”

”Lalu…..aku mau liat matahari terbenam.”

Jiyong terkekeh,

“Oke….oke…lalu?”

”Hm….lalu….lalu apa ya?” Tiba-tiba Dara teringat sesuatu,

 “Oh ya, Jiyong, itu…hm…”

”Ada apa?”

”Hutang ayahmu itu….apa sudah dilunasi?”

Jiyong tidak bersuara. Dara harus menunggu sebentar sampai terdengar suara Jiyong menjawabnya dengan mantap ,

“Sudah beres, Kamu jangan khawatir.”

“Bagaimana caranya?”

”Aku pinjam pada seseorang.”

“Oh begitu….syukurlah.”

“………………..” <sunyi>

“Jiyong..”

“Ya?”

“Apa Kamu hari ini benar-benar pergi ke taman itu?”

“Tentu, aku kan sudah bilang, hari ini Kamu sekolah jadi aku pasti akan merindukanmu. Makanya aku pergi ke sana.”

“Tapi sekarang aku sudah pulang sekolah. Hari ini cuma ada classmeeting.”

“Oh…..asik dong?”

“Iya.” Dara mengigit bibirnya, ragu-ragu sejenak.

“Jadi aku hari ini gak ada kerjaan…..”

“Memangnya teman-temanmu tidak ada acara? Biasanya kan anak sekolahan paling getol *gangerti bahasa gaul ini kayaknya hahaha* rayain Valentine. Hari keramat katanya!”

“Tidak juga, hari ini aku benar-benar tidak ada acara.” Dara menegaskan kalimat terakhirnya. Hatinya dongkol karena Jiyong tidak mengerti juga,

“Kamu dengar? Aku tidak ada acara.”

“Terus gimana dong? Bete banget kalo di rumah.”

“Yaaa…..mau gimana lagi…”

“Pergi ke taman itu lagi yo!”

Akhirnya…….. dari tadi kek!

“Kamu mau liat matahari terbenam kan? Kita ke danau itu lagi ya! Nanti aku akan membelikan mawar yang masih mekar-mekar untukmu!”

“Hm…ya sudah, terserah deh. Kita ketemuan di sana aja ya, jam setengah lima.” Jawab Dara sok cool.

“Oke.”

Dara mematikan HP-nya. Diam beberapa detik, kemudian tertawa terkikik-kikik. Hatinya girang bukan main.

———-

Jam 3….

Dara mengobrak-abrik seisi lemari bajunya, panik mencari baju yang paling pas untuk menemui Jiyong nanti. Padahal sebelumnya ia tidak pernah peduli, jangankan memusingkan soal baju apa yang harus dipakai…..soal pergi kemana pun ia tidak pernah peduli. Tapi kenapa sekarang ia mau repot-repot berdandan yang rapi untuk Jiyong? Dan kenapa juga ia ingin sekali Jiyong mengajaknya pergi ke tempat itu lagi? Dara berkaca, tersenyum-senyum sendiri melihat dirinya mencoba-coba baju. Setelah mendapat baju yang paling pas (butuh setengah jam untuk menyakinkan dirinya sendiri), ia cepat-cepat lari ke dalam kamar mandinya. Harus cepat-cepat mandi, aku tidak boleh terlambat!

“Duuhh, anak Papa rapi amat. Mau ke mana?” Papa meletakkan koran sorenya saat ia melihat Dara turun dari tangga.

“Mau pergi sama teman.”

“Sama Bom dan Chaerin ya? Pasti mau ke mal, mentang-mentang hari Valentine” Papa tersenyum lagi.

“Bukan.”

“Sama Jessica?”

“Bukan.” Dara tersenyum manis.

“Lalu?”

“Sama pacar aku, namanya Jiyong, Pa. Kapan-kapan aku suruh ke sini ya, nanti aku kenalin.”

Papa langsung diam tak bergeming. Wajahnya yang cerah tiba-tiba saja berubah masam. Ia bangkit berdiri dari sofa empuknya dan datang menghampiri Dara. Entah apa yang harus ia katakan pada putrinya itu.

“Dara, kamu masih berhubungan dengan anak bernama Jiyong itu?”

“Memangnya kenapa, Pa?”

“Papa…..”

”Pa, ada apa? Kenapa bingung begitu? Bukankah Papa sudah tahu? Itu loh….cowo yang waktu itu anterin aku pulang.”

“Iya, Papa tahu. Papa sudah tanya Chaerin, malam itu… kamu tidak menginap di rumah

Chaerin kan?”

Dara tersentak kaget, merasa malu karena Papa sudah tahu semuanya tapi tetap diam. Dara benar-benar merasa bersalah sudah membohonginya.

“Papa tidak bermaksud menyelidikimu. Papa tahu kamu anak yang baik, meskipun kamu membohongi Papa nginap di rumah Chaerin padahal kamu nginap di tempat lain… Papa tetap percaya sama kamu. Papa yakin kamu tidak melakukan hal yang buruk malam itu. Tapi anak yang bernama Jiyong itu…..” Papa menatapnya, berharap putrinya bisa tabah saat menerima semua penjelasDaraya. Bagaimanapun juga ia harus tahu.

“Ada yang tidak beres dengannya. Papa mau kamu berhenti menemui dia.”

“Kenapa?”

“Dia itu bukan anak baik-baik.”

“Iya, aku tahu. Tapi dia sebenarnya baik, Papa harus mencoba mengenalnya dulu.”

“Papa sudah coba mengenalnya, Dara. Kemarin malam…. Papa datang ke rumahnya.”

“A….apa?” Dara semakin tidak mengerti,

“Kenapa tidak bilang-bilang aku?”

“Papa tahu mungkin ini kedengarannya konyol, tapi Papa melakukan semua ini karena tidak mau melihatmu terluka. Sejak kamu berhubungan dengan anak bernama Jiyong itu,

kamu tiba-tiba saja berubah menjadi sosok lain yang tidak bisa dimengerti. Seolah-olah kamu menyimpan banyak rahasia dari Papa. Kamu jadi suka pulang malam, bahkan tidak jelas menginap di mana. Bahkan wajahmu pernah terluka.”

“Pa, wajahku itu..”

“Jatuh di tangga dan membentur tiang? Ayo lah, Dara…. Papa tidak sebodoh itu. Luka itu karena perkelahian kan”

Dara menunduk diam.

“Maafkan Papa, Dara, tapi kemarin itu Papa datang ke rumah Jiyong hanya untuk menemuinya dan berbicara dengannya. Mungkin saja dia memang anak yang baik, mungkin saja Papa yang salah. Tapi waktu itu dia tidak ada di rumah, yang ada justru ayahnya.”

Dara mendengarnya baik-baik. Ia merasa tidak enak, seolah-olah sesuatu yang buruk telah terjadi. Tapi apa?

“Ayahnya menceritakan semua masa lalu Jiyong, tidak ada satupun yang bisa dibanggakan.”

“Maksud Papa?”

Papa memegang kedua pundak Dara erat-erat, seakan-akan itu bisa menguatkan putrinya,

“Papa juga tidak suka menyampaikan ini padamu, tapi kamu harus tahu semuanya sebelum kamu semakin disakiti nantinya. Dara, anak itu menjalin hubungan denganmu hanya karena ingin memanfaatkanmu. Memanfaatkan uangmu terutama….”

TBC ^.^v

Chapter : 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Makasih buat komennya, buat author cerita ini (Princess WG) seneng yah dengan komen kalian makasihhh ^_^v

dear love

46 thoughts on “Dear Love [Chapter. 9]

  1. Emang bnr dara apa yg dikatakan papa mu tntng jiyong tpi itu dlu sblm ji jatuh cinta sama kamu. Percaya lah dara ji bnr2 cinta sma kamu bkn karena uang. Please dara percaya sama ji.

Leave a comment