A Summer with Superman – Chapter 4

story by: Bludoki / twitter account

Link: Asianfanfics / Daragon-Hideout

Indo Trans : May Azalea

 

 

Chapter 4

“Aku bahagia untukmu”

Semuanya begitu cepat. Kata-kata itu tidak pernah hilang dari pikiranku sampai sekarang. Dua minggu berlalu tapi rasanya seperti lebih dari satu tahun lamanya. Seunghyun selalu di sampingku, setelah aku setuju untuk menjadi pacarnya. Menjemputku dari rumah hingga mengantarkanku kembali sepulang sekolah, Jiyong dan aku benar-benar menjadi jauh satu sama lain. Dan sesuatu dalam diriku benar-benar mati juga.


Aku tidak tahu mengapa ku biarkan keadaannya berakhir seperti ini, tapi mungkin untuk yang terbaik. Aku harus mulai tumbuh seperti yang orang-orang sekitarku katakan. Aku harus memberikan Jiyong haknya untuk memilih, dan sayangnya bagiku, ia tidak pernah menolak Seunghyun yang mengambil posisinya di hidupku. Dan itu benar-benar menghancurkanku, berpikir bahwa selama ini, aku bukan apa-apa melainkan hanya sebuah tanggung jawab untuknya, dan dia mungkin bisa bernapas lebih ringan sekarang karena seorang penganggu seperti ku akhirnya keluar dari hidupnya.

Tapi sekarang, saat dia berada di sampingku lagi, membuatku membatalkan apa yang telah ku putuskan, aku ingin dia kembali dalam hidupku lagi, aku ingin dia menyelamatkanku dari perasaan yang menyakitkan ketika hanya melihatnya dari jauh, aku ingin supermanku kembali. Andai saja aku bisa memutar waktu kembali, dan mengatakan padanya bagaimana perasaanku, mungkin aku tidak akan mati seperti ini, tidak merasa ada jarak yang jauh antara kami. Aku hanya ingin ia kembali.

“Di mana sepedamu?”
Aku bertanya, memecahkan keheningan saat kami berjalan pulang ke rumah. Seunghyun mempunyai sesuatu yang harus diurus terlebih dahulu dan ia meminta Jiyong untuk menemaniku pulang, dan seperti biasa, dia adalah orang yang sama dengan orang pendiam yang dingin yang ku tahu.

“Bannya bocor dan aku belum memperbaikinya.”
Aku mengangguk sebelum mengalihkan pandangan. Setelah beberapa saat, aku merasa tanganku terbungkus oleh sesuatu yang hangat, aku cepat-cepat melihat ke bawah hanya untuk melihatnya digenggam oleh tangannya. Aku melihat ke arahnya dan melihatnya menatap ke depan dengan ekspresi tenang di wajahnya. Segera ia menatapku dan ekspresi tenang di wajahnya berganti dengan wajah penasaran.

“Kenapa? Tidak bolehkah aku memegang sahabatku lagi karena dia sudah punya pacar?”
Ia bertanya, sementara aku hanya bisa menatapnya. Ia menatapku selama beberapa saat sebelum memandang ke depan lagi, senyum terbentuk di bibirnya saat kami melanjutkan perjalanan kami.

“Aku terbiasa menggenggammu seperti ini ketika kita masih kecil. Kau cenderung lupa arah meskipun kita melewati jalan yang sama sehari-hari. Dan terkadang, aku menyesal membeli sepeda itu, karena aku tidak memiliki alasan untuk menggenggam tanganmu lagi. “

Mengapa ia mengatakan hal-hal itu? Aku terus menatap sisi wajahnya sampai aku merasakan tangannya mengeratkan genggamannya di tanganku, tidak bisa untuk tidak berpikir bahwa tanganku dengan sempurna sangat pas dengan miliknya, jika saja aku bisa menggenggamnya selamanya.

“Mengapa kau – …”

“Apakah kau akan marah jika aku pergi Dara? Apakah kau baik-baik jika aku tidak di sini lagi? Apakah dia akan cukup untuk membuatmu aman? “

Aku langsung menghentikan langkahku dan membuatnya berhenti juga. Alisku naik, kebingungan memenuhi pikiranku.

“Apa yang kau bicarakan Ji?”

Dia menatapku dengan rasa sakit yang jelas di matanya, tangannya meraihku dan aku merasakannya menyentuh pipiku dan membelainya, setelah beberapa saat aku melihatnya tersenyum tetapi terlihat jelas di matanya bahwa ia jauh dari kebahagiaan yang senyumnya itu gambarkan.

“Kami pindah Dara …”

Aku terus menatapnya, meraih tangannya yang berada di pipiku dan membawanya ke bawah.

“Pindah? Dimana? Kenapa? “

Pertanyaan-pertanyaan yang keluar begitu saja dari bibirku, takut mulai menghinggapiku ketika bayangan tidak melihatnya setiap hari memenuhi pikiranku. Kalau itu sebuah lelucon, itu benar-benar tidak lucu.

“Ayah dipromosikan dan ditugaskan ke salah satu perusahaan di luar negeri.”

Luar negeri? Lalu aku langsung merasa lemas setelah mendengar itu. Aku perlahan-lahan melepaskan tangannya saat aku menggeleng.

“Tidak. Kau tidak bisa. Kau bilang kau tidak akan pergi. Kau bilang kau akan tinggal bersamaku.”

Keegoisanku berlanjut lagi. Dia tidak berbicara, dia hanya menunduk dan meraih tanganku lagi dan meremasnya.

Jadi itu benar, tanganku yang lain dengan cepat menutupi mulutku. Aku merasa dadaku sesak dan gumpalan terasa terbentuk di tenggorokanku, aku ingin menangis tapi sebelum air mata bisa mengisi mataku, kami mendengar suara yang memanggil nama kami, aku membuang muka sementara Jiyong segera melepaskan tanganku saat ia melihat ke arah pemilik suara itu.

“Untung aku bisa menyusul kalian”

Aku segera mengalihkan pandanganku pada Seunghyun yang terengah-engah, ia tersenyum pada kami berdua, menepuk  bahu Jiyong sebelum pergi ke sampingku. Tatapanku mengarah ke Jiyong, yang mundur di belakang kami.

“Apa yang salah?”

Tangan Seunghyun membelai pipiku dan saat itulah aku tersentak kembali dari lamunanku. Aku tersenyum padanya dan menggelengkan kepala. Jadi, Jiyong belum bilang pada Seunghyun tentang hal itu.

“Tidak, aku hanya lelah.”

Dengan itu, aku merasa lengan Seunghyun merangkul pundakku saat kami mulai mengejar jejak langkah kami. Jiyong berada di belakang kami, sementara isi perutku melilit penuh dengan  rasa sakit, dan segera setelah kami tiba di rumah, aku segera lari ke dalam rumah kami bahkan tanpa melihat kembali pada Jiyong, aku mengunci diri di dalam kamarku dan di sana aku menangis, meredamkan tangis kerasku dengan membenamkan wajahku di bantal.

‘Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku?’

Kata-kata itu menggema di dalam pikiranku lagi dan lagi, aku merasa dikhianati untuk kedua kalinya. Dan kali ini, superman tidak akan berada di dekatku untuk menenangkan rasa sakit di dalam hatiku lagi. Dia berjanji ia akan tinggal, aku tidak pernah kurang untuk mengingatkannya untuk tidak meninggalkanku, namun ia masih akan pergi.

Aku terus menangis, mataku mungkin bengkak akibat terlalu banyak menangis, lapisan tempat tidurku sekarang mungkin basah kuyup tapi aku tidak peduli, aku bahkan tidak tahu berapa lama ia akan pergi, sehingga air mata ini tidak cukup untuk mengekspresikan kesedihan yang aku rasakan.

“Dara-ah … apa yang salah sayang? Mengapa kau menangis? Kau tidak turun untuk makan malam. Apa yang terjadi? “

Aku mendengar ibuku bertanya padaku sambil menarik selimut dari tubuhku, memperlihatkan sosokku yang berantakan, kondisi terlemahku. Itu lebih buruk daripada ketika Tam Tam diculik oleh para pengganggu kala itu.

Saat ia membelai punggungku dan menanyaiku tentang apa yang terjadi, aku melihat ke arahnya dan jelas terlihat kekhawatiran di wajahnya, itu semua adalah pertama kalinya aku menangis di di hadapannya karena aku hanya menangis di depan Jiyong dan tidak ada orang lain .

Aku segera duduk dan memeluk erat ibuku dalam tangisku yang berlanjut.

“Jiyong akan meninggalkanku. Dia berjanji tidak akan, tetapi dia akan pergi. Aku benci dia, mengapa dia harus berjanji padaku? Mengapa ia harus pergi, bu? “

Aku tidak bisa melihat diriku tanpanya setiap hari, karena meskipun Seunghyun ada di sana, aku selalu berakhir dengan melihat ke arah Jiyong, karena meskipun aku merasa aman dalam pelukan Seunghyun, aku masih perlu Jiyong untuk rasa damai yang kudambakan; segala sesuatu terasa begitu lengkap ketika Jiyong ada di sana.

“Dara-ah … seperti yang selalu aku katakan padamu, Jiyong tidak akan selalu di sekitarmu saat kau membutuhkannya, kau harus belajar bagaimana cara memberinya jalan untuk memilih sesuatu, dan kau sendiri juga harus melakukan itu atau jika tidak kau tidak akan menikmati urusan orang lain “

Tapi aku keras kepala dan aku benar-benar tidak ingin orang lain, Jiyong sudah cukup untuk membuatku bahagia. Tetapi tidak peduli berapa kali aku berkata itu untuk diriku sendiri, tetap saja tidak akan mengubah fakta bahwa ia masih akan meninggalkanku, dan janjinya akan tetap rusak.
.
.
.
.
.
.
Aku benar-benar menghindarinya setelah hari itu, dan itu lebih menambah rasa sakit di dalam hatiku ketika mengetahui bahwa Jiyong tidak akan berada di sini untuk semester berikutnya, keluarganya hanya akan tinggal sampai musim panas berakhir, dan mengetahui tentang itu, aku dengan kekanak-kanakan berharap sehari-hari akan menjadi musim panas, bahwa setahun penuh dan tahun-tahun mendatang akan hanya musim panas karena aku tidak ingin melihatnya pergi, aku tidak ingin bangun keesokan harinya tanpa melihatnya karena aku egois dan aku ingin dia tinggal.

Tadi malam aku bahkan meminjam buku adikku, aku membaca dongeng yang ibu baca beberapa malam yang lalu dan hatiku menangis saat berpikir aku lebih suka memilih untuk memiliki ibu peri kali ini, hanya agar dia bisa membuat supermanku tinggal dengan ku, tapi kemudian aku menyadari bahwa dongeng hanya fiksi, jauh dari kenyataan, seperti superman.

“Nona Park “

Nona Lee, penasihat kelas kami meminta perhatianku dan meminta untuk berbicara denganku lagi, apakah karena aku melamun di kelas kami lagi? Atau karena rok pendekku lagi?
Pikiranku sempat buyar ketika ia menempatkan kertas akrab di depan ku. Aku menunduk dan mataku melebar karena menyadari bahwa itu adalah lembaran rencana masa depan yang ia minta kami untuk mengisinya waktu itu.

“Semuanya hanya lelucon untukmu, iya kan Nona Park?”

Aku tidak menjawabnya dan terus menerus melihat kertas di depanku ketika senyum perlahan menghiasi bibirku saat melihat jawabanku.

Aku tidak tahu apa yang datang padaku saat mengisi jawaban konyol itu. Itu adalah siang yang panas, di hari ketika kita semua seharusnya mengerjakan lembaran itu  namun aku masih belum selesai mengerjakannya, dan ketika pandanganku beralih ke luar jendela, mencoba untuk mengumpulkan pikiranku tentang apa yang harus kutulis di dalamnya, tatapanku mendarat pada Jiyong yang sedang melakukan latihan fisik. Dia selalu sempurna dengan segala yang dilakukannya, dari musik, akademik sampai ke atletik. Dia benar-benar adalah superman, sehingga tanpa berpikir, aku menuliskan apa yang muncul dalam pikiranku setelah melihatnya. Dan sekarang ketika melihat hasilnya, aku hanya bisa tersenyum pada kekonyolanku itu.

“Lois Lane? Apa-apaan dengan Lois Lane, Nona Park? Kau selalu melakukan hal-hal yang selalu menimbulkan pertanyaan kepada kami para guru, kita tidak cukup untuk mendidikmu … ?”

Ceramahnya masih terus sementara pandanganku masih tertuju pada jawabanku. Apa yang salah dengan ingin menjadi Lois Lane? Superman membutuhkan wanita terpentingnya yang tak lain adalah  Lois Lane, tidak bolehkah aku ingin menjadi dia?

Segera, dia menyerah dari mewajibkanku untuk tumbuh, dan pada akhirnya dia hanya mengirimku kembali ke kelasku.

Aku kira memang ada tidak ada alasan bagiku untuk membela rencana itu, pada akhirnya Jiyong tidak akan berada di sini lagi.
.
.
.
.
.
.
“Apakah kau baik-baik saja?”

Suara Seunghyun membuyarkanku dari pikiranku yang mendalam. Hari ini Jiyong datang ke kelas hanya untuk mengucapkan selamat tinggal pada semua orang. Hanya satu hari lagi, satu hari lagi di musim panas ini dan aku tidak akan melihat wajah Jiyong lagi, tidak akan mendengar suaranya lagi, satu hari lagi sebelum musim panas yang kucintai akan berbeda dari setiap musim panas lain dari masa lalu , satu hari lagi dan superman tidak akan sini lagi.

Aku mendongak dan melihat ekspresi sedih di wajah Seunghyun, pikiranku langsung merasa khawatir dengan itu tetapi bahkan sebelum aku bisa bertanya kepadanya tentang hal itu, kedua tangannya datang menangkup wajahku.

“Mengapa kau tidak bisa hanya memberitahuku bahwa kau sedang menderita? Karena jika kau memberi tahuku, aku akan berhenti dari dulu. Aku terlalu egois Dara-ah … tapi melihatmu seperti ini membuat segala sesuatu menjadi salah walaupun memilikimu disisiku. “

Aku tidak mengerti dia, aku tidak tahu apa yang ia bicarakan sehingga yang dapat ku lakukan adalah mendengarkan, melihatnya sampai kulihat air mata mengalir di wajahnya, aku ingin meraih dan mengusapnya tapi ia menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak pernah mendengar darimu bahwa kau membalas cintaku namun aku masih tuli dan terus membabi buta dan menjagamu, melihat kalian berdua renggang, aku seperti seorang teman yang buruk telah melakukan hal ini, hanya karena aku mencintai seseorang yang mencintai orang lain. “

“Seunghyun-ah …”

Aku mulai, mataku mulai berair melihatnya seperti ini.

“Aku kira itu telah membuktikan bahwa kita tidak berarti apa-apa satu sama lain, tidak peduli bagaimana aku mencoba membuatmu melihatku, kau selalu berakhir dengan memandangnya, aku tidak bisa membuatmu tersenyum seperti caranya untukmu. Dan aku tidak bisa membuatmu mencintaiku karena jelas ia telah berada di hatimu bahkan sebelum aku melihatmu. “

Mataku melebar saat kenyataan memukulku. Dia tahu. Dia tahu bahwa aku diam-diam mencintai sahabatku. Hatiku tenggelam dalam rasa bersalah karena telah menyakitinya akibat keegoisan kecilku. Selama ini di matanya hanya ada aku sementara aku tidak pernah membalas tatapannya. Selama ini kita telah berada di situasi yang sama, dan aku tahu bagaimana sakit yang mungkin dia rasakan kini.

Aku merasa ibu jarinya mengusap pipiku, membuatku melihatnya.

“Jangan merasa buruk tentangku. Ini memang salahku sudah berada di antara kalian berdua. Dan aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri jika aku terus dibutakan dan tuli tentang hal-hal yang kalian berdua harus tahu dari satu sama lain.”

Dia perlahan-lahan melepaskan wajahku saat ia memegang pundakku.

“Dia mungkin masih belum terlalu jauh dari sini. Lakukan ini untukku dan pergi menyusulnya, aku hanya tidak ingin melihat mata sedih setiap kali aku melihatmu, dan aku hanya tidak ingin melihatmu dalam penyesalan ketika kau tidak mengatakan padanya perasaanmu yang sebenarnya Dara…”

Mataku melebar saat aku merasakan bibir lembut di dahiku. Ini adalah pertama kalinya dia memberikan ciuman yang membuatku terkejut. Dia menarik dirinya menjauh dan memberiku senyum sebelum berbalik ke belakangku dan membuatku menghadapi pintu kelas kami.

“Pergilah … Dara memberitahu supermanmu betapa kau mencintainya.”

Aku segera menatapnya kembali setelah mendengar itu. Bagaimana dia tahu tentang hal itu? Sebaliknya, ia hanya melempar senyum licik sebelum aku merasa diriku sedang didorong perlahan menuju pintu.

Air mata perlahan-lahan terbentuk di dalam pelupuk mata saat aku terus melihat senyum di wajahnya, dan setelah beberapa saat, bibirku perlahan-lahan melengkung, tersenyum juga.

“Terima kasih.”

Aku berbisik yang memperoleh anggukan darinya.

Tanpa berpikir dua kali aku memulai langkah pertamaku ke luar kelas kami sampai aku melihat diriku berjalan, menyeka air mata dengan lenganku saat aku berlari untuk kesempatan terakhir aku bisa melihat wajahnya. Benar, aku tidak ingin menyesali segalanya hanya karena sifat kekanak-kanakanku yang biasanya, untuk sekali ini aku ingin tumbuh dewasa dan melakukan sesuatu untuk diri ku sendiri dan itu termasuk mengatakan pada Jiyong apa yang benar-benar aku rasakan padanya sebelum terlambat.

Aku terengah-engah, keringat membasahi pakaianku, tetapi aku tidak berhenti berlari, dan ketika aku melihat sosoknya berjalan di sepanjang tepian sungai, jantungku mulai berpacu dan aku merasa diriku melayang meskipun aku berjalan jalan ke arahnya.

Untung dia tidak menggunakan sepedanya hari ini, beruntung lingkungan kami sedikit jauh dari sekolah kami, beruntung aku berlari mengejarnya.

Aku perlahan berhenti dari langkahku ketika aku hanya beberapa meter darinya, dan disana aku hanya melihatnya. Dia melihat ke arah sungai dan langkahnya lambat, dia mungkin tidak menyadari kehadiranku karena ia tidak berhenti.

Aku melihat sisi wajahnya, wajah yang pasti akan kurindukan untuk kutatap … dan hal berikutnya yang kutahu adalah berlari, aku menutup mata saat aku membuka kedua lengan dan mendekap dirinya dalam pelukan erat.

Mulutku setengah terbuka dan mata masih terpejam saat aku membenamkan wajahku di punggungnya. Punggung yang luas yang akan kurindukan dan kehangatan yang membawa kenyamanan dan menghapus setiap kekhawatiranku. Aku tidak bisa tidak menangisi isi hatiku hingga keluar.
Aku merasakan tangannya di lenganku, dengan itu aku terus mempererat pelukanku padanya lagi. Aku tidak peduli apakah aku akan menunda segala sesuatu, aku tidak peduli jika beberapa tulang rusuknya bisa patah tapi aku ingin menjadi egois hanya sampai saat itu. Hanya satu jam, satu menit atau hanya satu detik, aku hanya ingin merasakannya untuk terakhir kali.

“Dara …”

Dan hanya dengan begitu, perlahan pelukanku mengendur. Mengapa namaku benar-benar terdengar begitu indah setiap kali ia mengucapkannya? Suara beratnya yang serak, tidak bisakah aku mendengarkannya untuk selamanya?

Ia memegang lenganku saat aku merasa dia perlahan-lahan berbalik, aku terus menangis dengan kepala tertunduk. Untuk sementara keheningan menyelimuti kami hingga aku merasakan tangannya mengangkat daguku untuk menatapnya.

Aku perlahan-lahan membuka mata, pandanganku kabur karena air mataku tetapi tidak luput dari mataku untuk melihat senyum hangat di wajahnya, yang pasti menambah deru di dalam dadaku.

“Lihat dirimu … kau begitu basah kuyup. Apakah kau berlari ke sini? “

Aku mengangguk pada kata-katanya, ia benar-benar terdengar seperti seorang ayah, bukan sahabat, dengan itu dia tersenyum lagi. Oh Jiyong jangan pernah tersenyum seperti itu untuk setiap gadis yang akan kau temui di luar sana. Dia menyibak rambut yang berada di wajahku yang berkeringat, menyelipkannya ke belakang telingaku sebelum ia meletakkan tangannya di sisi wajahku.

“Aku perlu mengatakan sesuatu.”

Aku langsung mengatakan padanya, melihat antisipasi di wajahnya saat tatapannya tidak pernah gagal menjauh dariku. Bibirku terus bergetar dan aku menarik napas dalam-dalam untuk memfokuskan diriku, bibirku terbuka dan aku akan mengatakan kepadanya kata-kata tentang yang aku rasakan padanya sepanjang waktu ini tapi dipotong olehnya.

Aku merasa tangannya melingkar di pinggangku saat ia menarikku ke arahnya dan hal berikutnya yang kurasakan adalah bibirnya di bibirku. Ciuman pertamaku. Mataku langsung melebar ketika air mata terus mengalir dari ujungnya. Tubuhku menegang semua, lengan menggantung lemas di samping ku; bola mata coklatnya yang indah menatapku.

Tangan lainnya menangkup wajahku saat ia miring untuk memperdalam ciuman kami. Lengannya menarikku ke arahnya lagi yang membuatku tersentak dan ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk meluncurkan lidahnya ke dalam mulutku. Mataku tertutup begitu aku merasakan lidahnya bertemu dengan milikku, segalanya terasa begitu baru. Hatiku melayang karena perasaan yang luar biasa dari ciuman itu berikan padaku. Lenganku perlahan melingkar ke sisinya, dan mencengkeram erat punggungnya saat kami terus berbagi napas dalam ciuman, dengan hanya sungai sebagai saksi kami, hanya dengan detakan jantung kami yang terdengar.

Dia menarik keluar dari ciuman kami, meninggalkanku terengah-engah dan dalam keadaan linglung. Aku merasa dahinya bertemu denganku dan napas panasnya menggelitik bibirku saat kami berdua mengatur napas kami.

Aku perlahan-lahan membuka mata, pandanganku disambut oleh bola mata coklat yang masih menatapku. Cara hebat untuk mengalihkan perhatian ku, karena benar-benar selama waktu itu, kepalaku kosong dari semua pikiran tentang apapun, seolah-olah bibirnya tetap melekat padaku, aku tidak bisa lepas dari rasa ciuman kami sebelumnya.

“Aku tidak pernah meminta apapun darimu sampai saat ini.”

Dia mulai, ibu jarinya menyeka ujung bibirku.

“Yang sekarang kuminta padamu adalah untuk kau menungguku. Tidak peduli berapa lama itu, Aku ingin kau untuk menunggu. Aku akan datang kembali, dan setelah kukembali baru kau katakan padaku apa yang ingin kau katakan padaku.”

Aku melihat rahangnya menegang saat ia berhenti dari berbicara dan untuk pertama kalinya aku melihat air mata di dalam matanya, superman juga manusia.

Bahkan sebelum aku bisa berbicara kembali, ia telah menutup bibirku dengan bibirnya lagi. Dia mendekapku erat-erat sehingga aku bisa merasakan jantungnya berdebar begitu cepat di dadaku. Aku hanya bisa mematuhi kata-katanya, perasaanku masih tetap tersembunyi darinya dan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya, dengan ku, menunggu kedatangannya.

Keesokan harinya aku menerima telepon darinya. Dia berada di bandara dan jelas dia kecewa padaku karena tidak melihatnya pergi. Apa gunanya, ia berjanji untuk kembali, ku tidak ingin melihatnya mengucapkan selamat tinggal, selamat tinggal tidak ada artinya untuk kita berdua, kita masih akan bertemu, aku terus berkata pada diriku sendiri.

Tapi yang membuatku hampir berlari mengejarnya adalah ketika dia bilang dia punya TamTam.

“Asal kesepakatan kita jadi jelas bagimu, aku memegang TamTam sebagai tawanan, jadi jika kau ingin melihatnya lagi, kau harus menungguku.”

Aku tidak tahu dia punya sisi kekanak-kanakannya. Tanpa TamTam, tidak ada yang tersisa denganku. Sepanjang hari aku menangis, memanggil dan berteriak TamTam, kadang-kadang aku benci kecerdasan Jiyong itu. Dia benar-benar ingin aku menderita menunggunya.

Selama seminggu aku menangis seember air mata, Seunghyun bahkan Ji Hyo menemaniku ke sekolah dan selalu mengajakku keluar sehingga aku tidak akan merasa sendirian tapi setiap malam aku masih akan selalu berakhir dengan memikirkan Jiyong, apakah ia juga sedang memikirkan ku, apakah dia mengurus TamTam, apakah dia masih naik sepeda itu ke sekolah, apakah dia baik-baik saja tanpaku karena aku merasa seperti neraka tanpanya walau hanya seminggu berlalu.

.
.
.
.
.
“Jiyong … aku sangat merindukanmu … berapa banyak musim panas yang harus ku tunggu untuk kau datang kembali?”

Aku melihat daun terakhir dari pohon di samping jendela kamarku jatuh. Musim panas sudah berakhir dan begitu juga air mata yang jatuh dari mataku. Sampai sekarang dia belum menelepon atau mengabariku tentang bagaimana keadaannya, hanya kartu pos sederhana yang ku terima yang bertulisankan  ‘Take Care‘ di bagian belakangnya. Bijaksana, begitu bijaksananya dia, pikirku dengan sinis. Email sederhana pun akan cukup, tetapi tidak datang darinya, sementara aku menulis kepadanya hampir setiap hari, aku selalu tidur larut dan berdoa bahwa dia akan membalas suratku, dengan sabar aku menceritakannya segala sesuatu yang terjadi padaku setiap hari, bahkan dengan bangga mengatakan bahwa aku berhasil lolos masuk di universitas dambaanku tapi tidak ada, tidak ada balasan darinya melainkan hanya kartu-kartu pos yang semuanya bertuliskan hal yang sama.

Dan seperti hari-hari lain aku menunggu sesuatu darinya, aku melihat ke meja dan melihat kartu pos yang dikirim. Mataku melayang dalam kekecewaan untuk melihat bahwa sampai sekarang, dia masih sedingin biasanya.

Aku mendesah sebelum menyimpan kartu pos itu di dalam laci mejaku, menyambar tasku dari tempat tidur, Ji Hyo dan Seunghyun mengajakku untuk hang out lagi, aku melihat meja lagi dan menghela napas sekali lagi.

‘Bagaimana aku menunggu jika kau terus membuatku merasa bahwa aku tidak seharusnya menunggu?’

Kata-kata itu terus mengulang-ulang di dalam pikiran ku, perlahan-lahan membunuh harapan ku bahwa dia akan kembali, perlahan-lahan membunuh tekadku untuk menunggu. Perlahan-lahan mengurangi debaranhatiku setiap kali aku berpikir tentangnya.

 

TBC..

yang mau part 5????? kekeke >.< silahkan comment :p

udaaah kelar di translate loh dikit lagi hehehe~

50 thoughts on “A Summer with Superman – Chapter 4

  1. Waktu di bagian kissing itu lohh, yang pengeeeen banget jadiin FF ini sebagai Drama Korea… Biar bisa ngejutin applers, atau mungkin member member 2NE1 dan Big Bang, haahahahahaaa… Siapa yang setuju?????

  2. Aaaah, FF ini makin bikin aku pengen jadiin FF ini sebagai drama korea! Tentunya dengan bahasa korea juga..,
    #seretdaraeonniedanjiyongoppapluspemainlainnyabuatdrama
    Hahahhahahahahahaa

Leave a comment