[Drabble] Phobia

PHOBIA

Phobia

DRABBLE  Family – Fluff | G

Another Drabble :
Illusion | Obsession | Phobia | Fiction

Starring :
KWON JIYONG | PARK SANDARA | SONG MINHO

Disclaimer :
THIS IS MINE!


R/R [Read and Review]
HAPPY READING
©2014, vapanda



Deburan ombak mengalun seirama dengan kicau burung memasuki indera pendengarannya. Seketika tubuh Sandara menegang.

Aroma amis pantai mulai menyeruak di indera penciumannya bersama gelombang tipis yang mengenai kakinya. Disaat itu, kepala Sandara terasa berat dan hal terakhir yang dia ingat adalah seseorang memanggil namanya dengan teriakan panik.

“Dara-ssi!”

Penutup mata Sandara dibuka dan samar-samar Sandara mulai melihat keadaan sekeliling. Kerutan di dahi seorang yang berada tepat di depan matanya menyambut fokusnya lalu helaan nafas lembut menyapu wajahnya yang sekarang nampak pucat pasi.

“Dara-ssi, kau baik-baik saja?”

Sandara ingat, pria itu adalah Kwon Jiyong yang merupakan seorang teman dari sepupunya Song Minho. Sandara hanya menanggapi dengan senyum lemah hingga setelahnya semua terlihat gelap namun telinganya menangkap suara lain yang berteriak kencang.

“Hyung! Apa yang Kau lakukan!”

.
.

PHOBIA

.
.

“Noona yakin baik-baik saja?”

Sandara mengulas senyum sebagai balasan. Minho terdiam mengerti namun masih sedikit ragu untuk meninggalkan Sandara. Bagaimanapun, Minho lah yang diberikan amanat oleh Sanghyun selama mereka berada di Busan untuk menjaga Sandara terlebih selama liburan mereka, Jiyong lebih banyak menghabiskan waktu dengan Sandara dan yang terakhir Sandara di bawa ke
Heundae.

“Minho-ah, bisa kau bantu Aku menyiapkan makanan? Lagipula ada Jiyong oppa yang akan merawat Dara unnie.”

Hayi sekilas menatap kearah Jiyong –kakaknya. Gadis berkepang kuda itu menarik paksa lengan Minho untuk ditautkan dengan lengannya.

“Dara, maaf untuk kejadian tadi. Tidak seharusnya Aku membawamu ke Pantai.” Jiyong berkata dengan jelas memperlihatkan rasa bersalahnya.

“Tidak masalah. Jika Aku tahu kemana tepatnya Kau akan membawaku, Aku pasti akan menolak,” balas Sandara dengan tenang. Keadaannya sudah mulai membaik setelah dia pingsan di Pantai tadi.

“Sebenarnya … apa yang membuatmu takut dengan laut bahkan walaupun Kau hanya berada di bibir pantai? Apa ada hal yang perlu Aku tahu? Mungkin Aku bisa membantu menyembuhkannya.”

“Kalau begitu, bantulah Aku untuk menghilangkan rasa takutku pada laut.”

.
.

PHOBIA

.
.

“Tidak Jiyong! Aku takut!” Sandara berteriak nyaring dengan menggelengkan kepala berulang kali. Matanya tertutup rapat sedangkan kedua lengannya digunakan untuk menutup rapat kedua telinganya sendiri.

“Dara-ssi, Kau percaya padaku? Tolong berikan kepercayaanmu padaku mulai dari sekarang.” Jiyong memegang erat pergelangan tangan Sandara. Pria itu menghela nafas untuk berusaha bersikap tenang dan sewajarnya.

“Kau bisa mempercayaiku, Dara-ssi?”

Sandara menatap lekat manik mata Jiyong. Disana Sandara hanya melihat rasa percaya Jiyong dan juga ketenangan yang terpancar. Akhirnya dengan terpaksa, perlahan Sandara membiarkan telinganya mendengar suara merdu ombak pantai bersama pancaran panorama air laut yang terpantul cahaya mentari pagi.

“Aku mempercayaimu,” dengan itu Sandara mengeratkan pegangannya dibahu Jiyong untuk membiarkan Jiyong menggendongnya menyusuri bibir pantai.

Untuk pertama kalinya, Sandara memaksakan diri untuk berusaha melumpuhkan rasa takutnya yang berlebih. Sandara hanya mampu menyipitkan mata dengan ragu. Deru nafas lembutnya membuat leher Jiyong meremang. Rambut panjang ikal yang terurai bertebaran bersama hembusan angin pantai merupakan keindahan syahdu yang alami. Perlahan Sandara menarik
sudut bibirnya dengan senyuman kaku setelah Jiyong mengoloknya.

“Bagaimana mungkin gadis asal Busan yang tinggal dekat dengan pantai Heundae takut dengan laut, bukankah itu sangat langka?”

.
.

PHOBIA

.
.

Entah lewat berapa hari untuk Jiyong menghabiskan libur musim panasnya di Busan –tidak sesuai rencana –Jiyong baru ingat, mungkin seseorang di Seoul sana tengah mengkhawatirinya.
Pria itu masih berada di halaman rumah belakang Minho yang langsung memaparkan pemandangan laut yang mulai pasang.

“Hyung … kapan kau akan kembali ke Seoul?”

Minho datang dan langsung menepuk bahu Jiyong begitu menyadari pria itu hanya menatap kosong tanpa adanya kehidupan di kedua manik mata coklat Jiyong.

“Dia menunggu kedatangaku, Minho. Tapi mungkinkah Aku masih mencintainya saat Aku merasa bahwa ruang kosong yang lalu sudah diisi oleh oranglain?” Jawab Jiyong gelisah. Matanya terpejam. Deru nafasnya melembut hingga akhirnya disinilah dia. Berdiri pada persimpangan jalan yang harus dengan segera dia pilih.

Keduanya membisu. Alunan melodi senja sesekali ikut meramaikan. Tapi jauh disana, tanpa salah satu dari Minho ataupun Jiyong tahu, Sandara berdiri kaku mendengar setiap untaian kata putus asa dari Jiyong. Kini yang Sandara tahu adalah Jiyong –pria yang mulai singgah tanpa sepengetahuannya telah memiliki seorang lain dihatinya sebelum bertemu dengan Sandara. Krystal matanya jatuh dengan lembut. Sandara tidak harus untuk egois sekarang. Mungkin kedatangan Jiyong hanya di turunkan oleh Tuhan sebagai penyembuh phobia nya, bukan untuk penenang jiwanya secara utuh.

.
.

PHOBIA

.
.

Dia meringis hingga sampai terlewat kesal hanya mampu memukul udara kosong lalu membuang muka dengan gusar. Gelombang tipis laut menyapu bagian kaki bawahnya tapi itu tidak dapat berbuat banyak hingga bisa membuatnya terjatuh.

Surai panjangnya menari bersama angin pantai yang menyejukkan. Sama halnya dengan kicauan burung diatas kepalanya, dia terus tertawa tanpa henti dan tidak dapat berhenti terpukau dengan insan berbentuk sempurna di depan matanya.

Hanya tersenyum, pria itu seolah berhasil membuat pelangi dengan cepat.

Tidak pernah sedikitpun untuk dia mendapatkan kebahagian yang terlewat lebih untuknya, tapi … takdir menerangkan bahwa pria itu adalah miliknya sekarang.

Kemarin adalah lembaran usang di kehidupannya dan seiring berjalannya waktu dia mampu menata hidupnya kembali tanpa kehadiran pria yang dia cintai, namun siapa bisa menebak jalan Tuhan? Nyatanya, sekarang didetik ini, dia berhasil mendapatkan kebahagiaan yang sebelumnya dianggap telah lenyap.

Dia adalah Dara yang telah memiliki kebahagian yang entah setiap pagi ataupun malam, disela deru napas kehidupan, Dara sudah menemukan prianya. Pria yang sudah menggetarkan hatinya, berhasil membuatnya menangis sedih tapi akhirnya menangis bahagia.

Bagaimana rasanya hidup tidak akan sempurna jika orang yang tersayang selalu menemani kita?

Dara tidak akan menemukan kehidupan yang tidak sempurna karena Jiyong sudah menemaninya lewat empat tahun ini dengan malaikat kecil mereka yang selalu membuat semuanya tidak akan sepi sedetik pun.

Masih sangat ingat dengan memori kelamnya saat Jiyong mengatakan untuk tidak akan pernah bertemu dengannya lagi, tapi … apa yang terjadi sekarang?

Hanya waktu dan kesabaran yang membuat Dara membaik sekarang!

 

 

 

 

 

The End



Hallo!! Harusnya ini di post tanggal 9 agustus lalu tapi ini kelupaan karena Saya kan sibuk. HAHA
Berarti tinggal satu lagi yah; Fiction
Setelah illusion sudah, obsession sudah, dan phobia juga sudah.
Ini bukan lanjutan tapi macam kumpulan keempat drabble yg harusnya tiap minggu di post hehe

Bye~

LEAVEYOURCOMMENT

18 thoughts on “[Drabble] Phobia

  1. Phobia Darong hilang karna Jiyong dan karna phobia itu Jiyong jadi suka sama Dara dan mutusin yg di Seoul..yeehhh tepuk tangan buat phobiaa #looh ._.v
    iyaa tinggal fictioonn..fightiing^^

    • Sebenernya siapa sih yeoja yang nungguin jiyong oppa di seoul? tapi gak penting sih yang penting dara unnie dan jiyong oppa bersatu😍

  2. Happy ending……..jiyong nyembuhin phobia dara
    dan dia jga mtusin yg di seoul ^^ turut bahagia buat hidup mreka yg skarang bersma ,di temani malaikat kecil mreka 🙂

Leave a comment