HAPPY [Oneshoot]

h14

Author: Amarila Z (iamarillla)

Main Cast: 2NE1’s Sandara (17 y.o)

Bigbang’s G-Dragon/Kwon Jiyong (16 y.o)

Length: 1.268 words

Inspired by 2NE1 – Happy.

Do you think of me sometimes?
Or is it too faint now?
The meaning itself is awkward.

Itu adalah nada dering sebuah handphone.

Dara mendengus tak suka ketika sebuah nama terpampang jelas dilayar ponselnya. Kwon Jiyong, teman satu kelas Dara. Dalam hati ia menjengit, apa-apaan dia menelepon selarut ini?!

            Dara mengeraskan suaranya sedekat mungkin dengan ponselnya. “Apa lagi?! Ini yang kepuluhan kalinya kau meneleponku saat aku sedang tidur! Tapi kupastikan besok kau takkan bisa melakukannya lagi. Aku akan membunuhmu Kwon—“

            “Hei, hei, kali ini sungguh aku tak main-main!” Jiyong memotong. “Aku belum mengerjakan tugas kimia Mrs.Han. Apakah aku bisa datang ke rumahmu dan mengerjakannya bersamamu? Aku sungguh mengalami kesulitan disini.”

            Dara mencibir. “Tak bisa, aku mengantuk!” jawabnya malas.

            “Kau ini, bantu aku dulu! Hanya beberapa nomor saja yang kuminta, tahu!”

            “Aku tak mau!”

            “Aish, kau. Apa kau mau melihatku mendapat tempeleng dari Mrs.Han untuk yang keempat kalinya?!”

            “Huh, baiklah. Karena kau temanku, Ji,” Dara akhirnya menyerah. “Datanglah sebelum jam dua. Jika kau tak tepat datang, aku akan tidur kembali.”

            Jiyong berseru di seberang. “Yes! Tunggu aku!”

            Dara menghela nafas, sedikit kesal. Bagaimanapun juga Jiyong tetap teman dekatnya, sahabat. Walau ia seringkali membuat Dara sebal karena kelakuannya yang menjengkelkan.

***

            Angin menghempaskan beberapa helai rambut Dara kebelakang. Yang terkena hanya menepikan rambutnya kembali dengan cepat.

            Duduk terjebak hujan di halte adalah hal yang paling menyebalkan bagi Dara saat ini. Apalagi bersama seseorang-terduga-makhluk-halus bagi Dara. Siapa lagi kalau bukan Kwon Jiyong! Lelaki itu adalah sahabat yang tak akan Dara lupa karena kelakuan isengnya.

            Mereka baru saja selesai mengikuti bimbingan kelas malam di jantung kota. Mrs.Han yang menyarankannya, melihat betapa bobroknya nilai Jiyong dalam mata pelajaran yang ia ampu. Lalu Dara? Ia hanya mendapat suruhan dari wanita itu karena ia teman dekatnya. Singkat kata, Mrs.Han meminta Dara agar ikut membantu Jiyong yang otaknya menolak mentah-mentah pelajaran kimia.

            Dara menoleh ketika Jiyong menyenggol lengannya. Lelaki itu menawarkan segelas plastik kopi hangat.

            “Gomawo,” katanya singkat.

            Jiyong mengangguk. Air yang sedikit menggenang di jalanan menarik pandangan Jiyong.

            “Kau tak menelpon orang tuamu?” Dara bertanya usai mengisi tenggoroknya dengan beberapa teguk kopi.

            Jiyong menggeleng. “Mereka belum pulang.”

            Dara menutup mulut lagi. Jiyong yang melihatnya hanya berdecak.

            “Kau. Tumben sekali kau diam seperti burung yang mengerami telurnya,” ujar Jiyong enteng.

            “Yaak!” protes Dara sambil memukul tangan Jiyong yang lalu mengaduh kesakitan. “Kau seharusnya sudah terbiasa akan itu,” ia tertawa.

            Dan mereka pun menghabiskan malam dengan gerimis merinai yang lama kelamaan membasahi tubuh mereka, juga segelas kopi milik Dara.

***

            “Jiyong …” panggil Dara saat waktu istirahat tiba. Ia masih asyik memperhatikan catatan kecil yang ia buat untuk mempermudah hafalan.

            Beberapa detik berlalu, gadis itu bingung ketika Jiyong yang duduk dibelakangnya tak segera menjawab. Ketika Dara menoleh, ia terkejut melihat Jiyong yang menjatuhkan kepalanya diatas meja.

            “Ji, kau kenapa?” raut wajah Jiyong yang tak seperti biasanya membuat Dara cemas.

            Jiyong mengangkat kepalanya, menatap sayu mata Dara lantas menggelengkan kepalanya. “Kau sakit …” Dara berkata lirih.

            “Ikut aku ke ruang kesehatan sekarang.”

            Dara menarik tangan Jiyong pelan, tapi sepertinya lelaki itu ingin membantah. Tak ambil pusing, Dara akhirnya berinisiatif mengalungkan tangan Jiyong dilehernya. Mereka berdua akhirnya berjalan beriringan di koridor dengan tatapan khawatir orang-orang. Namun tak berlangsung lama, karena beberapa siswa sudah membantu Dara memapah Jiyong menuju ruang kesehatan di seberang kelas.

            “Kemarin kami hujan-hujanan dimalam hari,” Dara berterus terang pada petugas kesehatan yang memeriksa Jiyong. Jiyong yang masih lemah hanya menatap Dara lamat-lamat.

            “Oh, pantas. Dia terlihat pucat biasa, hanya sedikit tidak sehat. Kau tak perlu mengkhawatirkannya, ia akan sembuh dalam beberapa hari.”

            Dara menganggukkan kepalanya. Ia berpaling pada Jiyong yang terduduk tenang. Sehabis minum pil penurun panas, Jiyong sepertinya tak mengantuk (tidak sesuai dengan efek samping yang tertulis dalam petunjuk pemakaian obat).

            Petugas kesehatan yang terlihat kalem itu segera pamit pergi setelah memberi wejangan singkat pada Jiyong. Tapi nyatanya bocah itu tak terlalu mendengarkan.

            “Kau benar-benar bad boy,” omel Dara singkat.

            Jiyong menyeringai. “Tidak, jika ia tahu aku tak mempedulikannya sejak awal.”

            Dara memutar bola matanya. Jiyong selalu begitu.

Bagaimanapun juga Jiyong tetap teman dekatnya, sahabat. Walau ia seringkali membuat Dara kesal karena kelakuannya yang menyebalkan.

***

Hari ini Jiyong berbeda.

Ya, berbeda.

Dan Dara merasakannya.

Jauh sebelum sahabatnya itu menyatakan sesuatu.

“Mengapa kau tak menjemputku dulu tadi?” tanya Dara saat ia sampai didepan kelas, menyapa Jiyong yang berjalan bersama seorang adik kelas, yeoja, yang tak begitu akrab dengan Dara.

Pagi-pagi sekali biasanya Jiyong akan menjemput Dara dan mengajaknya ke sekolah bersama, tapi tidak hari ini.

“Ah, nanti aku ceritakan. Aku pergi dulu, neh,” ujar Jiyong, ia tersenyum. Tapi justru senyum itu yang membuat Dara semakin bertanya-tanya.

Ketika Jiyong berlalu, gadis yang bersamanya juga menyunggingkan senyum manis kearah Dara. Ada apa dia dengan Jiyong?

Beberapa saat kemudian Dara tersadar. Jiyong selama ini tak banyak bergaul dengan yeoja. Tapi, sesuatu yang seolah merupakan otak dari kejadian ini adalah: gadis itu orang yang seringkali Jiyong ceritakan padanya.

***

Dara menggigit bibir. Ini sudah kedelapan kalinya Jiyong tak menjawab teleponnya. Ayolah, ini bukan seperti saat Jiyong menelepon Dara tengah malam atau waktu beribadah.

“Jiyong … kau … kenapa?” Dara berucap terbata-bata. Ia menatap layar genggamnya yang tetap memperdengarkan suara operator ‘menolak’ panggilan berulang-ulang. Ponsel Jiyong tak dapat dihubungi.

Jiyong, aku butuh kau sekarang.

Dara membenci udara yang berlalu lalang ditengkuknya, membuat dirinya semakin merasa resah. Bibirnya bergetar menahan tangis.

Bagaimanapun juga Jiyong tetap teman dekatnya, sahabat. Walau ia seringkali membuat Dara kesal karena kelakuannya yang menyebalkan.

Disinilah, Dara. Pertama kalinya sejak ia bersahabat dengan Jiyong, menangis sesenggukan karena kesalahan Jiyong yang terkesan disengaja.

***

            Dara tersenyum saat ia berjalan seorang diri dan kebetulan berpapasan dengan Jiyong. Namun, Jiyong tak sendiri, ia bersama Lee Chaerin. Gadis itulah yang selama ini bersama Jiyong. Untuk apa? Karena mereka telah saling memiliki sekarang.

            Angin menyapu sudut bibir Dara yang bergetar sedikit. Ia canggung.

            “Hai, Dara. Maaf aku tak membalas teleponmu. Aku sedang tidak sempat kemarin. Tapi, nanti aku akan segera meneleponmu dirumah,” Jiyong tersenyum canggung. Dia sahabat Dara, dia mengerti sekali keadaan dimana Dara mengalami perubahan suasana hati, seperti saat ini.

            Kwon Jiyong. Lelaki itu sebenarnya tak tahu pasti apa yang Dara rasakan beberapa hari terakhir. Jiyong hanya paham ekspresi dan tingkah laku Dara yang berbeda.

            “Hai, Ji. Tidak perlu, aku tahu kau memiliki banyak waktu dengan Chaerin, kan?” Dara menoleh kearah Chaerin dan mengangguk kearahnya.

            Chaerin hanya melirik Jiyong, kebingungan.

            “Ah, kalau begitu aku pergi dulu. Mrs.Han memanggilku tadi,” ucap Dara pelan. Ia takut bibirnya membuat getaran yang bisa menjebol air matanya. Sejak tadi gadis itu memang tak sanggup melihat Jiyong yang ‘terlihat’ mengacuhkannya.

            Ini adalah pertengkaran ‘serius’ mereka yang tak dipahami keduanya.

            Dara melangkah pergi diiringi tatapan bingung Jiyong. Ia tak mengerti. Sungguh tak mengerti.

            Tapi, satu hal yang pasti: Dara merasakan Jiyong amat membutuhkan gadis yang saat ini berdiri disampingnya itu. Jiyong sangat mencintainya, ia tahu. Sang Sahabat bisa melihat itu ketika Jiyong lebih sering menyeringai saat Chaerin tertawa mendengar apa yang Jiyong ucapkan. Mereka terlihat bahagia.

            Dara mengusap air matanya. Ia hanya tak terbiasa dengan Jiyong yang mulai menjauh dari kehidupannya—meski itu berawal dari sebuah ketidaksengajaan yang sengaja.

            Perasaan senang Dara coba tarik agar ia tak merasa sedih lagi. Jiyong senang, maka ia juga harus senang.

            Bagaimanapun juga Jiyong tetap teman dekatnya, sahabat. Walau ia kini membuat Dara tergores karena kelakuannya yang menyakitkan—meski itu berawal dari sebuah ketidaksengajaan yang sengaja.

Oh no I didn’t cry cry cry
Even if I resent someone
Nothing will change because it’s all over.

            (2NE1 – Happy)

FIN

40 thoughts on “HAPPY [Oneshoot]

  1. bagus.. sama kaya judul nya ‘happy’ tapi happy dalam artian sebaliknya… ‘i’m not happy, but i’ll hope your happy’ ya, dara unnie ga ‘happy’ karna lebih mentingin jiyong oppa ‘happy’ ya walaupun ga sama dara unnie… hmm nyesek juga..😢
    dan emg sempet ketipu sama iramanya ‘happy – 2ne1’ aku kira happy yg bener happy, tapi ternyata sebaliknya…

Leave a comment