SECRET : Ocho

secret

Author :: Sponge- Y
Main Cast :: Kwon Jiyong (26 th) | Park Sandara (26 th)
Support Cast :: Bae Soo Bin (27 th) | Seungri (23 th) | Lee Chaerin (22 th) | etc
Genre :: Sad | Romance

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dara POV

Aisht… ternyata Jiyong benar- benar marah kepadaku. Bahkan sampai saat ini dia belum menghubungiku. Haruskah aku menghubunginya lebih dulu? Cihh… aku tidak akan melakukan itu. Memangnya dimana harga diriku. Baiklah, aku memang salah tadi malam. Aku pergi bersama Soo Bin oppa tanpa meminta ijinnya lebih dulu. Tapi bukannya dia juga bersalah? Jelas- jelas dia makan malam dengan yeoja lain. Lalu kenapa dia bersikap seolah- olah semua itu salahku? Aisht… aku benar- benar kesal dengan sikapnya. Jujur saja aku baru mengetahui sifat Jiyong yang seperti ini, sangat kekanakan. Tapi mau bagaimana lagi? Meskipun aku sangat kesal padanya tapi tetap saja aku tidak bisa membencinya. Aku sudah terlanjur mencintainya. Bahkan kemarin dia sudah berjanji padaku bahwa hari ini dia akan membantu memindahkan barang- barangku ke apartemen baruku. Tapi dia mengingkari janjinya itu. Dengan terpaksa akhirnya aku meminta bantuan Eomma dan juga Soo Bin oppa.

“Dara, kamu ingin meletakkan ini dimana?” Tanya Eomma membuyarkan lamunanku.

“Mwo? Terserah Eomma saja.” Jawabku pelan.

“Ada apa denganmu Dara? Dari tadi memandangi handphonemu seperti itu. Apa kamu sedang menunggu telepon dari Jiyong?” celetuk Soo Bin oppa.

“A-anniya. Tidak penting menunggu telepon darinya.” Balasku.

“Mwo? Mwo? Apa yang terjadi pada kalian? Apa kalian bertengkar?” Tanya Eomma semangat sambil duduk di sebelahku.

“Anni. Kita baik- baik saja.” Jawabku berbohong.

“Mereka bertengkar tadi malam.” Celetuk Soo Bin oppa lagi.

“Oppa!” bentakku.

“Apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa bertengkar?” Tanya Eomma.

“Hanya masalah kecil. Sebentar lagi kita pasti akan baikan lagi.” Jawabku sambil berjalan menuju dapur meninggalkan Eomma dan Soo Bin oppa. Eomma tidak boleh tahu apa masalahnya. Jika dia tahu Jiyong pergi dengan yeoja lain, bisa- bisa dia tidak mengijinkanku pacaran dengan Jiyong lagi. Aisht… aku belum siap kehilangan Jiyong.

Sepertinya aku akan betah tinggal di apartemen baruku ini. Tempatnya sangat nyaman. Lihatlah, dapurnya saja seluas ini. Tapi apa pentingnya dapur? Aku bahkan tidak bisa memasak, kekeke.

“Dara, mianhe.” Kata Soo Bin oppa yang datang tiba- tiba.

“Minta maaf untuk apa oppa?”

“Karena aku, kalian bertengkar tadi malam.”

“Anniya. Itu bukan salahmu, oppa. Semua itu salah Jiyong. Dia sangat menyebalkan.”

“Apa kamu tidak apa- apa melihat Jiyong bersama dengan yeoja lain seperti itu?”

“Mwo? Tidak apa- apa? Rasanya aku ingin mencukur rambut yeoja itu sampai habis.”

“Jinjja? Tapi Jiyong memang sangat kekanakan.”

“Ne. Dia sangat menyebalkan.”

“Tapi kenapa kamu masih mempertahankannya? Bukankah banyak namja lain yang lebih baik daripada dia?”

“Mollayo. Aku tidak bisa putus dengannya. Aku belum siap kehilangannya.”

“Apa kamu begitu mencintainya?”

“Ne.”

“Baiklah kalau begitu. Tapi Dara, aku tidak akan membiarkannya jika dia menyakitimu lagi.”

“Ne oppa, gomawo. Kamu memang sahabatku yang paling baik.” Balasku sambil tersenyum kepadanya. Meskipun dia telah pergi selama beberapa tahun, tapi dia masih sama seperti dulu. Dia masih sangat perhatian kepadaku. Perhatian yang pernah kusalah artikan sebagai rasa cinta

Jiyong POV

“Jiyong-ah, kamu pikir apa yang telah kamu lakukan? Aku sudah memberimu waktu selama beberapa bulan ini. Tapi kamu tidak melakukan sesuatu yang berarti. Sebenarnya apa kamu tidak serius ingin balas dendam kepada Park Tae Soo?” Tanya paman Lee. Kali ini aku berada dirumahnya karena dia memanggilku tadi pagi.

“Bukan begitu paman. Hanya saja saya sedang berusaha.” Jawabku.

“Cihh… berusaha? Jika kamu tidak mampu melakukannya kamu menyerah saja. Biar aku yang melakukannya.”

“Anniya paman. Aku akan melakukannya.”

“Tapi mana hasilnya? Kamu benar- benar tidak berguna.” Aisht… tidak berguna katanya? Dia pikir apa semudah itu mengalahkan Park Tae Soo?

“Tapi aku sudah menemukan sesuatu yang penting.”

“Apa itu?”

“Lee Hyun Woo telah bebas.”

“Mworago? Lee Hyun Woo?”

“Ne paman. Orang yang waktu itu disuruh Park Tae Soo untuk mengakui kesalahannya.”

“Lalu dimana dia sekarang?”

“Aku sendiri tidak tahu. Tapi aku akan segera mencari informasi tentangnya.”

“Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Tapi jika kamu gagal melakukannya, aku yang akan bertindak. Akan kubuat Park Tae Soo menyesal dan merasakan bagaimana kehilangan seseorang yang sangat dicintainya.” Kata paman Lee. Mwo? Apa maksudnya dia akan membunuh seseorang? Tidak. Aku tidak akan membiarkannya. Aku memang sangat membenci Park Tae Soo, tapi tetap saja aku tidak boleh menjadi pembunuh. Aku hanya akan membuatnya menderita tanpa membunuh siapa pun.

“Saya akan berusaha paman.”

“Baiklah, kamu boleh pergi sekarang.”

“Ne paman. Saya permisi dulu.” Pamitku lalu berbalik meninggalkannya.

“Jiyong-ah.” Panggil paman Lee. Aku berhenti dan berbalik menatapnya.

“Ne paman?”

“Tentang Dara. Kamu harus menepati janjimu untuk tidak jatuh cinta padanya.” Katanya dengan tatapan tajam kearahku. Kenapa tiba- tiba dia berkata seperti itu?

“Ahh.. tentu saja. Mana mungkin aku mencintai anak dari seseorang yang telah menghancurkan hidupku.”

“Baiklah, akan kupegang kata- katamu.” Kata paman Lee. Aku hanya membalasnya dengan menundukan badan dan berbalik keluar ruangan. Benar juga. Aku tidak boleh mencintai Dara. Cihh… apa yang sedang aku pikirkan tadi malam? Apa aku sudah gila? Kenapa aku harus marah ketika melihatnya bersama Bae Soo Bin? Aisht… mungkin saja aku sedang berakting agar terlihat benar- benar mencintainya.

Aku sudah sampai di luar rumah paman Lee dan hendak berjalan menuju mobilku. Tapi tiba- tiba Chaerin datang dan berjalan menghampiriku. Aisht.. kenapa aku harus bertemu Chaerin? Aku merasa tidak enak padanya setelah kejadian tadi malam.

“Oppa, aku ingin bicara padamu.” Kata Chaerin.

“Ne? Ahh… bicara saja. Kebetulan aku sedang tidak sibuk.”

“Bisakah kamu memberikan jawabannya sekarang?”

“Mwo?” Aisht.. ternyata dia serius dengan perkataannya semalam.

“Mianhe Chaerin- ah. Aku tidak bisa. Bukan berarti aku tidak menyukaimu. Aku sangat menyayangimu, tapi hanya sebagai seorang adik. Jika aku menerimamu mungkin hanya akan menyakitimu.”

“Jadi maksudmu perhatianmu selama ini hanya sebatas rasa sayang kakak kepada adiknya?”

“Ne. Aku tidak menyangka kamu mengartikannya berbeda. Aku benar- benar minta maaf Chaerin-ah.”

“Jadi begitu oppa.” Katanya sambil menundukkan wajahnya. Apa dia menangis? Aisht… ini membuatku merasa sangat bersalah.

“Oppa, apa kamu mencintainya?” Lanjutnya.

“Mwo? Mencintai siapa?”

“Dara. Benarkah kamu mencintainya?”

“Ya! Apa yang kamu bicarakan? Tidak mungkin aku mencintainya Chaerin.”

“Tapi kenapa kamu bersikap seperti itu tadi malam?”

“Ne? I- itu hanya akting. Ya, aku berakting. Apakah aktingku sangat baik tadi malam?”

“Mwo? Akting?”

“Tentu saja.Pasti akan aneh rasanya jika aku hanya diam saja ketika melihatnya bersama namja lain.”

“Tapi kamu tidak seperti berakting oppa.”

“Mwo? Kamu tidak percaya padaku?”

“Aisht… sudahlah. Aku masuk dulu.” Katanya lalu pergi begitu saja. Apa dia marah? Aigo.. apa yang telah aku lakukan? Apakah dia akan membenciku? Aisht… sudahlah. Lebih baik aku pulang saja. Tapi apa yang akan aku lakukan setelah ini? Aku tidak bisa menjemput Dara nanti karena aku masih marah padanya. Cihh… aku tidak akan menghubunginya sebelum dia menghubungiku lebih dulu. Memangnya dimana harga diriku. Bukankah semua ini salahnya? Jadi dia yang harusnya minta maaf lebih dulu.

Trililit. Trililit. Terdengar bunyi handphone dari sakuku. Aku mengambilnya dan ternyata dari Seungri.

“Yeoboseyo?” jawabku.

“Hyung. Aku sudah mendapatkan informasi tentang Lee Hyun Woo.”

“Mwo?”

“Dia bekerja di salah satu gudang distribusi barang di daerah Chuncheon.”

“Mworago? Apa kamu yakin.”

“Tentu saja. Mana mungkin aku salah.”

“Dimana alamatnya?”

“Akan kukirimi alamatnya nanti hyung.”

“Ne, baiklah kalau begitu.”

“Ahh.. ya hyung, apa kamu bertemu dengan Chaerin tadi?”

“Ne. Wae?”

“Bagaimana keadaannya? Apa dia baik- baik saja?”

“Ya! Kenapa kamu sangat peduli padanya?”

“A- aku hanya mengkhawatirkannya saja.”

“Mollayo. Aku merasa bersalah padanya.”

“Wae hyung?”

“Anniya. Tolong hibur dia.”

“Mwo?”

“Ya! Ini perintahku. Ajaklah dia keluar nanti.”

“Hyung. Kenapa aku harus melakukan itu?” rengeknya.

“Sudahlah. Jangan membantahku.” Kataku sambil menutup teleponnya. Aisht… mungkin dengan ini Chaerin merasa lebih baik. Aku seperti orang bodoh yang tidak bisa membalas apa yang sudah dilakukannya selama ini untukku.

Aku sudah sampai di sebuah gudang distribusi barang, tempat dimana Lee hyun Woo bekerja. Dia adalah orang kedua yang sangat kubenci setelah Park Tae soo. Ingin sekali aku membunuhnya, tapi tetap saja aku tidak boleh menjadi seorang pembunuh. Selain itu aku yakin dia akan sangat berguna nantinya.

Aku melihatnya sedang bekerja di gudang itu. Cihh… hanya dengan meihat wajahnya saja sudah membuatku sangat muak. Dia telah selesai memindahkan beberapa barang dan kemudian berbicara dengan seseorang. Setelah itu dia pergi meninggalkan gudang tersebut dan berjalan menuju ke sebuah halte bus yang terletak tak jauh dari gudang tersebut. Dari sini aku masih bisa melihatnya dan sepertinya dia akan pergi ke suatu tempat. Kira- kira mau pergi kemana dia? Apakah aku harus mengikutinya? Sepertinya aku ikuti saja. Siapa tahu ini akan berguna nantinya. Tidak lama kemudian ada sebuah bus yang berhenti dan dia masuk menaiki bus tersebut. Aku lalu menjalankan mobilku dan mengikutinya.

Setelah beberapa menit berjalan akhirnya bus yang dinaiki Lee Hyun Woo berhenti di sebuah halte dan dia turun dari bus tersebut. Dia lalu berjalan menyeberangi jalan dan sepertinya akan menuju ke sebuah rumah tahanan. Mwo? Ada perlu apa dia pergi ke tempat seperti itu? Aku lalu turun dan mengikutinya lagi. Aku mengikutinya terus sampai dia masuk ke dalam gedung tahanan dan dia terlihat mengisi daftar kunjungan. Sepertinya dia akan mengunjungi seseorang. Apakah dia akan mengunjungi temannya? Aisht… aku sangat penasaran., tapi aku juga tidak bisa mengikutinya sampai ke dalam tanpa keperluan apa- apa. Setelah selesai mengisinya dia langsung masuk ke dalam. Aku melihat daftar kunjungannya dan tertulis di sana dia akan mengunjungi seseorang bernama Hwang Jang Eum. Siapa Hwang Jang Eum? Apa dia temannya? Atau anggota keluarganya?

—-

Dara POV

Kupikir Jiyong memang namja yang paling menyebalkan di dunia ini. Bayangkan saja, sudah hampir satu minggu ini dia belum menghubungiku juga. Apa dia sangat marah waktu itu? Lalu haruskah aku menghubunginya lebih dulu? Tidak. Aku tidak akan merendahkan diriku dengan melakukan itu. Tapi ini benar- benar menyiksaku. Hampir satu minggu ini aku tidak melihatnya ataupun mendengar suaranya. Aaarrrgghh…. Sangat menyebalkan. Sampai- sampai aku tidak fokus memikirkan pekerjaanku, padahal hari ini adalah sidang pertamaku.

“Ya! Memikirkan Jiyong lagi?” Tanya Soo Bin oppa yang tiba- tiba sudah berada di ruanganku.

“Molla.” Jawabku cuek.

“Kenapa kamu tidak menghubunginya saja? Aku sangat muak melihatmu seperti ini terus.”

“Ya! Mana mungkin aku yang menghubunginya dulu? Memangnya dimana harga diriku.”

“Tapi kamu merindukannya kan?”

“Tentu saja. Aku sangat merindukannya.”

“Cihh… lihatlah, sudah jam berapa ini? Bukankah kamu akan menghadiri persidangan?”

“mwo? Aisht… aku hampir lupa. Baiklah, aku akan berangkat oppa. Tapia pa kamu juga ingin melihatnya?”

“Tentu saja aku harus melihatmu. Aku harus mendukungmu di sidang pertamamu ini.”

“kekeke, kalau begitu kajja, kita berangkat bersama.”

“Ne, kajja.”

——

Jiyong POV

 Hampir seminggu ini aku selalu mengikuti kemana Lee Hyun Woo pergi. Setiap hari dia hanya pergi bekerja, belanja di minimarket dan kemudian pulang. Tidak ada sesuatu yang berarti kecuali pergi ke rumah tahanan waktu itu. Bahkan dia juga tidak pernah menemui Park Tae soo. Aisht… ini sangat membosankan. Tidak lama kemudian aku melihat dia keluar dari rumahnya dengan mengenakan pakaian yang sangat rapi. Akan pergi kemana dia? Padahal biasanya dia hanya mengenakan pakaian seadanya saja. Kemudian dia berjalan menuju taksi yang sedang berhenti tak jauh dari rumahnya dan menaikinya. Sepertinya dia sedang terburu- buru karena harus naik taksi. Aku lalu mengikuti taksi tersebut dari belakang. Setelah beberapa menit aku mengikutinya, tiba- tiba taksi tersebut berhenti di depan kantor pengadilan. Kenapa dia pergi ke pengadilan? Kemarin dia pergi ke rumah tahanan, dan sekarang dia pergi ke kantor pengadilan. Aku lalu turun dan mengikutinya masuk ke dalam. Dia memasuki sebuah ruang yang sepertinya adalah ruang sidang. Tanpa pikir panjang aku mengikutinya lagi sampai di dalam ruang sidang. Dia duduk di sebuah kursi yang berada di deretan depan, sedangkan aku memilih duduk di deretan paling belakang. Sudah ada banyak orang disini, dan sepertinya sidang akan segera dimulai. Hakim, jaksa, tersanka beserta pengacaranya juga sudah berada di tempatnya masing- masing. Apakah dia yang namanya Hwang Jang Eum? Orang yang pernah dikunjunjunginya di penjara waktu itu? Aku yakin, pasti ada hubungan sesuatu dia dengan Lee Hyun Woo. Kalau tidak, kenapa Lee Hyun Woo harus menghadiri persidangan ini?

Tapi bukankah itu Dara? Omo! Jadi jaksa yang menangani kasus ini adalah Dara?Bodoh. Bahkan aku baru menyadarinya. Aisht… untung saja aku memilih tempat duduk paling belakang. Semoga dia tidak menyadari jika aku berada disini. Tapi sudah berapa hari aku tidak menghubungi dan menemuinya? Kenapa rasanya sudah sangat lama? Aisht.. apakah nanti aku menemuinya saja? Tidak. Aku tidak akan melakukannya. Jika dia tahu aku berada disini pasti dia akan kepedean dan menyangka kalau aku datang kesini hanya untuk melihatnya. Cihh… aku sudah berjanji tidak akan menghubunginya sampai dia menghubungiku lebih dulu.

“Sidang terdakwa Hwang Jang Eum dengan tuduhan percobaan pembunuhan akan segera dimulai.” Kata Hakim membuka persidangan.

“Silahkan jaksa.” Lanjutnya. Dengan segera Dara berdiri dan berkata pada tersangka tersebut.

“Saudara Hwang Jang Eum, dituduh telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap saudara Jo In Sung pada tanggal 25 Juli 2013. Diduga tersangka merasa dendam karena korban tidak meminjamkan uang padanya. Dan sekarang saudara Jo In Sung sedang mengalami koma di rumah sakit.” Dara mulai menjelaskan kasusnya. Jadi negitu ternyata kasusnya. Lalu apa hubungannya dengan Lee Hyun Woo? Apakah dia mengenal Hwang Jang Eum? Atau Jo In Sung?

“Bagaimana tersangka? Apakah anda menerima tuduhan tersebut?”

“Tidak. Kita menolaknya.” Kata pengacara Hwang Jang Eum. “ Saudara Hwang Jang Eum tidak pernah sekali pun merasa dendam kepada saudara Jo In Sung. Semua ini adalah salah Jo In Sung. Dia yang membuat Hwang Jang Eum melakukan semua itu.” Lanjutnya.

“Tapi di lokasi kejadian ditemukan sidik jari saudara Hwang Jang Eum. Ini menunjukkan Hwang Jang Eum lah yang melakukan semua itu.” Sanggah Dara.

“Hwang Jang Eum melakukan itu sebagai upaya membela diri. Jo In Sung hampir melakukan kejahatan seksual kepadanya. Saat keadaan terdesak, tidak ada lagi yang bisa dilakukannya kecuali menyakiti Jo In Sung. Jadi kami menyimpulkan bahwa Hwang Jang Eum tidak sengaja melakukan itu.” Kali ini pengacara Hwang Jang Eum yang mulai menyanggah.

“Bukankah ada cara lain untuk membela diri selain dengan menyakiti korban?” Tanya Dara.

“Saat itu posisi tersangka benar- benar dalam kondisi terdesak. Dia tidak bisa berpikir panjang lagi dan akhirnya tidak sengaja menyakiti koraban.”

“Tetap saja, dalam pasal 39 ayat 5B disebutkan bahwa mencoba menyakiti seseorang baik secara sengaja ataupun tidak sama- sama bersalah. Jadi saya menyimpulkan ini tetap sebagai kasus percobaan pembunuhan.”

“Ini adalah hasil visum tersangka Hwang Jang Eum. Disini dijelaskan terdapat banyak sekali luka di sekujur tubuh tersangka. Dan semua itu dilakukan oleh Jo In Sung. Jadi, sebelum Hwang Jang Eum menyakitinya, dia sudah lebih dulu menyakiti Hwang Jang Eum. Kami juga memiliki rekaman cctv di luar ruang tempat kejadian. Disitu terlihat Jo In Sung memaksa Hwang Jang Eum untuk memasuki ruangannya. Ini rekamannya.” Kata pengacara tersebut sambil memberikan sebuah USB untuk diputar. Tak lama kemudian video tersebut sudah diputar di depan dan terlihat memang dalam rekaman tersebut Jo In Sung memaksa Hwang Jang Eum untuk memasuki ruangannya. Di situ juga terlihat Jo In Sung yang sedang setengah mabuk. Sepertinya ini merupakan bukti yang kuat untuk membebaskan Hwang Jang Eum dari tuduhan tersebut.

“Baiklah, sidang akan ditunda dan hasil keputusan dari sidang ini akan dilanjutkan setelah istirahat.” Kata hakim setelah video tersebut selesai di putar. Dengan segera aku keluar dari ruangan sebelum Dara menyadari keberadaanku.

Sidang dilanjutkan setelah ditunda sekitar 2 jam, dan hakim menyatakan bahwa Hwang Jang Eum tidak bersalah. Kulihat Dara sangat kecewa mendengar keputusan tersebut. Cihh.. kurasa yeoja itu benar- benar bodoh. Dia selalu tidak pecus dalam melakukan sesuatu, sidang pertamanya pun dia sudah gagal.

Trililit. Trililit. Ada telepon masuk di handphoneku dan ternyata dari Seungri. Aku lalu mengangkatnya sambil berjalan keluar mengikuti Lee Hyun Woo.

“Hyung, dimana kamu?” Tanyanya.

“Wae?”

“Aku menemukan sesuatu yang penting. Ternyata Lee Hyun Woo memiliki istri dan seorang anak.”

“Mwo? Cihh.. kamu bilang itu penting? Lalu apa hubungannya denganku?”

“Aisht hyung, apa kamu bodoh? Kita bisa memanfaatkannya. Kita bisa menggunakan anak atau istrinya untuk menindas Lee Hyun Woo.”

“Ya! Apa yang kamu bicarakan? Sudahlah, lebih baik kamu cari saja dulu dimana anak dan istrinya itu.”

“Tapi hyung, apa kamu masih mengikutinya?”

“Ne, dan sekarang aku kehilangannya gara- gara kamu.”

“Ya! Selalu saja menyalahkanku.”

“Jiyong!” Tiba- tiba aku mendengar seseorang memanggilku dari belakang. Aku berbalik untuk melihat siapa yang memanggilku dan ternyata Bae Soo Bin. Sial, kenapa namja brengsek itu bisa melihatku disini?

“Sudahlah aku sibuk, kita teruskan nanti saja.” Kataku pada Seungri lalu menutup teleponnya.

“Jiyong, aku ingin bicara padamu.” Kata Soo Bin yang saat ini sudah berada di hadapanku.

“Bicaralah.” Jawabku cuek.

“Kenapa kamu bisa berada disini?”

“Bukan urusanmu.”

“Kamu ingin bertemu dengan Dara?” Cihh… sepertinya di pikiran orang ini hanya ada Dara. Lagipula kenapa aku harus susah- susah datang kesini hanya untuk bertemu dengan Dara?

“Anni.”

“Aku sudah melihatmu dari tadi, tapi sepertinya Dara tidak tahu jika kamu datang kesini.”

“Jangan beritahu dia.”

“Aku tahu, aku salah waktu itu. Aku minta maaf karena telah mengajak Dara tanpa member tahumu dulu.”

“Gwenchana, jangan terlalu dipikirkan.”

“Tapi kamu masih marah dengannya?”

“Anni.”

“Jiyong-ah, aku yakin Dara sangat mencintaimu. Jangan menyia- nyiakannya selama dia masih berada disampingmu. Jangan sampai kamu akan menyesal sepertiku.”

“Mwo? Apa yang kamu bicarakan?”

“Anniya. Aku hanya ingin kamu jangan pernah menyakitinya.”

“Cihh… aku banyak urusan, aku harus pergi.” Kataku sambil berbalik dan melangkah pergi. Aisht… berbicara dengannya hanya akan membuang- buang waktu saja.

“Aku pasti akan merebutnya kembali jika kamu menyakitinya.” Katanya yang membuatku menghentikan langkah tiba- tiba. Mwo? Apa maksudnya bicara seperti itu? Dan kenapa rasanya aku ingin marah?

“Mworago? Ya! Jangan pernah menyentuhnya lagi.” Bentakku dengan tatapan tajam kearahnya.

“Wae? Aku yang mengenalnya dulu. Rasanya sangat tidak adil jika saat ini kamu yang memilikinya, Jiyong.” Balasnya tak mau kalah.

“Cihh… tapi kenyataannya saat ini dia adalah milikku. Aku tidak akan membiarkanmu merebutnya dariku.” Kataku sambil melangkah pergi. Sepertinya aku memang harus pergi sebelum aku kehilangan kendali dan menghajarnya. Arrrgghh… tapi kenapa aku bisa seperti ini? Rasanya aku benar- benar ingin menghajarnya ketika dia mengatakan hal itu tadi. Apakah aku sudah gila? Apa mungkin aku takut kehilangan Dara? Apa aku mencintainya? Mungkinkah perasaan aneh yang aku rasakan akhir- akhir ini adalah cinta?

 

….. ser continuado …..

 

<< Atrás Próximo >>

54 thoughts on “SECRET : Ocho

  1. Aduh gimana mau baikan kalau dua duanya mentingin ego masing masing
    Cie jiyong cemburu
    Aduh jiyong kamu tu udah cinta sama dara nggak usah ragu lagi

Leave a comment