[Series] Coming To You – 7

coming to you

Author : Jung Yoorey

Title : Coming To You

Cast : Sandara Park (Dara 2NE1), Kwon Jiyong (GD Big Bang)

Other Cast : Lee Haru (OC), other

Genre : Fantasy, Fluffy, Friendship, Sad, a bit Comedy

Rating : Teenager

Backsound’s : Taeyang – This Ain’t it

Note

Baca note diakhir cerita

[!!!] WARNING : chapter kali ini akan sangat panjang jadi siapin obat mata


 

Kenapa saat kau mulai berharga, kau pergi? apa ini yang kau sebut bahagia?

*

oppa! unnie!”

Sandara mengerjapkan matanya ketika suara anak kecil mengganggu tidurnya. Ia terbangun sepenuhnya ketika merasakan kakinya berat. Jiyong.

unnie! kenapa kalian tidur disini?” tanya haru—anak kecil yang membangunkannya. Sandara mengedipkan matanya beberapa kali dan menaruh telunjuknya di bibir.

“ssh, oppamu sedang tidur. Kembalilah ke kamarmu dan bersihkan dirimu.” Ucap sandara pelan.

Haru mengangkat alisnya tidak mengerti dan memilih untuk menuruti perintah sandara karena ia memang harus segera mandi.

Begitu haru masuk ke kamarnya, sandara mengedarkan pandangannya dan melihat ke arah jam dinding. 06.05 KST.

Sandara meregangkan punggungnya yang cukup pegal karena ia tidur dalam posisi duduk. Untung sofa itu empuk dan memiliki bantalan, jika tidak, badan sandara sudah remuk. Tapi ketika matanya tertuju pada sosok jiyong yang tertidur di pangkuannya..

Pssh

Wajah sandara memerah. Jiyong seperti malaikat yang begitu lembut. Wajahnya yang tanpa cacat serta rambut blondenya yang seksi. Jiyong terlalu tampan saat ia tidur seperti ini.

Tangan sandara bergerak menarik untaian rambut poni jiyong yang menutupi dahinya. Sandara tanpa sadar menundukkan kepalanya dan mengecup dahi polos jiyong.

Aroma shampoo jiyong tercium ketika sandara sudah mendaratkan bibirnya ke dahi lelaki itu. sandara menikmati momen itu hingga beberapa detik kemudian ia segera menarik kepalanya menjauhi wajah jiyong. tangannya mengelus rambut jiyong dengan pelan sebelum akhirnya ia mengganti pahanya dengan bantal.

Seketika itu pula sandara merasa kakinya agak keram karena berada di posisi yang sama selama berjam-jam. dengan paksa, sandara berdiri dan segera masuk kekamar haru untuk membersihkan dirinya.

Ketika sandara menghilang dibalik pintu kamar haru, saat itu pula lelaki berambut blonde yang tidur di sofa itu segera membuka matanya lebar-lebar. Tanpa menunggu aba-aba, lelaki itu terduduk dan menyentuh dahinya.

“gadis itu apa-apaan?” gumamnya sambil tersenyum tipis. Jiyong kehilangan akalnya.

*

“ayo turun.”

Jiyong menyodorkan tangannya saat membuka pintu mobilnya untuk sandara. Perempuan cantik itu segera meraih tangan jiyong dan melangkahkan kakinya ke tanah. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, jiyong segera menutup pintu mobilnya dan menggandeng sandara masuk ke kampusnya.

Sandara agak risih karena jiyong tidak melepas tangannya. biasanya jiyong akan melepasnya jika ia sudah turun dari mobil, tapi sekarang sepertinya jiyong terlihat tidak ingin melepas tangannya.

“jiyong..” bisik sandara mencoba menyadarkan jiyong.

Jiyong menoleh sekilas. Matanya terlihat dingin. “kenapa?”

Sandara menggeleng dan membiarkan jiyong menggandengnya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian mulai sejak di tempat parkir sampai sekarang.

apa mereka benar berpacaran?

mereka serasi sekali.

jiyong makin tampan setiap harinya. Tapi apa itu pacarnya?

wah jiyong membawa kekasihnya ke kampus! Aku harus mengupdatenya..

itu sandara yang kemarin berkelahi di perpustakaan dengan lizzy dan sohee, kan? Ternyata benar dia dekat dengan jiyong..”

Jiyong seketika berhenti berjalan. Sandara mengernyitkan keningnya ketika jiyong celingak celinguk mencari seseorang. Ketika ia menemukannya, dengan cepat jiyong mendekati dua orang mahasiswi.

“jiyong? kenapa?” tanya sandara bingung.

jiyong tidak menyahut. Wajahnya terlihat mengeras, sementara dua mahasiswi itu terlihat kaget karena didekati oleh jiyong—plus dengan wajah marah jiyong.

“a-ada apa ya, jiyong-ssi?” tanya mahasiswi berhidung mancung.

“apa yang tadi kau bilang? Sandara berkelahi dengan lizzy dan sohee?” jiyong mengulang bisikan yang tadi sampai ke telinganya itu. sandara mendongak menatap jiyong kaget. Ia segera menarik tangan jiyong.

“jiyong, itu tidak benar!”

Jiyong tidak menyahut ataupun menoleh. Tatapannya menatap tajam ke arah dua mahasiswi itu. “tolong jawab yang jujur.”

Mahasiswi itu saling melirik bingung antara ingin cerita atau tidak karena sandara terlihat menggeleng keras dibelakang jiyong dengan raut wajah ‘jangan beritahu jiyong, aku mohon! Dia akan berubah jadi monster jika dia tahu!’.

Sandara bersyukur dalam hati ketika dua mahasiswi itu menggeleng lemah. “ti-tidak jiyong-ssi, sepertinya kau salah dengar.”

Jiyong masih menatap kedua mahasiswi itu tajam dan menatap sandara yang mengangkat bahunya tidak mau tahu. Jiyong menghela nafas berat dan akhirnya kembali menarik sandara untuk kembali berjalan. Sebelumnya, sandara terlihat menggumamkan terima kasih tanpa suara pada kedua mahasiswi itu yang hanya bisa berpandangan bingung.

*

Sandara menerawang ke tengah taman kampus, memperhatikan pasangan-pasangan yang bermesraan, gadis-gadis yang bergosip, dan lain-lain. Terbersit rasa iri karena kebebasan mereka. sandara dulu hanya punya 3 teman akrab di masanya. Yap, 3 teman akrab yang selalu ada disampingnya karena tiga-tiganya adalah pelayan pribadinya sejak kecil. Tertawa pun ia dibatasi, bagaimana dengan berkencan?

Sandara kembali mengingat shinjoo. Lelaki itu memberi warna pada kertas kehidupan sandara yang berwarna hitam putih. Sedikit kelabu, tapi semuanya berwarna.

“seandainya aku lahir di masa ini..” gumamnya sambil menyentuh tas kecilnya pelan. ia sedang duduk seorang diri di taman kampus menunggu jiyong yang sedang belajar. Agak membosankan karena ia tidak memiliki kegiatan disini. di perpustakaan, setidaknya sandara bisa membaca buku pengetahuan.

Mata besarnya menatap ke sepatu bertalinya. Sepatu jiyong.. pikirnya refleks. sudut bibirnya terangkat ketika jiyong menggengdongnya di punggung. Lelaki itu bahkan membuka sepatunya di muka umum. Jujur saja, sandara memang saat itu sangat tidak nyaman karena kakinya kepanasan.

“hai, sandara. Sendirian saja?”

Sandara mendongak dan menemukan youngbae menyapanya dengan senyum menenangkannya. “youngbae-ssi?”

Youngbae tersenyum. “boleh aku duduk disini?” youngbae menunjuk bangku kosong disamping sandara. Sandara mengangguk dan youngbae pun duduk disampingnya.

“dimana jiyong?”

Sandara memainkan kakinya di tanah. “ia sedang belajar.”

Youngbae mengangguk-angguk. “apa nanti jiyong akan datang dan memarahiku lagi karena aku mendekatimu?” goda youngbae mengingat jiyong sangat marah jika ia mendekati sandara.

Sandara terkekeh tipis. “aku tidak mau itu terjadi lagi, aku minta maaf.”

“kau lucu, ya.”

Sandara menoleh dan menatap youngbae bingung. “lucu?”

“kau tidak penasaran kenapa jiyong marah aku mendekatimu tapi ia mengizinkanmu dekat dengan teman-temannya yang lain?”

Sandara mengangkat alisnya. “ke-kenapa?”

Youngbae terlihat memasang raut wajah serius. Sandara meneguk liurnya. “ceritanya agak panjang. kau mau dengar?”

Sandara menatap youngbae dilema. Satu sisi ia ingin mendengarnya, apalagi ini menyangkut tentang jiyong. tapi ia berpikir, apa ia pantas mendengarnya?

“menurutku, karena kau dekat dengannya, kau harus tahu.” Youngbae seakan menjawab pikiran sandara. Perempuan itu pun mengangguk ragu.

Youngbae terlihat menerawang.

“aku, jiyong, seungri dan chaerin adalah teman sejak sekolah menengah pertama. Kami seperti tidak terpisahkan, maklum saja, kami baru mengenal pergaulan. Saat kami masuk semester kedua, murid baru masuk dikelas kami. Dia seorang perempuan yang cantik pindahan dari australia. Katanya dia orang korea asli, hanya ia pernah beberapa kali pindah keluar negeri karena pekerjaan ayahnya. Saat itu aku duduk dengan jiyong dan perempuan itu duduk dibelakang bangku kami—sendiri. seungri berinisiatif mengajaknya bergabung dengan geng kami dan aku juga jiyong setuju. Lambat laun kami berlima makin bersahabat dan jiyong pun dekat dengannya. Saat naik kelas 3, seungri dan aku terpisah kelas dari jiyong, chaerin, dan perempuan itu. mereka bertiga sekelas sementara aku sekelas dengan seungri. Sejak itu, jiyong dan perempuan itu semakin dekat seperti sepasang kekasih.”

Youngbae berhenti sejenak melihat ekspresi serius sandara. Ia terkekeh, sandara memang lucu.

“kami berlima pun lulus dan masuk ke sekolah menengah atas yang sama. Lalu aku pun sekelas dengan jiyong dan perempuan itu. sementara chaerin dan seungri di kelas yang berbeda dari kami. Tapi kami tetap menghabiskan waktu istirahat dan pulang bersama-sama. Sampai akhirnya hal yang buruk terjadi.”

Sandara mengangkat alisnya. “a-apa itu?”

“aku mencintai perempuan itu tapi jiyong berpacaran dengannya, padahal dia tahu aku mencintainya.”

Sandara terbelalak kaget. “ji-jiyong berpacaran dengannya?”

Youngbae mengangguk. “ya. sejak itu hubunganku dengan jiyong mulai renggang. Jiyong lebih sering menghabiskan waktunya dengan perempuan itu, meninggalkanku bersama seungri dan chaerin. tapi suatu hari perempuan itu berselingkuh dibelakang jiyong dan saat jiyong tahu, ia benar-benar menggila. Perempuan itu pun pindah ke slovakia dan meninggalkan kami juga jiyong.”

Sandara tercengang mendengar cerita youngbae. “se-selingkuh?”

Youngbae mengangguk. “ya, mungkin ini yang membuatnya dingin pada perempuan. Oleh karena itu aku kaget ketika dia membawamu.”

Sandara masih terdiam. Manik matanya lari kemana-mana karena gugup. “tapi kenapa jiyong membencimu? Apa karena kau mencintai perempuan itu juga?

Youngbae tersenyum pahit. “kurang lebih seperti itu. tapi—”

“youngbae! Jangan cerita sembarangan pada dara!”sebuah bentakan dari belakang sandara membuat sandara menoleh kaget. Chaerin. Sandara sedikit bingung, chaerin selalu datang ketika ia tengah berada dalam suatu momen yang mendebarkannya.

Youngbae berdiri dari duduknya dan tersenyum pada chaerin. “hai chaerin. aku hanya bicara seadanya kok. lagipula dara juga ingin mengetahuinya, benar kan dara?” ucapnya sambil menatap sandara yang terdiam kaku.

Chaerin memutar matanya. “pergilah. Bukankah jiyong sudah melarangmu untuk menjauhi sandara? Jangan memancingnya.”

Youngbae terkekeh. “santai saja chae, aku sangat mengenalnya kok.” setelah itu youngbae berlalu sebelum mengerlingkan matanya pada sandara. Sandara hanya meringis kecil.

Chaerin segera duduk disamping sandara dan menyentuh lengan gadis itu. “dara, aku tahu ini agak berlebihan, tapi tolong jauhi youngbae. Kau tahu kan jiyong tidak senang melihatmu bersama youngbae?”

Sandara mengernyitkan dahinya bingung. “aku tadi hanya.. hanya ingin tahu..”

Chaerin mendesah. “kau mau tahu alasan jiyong dan youngbae tidak berteman lagi?”

Sandara menatap manik mata chaerin yang bergerak gelisah.”karena.. ‘perempuan itu’?”

Chaerin terdiam sejenak kemudian mengangguk pelan.

Sandara menghela nafas berat. “sudah kuduga.”

Chaerin menarik tangannya dari lengan sandara. “hei, jiyong sudah tidak punya hubungan apapun dengan perempuan itu. lagipula dia sudah pindah ke luar negeri. Kau tidak usah khawatir.”

Sandara menggeleng. “untuk apa aku khawatir? Aku dan jiyong tidak dalam hubungan seperti itu.”

“cepat atau lambat, dara. Percaya padaku. kau ingat kan, jiyong mencintaimu?”

Pipi sandara merona. “a-aku harus mendengarnya dari mulutnya sendiri.”

Chaerin mendesah pelan. “apa perlakuannya tidak cukup, dara?”

Sandara terdiam. Semua ini terlalu rumit.

*

Sandara sedang duduk dikantin bersama minji ketika jiyong muncul dari pintu utama kantin.

“dee!”

Sandara tersontak. Bukan apa, hanya saja ia sedang memikirkan jiyong dan lelaki itu tiba-tiba datang lalu duduk rapat disampingnya.

“jiyong..” gumamnya pelan.

“hei oppa, disampingmu itu masih luas, untuk apa rapat-rapat ke dara unnie?” goda minji sambil menyeruput jus jeruknya. Minji menggunakan embel-embel oppa dan unnie karena memang ia lebih muda dari keduanya.

Jiyong hanya mendesis lalu menatap sandara. “Aku masih ada kelas.”

Sandara menaikkan sebelah alisnya. “lalu kenapa kau disini?”

“aku hanya mengecekmu saja.” jiyong menggaruk tengkuknya sekilas.

Minji ber-‘uuh’ ria dan terkikik geli. “sepertinya daesung oppa benar bahwa oppa (jiyong) sudah berubah jadi lover boy.”

Jiyong melotot pada minji yang dibalas dengan tawa tertahan. “kau cerewet sekali sih. dimana pacarmu itu?”

Minji menunjuk ke arah counter minuman di sudut kantin dengan dagunya. “itu dia.”

Jiyong menoleh beberapa detik dan mengangguk lalu berdiri. Tangannya mengacak rambut sandara pelan. “aku ke kelasku dulu ya. kau ingat kan, kalau ada yang mengganggumu langsung hajar dia di hidungnya atau panggil aku.”

Sandara tersenyum lembut. “ya, tenang saja.”

Jiyong melirik minji. Minji segera mengacungkan jempolnya pada jiyong. “tenang saja, aku dan dae oppa sedang tidak ada kelas jadi kami akan menemani dara unnie. tapi sepertinya kami hanya kosong sampai jam setengah 11.”

Jiyong melirik arlojinya dan menampilkan jarum-jarum yang menunjuk angka 09.30. jiyong mengangguk. “kau bawa dara ke seunghyun hyung, dia sepertinya kosong jam 10 sampai jam 11. Kalau dia ada kelas, hubungi aku dan aku akan menjemputnya. Kelasku selesai jam setengah 12. Nanti suruh seunghyun temani dara ke kelasku kalau dosennya datang.”

Minji mengangguk cepat. “baiklah oppa.”

Sandara mendongak menatap jiyong. entah kenapa ia merasa sangat merepotkan sekarang. “aku bisa jaga diriku, ji. Tidak usah ganggu teman-temanmu.”

Jiyong menatap sandara tajam dan menggeleng. “tidak dara, walau kau bisa jaga dirimu, tapi itu tidak menjamin. Pokoknya kau harus tetap berada didekat minji atau seunghyun sampai aku menjemputmu, kalau tidak sampai seunghyun mengantarmu kekelasku.”

Sandara merengut. “baiklah.”

“jiyong, cepatlah!”

Sandara, jiyong, dan minji menoleh ke dekat pintu kantin dan mendapati seorang perempuan berambut pendek dengan tubuh kurus. Wajahnya terlihat angkuh.

“ya, tunggu sebentar.” Balas jiyong lalu kembali menatap sandara. “aku pergi dulu ya.” sedetik kemudian jiyong segera memutar tubuhnya dan berjalan menuju perempuan itu. tanpa babibu, perempuan itu memeluk lengan jiyong dan mereka berjalan keluar dari kantin.

Sandara menatap datar. Tatapannya sangat datar sehingga terlihat jelas bahwa ia cemburu. gadis yang selalu tersenyum dan menjadi datar adalah ciri-ciri bahwa ia sedang cemburu—menurut minji.

unnie, kau baik-baik saja?” minji meletakkan gelasnya di meja dan menatap sandara.

Sandara menggeleng cepat. “ya. kenapa memang?”

“tadi itu teman jiyong oppa, namanya kiko mizuhara. Pindahan dari jepang. Sebenarnya dia dari jurusan kedokteran, tapi entah kenapa ia selalu mengunjungi jiyong oppa dan bergabung di kelasnya.”

Sandara hanya mengangguk kecil. Dadanya kembali nyeri. “apakah mereka sering bersama..?” sambil bergandengan? Sandara menelan pertanyaan itu kembali ke dadanya yang terasa sesak.

Minji menggaruk belakang telinganya. “kurang lebih seperti itu. tapi hanya sebatas teman belajar, kok. jiyong oppa kan sudah punya kau, unnie.”

Sandara hanya meringis. kenapa semuanya jadi menjodohkannya dengan jiyong? sandara sepertinya akan memasuki dunia jiyong lebih dalam lagi jika seperti ini.

*

Jiyong melirik jam ditangannya. 10.15. rasanya sangat lama dari biasanya. Terlebih dengan kiko yang berada disampingnya terus merapat padanya. jika kiko mendekatkan bokongnya lagi, jiyong mungkin akan terpental ke lantai karena harus menghindari perempuan kurus itu.

Jiyong mendengus. Awalnya kiko perempuan yang menyenangkan dan jiyong senang berteman dengannya. Oleh karena itu jiyong memutuskan untuk melakukan proyeknya dengan kiko. Hanya proyek kecil yang merupakan gabungan antara kedokteran dan sejarah. Jiyong melakukannya demi nilai tambahan yang bisa membuatnya bebas dari mengulang mata kuliah yang nilainya tidak mencukupi.

Tapi jiyong tidak menyangka kalau kiko akan tergila-gila padanya. oke, jiyong terlalu narsis. Tapi kiko terus lengket padanya sejak mereka berada dalam satu proyek. Bahkan ketika ada mata kuliah kiko yang kosong, perempuan itu akan segera pergi ke kelas jiyong. dosen-dosen tidak ada yang protes karena kiko mahasiswa yang cerdas dan sempat beberapa kali membawa nama kampus ke olimpiade nasional.

“jiyong, kau terlihat gelisah.” Bisik kiko yang membuat jiyong memutar matanya malas.

“kau terus mendorongku, aku hampir jatuh.” Sungut jiyong ketus.

Kiko mengerucutkan bibirnya kesal lalu menggeser tubuhnya menjauhi jiyong—hanya beberapa centi. Jiyong mendesis dan menarik ponselnya yang bergetar.

Sebuah pesan masuk ke ponselnya dan tanpa basa basi jiyong membukanya.

 

From : Gong Minji yang Imut

Dara unnie sudah di kelas seunghyun oppa dengan selamat. Oh ya, sepertinya dia menjadi pendiam setelah kau dan si jepang bergandengan—jika kau mau tau.

Jiyong mengernyitkan keningnya dan segera membalasnya.

 

To : Gong Minji yang Imut

Terima kasih sudah menjaganya. Ia memang pendiam, jadi tidak usah memanas-manasiku. Dan berhenti mengganti nama kontakmu diponselku!

Jiyong menggerutu kesal ketika mengirim pesannya itu. tidak hanya minji, bahkan bom, chaerin, dan lainnya pun mengganti nama kontak mereka di ponsel jiyong. lelaki itu segera membuka kontaknya dan menemukan nama-nama aneh yang membuatnya ingin muntah.

Choi Seunghyun yang Tampan

Gong Minji yang Imut

Kang Daesung yang Cool

Lee Chaerin yang Cantik

Lee Seungri yang Keren

Park Bom yang Seksi

Jiyong meringis geli. dengan cepat ia mengunci ponselnya dan menaruhnya di kantung kemejanya. Ia sudah malas mengganti nama kontaknya karena cepat atau lambat, nama kontak mereka akan kembali berubah dan bisa jadi lebih aneh lagi.

Jiyong teringat pada seungri yang pernah mengganti namanya di kontak jiyong menjadi,

Lee Seungri yang kudambakan karena dia seperti pangeran yang sangat tampan dan aku memujanya

Jiyong menggelengkan kepalanya ngeri mencoba untuk menghapus ingatan menggelikkan itu.

*

10.20 Seunghyun’s Class

Sandara terlihat rileks ketika ia menghabiskan waktunya di kelas seunghyun bersama seunghyun dan bom. Bom rupanya sekelas dengan seunghyun dan kalian bisa membayangkan betapa ributnya kelas itu.

“dara, besok kan hari sabtu, sepertinya kami akan ke fame atau readycall. Kau mau ikut?” tawar bom semangat setelah mengalahkan seunghyun dalam perdebatan panjang.

Sandara mengernyitkan keningnya dan menatap seunghyun yang menggeleng. Sandara kemudian menatap bom. “jiyong melarangku kesana.”

Bom memutar matanya. “Ayolah dara, jiyong bahkan selalu pergi kesana. Memangnya kenapa sih, jiyong terus melarangmu?”

Sandara kembali menatap seunghyun yang kali ini mengangkat bahunya. “jiyong sering kesana?”

Bom mengangguk cepat. “tentu saja. bahkan dia yang sering mengajak kami kesana.”

Seunghyun menyikut bom pelan. “tidak usah bicara yang tidak penting.”

Bom mengernyitkan dahinya. “memangnya kenapa?”

Seunghyun hanya menutup mulutnya dan menunjuk sandara dengan dagunya. Perempuan joseon itu terlihat menerawang sesuatu.

Bom menggaruk belakang telinganya. “tapi jiyong tidak bermain dengan perempuan kok! yah, mungkin pernah, tapi tidak sampai ke ranjang, percaya padaku.”

Seunghyun kembali menyikut bom ketika melihat ekspresi kaget sandara. “bom-ah, sudah kubilang tidak usah bicara yang tidak penting!” dengus seunghyun membuat bom meringis.

Sandara meneguk liurnya pelan. “memangnya fame itu tempat apa, sih?”

Seunghyun dan bom saling berpandangan aneh kemudian melirik sandara. “kau tidak tahu?” tanya bom.

Sandara mengangguk ragu. semoga seunghyun dan bom tidak curiga.

“ah benar juga, sandara kan pindahan dari jerman. Tentu saja dia tidak tahu fame itu tempat apa, kan fame itu tempat baru.” ucap seunghyun yang membuat sandara lega karena ia sudah pasti tidak akan bisa menjelaskan asal usulnya.

Bom mengangguk-angguk. “oh iya ya. jadi fame itu tempat hiburan, ayolah, sebuah diskotik.” Bom tertawa di akhir kalimatnya seakan ia berhasil memecahkan sesuatu.

Sandara mengernyitkan keningnya dan mengangguk mengerti. Tempat hiburan.. diskotik.. semua terlalu asing untuk dimengerti oleh putri kerajaan sepertinya.

“jadi bagaimana? Kalau kau mau ikut, aku akan membujuk jiyong.” tawar bom yang membuat sandara merasa tertantang. Selama ini ia hanya dikelilingi oleh tembok kerajaan dan itu super membosankan.

Sandara tersenyum riang. “aku mau!”

Bom tertawa keras dan menepuk tangannya sendiri seakan mendapat jackpot. Sementara seunghyun hanya bisa membayangkan reaksi jiyong nantinya.

*

10.45 Jiyong’s Class

Tes tes..

Jiyong menoleh ke sisi kiri kelasnya ketika sesuatu mengetuk-ngetuk jendela kelasnya. Mata jiyong menyipit ketika mendapati tetesan air jatuh dari langit membasahi jendela kelasnya.

Jiyong memilih untuk tidak peduli dan mengeratkan kemejanya dan kembali fokus pada bukunya.

“ugh, dingin sekali ya, jiyong?” kiko mengelus-elus lengannya dan merapatkan tubuhnya ke jiyong lagi.

Jiyong menghela nafas kecil dan tetap fokus pada bukunya. “siapa suruh kau pakai baju terbuka.” gerutu jiyong.

Kiko mengerucutkan bibirnya. “hey, aku kan pakai baju ini untukmu.”

Jiyong kali ini menatap kiko dengan dahi mengkerut. “untukku? Apa aku pernah menyuruhmu pakai baju terbuka?”

Kiko mendecak sebal. “aish, kau ini jadi lelaki tidak peka sekali. aku kan—”

Deg

Sekeliling jiyong tiba-tiba menjadi kedap suara ketika ia mengingat sesuatu.

Sandara!

Jiyong dengan cepat merogoh ponselnya dan mencari kontak seunghyun atau bom. Setelah menemukan kontak seunghyun, tanpa babibu jiyong langsung menelfonnya.

Setiap detik sambungan seperti jarum yang menusuk telinga jiyong. ia tidak peduli dengan kiko yang mengeluarkan kekesalannya karena dicueki oleh jiyong.

Tut. “kenapa? aku sedang ada kelas.

Jiyong melotot. “bukankah kau free sampai jam 11? lalu dimana sandara?” tanya jiyong tidak sabar.

tadi dosenku tiba-tiba masuk dan memberikan kuis. lalu sandara langsung keluar dan ia bilang akan menunggu di taman kampus.

“SENDIRIAN?!”

Baik seunghyun, dosen jiyong, kiko, dan teman sekelas jiyong tersontak kaget ketika jiyong tiba-tiba berteriak keras.

“kwon jiyong! jika ingin menelfon, jangan menganggu pelajaran! terima telfonmu diluar!” teriak dosen jiyong sambil menunjuk ke arah pintu kelas. jiyong segera berlari keluar kelas tanpa peduli celotehan dosennya ataupun kiko.

“aku sudah bilang jangan biarkan sandara sendiri!” bentak jiyong keras. Kakinya melangkah cepat menuju taman kampus. Mahasiswa-mahasiswa yang dilewatinya mau tidak mau tersontak karena teriakan menggelegar jiyong.

hey dude, memangnya sandara itu masih umur 5 tahun? Dia sudah besar dan bisa menjaga dirinya sendiri.” terdengar dengusan dari seunghyun.

Jiyong mengacak rambutnya yang ditutupi oleh snapback putih. “jika terjadi apa-apa padanya, aku bersumpah akan membunuhmu!” umpat jiyong lalu segera memutuskan sambungan telfonnya. Sementara seunghyun hanya bisa terbengong-bengong diseberang sana.

Jiyong menggigit bibirnya cemas. Ia harusnya memeriksa siaran cuaca pagi tadi. Sial sial sial! Umpatnya dalam hati. semoga saja sandara tidak kenapa-kenapa mengingat perempuan itu takut pada hujan.

Ketika sampai di taman kampus, jiyong segera melangkah menembus hujan ke tempat sandara biasanya duduk. Matanya menyipit mencari keberadaan sandara. Tapi nihil, ia hanya menemukan beberapa mahasiswa berlari-larian menghindari hujan.

Jiyong tidak peduli jika ia sudah basah kuyup atau akan terkena demam. Intinya ia harus menemukan sandara.

“dara!” jiyong mencoba berteriak memanggil perempuan itu. tapi suaranya kalah besar dengan guyuran hujan. Jiyong mendengus dan kembali berteriak memanggil sandara.

Jiyong menjadi kesetanan mencari sandara. Ia bahkan berjongkok mencari sandara di bawah bangku taman, tapi sandara tidak ada dimana-mana. Ia sudah bertanya pada mahasiswa lainnya tapi mereka tidak ada yang tahu.

Jiyong mengusap wajahnya yang basah dengan wajah yang benar-benar marah. Ia bersumpah, jika sampai sandara kenapa-kenapa, maka seunghyun akan habis ditangannya.

“sandara!!” suara jiyong menggelegar di taman kampus membuat mahasiswa-mahasiswa lainnya mengerubungi koridor untuk melihat apa yang terjadi dengan pangeran kampus itu.

“jiyong!”

Jiyong menoleh mencari suara yang memanggilnya. Matanya menyipit dan seketika itu ia menyadari bahwa sandara ada di antara mahasiswa yang berkumpul di koridor. Jantung jiyong terasa turun ke perutnya saking leganya. Ia segera berlari ke arah sandara.

“dara! Kau tidak apa-apa kan?” jiyong mencengkram lengan sandara erat. ia terlalu takut sandara mungkin kenapa-kenapa.

Sandara merasa nafasnya sesak. “a-aku tidak apa-apa..” saat itu pula seseorang muncul di samping sandara membuat wajah jiyong mengeras. “yo-youngbae-ssi tadi mengajakku berteduh jadi a—”

Bugh!

“kyaa!”

Sandara tidak bisa mengontrol mulutnya sekarang. jiyong menghajar youngbae! Sandara menutup mulutnya kaget ketika youngbae terhempas kebelakang karena ia dihajar tanpa persiapan apapun.

“agh..” youngbae menyentuh sudut bibirnya yang mengeluarkan cairan pekat. Robek.

Jiyong menatap sandara sambil menunjuk youngbae penuh amarah. “harus berapa kali aku katakan jangan pernah mendekati lelaki ini, sandara! Kenapa kau tidak mau mendengarku, hah?!”

Sandara tersontak ketika jiyong membentaknya dengan sangat keras, mengalahkan derasnya hujan. Mata gadis itu berkaca-kaca.

Youngbae berdiri dan mendorong bahu jiyong. “jangan berteriak padanya, kwon jiyong!”

Jiyong balas mendorong bahu youngbae dan kembali memukul wajah youngbae. Lelaki itu terhempas tidak terlalu jauh dan segera membalas memukul jiyong tepat di rahangnya. Sandara menjerit ketakutan melihat dua lelaki itu saling memukul membabi buta.

“jiyong! youngbae! Hentikan!” sandara mencoba untuk melerai tapi jiyong dan youngbae masih saling menghajar sambil terus mengumpat.

“brengs*k kau!” teriak jiyong dan menendang perut youngbae. Youngbae terjatuh kebelakang sambil memegangi perutnya. Kesempatan itu diambil oleh jiyong untuk menendang wajah youngbae, tapi seseorang melindunginya dengan tangan terlentang. Sandara.

“minggir dara! Jangan coba-coba untuk menghentikanku kali ini!” teriak jiyong sambil berusaha menyingkirkan sandara. Gadis itu bergeming dan terus melindungi youngbae.

“berhentilah ji! Ada apa denganmu?!” sandara berteriak pada jiyong untuk pertama kalinya. Mereka sukses menjadi tontonan gratis para mahasiswa sekarang.

Mata jiyong menyipit menatap sandara tajam. “Aku sudah bilang kan kalau aku tidak suka kau didekat youngbae! Tapi kau tetap berada didekatnya! Jadi berhenti menghalangiku, minggirlah!” jiyong kembali menarik tangan sandara dengan sedikit kasar.

Sandara menghentakkan tangan jiyong keras. “memangnya kenapa? apa salah youngbae?! Kau bahkan dekat dengan perempuan lain dan aku tidak pernah melarangmu!”

Jiyong mengernyitkan keningnya. “apa maksudmu?”

Dara terdiam, masih tetap pada posisinya melindungi youngbae yang terhenyak menyaksikan dua orang itu bertengkar.

Jiyong merasa darahnya kembali mendidih. Ia menarik tangan sandara lagi, tapi gadis itu memberontak. “sandara park! Minggir darinya! Jangan membuatku melakukan ini padamu! Kau tidak tahu betapa buruknya lelaki yang kau lindungi itu!” bentaknya sambil menunjuk youngbae dengan kasar.

Sandara menggertakkan giginya. “aku tahu semuanya! aku tahu jiyong, dan aku tidak berpikir kalau youngbae seburuk itu! justru kau yang buruk dimataku sekarang!”

Jiyong menatap sandara dengan dahi mengkerut. “a-aku? apa yang kau tahu, hah?!” suara jiyong menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Tatapan lelaki itu menggelap, mengerikan.

Sandara berdiri dan mencoba untuk menatap mata jiyong dengan tegas. “tidak heran kenapa perempuan itu selingkuh dengan orang lain, itu karma karena kau mengencaninya sementara kau tahu sahabatmu—youngbae mencintainya! belajarlah untuk merelakannya dan jangan menyalahkan youngbae atas semua yang terjadi di masa lalumu itu!”

Jiyong mundur selangkah mendengar teriakan sandara. Mata lelaki itu menatap sandara tidak percaya. Apa sandara yang mengatakan hal itu padanya? dadanya terasa nyeri.

Bahu sandara naik turun setelah mengucapkan hal itu pada jiyong. Wajahnya terlihat merasa bersalah. “a-ah..” jari-jarinya refleks menyentuh bibirnya yang sudah berteriak lancang pada jiyong.

Bahkan youngbae menatap sandara kaget. Tidak menyangka kalau gadis itu akan berani mengatakan hal itu pada jiyong. Mahasiswa lainnya pun hening dan mengabadikan momen itu di ponsel mereka.

Selama beberapa menit jiyong dan sandara bertatapan tajam sampai akhirnya jiyong terkekeh. Rambutnya yang basah membuat tetesan air di lantai koridor. Ia terlihat konyol sekarang.

Kekehan jiyong menjadi tawa yang cukup keras, namun terdengar menyakitkan. sandara merinding ketika jiyong menyentuh bahunya. “kau tetap tidak tahu apa-apa dee..” bisik jiyong pelan. Tersirat rasa sedih dan kecewa di suaranya. Sandara merasa nafasnya tercekat dan mencoba untuk menyentuh tangan jiyong tapi lelaki itu menarik dirinya menjauh.

Jiyong berbalik diikuti tawanya yang cukup keras. Kakinya gontai melangkah melewati gerombolan mahasiswa yang langsung membuka jalan untuk jiyong.

“ji-jiyong!”

“dara!”

Sandara yang hendak mengejar jiyong tersentak ketika seseorang menarik pergelangan tangannya. sandara menoleh dan mendapati youngbae yang babak belur menatapnya. “tolong bawa aku ke ruang kesehatan.”

Sandara menggigit bibirnya ragu. Ia sangat ingin mengejar jiyong, tapi..

Sandara menghela nafas berat menatap kepergian jiyong. lalu gadis itu memilih untuk meraih tangan youngbae dan memapahnya di bahunya.

“terima kasih dara.” Bisik youngbae dengan suara terengah. Sementara sandara hanya bisa diam diliputi oleh rasa menyesal karena sudah mengatakan hal yang tidak seharusnya pada jiyong. Ia harus segera menemui jiyong setelah ini. harus.

*

11.05 KST

Jiyong melangkah menuju mobilnya dengan gontai. Ia sudah tidak peduli dengan keadaannya yang mengerikan—babak belur dan basah kuyup. Ketika menemukan mobilnya, jiyong segera membuka pintu kemudi dan masuk kedalam.

Jiyong menggertakkan giginya dan memukul roda kemudinya keras. “shit!” geramnya penuh penekanan.

Jiyong terus memukul roda kemudi sampai nafasnya tersengal. Rasanya ia sangat ingin menabrak sesuatu untuk meredakan emosinya. Wajahnya benar-benar mengeras.

Ia tidak percaya sandara akan mengatakan hal seperti itu padanya, bahkan di hadapan seluruh mahasiswa yang menonton, termasuk youngbae. Jiyong mengeratkan cengkramannya pada kemudi dan menghela nafas berat. Matanya memerah.

“kau tidak tahu apa-apa dee.. kau tidak tahu…” gumamnya penuh penekanan. Jantungnya berdegup sangat cepat. Ia sangat ingin menarik jantungnya keluar karena degupannya sangat mengganggu.

Ingatan akan sandara yang melindungi youngbae dan mengucapkan kalimat yang tidak seharusnya jiyong dengar itu kembali terngiang. Jiyong bergetar menahan isakannya. Jiyong memang lelaki cengeng dan semuanya sangat menyakitinya sekarang.

Lelaki itu menundukkan kepalanya dan menempelkan dahinya di klakson. Seandainya mesinnya nyala, mungkin beberapa mahasiswa yang berlari-larian didepan mobilnya akan terlempar saking kagetnya mendengar klakson tiba-tiba dari mobil jiyong.

Perlahan cengkramannya melemah. Bahunya bergetar. “sial.. sial..” gumamnya dengan suara serak.

Jiyong menutup matanya mencoba untuk menyingkirkan rasa sakit yang sedang memeluknya sangat erat sekarang. tidak, tidak bisa. Ia mau tidak mau kembali mengingat kejadian beberapa tahun lalu—kejadian yang sangat ingin jiyong lupakan seumur hidupnya. Ia masih bisa merasakan sakitnya ketika kekasihnya yang sangat dia cintai itu berselingkuh dibelakangnya. Bahkan itu terjadi saat promnight mereka.

Jiyong tidak bisa lupa bagaimana gadis itu mengatakan bahwa mereka harus putus karena alasan yang sangat sepele—jiyong terlalu protektif dan kekanakan, tidak ada kedewasaan dalam hubungannya. Jiyong bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa malunya saat itu. mereka baru melepas jas sekolah dan gadis itu mengejeknya didepan seluruh teman-temannya. Seharusnya malam itu jiyong sudah memberikan hadiahnya pada gadis itu, ia bahkan bekerja hampir sampai tengah malam untuk mendapatkannya. semuanya demis gadis itu.

Jujur saja, jiyong tidak tersakiti akan hal itu. ia hanya sakit ketika mengingat bahwa gadis itu yang membuatnya jatuh cinta dan gadis itu pula yang membuatnya sakit hati. dan parahnya, gadis itu menyakitinya dengan cara yang luar biasa.

Dan yang membuat jiyong frustasi, gadis itu langsung pindah ke luar negeri 3 hari kemudian meninggalkan jiyong dengan berjuta pertanyaan juga kekecewaan yang mendalam.

hell! Pergi dari pikiranku!” geram jiyong sambil memukul roda kemudi pelan. ia seperti kehabisan tenaga. Semuanya sudah terkuras karena teriakan sandara. Tanpa sadar, lelaki itu mulai terisak pelan. air matanya jatuh satu persatu membasahi mobilnya yang dilapisi karpet plastik.

argh!!” jiyong menarik wajahnya dan kembali memukul dasbor mobilnya membuat barang-barang diatasnya bergetar.

Derasnya hujan rupanya tidak bisa menyulut api amarah jiyong. sandara secara paksa merobek kembali luka lamanya. Dan yang membuat jiyong benar-benar kecewa, ia tidak pernah menyangka kalau sandara, gadis yang menarik perhatiannya itulah yang harus membuatnya seperti ini.

Plak plak plak! “jiyong!!”

Jiyong menghentikan aksinya dan menoleh ke arah jendela kanannya. Sandara.

Jiyong menahan nafasnya. Seandainya saja ia tidak dalam keadaan seperti ini, pasti jiyong akan segera melompat turun dan melindungi gadis itu dari guyuran hujan. Tapi tubuhnya kaku bahkan untuk membiarkan gadis itu masuk.

Jiyong membiarkan air matanya menetes. Kau menyakitiku dara..

Sandara terus mengetuk jendela mobil jiyong berharap lelaki itu mau membuka pintu mobilnya.

Jiyong menatap sandara nanar. Tangannya bergerak memencet tombol on di mobilnya. Sandara mengetuk jendela mobil jiyong lebih keras. Suaranya bergetar karena kedinginan. “jiyong tolong buka! Biarkan aku bicara padamu! Aku minta maaf jiyong, sungguh maafkan aku!”

Perlahan mobil jiyong mulai menyala dan lelaki itu membuang mukanya. Kakinya menginjak pedal gas meninggalkan lapangan parkir itu—juga sandara.

*

Sandara menghela nafas berat ketika ia sudah memapah youngbae dibantu oleh beberapa mahasiswa ke ruang kesehatan. Lelaki itu terbaring lemas diatas kasur yang disediakan. Sandara menggigit bibirnya lemas. Youngbae tertidur karena kelelahan setelah lukanya diobati oleh perawat yang bertugas.

Sandara meremas ujung baju terusannya. Ia tidak tenang, pikirannya melayang-layang mengingat jiyong.

Kau tetap tidak tahu apa-apa dee..

Sandara tercengang setelah mengingatnya untuk kesekian kali. Bisikan jiyong. bisikan itu mengandung berbagai macam perasaan jiyong. sandara tahu. Ia tidak bodoh. Jiyong jelas kecewa padanya.

Harusnya tadi ia menerima tawaran bom yang mau mengantarnya kekelas jiyong. harusnya tadi ia tidak ke taman kampus. Harusnya tadi ia menolak ajakan youngbae untuk berteduh. Harusnya tadi ia ingat pesan jiyong yang melarangnya dekat dengan youngbae. Harusnya tadi ia tidak melindungi youngbae. Harusnya tadi ia tidak berteriak pada jiyong. harusnya.. harusnya tadi ia..

Sandara tersontak ketika merasakan tetesan air ditangannya. ia meraba wajahnya dan saat itu juga sandara mulai terisak. ia menangis lagi.

Ini tidak sesuai dengan tujuan awalnya datang kemari. Ia datang untuk mencari kebahagiaannya, bukan menghancurkan momen jiyong dan teman-temannya. Sekarang, bagaimana kalau jiyong membencinya? Bagaimana kalau jiyong tidak melindunginya lagi?

Sandara berdiri dari duduknya dan segera menghapus air matanya. ia melirik sekilas ke jendela ruang kesehatan, hujan masih deras. Ia memang takut hujan, tapi ia lebih takut jika jiyong membencinya.

Sandara mengepalkan tangannya dan berjalan keluar ruang kesehatan. Kaki mulusnya bergetar kedinginan, tapi tidak meruntuhkan niatnya untuk mencari jiyong.

“dara? Hei hei! Ada apa denganmu?”

Sandara mendongak melihat siapa yang menahan perjalanannya. Seungri.

Sandara menggeleng dan menggigit bibirnya. Air matanya loncat keluar dihadapan seungri. Lelaki itu tersontak kaget. “hei ada apa denganmu? Siapa yang menganggumu? Kenapa kau menangis, heh?” seungri menaruh kedua tangannya di bahu sandara mencoba untuk membuat gadis itu bicara.

Sandara menggeleng dan menghapus air matanya. “dimana jiyong?”

Seungri mengernyitkan keningnya. Sepertinya ada yang tidak beres. “ta-tadi aku melihatnya di parkiran, saat kupanggil dia tidak menggubrisku jadi aku mencarimu—”

“parkiran? Mobil?” sandara menyela ucapan seungri.

Seungri mengangguk ragu. “ya, tapi bisakah kau jelaskan ada apa dengan kalian? Aku baru saja selesai kelas.” Ucap seungri.

Sandara menggeleng. “tidak sekarang, seungri-ssi.” suara sandara bergetar menahan dingin.

Seungri mengangguk mencoba untuk memahami situasi. Ia melepas jaket kulitnya dan memberinya pada sandara. “pakai ini. kau terlihat kedinginan. Oh ya, kalau kau mau ke parkiran, kau bisa lewat sini lalu belok kanan sedikit. Aku akan mencari chaerin lalu menyusulmu.”

Sandara mengangguk cepat dan mengambil jaket seungri. “terima kasih, aku menghargai kebaikanmu.” Ucap sandara lalu kembali berjalan menuju parkiran. Seungri menggaruk tengkuknya dan segera mengeluarkan ponselnya. Ia yakin ada yang sedang tidak beres dengan jiyong dan sandara.

Sandara terus berlari kecil menuju parkiran sesuai yang seungri arahkan. Dan akhirnya ia mulai mengenali tempat pertama yang ia dan jiyong injak pagi tadi. Sandara segera memakai jaket seungri dan memantapkan hatinya sebelum ia menerobos hujan.

Sedetik kemudian tubuhnya menggigil kedinginan ketika air hujan membasahi tubuhnya mulai dari rambut sampai ujung sepatunya. Sandara menggigit bibirnya dan mencari mobil jiyong. sandara menandainya dengan sebuah tempelan bergambar lingkaran dengan garis ditengahnya—peace.

“jiyong.. kau dimana?” bibir sandara bergetar kedinginan. Matanya menyipit ketika melihat seseorang didalam sebuah mobil sedang memukul-mukul dasbor mobilnya dengan kalang kabut.

Sandara merasa jantungnya turun ke kakinya ketika ia melihat sebuah tempelan bergambar lingkaran dengan garis ditengahnya di jendela mobil itu. jiyong.

Sandara berlari menuju mobil jiyong dan menemukan lelaki itu sedang memukul dasbor mobilnya dengan keras. Sandara terpukul melihatnya. Rasa dingin ditubuhnya tiba-tiba menghilang berganti dengan rasa sakit.

Plak plak plak!! “jiyong!!”

Sandara mengetuk jendela mobil jiyong cukup keras. Nafasnya tercekat ketika jiyong menatapnya nanar. Sandara menggigit bibir bawahnya mencoba untuk menahan air matanya. tapi tidak bisa, ia benar-benar sedih melihat jiyong seperti ini. Ia sudah menyakiti jiyong lebih dari yang ia bayangkan.

Sandara mengetuk jendela mobil jiyong lagi mencoba untuk menyuruh lelaki itu membuka pintu untuknya. tapi jiyong malah menatapnya dalam. sandara menyipitkan matanya dan untuk kesekian kalinya ia bagai disambar petir.

Jiyong menangis.

Sandara menggeleng pelan ketika jiyong menyalakan mobilnya. Tangannya dengan kasar mengetuk jendela mobil jiyong. “jiyong tolong buka! Biarkan aku bicara padamu! Aku minta maaf jiyong, sungguh maafkan aku!”

Kaki sandara mengikuti gerak mobil jiyong yang mulai melaju. Sampai akhirnya gadis itu tersandung dan mobil jiyong melesat meninggalkannya.

Sandara tertegun. Bahkan dingin pun tidak membuatnya beranjak. Yang bergerak hanya air yang turun dari sudut matanya dengan deras yang kemudian dihapus oleh air hujan yang ikut membasahi wajahnya.

Sandara menggigit bibir bawahnya keras. “jiyong.. jiyong maaf.. maafkan aku hiks maafkan aku.. hiks..”

Sandara menutup wajahnya dengan kedua tangannya. ia tidak pernah merasa sesedih ini sejak shinjoo meninggalkannya. Sebenarnya, apa hubungan sandara dengan semua ini? apa ini salah satu rintangan untuknya menemukan kebahagiaan?

Jika iya, maka sandara tidak akan pernah memilih untuk menemukan kebahagiannya daripada harus membuat jiyong membencinya.

“sandara!”

Sandara terhenyak ketika seseorang berteriak memanggilnya. Ia perlahan berdiri dan saat ia ingin menoleh, sesuatu menyambar lengan kirinya membuatnya terhempas. Sandara terpental beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Bugh!

“SANDARA!!”

Sandara mati rasa. Semuanya sangat buram sekarang. Tubuhnya terkapar lemah ditengah genangan air bersama derasnya rintikan hujan. Hal terakhir yang dilihatnya adalah wajah seungri sebelum semuanya menggelap.

 

 

TBC

 next >>

Author’s Note : OMG PANJANG BANGET KAN XDXD seharusnya aku mau skip dibagian yang pas bom ngajak dara ke fame, tapi aku pikir malah gak seru wkwk. Jadi disini dara tuh udah mulai bener-bener masuk ke dunia jiyong lho guys.. ini masih belum total masa lalu mereka, di chapter berikutnya bakal ada part dimana akhirnya jiyong cerita semuanya ke dara. Di chapter kali ini aku mau ngejelasin inti konfliknya dulu jadi kalo udah bener-bener masuk ke konflik, aku gak perlu menjelaskan terlalu detail. And sorry for the dramatic story, this is just my imaginationJ

Dan aku ada baca komen dari chingu dheexxi, makasih banyak udah perhatiin penulisan aku^^ for some reason, aku sengaja gabung bahasa baku sama bahasa santai. Kenapa? supaya dara tetap ada aksen putri kerajaannya gitu. bagaimanapun dara kan baru beberapa hari di tahun 2014 itu, jadi gak mungkin kalo dara udah lancar make bahasa informal. Waktu di chapter 1 lalu aku ada nulis soal gaya bicara sandara, seperti ini,

Sandara menganggukkan kepalanya ragu. Bahkan ia tidak begitu mengerti apa yang jiyong katakan. Selama ini ia tidak pernah mendengar orang berbicara dengan sangat informal seperti jiyong. Sandara bahkan dibesarkan dengan penuh formalitas. Berbicara informal sama saja dengan berbicara kasar.

Itu cuplikannya, jadi aku putusin dara emang pake bahasa informal, tapi tetap kaku karena dia dibesarkan dengan formalitas. Btw, makasih udah koreksi dan jadiin ff-ff di DGI sebagai inspirasi kamu chingu^^ kalo ada yang ngeganjal di hati kalian lagi, gak usah segan-segan negur lagi ya, aku malah seneng karena bisa memperbaiki kesalahan aku wkwk.

Selebihnya, aku Cuma bingung aja kok sider makin berkeliaran ya-_- tapi its okay lah, aku ngerti kok wkwk yang penting aku seneng ada yang baca karya aku ini. tapi aku tetap butuh komen kalian buat jadi motivasi aku lanjut ff ini. kalo komennya juga dikit, aku jadi mikir makin dikit yang doyan ff ini, jadi hilang semangat deh. tapiii lagii, aku tetep terima kasih sama kalian yang udah komen atau like plus nunggu ff inixD

Overall, maaf bila typo bertebaran dan alur mulai nyeleweng dari yang seharusnyaxD keep waiting and hengsho daragon&applers!

31 thoughts on “[Series] Coming To You – 7

Leave a comment